Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN FAKTOR ERGONOMI YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

KELELAHAN PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT SANGLAH

ANGGOTA KELOMPOK
I MADE RUMADI PUTRA

1220025054

IB AGUNG BINATARA PUTRA

1220025060

MADE PASEK ARYA SUWAHDENDI 1220025068


DEWA GEDE ARI DARMAYOGA

1220025087

GEDE ASRI RAMA

1220025100

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Gambaran
Faktor Ergonomi yang Mempengaruhi Kejadian Kelelahan pada Perawat di Rumah
Sakit Sanglah sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan.
Rampungnya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karenanya kami mohon diberikan kesempatan
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak drh. Made Subrata, M.Erg, sebagai pengampu mata kuliah
ergonomi.
2. Pihak Rumah sakit sanglah.
3. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dan semua pihak
yang membantu proses penelitian ini.
Laporan ini masih memerlukan masukan dan koreksi dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun, sehingga laporan ini dapat lebih disempurnakan. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

..

ii

DAFTAR ISI ..

iii

DAFTAR TABEL

..

iv

DAFTAR BAGAN

..

BAB I PENDAHULUAN

..

1.1 Latar Belakang

..

1.2 Rumusan Masalah ..

1.3 Tujuan Penelitian ..

..

BAB II LANDASAN TEORI ..

2.1 Definisi Perawat

..

2.2 Definisi Ergonomi

..

2.3 Definisi Kelelahan

..

..

..

..

1.4 Manfaat Penelitian

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan


2.5 Dampak Kelelahan
2.6 Kerangka Teori

BAB III KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN

10

3.1 Kerangka Konsep ..

10

10

10

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .

10

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3 Rancangan Penelitian

11

11

3.7 Definisi Operasional Penelitian .

11

12

3.9 Teknik Pengolahan dan Aanalisis Data .

12

13

4.1 Hasil Penelitian

13

4.2 Pembahasan

15

18

5.1 Simpulan .

18

18

DAFTAR PUSTAKA .

19

3.5 Kriteria Sampel Penelitian


3.6 Variabel Penelitian

3.8 Teknik Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

. 12

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian

. 13

Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan Responden Berdasarkan Shift


Pada Perawat di Rumah Sakit Sanglah

. 14

Tabel 4.3 Lima Kegiatan yang Menimbulkan Keluhan Lelah pada


Perawat di Rumah Sakit Sanglah

. 14

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.5 Kerangka Teori

..

Bagan 3.1 Kerangaka Konsep Penelitian

..

9
10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ergonomi merupakan ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dalam beraktifitas
maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia
baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara
keseluruhan (Tarwaka, 2004). Ilmu ini mulai berkembang dan meluas penerapannya
hingga ke seluruh aspek kegiatan yang menyangkut manusia. Hal ini dikarenakan
segala kegiatan manusia sangat ditentukan oleh kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan manusia itu sendiri. Maraknya pekerjaan yang profit oriented dan
mengabaikan aspek ergonomi mulai berdampak pada berbagai risiko seperti Penyakit
Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat
Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Namun, dengan
memperhatikan aspek-aspek ergonomi ini tentu diharapkan akan menciptakan kondisi
bekerja yang nyaman dan bermuara pada peningkatan produktivitas kerja (Inta,
2012).
Rumah Sakit Sanglah merupakan Rumah Sakit terbesar dan terlengkap di Bali
yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja
kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat
yang berjumlah sekitar 60 % dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit (Vilia,
2014). Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap
rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit.
Dalam pelayanan rumah sakit perlu diperhatikan aspek ergonomi baik dari
segi fisik maupun psikis karena ergonomi juga memiliki pengaruh terhadap efisiensi
dan efektifitas dari produksi rumah sakit baik yang berupa barang mapupun jasa.
Namun dalam pelaksanaannya teori yang ada mengenai ergonomi ini sering masih
belum maksimal dalam pelaksanaannya. Kelelahan merupakan salah satu dampak

yang sering ditimbulkan oleh karena tidak diterapkannya konsep ergonomi dalam
pekerjaan.
Menurut Wijaya (2006), kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai
dengan adanya perasaan lelah dan kita merasa segan dan aktivitas akan melemah
serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh. Kelelahan mempengaruhi kapasitas
fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan
kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dna
berkurangnya kemampuan motorik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
Vilia, dkk (2014) dengan menyebarkan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan
Kerja (KAUPK2) kepada 30 orang perawat menunjukkan bahwa perawat mengalami
kelelahan, 11 orang merasa sangat lelah (36,6%), 17 orang (56,7%) merasa lelah, dan
2 orang (6,7%) merasa kurang lelah.
Kejadian kelelahan menjadi sangat menarik untuk dibahas mengingat posisi
praktisi perawat sangat rentan mengalami kelelahan akibat bekerja pada Rumah sakit
yang notabene memiliki layanan 24 jam. Oleh sebab itu dalam laporan ini akan
dibahas beberapa faktor ergonomi yang mempengaruhi kejadian kelelahan pada
perawat di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Faktor ergonomi apa saja yang mempengaruhi kejadian kelelahan pada
perawat di Rumah Sakit Sanglah?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor ergonomi yang mempengaruhi kejadian kelelahan
pada perawat di Rumah Sakit Sanglah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat di Rumah Sakit Sanglah

2. Untuk mengetahui gambaran kejadian kelelahan berdasarkan shift kerja


perawat di Rumah Sakit Sanglah

3. Untuk mengetahui gambaran kejadian kelelahan berdasarkan jenis aktivitas


perawat di Rumah Sakit Sanglah

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia kesehatan maupun
ketenagakerjaan mengenai pentingnya penerapan konsep ergonomi dalam
setiap jenis pekerjaan.
1.4.2 Manfat praktis
Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga perawat dalam
penerapan ergonomi yang baik dan dapat menjadi gambaran kejadian
kelelahan akibat kurangnya penerapan ilmu ergonomi.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury
dan peruses penuaan. Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab
dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya (Depkes
RI, 2002 dalam Jaya, 2014).
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Sedangkan menurut international Council of Nurses (1965)
dalam Asmadi (2005), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
2.2 Definisi Ergonomi
Ergonomi atau ergonomic berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti
kerja dan nomos yang berarti hukum. Ilmu yang lahir dan berkembang pada abad 20
ini pada dasarnya metode yang mempelajari interaksi antara manusia dengan

pekerjaannya dengan tujuan memudahkan dan menciptakan rasa nyaman dalam


penggunaannya (Wignjosoebroto S, 2008).
Beberapa

definisi

mengenai

ergonomi

telah

banyak

dikemukakan

diantaranya, menurut Nurmianto (2008) ergonomi adalah satu kumpulan data


numerik yang berhubungan dengan karakterisitik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk
dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Sadangkan menurut Tarwaka (2004) adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan
manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara
keseluruhan.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasiinformasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem
kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan
kerja (quality of working life) sehingga ada ungkapan without ergonomics, safety
management is not enough.

2.3 Definisi Kelelahan


Menurut Lientje (2008) lelah adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh
agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari
setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan
berperan dalam menjaga homeostatis tubuh.
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi suatu kondisi yang telah dikenali
dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan pada umumnya mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan merupakan
satu-satunya gejala.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan


Kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu :
1. Beban Kerja
Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik
maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan
mengakibatkan kelelahan kerja. (Depkes, 1991 dalam Lienje, 2008)
2. Beban Tambahan
Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus ditanggung oleh
pekerja. Beban tambahan tersebut berassal dari lingkungan kerja yang memiliki
potensi bahaya seperti lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:
a. Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker, No: Kep51/MEN/1999). Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku
dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan
menyebabkan kelelahan dengan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan
menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat meningkat. (Rasjid,
1989 dalam Merulalia, 2010).
b. Shift Kerja
Mempengaruhi timbulnya kelelahan. Keadaan pada waktu bekerja pagi hari
kondisi badan jauh lebih bugar pada waktu bekerja malam. Pekerja pagi tidak
perlu menyesuaikan diri dengan jam biologis manusia karena kondisi tubuh
manusia paling baik untuk bekerja pagi. Sedangkan pada malam hari tubuh
harus menyesuaikan diri dengan perubahan circadian rhythm.
c. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada
tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama
merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti
gangguan pada saraf
metabolisme,

otonom

bertambahnya

yang ditandai

tegangan

otot

dengan

bertambahnya

sehingga

mempercepat

kelelahan.(Setiarto, 2002 dalam Merulalia,2010)


d. Penerangan
Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang
menerangi bendabenda ditempat kerja. Penerangan yang baik adalah
penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti,
cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. Penerangan tempat kerja
yang tidak adekuat juga bisa menyebabkan kelelahan mata, akan tetapi
penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan.
e. Faktor Individu

Umur

Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang


semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena
faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.
(Sumamur, 1986)

Jenis kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi kelelahan karena perbedaan daya tahan terhadap


beban kerja. Jenis kelamin perempuan memiliki daya tahan terhadap beban
kerja yang lebih rendah disbanding laki-laki.
Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan

dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak
dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 (Budiono, 2003),
yaitu:

Masa kerja < 6 tahun

Masa kerja 6-10 tahun

Masa kerja >10 tahun

2.5 Dampak Kelelahan


Menurut Tarwaka (2012) beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia
kerja merupakan suatu kondisi kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan
oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh
tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang.
Bila keadaan seperti ini berlarut-larut maka akan muncul tanda-tanda memburuknya
kesehatan yang lebih tepat disebut kelelahan Klinis atau Kronis .
Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya muncul selama periode stress atau
sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap
saat perasaan lelah kerap kali muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum
saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari
terganggunya emosi. Sejumlah orang kerap kali menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Munculnya tanda-tanda kelelahan psikosomatis diatas berpengaruh pula pada
waktu-waktu absent dari pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab
ketidak hadiran ditempat kerja, karena yang bersangkutan membutuhkan
waktu istirahat yang lebih banyak.
2. Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis dan kesulitan-kesulitan
lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan
sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan maslah kejiwaan.

Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain :

1. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing


2. Tidak / kurang mampu berkonsentrasi
3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan
4. Persepsi yang buruk dan lambat
5. Tidak ada / berkurangnya gairah untuk bekerja
6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani
7. Gejala-gejala yang timbul ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan
efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut menifestasinya
timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak
masuk kerja.

2.6 Kerangka Teori


Pekerjaan
Perawat

Tanpa Konsep
Ergonomi
-------

Kelelahan

Kecelakaan kerja

Penyakit akibat kerja

Kecacatan dan kematian

Iklim kerja

Kebisingan

Penerangan

Shift Kerja

Umur

Jenis kelamin

Masa kerja

Jenis aktivitas

Keterangan: Variabel yang dicetak tebal adalah variable yang diteliti.


Bagan 2.1 Kerangka Teori

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Populasi

Purposive sampling
Sampel
Karakteristik
perawat
Karakteristik
Jenis aktivitas
Jenis aktivitas
Shiftkerja
Shift kerja

Kelelahan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar pada hari Senin,
17 Nopember 2014.

3.3 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional untuk
mengetahui gambaran kejadian kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Sanglah.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah seluruh perawat jaga di Rumah Sakit Sanglah yang
berjumlah 107 orang. Sampel diambil dengan cara purposive sampling mengingat
keterbatasan waktu dan tenaga. Jumlah sampel yang digunakan pada perawat yang
jaga shift adalah 12 perawat yang terdiri dari 4 shift pagi, 4 shift siang dan 4 shift
malam.

3.5 Kriteria Sampel Penelitian


3.5.1 Kriteria inklusi

Status perawat bukan magang.

Perawat yang bekerja dengan sistem shift.

3.5.1 Kriteria Eksklusi

Perawat tidak bekerja mengikuti shift yang telah ditentukan.

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Karakteristik Perawat

Karakteristik perawat terdiri dari Jenis kelamin, umur, dan lama bekerja.
3.6.2 Shift Kerja
Shift kerja perawat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, sore dan malam.
3.6.3 Jenis aktivitas
Jenis aktivitas yang mempengaruhi kelelahan.

3.7 Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
.Variabel

Cara dan alat

Definisi Operasional

Hasil Ukur

Skala

L = Laki

Nominal

ukur
Jenis kelamin

Kelas

atau

kelompok

yang

Wawancara

terbentuk dalam suatu spesies

terstruktur

yang membedakan antara laki-

menggunakan

laki dan perempuan berdasarkan

kuesioner

P = Perempuan

organ reproduksi yang dimiliki.

Umur

Satuan waktu yang mengukur

Wawancara

lamanya

menggunakan

keberadaan

suatu

mahluk hidup.

kuesioner

20-25 Tahun

Interval

26-30 Tahun
>30 Tahun

Lama bekerja

Shift Kerja

Satuan waktu yang mengukur

Wawancara

lamanya seseorang bekerja pada

menggunakan

suatu tempat kerja.

kuesioner

Sistem
pembagian

rotasi

kerja
waktu

atau
kerja

berdasarkan waktu tertentu dalam


24 jam. Dalam penelitian ini,
shift kerja pada sampel penelitian
dibagi menjadi 3, yaitu shift pagi

Wawancara

1 Tahun
>1 Tahun

Lelah

menggunakan
kuesioner

Interval

Tidak lelah

Nominal

(08.00-14.00), shift sore (14.0020.00),

shift

malam

(20.00-

08.00).
Jenis Aktivitas

Ragam bentuk kegiatan yang

Wawancara

dilakukan

menggunakan

berdasarkan

suatu

penggolongan/pengelompokan

kuesioner

Lelah

Nominal

Tidak lelah

tertentu. Dalam penelitian ini


jenis aktivitas yang dimaksud
adalah jenis pekerjaan perawat
yang mempengaruhi terjadinya
kelelahan.

3.8 Teknik Pengumpulan Data


Data diperoleh melalui wawancara terstruktur. Wawancara dilakukan dengan
panduan wawancara terstruktur kepada responden untuk mengetahui karakteristik,
kegiatan, dan shift kerja sebagai perawat di Rumah Sakit Sanglah.

3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, di mana
data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini menggunakan 12 orang perawat di Rumah Sakit Sanglah Jalan

Diponegoro, Denpasar sebagai sampel penelitian. Diketahui karakterisitik sampel


penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian


No
1

Variabel

Jumlah

Persentase (%)

Laki-laki

25

Perempuan

75

20-25

41,6

26-30

41,6

>30

16,8

<1 tahun

41,6

>1 tahun

58,4

12

100%

Jenis Kelamin

Umur

Masa Kerja

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui 9 (75%) orang perempuan dan 3


(25%) orang laki-laki; usia 20-25 terdapat 5 (41,6%) orang, usia 25-30 tahun terdapat
5 (41,6%) orang dan 2 (16,8%) orang usia >30 tahun; masa kerja <1 tahun 5 (41,6%)
orang dan masa kerja >1 tahun 7 (58,4%) orang.

Tabel 4.2 Distribusi Kelelahan Responden Berdasarkan Shift Pada Perawat di


Rumah Sakit Sanglah

No

Pembagian Kerja

Jumlah

Persentase (%)

Shift Pagi

100

Shift Sore

50

Shift Malam

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui, sesuai jenis shift yang dijalani, 4
(100 %) orang mengalami kelelah pada shift pagi, 2 (50 %) orang pada shift sore dan
4 (100 %) orang pada shift malam.

Tabel 4.3 Distribusi Kelelahan Responden Berdasarkan Jenis Aktivitas Pada


Perawat di Rumah Sakit Sanglah
No

Kegiatan

Shift

Shift Sore

Pagi
1

Pemenuhan kebutuhan

2 (50%)

Shift

Jumlah

Malam
2 (50%)

4 (100%)

kebersihan dan

8
(66,6%)

kenyamanan fisik pasien


2

Kebutuhan eliminasi

1 (25%)

2 (50%)

2 (50%)

pasien
3

Menjaga keselamatan

5
(41,66%)

1 (25%)

1 (25%)

2 (50%)

pasien yang gelisah

4
(33,3%)

ditempat tidur
4

Pemenuhan kebutuhan

2 (50%)

2 (50%)

3 (75%)

pengobatan dan

7
(58,3%)

membantu proses
penyembuhan
5

Penjagaan keselamatan

2 (50%)

2 (50%)

3 (75%)

pasien yang dibawa

(58,3%)

dengan brancard

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa 8 (66,6%) orang mengalami


kelelahan pada jenis aktivitas Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan
fisik dimana dari kategori tersebut sebanyak 4 (100 %) orang pada shift malam
mengalami kelelahan.
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian tersebut diketahui jumlah terbanyak perawat yang
mengalami kelelahan terdapat pada shift kerja pagi dan malam. Kejadian kelelahan
yang mecapai 100 % pada shift pagi dapat dijelaskan, yaitu walaupun jam kerja lebih
pendek tetapi jumlah kegiatan pada waktu shift pagi lebih banyak daripada shift
malam. Hal ini memang sedikit berbeda secara teoritis dimana keadaan pada waktu
bekerja pagi hari kondisi badan jauh lebih bugar pada waktu bekerja malam. Pekerja
pagi tidak perlu menyesuaikan diri dengan jam biologis manusia karena kondisi
tubuh manusia paling baik untuk bekerja pagi. Sedangkan pada malam hari tubuh
harus menyesuaikan diri dengan perubahan circadian rhythm. Namun tentu kondisi
setiap orang berbeda serta tingkat beban kerja tiap shift juga sangat mempengaruhi.
Dari hasil wawancara diketahui pada saat bekerja shift malam responden
merasa kurang beristirahat dengan baik dan merasa cukup kesulitan untuk tidur
setelah pulang bekerja karena adanya tuntutan meluangkan waktu untuk kehidupan
keluarga dan sosial. Saat shift pagi juga dinilai paling lelah karena banyaknya
kegiatan keperawatan yang harus dilakukan pada saat pagi ditambah lagi jumlah
pasien keluar masuk yang cukup banyak pada waktu pagi yang tidak diimbangi
jumlah perawat dalam satu kelompok shift kemudian adanya pengawasan dari atasan
yang membuat mereka merasa mengalami beban mental serta jumlah jam istirahat
yang sedikit.
Kegiatan yang menyebabkan kelelahan pada perawat Rumah sakit sanglah yaitu
kegiatan pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik pasien (personal

hygiene) mengalami kelelahan sebanyak 4 (100%) orang. Berdasarkan hasil


wawancara diketahui pada saat malam hari tentu semua pasien membutuhkan
pelayanan kebersihan (personal hygiene) secara rutin. Mengingat dilakukan rotasi
maka jumlah perawat yang tersedia juga terbatas. Selain itu sering kali pada jam
malam sekitar pukul 23.00 sampai 01.00 pasien sering membutuhkan pelayanan
perawat misalnya buang air kecil dan air besar, terutama bagi pasien usia tua dan
pasien yang tidak ada pendampingnya. Hal ini tentu diperparah oleh kondisi perawat
yang seharusnya istirahat pada jam tersebut, namun harus tetap melayani pasien.
Menurut Potter dan Perry (2005) dalam Wijaya (2006) pemeliharaan personal
hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene
baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi
kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku,
genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Karena begitu kompleksnya
kegiatan kebersihan yang harus dilakukan serta waktu pelaksanaan yang seringkali
pada saat tengah malam, maka banyak perawat yang menilai kegiatan ini
menimbulkan keluhan rasa lelah..
Selain faktor shift dan jenis aktivitas kerja, faktor penyebab kelelahan juga dapat
dilihat dari karakteristik sampel penelitian yaitu sebanyak 9 (75%) orang perawat
adalah perempuan. Menurut Depkes (1991) dalam Lientje (2008) diketahui daya
terima beban kerja wanita lebih rendah dibanding laki-laki. Dalam hal sebagai
perawat, wanita dan laki-laki memiliki beban kerja yang sama. Sehingga hal ini
menyebabkan banyak perawat mengaku mengalami kelelahan karena sebagian besar
perawat adalah perempuan. Selain itu juga sebagian besar perawat memiliki masa
kerja lebih dari 1 tahun yaitu 7 (58,4%) orang. Menurut Budiono (2003) masa kerja
dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan
pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman
dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif
apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin
lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang

ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Tentu hal ini juga menjadi kemungkinan
penyebab terjadinya kelelahan pada perawat.

BAB V

PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Kejadian kelelahan pada perawat di Rumah Sakit Sanglah terbanyak terjadi
pada shift pagi dan malam.
2. Jenis aktivitas yang paling banyak menyebabkan kejadian kelelahan pada
perawat adalah pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik.
3. Karakteristik umur, jenis kelamin dan masa kerja juga mempengaruhi
kejadian kelelahan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dapat diberikan beberapa saran, yaitu
1. Merubah metoda kerja menjadi lebih efesien dan efektif.
2. Menerapkan penggunaan peralatan dan pranti kerja yang memenuhi standar
ergonomi.
3. Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi tiap perawat, terutama bagi
shift malam.
4. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman, bagi
perawat.
5. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja perawat secara periodik untuk
mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini menemukan solusi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC
Budiono, S., Jusuf, Pusparini, A, 2003. Bunga Rampai HIPERKES & Kesehatan
Kerja (cetakan ke-1). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Inta Hestya, Trimawan Heru Wijono, Santi Setiorini. 2012. Hubungan Kerja Shift
Terhadap Kelelahan Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Sayidiman
Magetan Tahun 2012. Jurusan Kesehatan Lingkungan Kampus Magetan.
Jaya,

Jash.

2014.

Perawat

Profesional.

Diakses

melalui

http://www.academia.edu/4621137/PERAWAT_PROFESIONAL. Pada tanggal


20 November 2014.
Lientje Setyawati Maurits, Imam Djati Widodo, 2008. Faktor Penjadwalan Shift
Kerja., Teknoin.Volume 13, Nomor 2, Desember. Halaman 18 22. Diakses
melalui

http://journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-

teknoin/article/viewFile/792/710. Pada tanggal 20 November 2014.


Merulalia,2010. Shift Kerja Rotasi Serta Hubungannya dengan Kepribadian
dan Circadian.

Diakses

melalui

http://merulalia.wordpress.com/2010/07/02/hubungan-shift-kerja-dengankepribadian-dan-circadian/. Pada tanggal 20 November 2014.


Nurmianto, Eko, 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Candi Mas
Metropole, Jakarta: Guna Widya.
Sumamur, P.K.,1986. Ergonomi Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakata, CV
Haji Mas Agung.
Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta, Uniba Press.
Tarwaka,

2012.

Pengujian

Kelelahan

Umum.

Diakses

http://safelindo.blogspot.com/2009/02/kuesioner-pengujian-kelelahanumum.html. Pada tanggal 20 November 2014.

melalui

Vilia A, Saftarina F, Larasati TA. 2014. Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan
Kerja pada Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung. Faculty of Medicine Lampung University . ISSN 2337-3776.
Wignjosoebroto, Sritomo, 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Prima Printing,
Surabaya, Guna Widya.
Wijaya, Lientje S.M., Endang, Suparniati, 2006. Hubungan Antara Shift Kerja
dengan Ganguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Rawat Darurat
Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta. Sains Kesehatan. Volume 19, Nomor 2.
April.

Halaman

235

245.

Diakses

melalui

http://i-

lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=39. Pada tanggal 20 November 2014

PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR


Nama:
Umur:
Jenis Kelamin
Masa Kerja:
[SHIFT PAGI] Apakah Bapak/Ibu mengalami kelelahan saat bekerja shift pagi?
Bila iya, hal apa yang menyebabkan kelelahan? Bisakah disebutkan jenis aktivitas
secara spesifik yang menyebabkan kelelahan?
Bagaimana upaya mengatasi kelelahan tersebut?
[SHIFT SORE] Apakah Bapak/Ibu mengalami kelelahan saat bekerja shift sore?
Bila iya, hal apa yang menyebabkan kelelahan? Bisakah disebutkan jenis aktivitas
secara spesifik yang menyebabkan kelelahan?
Bagaimana upaya mengatasi kelelahan tersebut?
[SHIFT MALAM] Apakah Bapak/Ibu mengalami kelelahan saat bekerja shift
malam?
Bila iya, hal apa yang menyebabkan kelelahan? Bisakah disebutkan jenis aktivitas
secara spesifik yang menyebabkan kelelahan?
Bagaimana upaya mengatasi kelelahan tersebut?

Anda mungkin juga menyukai