Anda di halaman 1dari 16

Program Terpadu Puskesmas dalam Penanggulangan Diare

Welly Surya
Mahasiswa kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11470
Email: welly.fk2013@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Diare merupakan keluhan pasien yang cukup banyak diteukan dalam praktik dokter sehari-hari di
Indonesia. Diare merupakan penyebab utama kematian di duni, terutama di negara berkembang.
Kasus diare ini 12,5 kali lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
Diare ini lebih banyak mengenai anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa.
Manifestasi klinis yang paling parah adalah kolera, infeksi rotavirus, dan disentri yang sering
terjadi pada anak-anak. World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5 juta kematian
pertahun disebabkan diare dimana 80% dari kematian ini mengenai anak-anak di bawah umur
lima tahun.1,2
Pada tingkatan yang lebih umum terdapat dua indikator efek kesehatan yang dapat dengan
mudah diajukan, pertama yang berhubungan dengan angka kematian akibat penyakit diare, dan
yang satu lagi dengan angka morbiditas. Namun, sebagai tambahan dibutuhkan indikator ketiga
karena penyakit diare secara alami sering terjadi berulang kali dalam interval yang tidak tentu
sehubungan dengan jumlah wabah penyakit.2
Penyebab diare terbanyak di Indonesia adalah infeksi, hal ini disebabkan sanitasi dan higiene
yang masih buruk. Walau demikian penyebab-penyebab lain dari diare perlu diwaspadai dan
perlu dicegah serta diobati sesegera mungkin.1
Diare
Diare didefinisikan bila berat tinja lebih dari 200 gram per 24 jam dan kadungan air tinja lebih
dari 200 ml per 24 jam, serta frekuensi buang air besar encer/air tersebut lebih dari tiga kali per
24 jam. Pada orang dewasa normal berat tinja berkisar 100-200 gram per hari, dengan kandungan

air tinja 100-200 ml per hari, dan frekuensi normal berkisar satu kali tiap dua hari sampai tiga
kali dalam 24 jam.1
Menurut lamanya diare dapat dibagi atas akut dan kronis, sedangkan menurut jenistinja diare
dapat dibagi atas tipe berdarah, tipe steatorea, dan tipe non-berdarah non-steatorea. Menurut
penyebabnya infeksi atau tidak dapat dibagi atas diare infektif dan non-infektif. Menurut
penyebab da tidaknya kelainan organic, dapat dibagi atas diare organic dan diare fungsional.
Menurut jumlah tinja yang keluar dapat dibagi tipe high output, normal output di mana masingmasing dibagi lagi atas tipe osmotic, sekretorik dan injury.1
Diare Akut
Diare akut didefinisikan sebagai diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Etiologi
1. Infeksi
a. Virus (30-40% diare) : Rotavirus, Norwalk virus.
b. Bakteri dan parasite (20-30% diare): Campylobacter jejuni, Salmonella, Shigella,
E.coli O157 (30% diare infektif berdarah) E.Coli, Vibrio cholera, Giardia,
Entamoeba.
c. Helminth: Strongyloides
d. Infeksi lain: Otitis media, sepsis, penyakit menular seksual.1
2. Non infeksi
a. Diare osmotik: pada diare ini Natrium tinja rendah (30-40 mEq/L), diare air,
disebabkan kerusakan microvilli usus, obat, atau makanan/minuman yang
hiperosmotik sehingga terjadi diare.
b. Diare sekretorik: pada diare ini Natirum tinja tinggi (60-120 mEq/L), diare air,
disebabkan laksans yang meningkatkan sekresi usus, infeksi, dan lain-lain.
c. Penyebab umum: obstruksi usus, asupan toksik, keadaan inflamatorik dan alergik
(intoleransi laktosa, spru seliak, efek samping obat).1
Penelitian di RS Persahabatan- Jakarta menunjukkan bahwa penyebab diare akut antara lain:
E.coli (38,28%), Vibrio choleare Ogawa (18,29%), Aeromonas sp (14,29%), Shigella flexneri
(6,29%), Salmonella sp (5,71%), Entamoeba histolyitca (5,14%) dan penyebab lain (<5%).
Penyebab lain yang ditemukan antara lain Ascaris lumbricoides, Rotavirus, Candida sp, Vibrio

NAG, Trichuris trichiura, Plesiomonas, shigelloides, Ancylostoma duodenalis, dan Blastocystis


hominis.1
Terdapat beberapa hal atau faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak, yaitu: 3

Pemberian makan yang kurang tepat


o Pada bayi yang terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis makanan
o Pada anak pemberian makanan yang kurang bijaksana

Lesi peradangan : infeksi bakeri atau virus, sindrom postenteritic, kolitis


ulseratif/ Crohns disease, giardiasis, infeksi parenteral

Status malabsorpsi : steatorrhoea atau disaccharide intolerance

Alergi makanan atau intoleransi makanan

Protein-losing enteropathy

Penyebab tersering diare pada anak adalah infeksi saluran cerna dan data epidemiologi
memperlihatkan bahwa rotavirus dan bakteri merupakan penyebab tersering. Jalur masuk utama
infeksi tersebut melalui feses manusia atau binatang, makanan, air, dan kontak dengan manusia.
Berdasarkan data yang dilaporkan di RSCM Jakarta pada tahun 2003, rotavirus ditemukan pada
60% anak dan bakteri (E.coli dan Salmonella) pada 20% anak berumur di bawah 3 tahun dengan
diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang. Diare yang disebabkan oleh rotavirus dan
bakteri tidak memperlihatkan perbedaan durasi diare yang bermakna. Frekuensi diare cair
ditemukan lebih banyak secara bermakna pada diare yang disebabkan oleh rotavirus dibanding
diare yang disebabkan oleh bakteri. Vaksin rotavirus yang efektif memiliki dampak yang cukup
besar dalam mengurangi angka mortalitas karena diare di negara berkembang.4-6
Patofisiologi
Patofisiologi diare memiliki enam mekanisme, lebih dari satu mekanisme dapat timbul pada
waktu yang sama. Sejumlah proses penyakit secara langsung mengenai fungsi sekretori dan
absorpsi enterosit. Beberapa dari proses ini bekerja melalui peningkatan kadar adenosin
monofosfat siklik (cAMP) (Vibrio cholera, Escherichia coli, heat-labile toxin, vasoactive
intestinal peptide-producing tumors); proses lain (toksin sekretorik dengan memengaruhi
saluran ion atau dengan mekanisme yang belum diketahui. Aktivasi produksi cAMP intestinal

menyebabkan diare sekretorik dengan menghambat absorpsi natrium klorida mukosa bebas dan
merangsang, sekresi klorida mukosa. Stimulasi guanosin monofosfat siklik oleh heat-stabile
toxin E.coli menghasilkan pengaruh yang sama. Reseksi intestinal, peradangan, dan infeksi
mengurangi luas permukaan mukosa, yang mengganggu proses pencernaan dan absorpsi.
Gangguan motilitas usus mengurangi waktu kontak dengan mukosa, menurunkan proses
pencernaan dan absorpsi.7
Gejala dan tanda diare antara lain:8

Gejala umum

Buang air besar cair atau lembek yang sering

Muntah

Demam yang mendahului atau tidak mendahului kejadian diare

Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, dan juga

gelisah

Gejala spesifik

Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.

Disentriform: tinja berlendir dan berdarah

Faktor risiko
Kondisi lingkungan yang menjadi habitat atau pejamu untuk patogen tersebut atau peningkatan
kemungkinan kontak dengan penyebab tersebut menjadi risiko utama penyakit ini. Sanitasi dan
kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya air minum yang aman, dan pajanan pada
sampah padat (misalnya, melalui pengambilan sampah atau akumulasi sampah di lingkungan)
yang kemudian mengakibatkan penyakit diare. Semua hal ini kemudian sering diasosiasikan
dengan fasilitas manajemen sampah dan air yang buruk, prosedur yang aman di dalam sistem
persediaan makanan (misalnya selama manajemen di peternakan, penyimpanan maknan dan
penjualan makanan eceran) yang kurang memadai, dan pengendalian polusi lingkungan
(misalnya dengan limbah pertanian) yang tidak memadai. Epidemik penyakit diare juga dapat
terjadi sebagai akibat dari kejadian polusi atau bencana alam yang besar seperti banjir. Di luar
hal-hal ini terdapat banyak penyebab yang lebih umum dari status kesehatan buruk pada anak-

anak, yaitu kemiskinan, pengucilan di bidang sosial dan kebijakan serta pengendalian lingkungan
yang buruk.5

Komplikasi
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi, yaitu:8

Dehidrasi (kekurangan cairan); tergantung dari pesentase cairan tubuh yang hilang,
dehidrasi dapaat terjadi ringan, sedang, atau berat.

Gangguan sirkulasi; pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu
yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah
(hipovolemia)

Gangguan asam-basa (asidosis); hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit
(bikarbonat) dan dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas
cepat untuk membantu meningkatkan pH arteri.

Hipoglikemia (kadar gula rendah); hipoglikemia sering terjadi pada anak yang
sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan
koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan
ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga
terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

Gangguan gizi; gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output
yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan,
serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Penatalaksanaan
Tata laksana awal pada diare adalah menentukan derajat dehidrasi. Risiko ini berhubungan
dengan umur anak, pada anak bayi risikonya sangat besar, ini karena bayi yang kurang dari satu
tahun memiliki permukaan tubuh yang tinggi: rasio volume tubuh menyebabkan peningkatan
kehilangan cairan. Kehilangan cairan biasanya diukur dengan persentase penurunan berat badan.

Gejala dehidrasi tidak muncul hingga berat badan mengalami penurunan hingga 4%. Dehidrasi
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang, dan dehidrasi berat.
Pada dehidrasi berat defisit cairan yang terjadi diprakirakan sama dengan kurang lebih
penurunan berat badan sebesar 10%, sedangkan pada dehidrasi ringan-sedang sebesar 5-10%.4,9
Pada diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak mata tidak cekung, air mata masih
terlihat pada saat anak menangis, bibir dan lidah basah, anak minum secara normal bila diberikan
air atau oralit (meskipun kadangkala anak menolak cairan oralit karena tidak menyukai rasanya),
dan turgor kulit kembali dengan cepat. Pada dehidrasi ringan-sedang, anak terlihat rewel dan
gelisah, kelopak mata cekung, sedikit air mata pada saat menangis, bibir dan lidah kering, anak
terlihat sangat haus, dan turgor kulit kembali dengan lambat.4
Pada dehidrasi berat, anak terlihat sangat lemas dan kadang kala datang dengan ksadaran
menurun, kelopak mata sangat cekung dan tidak terlihat air mata pada saat menangis, bibir dan
lidah sangat kering, anak malas minum atau tidak dapat minum, dan turgor kulit kembali dengan
sangat lambat. Tanda asteriks merupakan gejala klinis penting dalam menentukan derajat
dehidrasi. Apabila dua gejala klinis atau lebih ditemukan pada satu kategori dehidrasi, termasuk
minimal satu tanda kunci, makan status hidrasi anak berada pada kategori tersebut.4
Terapi pada diare tanpa dehidrasi dilaksanakan di rumah, sehingga orang tua harus diajarkan
beberapa hal terlebih dahulu agar dapat mencegah dehidrasi pada anaknya, yaitu: 4

Berikan cairan lebih banyak dibanding biasanya untuk mencegah dehidrasi. Larutan
oralit dapat diberikan sebanyak 5-10 ml/kgBB ssetiap buang air besar cair sampai
diare berhenti.

Berikan makanan sesuai umurnya yang cukup untuk mencegah kurang gizi.

Anak harus dibawa ke petugas kesehatan secepatnya bila diare tidak membaik dalam
tiga hari atau bila ditemukan beberapa keadaan di bawah ini:

Diare semakin sering dan tinja makin cair

Muntah makin sering, sehingga masukan makanan menjadi terbatas

Anak sangat haus

Demam tinggi, tinja berdarah

Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang anak harus mendapat larutan oralit dan dipantau di pojok
URO (Upaya Rehidrasi Oral) atau ruang rawat sehari (one day care). Larutan oralit diberikan
sebanyak 75ml/kgBB yang diberikan selama tiga jam dengan memantau kemajuan hidrasi.
Orang tua harus diajarkan tentang cara menyiapkan dan memberikan larutan oralit. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian larutan oralit pada anak dengan dehidrasi ringansedang, yaitu:4

Anak sebaiknya dipantau di Ruang Rawat Sehari yang seharusnya ada di setiap
sarana kesehatan sampai tidak terdapat tanda dehidrasi.

Larutan oralit diberikan secara sedikit demi sedikit. Bila anak muntah, tunggu
beberapa menit, selanjutnya teruskan pemberian larutan oralit dengan cara lebih
lambat.

Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian larutan oralit dan berikan air matang
atau ASI/susu formula. Setelah bengkak menghilang, berikan oralit sesuai derajat
tanpa dehidrasi.

Bila secara klinis terlihat intoleransi laktosa, ASI tetap diteruskan. Sedangkan bayi
yang mendapat susu formula dapat diberikan susu bebas laktosa.

Volume yang dibutuhkan untuk rehidrasi=defisit dan perawatan yang telah diestimasi;perawatan
untuk:9

Umur 1-3 bulan = 120 ml/kgBB/24 jam

Umur 3-12 bulan = 100 ml/kgBB/24 jam

Umur 12 bulan ke atas = 80 ml/kgBB/24 jam

Pada keadaan dehidrasi berat, anak harus dirawat di rumah sakit dan mendapat cairan rehidrasi
parenteral yang diberikan sebanyak 100 cc/kgBB selama 6 jam pada bayi berumur di bawah 12
bulan dan 3 jam pada anak berumur di atas 12 bulan. Semua pasien dalam keadaan ini harus
selalu dipantau tekanan darah, temperatur, pernapasan, dan keseimbangan cairan mereka. Berat
anak juga harus diukur dalam 6-24 jam, berat badan anak yang meningkat merupakan tanda dari
rehidrasi. Ringer laktat adalah cairan rehidrasi parenteral yang telah dipakai secara luas. 4,9
Larutan oralit dapat diberikan begitu anak dapat minum tanpa penyulit, yang biasanya tercapat
setelah 23 jam pemberian rehidrasi parenteral. Pada diare dehidrasi berat, bila tidak mendapat

ASI, dapat diberikan susu formula bebas laktosa. Susu formula bebas laktosa memperlihatkan
kegagalan terapi lebih rendah secara bermakna dibanding susu formula normal dan rendah
laktosa.4,9
Puskesmas
Pusat kesehatan masyrakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesatuan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.10
Puskesmas juga dapat didefinisikan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Dengan kata lain, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.10
Kejadian luar biasa (KLB) dan wabah
Peristiwa bertambahya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di wilayah
tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mnegejutkan dan membuat panik
masyarakat di wilayah itu. Secara umum, kejadian ini disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB),
sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB serta penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan
lainnya. Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.10
Suatu penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB jika memenuhi kriteria sebagai berikut:10
1. Timbulnya suatu penyakit atau penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus-menerus selama tiga kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
3. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan
peiode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun)
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebeumnya.

5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR periode sebelumnya.
Penderita atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika
dilakukan surveilans yang merupakan semua kegiatan pengamatan yang dilakukan secara teratur,
teliti, dan terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis (interpretasi), penyajian
data, dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangkan KLB, maka
perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi terjadinya dan
penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya. Upaya
penanggulangan KLB perlu dilakukan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkadi secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga
tidak bekembang menjadi suatu wabah.10
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.10
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat
diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan
melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan
yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap atau waspada yang cepat dan
tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi KLB
secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan
pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim
epidemiologi.10
Surveilans
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat

melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan
data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.11
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium,
sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan,
meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan
Pusat.11
Tujuan surveilans adalah mengetahui perubahan epidemiologi kasus, mengidentifikasi populasi
risiko tinggi, memprediksi dan mencegah terjadinya KLB, dan penyelidikan epidemiologi setiap
KLB. Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat
desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan
masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus. Pemantauan
tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko munculnya suatu
penyakit.11
Ada dua jenis surveilans, yaitu surveilens sindromik dan surveilens penyakit menular. Surveilans
sindromik merupakan awal dari sistem deteksi dini penyakit menular. Surveilens sindromik itu
penting karena dengan mencatat dan mendata secara rapi, kemunculan penyakit menular dapat
ditemukan sejak awal. Jika deteksi dini dapat dilakukan, koordinasi dengan ahli pun dapat
dilakukan dengan cepat, gangguan akibat meluasnya wabah antara lain berupa penularan massal
serta penularan sekunder dapat dikendalikan sebelum meluas. Surveilans penyakit menular
adalah pengamatan dan analisis tren kemunculan penyakit menular dengan cara memahami
kondisi munculnya penyakit berdasarkan diagnose, peraturan perundang-undangan terkait
pencegahan penyakit menular dan pengobatan terhadap pasien penyakit menular. Jenis laporan
surveilans penyakit menular dapat berupa: W1 (KLB/Wabah), W2 dan EWARS (mingguan), STP
(bulanan).11,12
Program terpadu diare
Promosi kesehatan
Promosi kesehatan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah
aktivitas yang beragam dan memiliki tujuan yang sama, yaitu mempromosikan dan

meniingkatkan kesehatan. Terdapat beragam jenis aktivitas yang diarahkan berdasarkan berbagai
prinsip dan memiliki tujuan yang berbeda. Promosi kesehatan memiliki beberapa parameter,
yaitu spek psikis, psikologis, sosial, dan kesehatan mental; pencegahan proses penyakit;
pengembangan kebugaran tubuh; aktivitas individu, kelompok, atau masyarakat; pendidikan
yang berhubungan dengan masalah kesehatan; dan pencapaian potensial kesehatan individu atau
komunitas. Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah proses yang memberdayakan individu
untuk meingkatkan kendali, dan memperbaiki status kesehatan mereka. Kesehatan adalah konsep
pasti yang menekankan sumber daya pribadi dan sosial, dan kapasitas fisik. Oleh sebab itu,
promosi kesehatan bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, namun melebihi gaya hidup
yang sehat guna mencapai kesejahteraan.13
Sumber air bersih dapat dibagi berdasarkan siklus hidrologi, yaitu: air hujan, air permukaan,
dan air tanah. Air hujan merupakan sumber utama air bersih dan pada saat presipitasi
merupakan air yang paling bersih serta cenderung mengalami pencernaan ketika berada di
atmosfer oleh partikel debu, mikroorganisme, dna gas seperti karbondioksida, nitrogen, dan
amoniak. Air permukaan meliputi sumber air antara lain: sungai, danau, telaga, waduk, rawa,
terjun, sumur permukaan yang sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi. Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan mengadakn perkolasi
atau penyerapan ke dalam tanah serta mengalami proses filtrasi secara alamiah. Oleh karena itu,
air tanah lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan.2
Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah
pedesaan dan kota di Indonesia. Sumur memiliki dua jenis, yaitu sumur dangkal dan sumur
dalam. Sumur dangkal merupakan sumur yang sumber airnya berasald ari resapan air hujan di
atas permukaan bumi terutama di daerah daratan rendah. Sumur dalam merupakan sumur yang
sumber airnya berasal dari proses purifikasialamiah air hujan oleh lapisan kulit bumi sehingga
menjadi air tanah dan tidak terkontaminasi serta memenuhi persyaratan sanitasi.2
Sumur sanitasi adalah sumur yang sudah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari
kontaminasi air kotor. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sumur antara
lain:2
1. Lokasi

Langkah pertama adlaah menentukan tempat yang tepat untuk mendirikan sumur. Jarak
dri sumber pencemaran, seperti kakus, kandang ternak, sampah, dan lain-lainnya,
minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran.
2. Dinding sumur
Harus dilapisi dengan batu yang disemen dan paling tidak sedalam 6 meter dari
permukaan tanah.
3. Dinding parapet
Merupakan dinding yang berbatasan dengan dinding sumur dan harus dibuat setinggi 7075 cm dari permukaan tanah serta merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.
4. Lantai kaki lima
Harus terbuat dari semen dan lebih kurang dari 1 meter ke seluruh jurusan melingkari
badan sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat kea rah tempat pembuangan air
(drainage).
5. Drainage
Saluran tempat pembuangan air harus dibuat berhubungan dengan parit supaya tidak
terjadi genangan air di sekitar sumur.
6. Tutup sumur
Sumur sebaiknya ditutup degnan penutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum
agar dapat mencegah kontaminasi langsung pada sumur.
7. Pompa tangan/listrik
Sumur harus dilengkapi degnan pompa tangan/listrik karena bila memakai ember/timba
kemungkinan terjadinya kontaminasi cukup besar.
8. Tanggung jawab pemakai
Pada sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena
kontaminasi dapat terjadi setiap saat.
9. Kualitas air
Kualitas air sumur perlu terus dijaga dengan pemeriksaan fisik, kimia, dan bakteriologis
secara teratur terutama pada saat terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran
pencernaan lainnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi jarak aman antar lubang kakus dengan sumber air minum:2
1. Faktor hidrobiologi:
a. Kedalaman air bersih
b. Arah dan kecepatn aliran air tanah
c. Porositas dan permeabilitas tanah yang tinggi (kerikil, batu, psair) menyebabkan
jarak yang ditempuh lebih jauh, sedangkan pada tanah liat jarak yang ditempuh
lebih pendek.
2. Topografi tanah

Kondisi lapisan permuakan tanah, datarn tinggi atau rendah dan sudut kemiringan tanah.
3. Metereologi
Pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, sumur harus berjarak lebih jaruh dengan
kakus.
4. Jenis mikroorganisme
Bakteri pathogen lebih tahan pada tnah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan hidup
pada tanah yang lembab dan basah selama 5 tahun. Sdangkan, pada tanah yang kering
cacaing hanya dapat bertahan hidup selama 1 bulan.
5. Kebudayaan
Adanya kebiasaan masyarakat membuat sumur tanpa dinding sumur yang terbuat dari
semen.
6. Frekuensi pemompaan
Semakin banyaknya air sumur yang diambi untuk keperluan orang banyak maka
kecepatan aliran air tanah makin cepat untuk mengisi kekosongan
Cuci tangan yang benar menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan The
American Society for Microbiology adalah sebagai berikut:14
1.
2.
3.
4.

Basahi tangan dengan air mengalir yang hangat, pakailah sabun secara merata.
Gosokkan kedua tangan minimal 10-15 detik, merata hingga ke jari-jemari dan siku.
Bilas dengan air, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih atau tisu sekali pakai.
Jika sedang berada di fasilita umum, biarkan air tetap mengalir saat selesai menyuci

tangan, saat tangan sudah kering pakai kertas tisu untuk menekan/memutar keran.
5. Mencuci dengan sabun akan membuat bakteri lepas dari tangan, demikian juga halnya
dengan pemakaian hand sanitizer yang tanpa bilas. Produk oencuci tangan tanpa bilas
umumnya mengandung bahan yang membantu mengurangi kekeringan di tangan, juga
tak bikin iritasi. Namun, bakteri dan virus bisa mati.

Lakukan cuci tangan setelah melakukan hal-hal berikut ini:14


1.
2.
3.
4.

Sebelum makan
Setelah memakai kamar mandi
Setelah ganti pembalut
Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah memegang

5.
6.
7.
8.

bahan mentah, seperti prodeuk ternak dan ikan.


Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
Sebelum dan setelah memegang orang sakit atu orang yang terluka.

9. Setelah menangani sampah.


10. Sebeum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
Peran Dokter Puskesmas
1.

Care Provider Mampu menyediakan perawatan.


Dokter sebagai seorang yang mampu mengobati pasiennya yang merupakan bagian
integral dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang memadai serta melakukan berbagai pencegahan khusus dalam jangka
waktu yang cukup lama. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain
menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut
penyakitnya serta penggunaan bahasa yang santun, mudah dimengerti dan dipahami
oleh pasien sesuai dengan umur, tingkat pendidikan. Selain itu, seorang dokter harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psikologis pasien.
Kewajiban yang harus ditangani yaitu pelayanan yang maksimal sesuai kondisi
pasien, menjawab segala pertanyaan pasien maupun keluarga, jujur atau memberi

2.

informasi apa adanya.15


Decision Maker Mampu menjadi penentu keputusan.
Dalam hal ini dokter dituntut untuk mampu memilih teknologi tepat guna untuk
digunakan dalam mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan berbiaya
terjangkau, dengan kata lain dokter adalah pengambil keputusan, menentukan
teknologi mana yang akan dipakainya dalam pengobatan pasien dengan
memperhatikan cost-effectiveness. Dalam melakukan prosedur klinis, seorang dokter
dalam hubungannya sebagai decision maker melakukan perlakuan sesuai masalah,

3.

kebutuhan pasien, dan sesuai kewenangannya.15


Communicator Mampu menjadi komunikator yang baik.
Sebagai communicator, dokter diharapkan mampu menguasai area komunikasi efektif
yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau non verbal dengan pasien
pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain. Proses yang
harus diperhatikan baik dalam berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya
yaitu rasa kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa, dan memberi

4.

penjelasan.15
Community Leader Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang mendapatkan kehormatan dan
kepercayaan masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan kesehatan

perorangan maupun kelompok sehingga dapat berperan dalam memotivasi


masyarakat untuk turut berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta khususnya
5.

pada masyarakat.15
Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan
fungsi-fungsi diatas.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis
dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan
kesehatan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat. Dokter
menjadi orang yang memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk mengetahui
berbagai penyakit yang berada di lingkungannya dalam upaya meningkatkan
pelayanan kualitas hidup manusia, dan bukan menjadi seorang yang bisa
menyembuhkan penyakit saja tetapi mereka juga dididik untuk berpikir bagaimana
memerdekakan masyarakat/lingkungannya dari berbagai penyakit.15

Kesimpulan
Sebagai seorang dokter memiliki peran untuk mencegah terjadinya KLB dan wabah dari suatu
penyakit, pada kasus ini adalah diare. Puskesmas perlu melakukan micro planning supaya diare
tidak terjadi lagi di suatu desa, yaitu dengan promosi kesehatan untuk memperbaiki perilaku
masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Setiati S, Sari DP, Rinaldi I, Ranitya R, dan Pitoyo CW. Lima puluh masalah kesehatan di
bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC. 2008. h.102
2. Aprinignsih dan Hardiyanti EA (eds). Indikator perbaikan kesehatan lingkungan anak.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009. h.37
3. Newell SJ dan Darling JC. Paediatrics. Oxford:2008. h.168.
4. Gunardi H, Tehuleru ES, Kurniati N, Advani N, Setyanto DB, et al. Kumpulan tips
pediatri. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2011. h. 64-7.
5. Hardiyanti EA, editor. Indikator perbaikan keseahatan lingkungan anak. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2009. h.46.
6. Kliegman, Behrman, Jenson, dan Stanton. Nelson textbook of pediatrics 18th edition.
Philadelphia: Saunders. 2007. h.1616.

7. Behrman RE dan Kliegman RM. Nelson esensi pediatri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2010. h.509-10.
8. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga. 2008. h.145-51.
9. Roberton DM dan South M. Practical paediatrics. Philadelphia: Elsevier. 2008. h.722-5.
10. Efendi F dan Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009. h.275.
11. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Laporan kajian kebijakan penanggulangan
penyakit menular. Jakarta 2006.h. 8-14.
12. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.227-235.
13. Carr S, Unwin N, dan Mulloli TJ. Kesehatan masyarakat dan epidemiologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014.
14. Ide P. Inner helaing at home. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2007.
15. McKenzie JF, Pinger RR. Kesehatan masyarakat : suatu pengantar. Edisi ke-4. Jakarta :
EGC; 2006. h. 97 107.

Anda mungkin juga menyukai