Fauna
Fauna
KELAS VIII
1. KOMODO
Komodo, atau yg selengkapnya disebut dengan Biawak Komodo (Varanus
pada tenggorokannya. Komodo yang muda lebih berwarna, dng warna kuning,
hijau serta putih pada latar belakang hitam.
Fisiologi
Komodo tidak mempunyai indera pendengaran, walau mempunyai lubang
telinga. Biawak ini dapat memandang sampai sejauh 300 m, tetapi
dikarenakan retinanya cuma mempunyai sel kerucut, hewan ini agaknya tidak
demikian baik melihat di dalam kegelapan malam. Komodo dapat
membedakan warna tetapi tak seberapa dapat membedakan object yg tidak
bergerak.
Komodo memakai lidahnya utk mendeteksi rasa serta mencium stimuli,
layaknya reptil yang lain, dng indera vomeronasal memakai organ Jacobson,
satu kekuatan yang bisa menolong navigasi pada waktu gelap. Dng
pertolongan angin serta kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan serta
ke kiri saat jalan, komodo bisa mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh
49. 5 km.. Lubang hidung komodo bukan hanya adalah alat penciuman yg
baik dikarenakan mereka tak mempunyai sekat rongga badan. Hewan ini tak
mempunyai indra perasa di lidahnya, cuma ada sedikit ujung-ujung saraf
perasa dibagian belakang tenggorokan.
Sisik-sisik komodo, sebagian diantaranya diperkuat dng tulang,
mempunyai sensor yg terhubung dng saraf yg memfasilitasi rangsang
sentuhan. Sisik-sisik di lebih kurang telinga, bibir, dagu serta tapak kaki
mempunyai tiga sensor rangsangan atau lebih.
Komodo dulu dikira tuli saat penelitian memperoleh bahwa bisikan, nada
yg meningkat serta teriakan nyatanya tak menyebabkan agitasi ( masalah )
pada komodo liar. Hal ini terbantah lantas saat karyawan di Kebun Binatang
London ZSL, Joan Proctor melatih biawak utk keluar makan dng suaranya,
apalagi juga saat ia tak tampak oleh si biawak.
Penangkaran Komodo
Sudah sejak lama komodo jadi tontonan yg menarik di beragam kebun
binatang, terlebih dikarenakan ukuran tubuh serta reputasinya yg
membuatnya demikian popular. Walau demikianlah hewan ini jarang dipunyai
kebun binatang, dikarenakan komodo rawan pada infeksi serta penyakit
disebabkan parasit, dan tidak gampang berkembang biak.
Komodo yg pertama dipertontonkan yaitu pada Kebun Binatang
Smithsonian pada th. 1934, tetapi hewan ini cuma bertahan hidup sepanjang
dua th.. Upaya-upaya utk pelihara reptil ini terus dilanjutkan, tetapi umur
binatang ini di dalam tangkaran tidak demikian panjang, rata-rata cuma 5 th.
di kebun binatang tersebut. Penelitian yg dikerjakan oleh Walter Auffenberg
diatas, yg akhirnya lantas diterbitkan sebagai buku The Behavioral Ecology of
the Komodo Monitor, selanjutnya sangat mungkin pemeliharaan serta
pembiakan satwa langka ini di penangkaran.
Sudah teramati bahwa banyak individu komodo yg dipelihara
menunjukkan tingkah laku yg jinak utk periode saat spesifik. Dilaporkan pada
banyak kali perihal, bahwa beberapa pawang sukses membawa keluar
komodo dari kandangnya utk berhubungan dng pengunjung, terhitung juga
anak-anak diantaranya, tanpa disebabkan yg membahayakan pengunjung.
Komodo agaknya bisa mengetahui orang satu persatu. Ruston Hartdegen dari
Kebun Binatang Dallas melaporkan bahwa komodo-komodo yg dipeliharanya
bereaksi tidak sama jika berhadapan dng pawang yg biasa memeliharanya,
dng pawang lain yg lebih kurang telah dikenal, atau dng pawang yg sekalipun
belum dikenal.
Penelitian pada komodo peliharaan menunjukkan bahwa hewan ini suka
bermain. Satu kajian tentang komodo yg akan mendorong sekop yg
ditinggalkan oleh pawangnya, nyata-nyata menunjukkan bahwa hewan itu
tertarik pada nada yg diakibatkan sekop saat menggeser selama permukaan
yg berbatu. Seekor komodo betina muda di Kebun Binatang Nasional di
Washington, D. C. suka menggapai serta mengguncangkan bermacam benda
terhitung patung-patung, kaleng-kaleng minuman, dan lingkaran plastik, serta
juga selimut. Komodo ini lalu suka memasuk-masukkan kepalanya ke di dalam
kotak, sepatu, serta bermacam object yang lain. Komodo tersebut bukan
hanya tidak dapat membedakan benda-benda tadi dng makanan ; ia baru
memakannya jika benda-benda tadi dilumuri dng darah tikus. Tingkah laku
bermain-main ini bisa diperbandingkan dng tingkah laku bermain mamalia.
Catatan lain tentang kesenangan bermain komodo didapat dari Kampus
Tennessee. Seekor komodo muda yg dinamakan Kraken bermain dng gelanggelang plastik, sepatu, ember, serta kaleng, dng langkah mendorongnya,
memukul-mukulnya,
serta
membawanya
dng
mulutnya.
Kraken
memperlakukan benda-benda itu tidak sama dng apa sebagai makanannya,
mendorong Gordon Burghardt peneliti menyimpulkan bahwa hewan-hewan
ini sudah mementahkan pandangan bahwa permainan sejenis itu yaitu
perilaku predator bermotif-pemangsaan.
Komodo yg terlihat jinak walaupun bisa berperilaku agresif dengan cara
tidak terduga, terutama jika teritorinya dilanggar oleh seseorang yg tidak
dikenalnya. Pada bln. Juni 2001, serangan seekor komodo menyebabkan lukaluka serius pada Phil Bronstein ubahor eksekutif harian San Francisco
Chronicle serta bekas suami Sharon Stone, seorang aktris Amerika
2. KUPU-KUPU
Anatomi Kupu-Kupu
Bagian kepala (head), pada kepala
kupu-kupu terdapat mata, mulut dan
sepasang antena sebagai alat sensor.
Kupu kupu memiliki mulut yang
berbentuk
tabung
menggulung
(seperti belalai) yang berfungsi untuk
mengambil sari bunga (nektar).
Bagian dada (thorax), pada bagian
dada kupu-kupu terdapat tiga pasang
kaki dan empat buah sayap. Pada
dada
terdapat
otot-otot
untuk
menggerakan kaki dan sayap. Bagian
perut (abodemen). Jantung, sistem
pencernaan dan organ kelamin juga
terdapat pada bagian ini.
Siklus Hidup Kupu-Kupu
Kupu-kupu betina lebih memilih pasangan kawinnya yang memiliki pupil alias titik
putih pada sayapnya.
Kupu-kupu betina tertarik pada kilauan cahaya yang dihasilkan dari pantulan cahaya
ultraviolet oleh pupil, lingkaran putih yang berada di pusat ornamen berbentuk
lingkaran di sayap. Sebaliknya bentuk ornamen sayap, warna, dan ukurannya tidak
terlalu dipedulikan.Siklus hidup kupu-kupu dijalani dalam empat fase, yaitu fase
telur, fase larva, pupa, dan imago (dewasa). Penampilan, peranan, dan aktivitas dari
masing-masing fase berbeda. Telur dapat ditemukan di bawah permukaan daun
inangnnya. Larva atau ulat merupakan fase makan, yang bisanya memakan daun
tanaman inangnya.
Dalam masa hidupnya larva mengalami beberapa kali tahapan moulthing yaitu
pengelupasan dan pergantian kulit yang disebut fase instar. Proses untuk menjadi
pupa didahului oleh adanya moulthing pada instar terakhir. Kulit pupa yang baru
berganti ini masih basah dan lunak. Setelah kurang lebih satu minggu kulit pupa
akan mengeras. Setelah fase pupa, lahirlah imago. Sehari setelah menetas, imago
sudah dapat melakukan kopulasi. Seekor betina hanya dapat dikawini oleh seekor
imago jantan. Imago betina yang akan bertelur mencari daun untuk meletakkan
telurnya (Karangan, 1996).
Klasifikasi Kupu-Kupu
Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera dan
sayapnya tertutup oleh sisik. Lepidoptera
dibedakan menjadi 2 (dua) golongan yaitu
20.000 spesies dan ngengat (sub ordo
spesies.
Habitat Kupu-kupu
Kupu-kupu hidup hampir di seluruh permukaan bumi, baik yang beriklim panas
maupun yang beriklim dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Habitat kupukupu adalah tempat lembab yang memiliki banyak vegetasi bunga, badan-badan
perairan dan banyak mendapat sinar matahari. Jenis kupu-kupu banyak di temukan
di daerah hutan hujan tropis. Ada sekitar 28.000 jenis kupu-kupu di dunia. Kupu-kupu
dapat terbang jika temperatur badannya di atas 80 derajat Fahrentheit jika kurang
kupu-kupu akan melakukan pemanasan sebelum terbang. Kupu-kupu dapat terbang
paling cepat sekitar 30 Mph (mil per jam) dan yang paling lambat. sekitar 5 Mph.
Kupu-kupu Swallowtail betina dengan ukuran sekitar 5 sampai 28 cm mampu bertelur
lebih dari 500 butir.
Nilai Ekonomi.
Ada beberapa jenis kupu-kupu yang mempunyai nilai ekonomi penting karena
mempunyai harga jual di pasaran cukup tinggi. Bukan hanya imagonya yang
dapat dijual dalam bentuk cendera mata, tetapi justru kepompong mempunyai
nilai ekspor yang cukup tinggi
Nilai Estetika.
Kupu-kupu mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi karena warna dari
sayapnya yang menawan dan sangat artistik. Warna-warna ini kadang-kadang
merupakan kamuplase sebagai startegi untuk menghindari atau menakuti
predator.
Nilai Pendidikan
Kupu-kupu mempunyai nilai pendidikan yang tinggi, dimana para pelajar dan
mahasiswa dapat melakukan penelitian terhadap berbagai aspek kupu-kupu
tersebut.
Nilai Endemisme
Beberapa jenis kupu-kupu mempunyai nilai endemisme, baik berupa endemisme
regional, pulau maupun endemisme lokal. Jenis endemisme lokal sangat rentan
terhadap kepunahan, sehingga memerlukan perhatian yang besar.
Nilai Konservasi
Beberapa jenis kupu-kupu mempunyai nilai konservasi yang tinggi karena
statusnya yang terancam punah. Hal ini juga berlaku bagi jenis kupu-kupu
endemik, terutama yang statusnya endemik local.
Nilai Budaya
Masyarakat telah lama memanfaatkan sumberdaya kupu-kupu, baik untuk dijual
atau sekedar dijadikan hiasan. Bahkan akhir-akhir ini, masyarakat telah mempu
membuat soufinir dari sayap kupu-kupu yang disusun dalam bentuk dekoratif dan
bernilai senih yang indah.
3. GAJAH SUMATERA
Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatrensis) adalah salah satu dari sub spesies
gajah Asia yang memiliki habitat di
Pulau
Sumatera
serta
menjadi
mamalia terbesar di
Indonesia.
Seluruh sub spesies gajah Asia
merupakan Satwa Terancam Punah
(Critically Endangered) sejak tahun
1986 yang tercatat dalam daftar
merah Lembaga Konservasi Dunia
(IUCN-RedList).
Gajah
Sumatera
menghadapi ancaman serius berpa
kegiatan
deforestasi
hutan,
pembalakan liar, penyusutan dan
fragmentasi
habitat,
perburuan
gading gajah, maupun pembunuhan
akibat konflik gajah-manusia. Percepatan konversi hutan menjadi perkebunan dan
tanaman komersial mengancam kelangsungan hidup populasi gajah sumatra dalam
jangka panjang. Saat ini populasi gajah sumatera berkisar antara 2.400 - 2.800 ekor yang
tersebar di beberapa kantong populasi. Sama seperti Harimau Sumatra (Panthera tigris
sumatrae) yang juga terancam punah, kedua sedang diupayakan konserasi alam habitat
dan kelangsungan hidupnya di Taman Nasional Tesso Nilo Riau (TNTN-Riau).
Hewan yang berjenis jantan dapat mencapai tinggi 1,7-2,6 meter dengan berat 4-6 ton
serta memiliki gading gajah sumatra jantan yang lebih pendek dari spesies gajah Asia
lainnya terutama Gajah India yang memiliki postur tubuh yang besar. Sedangkan gajah
Sumatra betina memiliki gading yang sangat pendek dan tersembungi di balik bibir
atasnya. Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatrenus) biasa berjalan menjelajah
sejauh 20 km per hari untuk mencari makan berupa daun-daun. Dalam sehari gajah
butuh 150kg daun-daunan dan 180 liter air minum. Herbivora raksasa ini dapat berumur
sampai 70 tahun di alam liar dan sangat cerdas karena memiliki otak yang lebih besar
dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah
mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas
dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk
mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dapat memegang
(menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.
Hutan rawa
Tipe hutan ini dapat berupa rawa padang rumput, hutan rawa primer, atau hutan
rawa sekunder yang didominasi oleh Gluta renghas, Campenosperma auriculata, C.
Macrophylla, Alstonia spp, dan Eugenia spp.
Naungan
Gajah Sumatera termasuk binatang berdarah panas sehingga jika kondisi cuaca
panas mereka akan bergerak mencari naungan (thermal cover) untuk menstabilkan
suhu tubuhnya agar sesuai dengan lingkungannya. Tempat yang sering dipakai
sebagai naungan dan istirahat pada siang hari adalah vegetasi hutan yang lebat.
Makanan
Gajah Sumatera termasuk satwa herbivora sehingga membutuhkan ketersediaan
makanan hijauan yang cukup di habitatnya. Gajah juga membutuhkan habitat yang
bervegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral
kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Karena pencernaannya yang
kurang sempurna, ia membutuhkan makanan yang sangat banyak, yaitu 200-300 kg
biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5-10% dari berat badannya.
Air
Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari
biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah
Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika sumber-sumber
air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam 50-100
cm di dasar-dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan
belalainya.
Garam mineral
Gajah juga membutuhkan garam-garam mineral, antara lain : calcium, magnesium,
dan kalium. Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang
mengandung garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan
dan gadingnya, dan makan pada saat hari hujan atau setelah hujan.
Gajah termasuk satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian. Oleh karena itu,
penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPHA diperkirakan telah
mengganggu keamanan dan kenyamanan gajah karena aktivitas pengusahaan
dengan intensitas yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat di dalamnya.
Babirusa (Babyrousa babirussa) adalah hewan yang hanya bisa ditemukan di area Sulawesi, Pulau Togian,
Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat hewan babirusa ini banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan
ini memakan buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Panjang tubuh babirusa sekitar
87 - 106 sentimeter. Tingginya hanya 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya dapat mencapai 90 kg. Biasanya
mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.
Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna
melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan.
Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan,
setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu
kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun.
Karena hewan langka ini sering merusak tanaman, hewan ini sering diburu penduduk sekitar untuk dibunuh.
Oleh karena itulah mengapa populasi babirusa ini semakin menurun dari waktu ke waktu.
5. BURUNG ENGGANG
Enggang atau Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk
tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk
pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani
Dalam tradisi adat dan budaya Kalimantan, burung Enggang (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam
kedewataan yang bersifat "maskulin".
Di Pulau Kalimantan, burung Enggang dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti di
lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Tengah, simbol Universitas Lambung Mangkurat dan
sebagainya. Burung Enggang Gading diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam
budaya Banjar, burung Enggang Gading diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena Budaya Banjar tumbuh
di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.
Enggang adalah burung khas asli Kalimantan, burung ini hidup bebas di belantara hutan Kalimantan. Burung
Enggang memiliki kemampuan terbang amat tinggi dan amat jauh, sanggup terbang antar pulau. Biasanya
beristirahat dan bersarang di puncak-puncak pohon yang tinggi. Keberadaan burung Enggang amat erat
kaitannya dengan masyarakat suku Dayak.
Burung Enggang bisa dikatakan sebagai lambang kehidupan suku Dayak. Perpindahan burung Enggang dari
satu tempat ke tempat lainnya melambangkan perpindahan suku Dayak dari satu daerah ke daerah lainnya pada
masa lampau. Hampir seluruh bagian tubuh burung Enggang ( bulu, kepala, paruh dll ) menjadi lambang
lambang dan simbol kebesaran suku Dayak.
Masyarakat Dayak sangat menjunjung tinggi keberadaan dan kehidupan Burung Enggang, oleh karena Burung
Enggang dijadikan sebagai lambang kebesaran, perdamaian dan persatuan; sehingga dalam kehidupan seharihari burung enggang senantiasa dipakai dalam bentuk patung, ukiran, lukisan, pakaian adat, rumah adat, balai
desa, monumen, pintu-pintu gerbang, bahkan digunakan juga di kuburan-kuburan.
Manusia tradisional memang selalu akrab dengan dunia simbol. Tato pada laki-laki Dayak, kuping panjang pada
wanita Dayak, atau "coretan-coretan" artistik pada wajah dan tubuh suku Asmat (Papua), semuanya tentu
mengandung makna-makna tersendiri sebagai ungkapandiri terhadap keberadaan mereka dalam komunitasnya.
Kalau kita berpergian ke kota-kota besar di Kalimantan (Balikpapan, Samarinda, Palangkaraya, dsb), simbolsimbol tersebut banyak terlihat. Satu diantaranya adalah ukiran-ukiran kayu atau lukisan burung enggang, yang
banyak kita jumpai pada gedung-gedung pemerintahan atau di sudut-sudut jalan kota.
Bagi orang Dayak, burung enggang dianggap sebagai hewan "suci" dalam kehidupan sosial mereka. Setidaknya
sebagai perlambang kemuliaan dan kewibawaan pemimpin suku mereka.
Burung enggang (di kota kita mengenalnya sebagai burung rangkong?) memang dikenal sebagai burung yang
selalu terbang tinggi menjelajahi hutan dan gunung, sebelum hinggap di ketinggian pohon-pohon besar.
Tubuhnya indah, suaranya merdu dan melengking jauhhingga terdengar ke pelosok-pelosok hutan.
Bulunya yang indah, disimbolkan sebagai pemimpin yang dikagumi oleh rakyatnya. Sayapnya yang tebal,
menggambarkan pemimpin yang melindungi rakyat. Suaranya yang keras, menandakan perintahnya yang selalu
didengar oleh rakyat. Dan ekornya yang panjang, dilambangkan sebagai pertanda kemakmuran bagi rakyatnya.
Dengan kata lain, begitulah seharusnya(idealnya) seorang pemimpin bagi masyarakat Dayak.
Orang Dayak memang selalu dekat dengan alam. Dari alam mereka hidup dan dari alam pula mereka mengambil
makna dalam kehidupannya. Dengan demikian, mengambil hutan atau tanah dari kehidupan orang Dayak, sama
saja dengan mencabut mereka dari akar-akar kehidupannya.Tercerabut dari akar-akar kehidupannya. Seperti ikan
yang dipisahkan dari air.
Karena itu, diperlukan kearifan2 dalam memahami setiap masyarakat dengan segala kebudayaannya. Masingmasing suku hidup dengan keunikannya sendiri.
6. ELANG FLORES
Elang flores (Nisaetus floris) merupakan jenis elang berukuran besar, sekitar 71-82 cm, yang turut memperkaya
keragaman burung di tanah air. Meskipun namanya elang flores, burung ini dapat dijumpai juga di Pulau
Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain tentu saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara.
Seperti jenis burung pemangsa lain, elang yang tubuh bagian bawahnya berwarna putih ini menyukai hutan
dataran rendah dan submontana hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Teknik memangsanya
yang mudah terlihat adalah berburu dari tenggeran dan terbang mengangkasa memanfaatkan aliran udara panas
(thermal soaring).
Berawal di tahun 2004, serangkaian telaah genetika, morfologi dan survei lapangan dilakukan guna
mengevaluasi beberapa anak jenis elang brontok (Nisaetus cirrhatus) yang tersebar luas. Mulai dari India dan
sekitarnya, Sri Lanka, Kepulauan Andaman, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali
dan Nusa Tenggara.
Hasilnya, anak jenis yang terdapat di Nusa Tenggara, tepatnya kawasan Flores dan sekitarnya (Nisaetus
cirrhatus floris) ini memiliki perbedaan karakter morfologi dan ditetapkan sebagai jenis tersendiri yaitu elang
flores (Nisaetus floris). Dunia pun mengakui, elang flores sebagai jenis tersendiri yang hanya terdapat di wilayah
Nusa Tenggara.
Sejak ditetapkan sebagai jenis tersendiri, status konservasi elang flores mengalami peningkatan signifikan.
Persebarannya yang hanya terbatas di kawasan hutan di Nusa Tenggara sangat dipengaruhi oleh luas tutupan
hutannya. Selain itu penangkapan dan perdagangan ilegal memperparah kondisi populasinya di alam.
Jumlah individu dewasa di seluruh persebarannya diperkirakan sekitar 100 pasang dengan daerah jelajah sekitar
10.000 kilometer persegi. Kecenderungan populasinya yang terus menurun membuat Badan Konservasi Dunia
IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkannya sebagai jenis satu langkah menuju
kepunahan (Critically Endangered/CR). Pemerintah sendiri menetapkan burung ini sebagai jenis dilindungi
melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Di Flores, salah satu wilayah persebarannya berada di kawasan hutan Mbeliling. Burung Indonesia pada awal
2012 mencatat lima kali perjumpaan dengan jenis ini di Desa Golo Desat, Roe (Cunca Lolos), Golo Damu, dan
hutan Puarlolo yang kesemuanya termasuk dalam wilayah Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur.
Di Indonesia, beberapa jenis Nisaetus yang kita kenal selain elang Flores adalah elang jawa ( Nisaetus bartelsi),
elang wallace (Nisaetus nanus), elang brontok, elang gunung (Nisaetus alboniger), dan elang sulawesi (Nisaetus
lanceolatus).
7. KANGURU
Kanguru ternyata tidak hanya terdapat di Autralia saja. Ternyata di Indonesia, tepatnya di Papua, juga memiliki
Kangguru, spisies yang mempunyai ciri khas kantung di perutnya (Marsupialia). Kanguru Papua ini memiliki
ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan Kanguru Australia. Kanguru yang terdiri atas Kanguru tanah dan
Kanguru pohon ini mulai langka sehingga termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan.
Kangguru Papua terdiri atas dua genus yaitu dendrolagus (Kanguru Pohon) dan thylogale (Kanguru Tanah).
Kanguru pohon sebagian besar masa hidupnya ada di pohon. Sekalipun begitu satwa tersebut juga sering turun
ke tanah, misalnya bila sedang mencari air minum. Moncong kanguru pohon bentuknya lebih runcing jika
dibandingkan dengan moncong kanguru darat. Ekornya agak panjang dan bulat, berbulu lebat dari pangkal
sampai ekornya. Sedangkan pada kanguru darat kedua kaki depannya lebih pendek dari pada kaki belakangnya,
Cakarnya pun lebih kecil. Moncongnya agak tumpul dan tidak berbulu. Ekornya makin meruncing ke ujung,
bulunya tidak begitu lebat.
8. BURUNG TOKHTOR
9.
10.
memiliki nama latin Carpococcyx viridis yaitu burung endemik
Sumatera yang juga termasuk di dalam 18 burung sangat langka di Indonesia.
Burung Tokhtor sumatera telah terdaftar sebagai salah satu satwa yang langka
yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat tinggi. Dianggap
populasinya tak sampai mencapai 300 ekor. Burung Tokhtor Sumatera dulu sudah
di anggap telah punah di karenakan sejak terdiskripsikan pada tahun 1916 tak
pernah juga temukan lagi, baru pada November taun 1997 seekor Tokhtor
Sumatera sukses difoto utk pertama kalinya oleh Andjar Rafiastanto. Foto
selanjutnya berhasil di abadikan pada th. 2006, perangkap kamera survey utk
harimau dekat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat bisa mengambil foto dari
burung Tokhtor Sumatera tesebut.
11.
Burung ini adalah satu dari tiga spesies Tokhtor yang ada didunia
tak hanya Tokhtor Kalimantan (Carpococcyx radiceus) yang endemik di wilayah
Kalimantan dan Coral-billed Ground-cuckoo (Carpococcyx renauldi) yang ada di
Thailand dan juga Vietnam. Dulunya, Tokhtor Sumatera ini dan Tokhtor Kalimantan
pernah dianggap sebagai satu jenis spesies yang sama dan di beri nama dengan
sebutan Tokhtor Sunda.
12.Ciri-ciri Tokhtor Sumatera
13.
Burung Tokhtor sumatera merupakan jenis burung yang hidupnya di
permukaan tanah dan memiliki ukuran tubuh yang besar yaitu mencapai 60 cm.
Kaki dan paruh Tokhtor Sumatera berwarna hijau. Mahkotanya berwarna hitam,
namun mantel, sisi atas, leher samping, penutup sayap dan bagian penutup sayap
tengah memiliki warna hijau pudar. Sisi bawah tubuh memiliki warna coklat
dengan palang bewarna coklat kehijauan luas. Sayap dan ekor bewarna hitam
kehijauan mengilap. Tenggorokan bagian bawah dan dada bawah bewarna hijau
pudar, sisi bawah sisanya bungalan kayu manis, segi tubuh kemerahan. Kulit pada
sekitar mata berwarna hijau, lila dan juga biru.
14.
Burung Tokhtor sumatera biasa hidup di permukaan tanah dan
mengonsumsi hewan vertebrata kecil dan invertebrata besar. Burung endemik
Sumatera yang amat langka dan terancam punah ini terhitung binatang yang
pemalu.
16.
17. Kuda laut ini adalah kebanggaan buat Indonesia, karena kuda laut ini ditemukan di laut pulau Walea, Kuda
laut ini adalah kebanggaan buat Indonesia, karena kuda laut ini ditemukan di laut pulau Walea, Sulawesi.
Kuda laut ini ditemukan berkat ketajaman mata para penyelam yang mengambil gambarnya di laut pulau
Walea, yang kemudian diberi nama kuda laut Walea. Kuda laut ini memiliki tinggi 2,5 centimeter dan
merupakan hewan terkecil diantara hewan vertebrata (bertulang belakang).
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
27.
28.
( Probosciger aterrimus ) adalah burung terbesar dari semua
burung kakatua, dengan mempunyai tinggi mulai 49-68 cm dan berat mereka rata
- rata mencapai 500-1.100 gr, dengan berat betina berkisar 500-950 gr, dan yang
jantan berkisar 540-1.100 gr.
29.
Panjang sayap sekitar 35.1 cm, panjang ekor 23.8 cm, panjang
paruh 9.1 cm, dan panjang kaki rata-rata 3.5 cm. Kakatua Raja adalah satusatunya burung di marga tunggal Probosciger.
30.
Kakatua Raja hampir semua tubuhnya berwarna hitam, dan paruh
mereka tidak bisa berdekatan sama sekali, dan selalu mengungkapkan sedikit
lidah mereka yang berwarna merah dengan ujung hitam, bagian mulutnya yang
terbuka memudahkannya untuk menahan kacang atau biji-bijian di dalam mulut
mereka dan memecahkannya pada waktu yang sama.
31.
Paruh bawah mereka dirancang keras untuk menghancurkan
kacang dan paruhnya lebih besar Jantan daripada betina.
32.
Kaki mereka berwarna abu-abu / hitam dengan sedikit bulu-bulu di
paha mereka dan pada wajah mereka terdapat karakteristik yang paling istimewa
yaitu terdapat warna merah di pipinya.
33.
Pipi mereka dapat berubah warna kulit berdasarkan tingkat
kesehatan atau stres sehingga ketika stres berat kulit akan berubah warna ke
merah muda/krem, sementara ketika sangat bersemangat/gembira perubahan
kulit menjadi kuning.
34.
Jangkauan Geografis
Kakaktua Raja merupakan hewan asli pulau Papua, dan Australia. Hewan ini
biasanya ditemukan di kepulauan Aru, pulau Misool di bagian barat pulau Papua,
Irian Barat, Selatan New Guinea dari Timur Marauke sampai teluk Papua, dan di
Australia pada kawasan utara tanjung York Peninsula.
35.
36.
Habitat
37.
Kakaktua Raja ditemukan di hutan hujan tropis, termasuk pinggiran hutan. Mereka
memilih pohon-pohon besar dan tinggi untuk bersarang dan berkembangbiak.
Pada siang hari mereka berdiam di dekat makanan atau sumber air dan pada
malam hari bertengger di dalam atau di dekat sarangnya.
Perilaku
38.
Selama kawin burung jantan dan betina berdekatan satu sama lain dengan sayap
dibuka lebar. Sebelum melakukan perkawinan jantan akan membuat siulan yang
keras dan menunduk-nundukkan kepalanya berkali-kali hingga kulit diwajahnya
berubah menjadi sangat merah. Kakatua raja adalah monogami dan tinggal
bersama pasangannya sempanjang hidupnya.
39.
Musim kawin bervariasi sesuai dengan iklim setempat. Tetapi biasanya dari bulan
Agustus hingga Januari. Kakatua raja tidak dapat membuat lubang sarang sendiri,
melainkan mereka menggunakan lubang di pohon besar yang telah dilubangi
sebelumya.
40. Burung kakatua raja hanya bertelur satu telur per sarang, dimana telur tersebut akan
dierami selama 30-33 hari.
41. Hubungan Kakatua Raja Probosciger aterrimus dengan keadaan Hutan di
pulau Papua.
42. Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua
atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya).
43. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Pulau ini
memiliki luas 420.540 Km2. Papua ini secara geografis terletak pada 2025 90 LS
dan 1300 1410 LU sehingga pulau papua ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan
1.800 3.000 mm, suhu udara 19-280C dan kelembaban 80%, sehingga di Papua
banyak terdapat hutan hujan tropis yang sangat sesuai dengan habitat dari burung
kakatua
raja
ini.
Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki pohon-pohon yang tinggi sehingga
burung kakatua raja senang hidup di daerah ini karena burung kakatua raja ini senang
bertengger dan membuat sarangnya di pohon-pohon yang tinggi.
44. Selain itu burung kakatua raja banyak menghabiskan waktunya untuk terbang di
bawah kanopi hutan yang tinggi dan kondisi ini kebanyak hanya terdapat di hutan
hujan tropis yang memiliki kanopi ( lapisan-lapisan cabang pohon beserta daunnya
yang terbentuk oleh rapatnya pohon-pohon hutan hujan ) yang tinggi karena pohonpohon yang tumbuh cukup tinggi.
45.
Selain itu karena Papua terletak di daerah tropis, karenanya hutan-hutan di Papua
menerima banyak sinar matahari. Sinar matahari ini diubah menjadi energi oleh
tumbuhan melalui proses fotosintesis. Karena banyak sinar matahari, maka banyak
pula energi yang terdapat di hutan-hutan di Papua.
46. Energi ini tersimpan di vegetasi tumbuhan yang kemudian dikonsumsi oleh burung
kakatua raja tersebut sehingga burung kakatua raja ini tidak akan kekurangan
makanan yang menyebabkan burung kakatua raja ini sedikit yang memiliki kebiasaan
bermigrasi untuk mencari makanan di daerah lain.
47.
48.
49.