Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman membawa dampak besar bagi profesi
keperawatan dimana tuntutan masyarakat atas pelayanan keperawatan yang
semakin meningkat membuat perawat sebagai profesi mempunyai tanggung
jawab besar dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Dalam tataran pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di Rumah Sakit,
perawat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perawat mempunyai kontribusi dalam
pelayanan yang ada di rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan untuk
meningkatkan derajat mutu pada layanan tersebut tentunya diperlukan
pengelolaan

yang

pengarahan,

dan

baik

mulai

dari

perencanaan,

pengendalian

guna

memperoleh

pengorganisasian,
hasil

pelayanan

keperawatan yang berkualitas sesuai keinginan pelanggan.


Kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu, pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan di
masa depan. Perawatharus mengembangkan ilmu pengetahuannya dan
berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang
profesional. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan,

saling

bergantung,

saling

mempengaruhi

dan

saling

berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan,


praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.
Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang
dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut
untuk mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo,
1995).

Adanya tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan


sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Pelayanan
keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian dalam
pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal
mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, aktif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan
kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk
menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa
adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta
peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan professional
hanyalah akan menjadi teori semata.
Ruang Perawatan Kenanga merupakan salah satu ruang rawat inap
penyakit cardiovaskuler, paru, neurologi di RSU Kabupaten Tangerang kelas
1 dan 2, yang memerlukan tata kelola yang memadai. Dari hasil observasi
beberapa hari saat praktek di ruang perawatan Kenanga RSU Kabupaten
Tangerang, kami menemukan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan
masalah di Ruang Perawatan Kenanga, masalah-masalah tersebut jika tidak
diselesaikan dengan baik dan benar akan berisiko menghambat kegiatan di
Ruang Kenanga dan dampaknya akan menurunkan optimalisasi kerja perawat
serta petugas yang ada didalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka kami
bermaksud mengkaji lebih dalam lagi mengenai segala aspek yang ada di
Ruang Perawatan Kenanga untuk menemukan masalah-masalah yang ada dan
semaksimal mungkin kami membantu serta memfasilitasi untuk memecahkan

masalah yang terungkap demi kemajuan dan optimalnya pelayanan


keperawatan secara professional.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengevaluasi aktivitas/out put Sub Unit Ruang Perawatan
Kenanga

RSU

Kabupaten

Tangerang,

diharapkan

dengan

mengevaluasi aktivitas/out put Sub Unit Ruang Perawatan Kenanga


dapat dibuat perencanaan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada
pasien.
1.2.2. Tujuan khusus
1. Menemukan aktivitas/output yang belum berhasil (masalah).
Dalam aktivitas di SubUnit Ruang Perawatan Kenanga RSU
Kabupaten Tangerang, masih terdapat aktivitas yang belum
berhasil sehingga pelayanan ke pasien belum optimal.
2. Menemukan prioritas masalah.
Dalam aktivitas di Sub Unit Ruang Perawatan Kenanga RSU
Kabupaten Tangerang, diharapkan dapat menemukan prioritas
masalah yang akan menjadi dasar untuk pemecahan masalah.
3. Menentukan penyebab masalah.
Dengan menentukan penyebab masalah akan diperoleh
pengumpulan informasi berdasarkan data dan fakta tentang suatu
masalah yang dihadapi.
4. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
Bertujuan agar para pembuat keputusan/manajemen dapat
mempertimbangkan

manfaat

dari

alternatif-alternatif

yang

diusulkan.
5. Menjelaskan prioritas pemecahan masalah.
Prioritas pemecahan masalah adalah hasil akhir dari suatu
masalah dan penyebabnya. Setelah diperoleh prioritas pemecahan
masalah, maka selanjutnya adalah rangkaian kegiatan yang terdiri
dari penyusunan rencana, pelaksanaan kerja, pemeriksaan rencana
kerja dan perbaikan rencana kerja yang dilakukan terus-menerus
untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

BAB 2
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN TANGERANG
2.1. Sejarah Umum rumah Sakit Umum Tangerang
Rumah Sakit Umum Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi
sebuah ruangan BUI ( penjara ) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi
Masjid Agung Al-Ittihad dengan kapasitas 12 tempat tidur, pada tahun 1932
pindah kegedung bekas Bank Jalan Daan Mogot Nomor 3 dengan kapasitas
40 tempat tidur, ditahun 1943 sampai 1946 dipimpin oleh dr.J.Leimena
kemudian oleh dr.Gembiro dengan kapasitas 65 tempat tidur. Tahun 1946
Rumah Sakit dipindahkan ke Balaraja dan selanjutnya dipimpin oleh

dr.Suparno, dr.Gembiro, dr.Purwo Sudarmo, dr.Drajatprawinegara dan dr.


Djaka Sutadiwirja. Bekas Rumah Sakit di jalan Daan Mogot dimanfaatkan
oleh Nederlands Indies Civil Administration ( NICA ). Tahun 1950 setelah
penyerahan kedaulatan Republik Indonesia Rumah Sakit kembali ke jalan
Daan Mogot Tangerang bergabung dengan Rumah Sakit bekas Umum NICA
dipimpin oleh dr.Gusti Hasan dan berfungsi sebagai Rumah Sakit ( RSU ).
Tahun 1955 pengelolaan RSU Tangerang diserahkan kepada
Pemerintahan

Swatarta

Kabupaten

Tangerang.

Tahun

1959

mulai

direncanakan membangun Rumah Sakit baru dilokasi yang sekarang dijalan


Ahmad Yani Nomor 9 Tangerang, bersebelahan dengan gedung Sekolah
Djuru Rawat ( SDK ) dan kementrian Kesehatan diatas tanah 3,7 H. pada
tahun 1963 dibangun gedung kantor yang sederhana, pada permulaan tahun
1964 Menteri Kesehatan Prof.dr.Satrio menyerahkan gedung SDK kepada
Pemda Tangerang. Pada tanggal 5 Mei 1964 RSU pindah dari jalan Daan
Mogot ke jalan Ahmad Yani Nomor 9 menggunakan gedung bekas SDK
sebagai tempat perawatan dengan 60 Tempat tidur, dengan penambahan
gedung kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik Bedah, Apotik,
dan Laboratorium. RSU Tangerang dipimpin oleh dr. Willy Ranti sebagai
Direktur dan tanggal 5 Mei ditetapkan sebagai hari jadi RSU Tangerang. Pada
tanggal 11 September 1969 telah dijalin kerjasama antara Pemda Tangerang
dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/ Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, untuk meningkatkan fasilitas pada RSU Tangerang. Sejak tahun
anggaran 1969/1970 RSU Tangerang mulai dikembangkan secara bertahap
dengan biaya APBD TK II, APBD TK I dan APBD sehingga mempunyai
kapasitas perawatan 341 tempat tidur.
Pada tahun 1976 RSU Tangerang dimanfaatkan pendidikan mahasiswa
tingkat V dan VI FKUI dari bagian penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
dan

kebidanan/kandungan.

Sejak

22

September

1989

pergantian

kepemimpinan / Direktur RSU Tangerang dari dr. Willy Ranti kepada


dr.H.Syartil Arfan N.SpA. pada tanggal 15 Desember 1993 status RSU
Tangerang ditingkatkan dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan dengan
kapasitas pada saat itu sebanyak 337 tempat tidur dan melayani 23 jenis
keahlian/spesialis.

Pada bulan april 1994 dilakukan uji coba RS.unit Swadana Daerah
bagi RSU Tangerang. Pada bulan April 1996 RSU Tangerang diresmikan
sebagai RS.Unit Swasedena Daerah. Pada tanggal 21 Januari 1997 RSU
Tangerang memperoleh sertifikat akreditasi penuh untuk bidang administrasi
manajemen perawatan,gawat darurat dan pelayanan hingga tahun 2000.
Tanggal 29 april 1998 pemanfaatan gedung poliklinik yang baru berlantai 3.
Pada tanggal 5 februari 2001 pelantikan dr.H.Budhi Setiawan, SpP, MARS
oleh bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU Tangerang menggantikan
dr. H. Syartil Arfan N,SpA yang memasuki masa pensiunnya. Pada tanggal 19
Februari 2001 Menteri Kesehatan dr. Ahmad Suyudi meresmikan instalasi
limbah Rumah Sakit untuk 22 rumah sakit di 5 Provinsi RSU Tangerang.
Dengan dikeluarkannya PP No.23 Tahun 2005 tentang pola pengelolaan
keuangan layanan umum, maka RSU Tangerang berdasarakan keputusan
Bupati Tangerang No.445/402-HUK/2005 tanggal 20 Desember 2005
terhitung mulai 2006 menyelenggarakan pola pengelolaan keuangan badan
layanan

umum

daerah.

Pada

tanggal

21

Maret

2007

pelantikan

dr.MJN.Mamahit, SpOG, MARS oleh Bapak Bupati Tangerang sebagi


Direktur RSU Tangerang menggantikan dr. H. Budhi Setiawan, SpP, MARS
yang memasuki masa pensiunnya. Setelah dikembangkan secara bertahap saat
ini RSU Tangerang mempunyai bangunan dengan luas keseluruhan 24.701
m dengan luas lahan 41.615 m dan memiliki 27 jenis keahlian dan jumlah
karyawan 1065 orang. Memiliki fasilitas perawatan dengan 383 tempat tidur.
Pada hari rabu tanggal 16 Desember 2009 pukul 14:30 Wib, diketahui
terjadi kebakaran gedung kantor RSU Kabupaten Tangerang yang berada
dijalan Ahmad Yani No.9 Kota Tangerang. Ruang yang terbakar adalah lantai
dua gedung kantor RSU Tangerang

yang meliputi Aula,Ruang panitia

pengadaan, Ruang panitia pemeriksa, Ruang bidang Pelayanan Medik, ruang


Direktur, Ruang wakil Direktur (3 ruangan ), Ruang bagian sekretaris, Ruang
Diskusi dan tidak ada korban jiwa.
2.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Tangerang
Rumah sakit umum kabupaten tangerang (RSU) adalah rumah sakit
umum milik pemerintah daerah kabupaten tangerang yang belokasi diwilayah

kota tangerang, tepatnya JL. Jendral A.Yani No 9 tangerang. Rumah sakit


umum tangerang merupakan tipe RS kelas B non pendidikan dengan fasilitas:
1.
Jumlah tempat tidur sebayak 426 tempat tidur
2.
Rawat darurat 24 jam
3.
Rawat jalan dengan 27 pelayanan spesilistik dan 7 sub spesilistik
4.
Medicel chekup
5.
Kamar bedah dengan 11 kamar operasi
6.
Kamar bersalin dengan 22 tempat tidur
7.
Hemodialisa dengan jumlah 18 tempat tidur
8.
Pusat thalassaemia jumlah 4 tempat tidur dan alat
9.
Ruang isolasi pasien flu burung
10.
Klinik bougenville
11.
Pelayanan penunjang medis (laboratorium, radiologi, farmasi, CT-Scan,
12.

PA, USG, EEG, EKG, Treadmill, Spirometri dll).


Penunjang lainya (ambulance, kereta jenazah,dll ).
Setelah dikembangkan secara bertahap, saat ini RSU kabupaten

tangerang mempunyai bangunan dengan luas keseluruhannya 24.701 m


diatas tanah 41.615 m. Dengan jumlah pegawai per 31 Juli 2013 sebanyak
1262 orang.
RSU kabupaten tangerang merupakan rumah sakit milik pemda
kabupaten tangerang yang berlokasi di kota tangerang. Rumah sakit ini
menerima pasien dari wilayah kabupaten Tangerang, kota Tangerang, kota
Tangerang Selatan, DKI Jakarta, kabupaten Bogor, dll.
2.3. Visi, Misi, Motto, Falsafah Dan Nilai-Nilai Budaya
Rumah sakit umum kabupaten tangerang memiliki beberaoa visi dan
misi yang masing-masing memiliki makna tersendiri diantaranya yaitu :
2.3.1. Visi RSU Kabupaten Tangerang
Visi dari rumah sakit umum Tangerang yaitu RUMAH
SAKIT

MODERN,

UNGGUL

DAN

TERPECAYA

BAGI

SELURUH MASYARAKAT TANGERANG . Makna visi tersebut


adalah bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, rumah sakit kabupaten tangerang diharapkan menjdai pusat
pelayanan rujukan medik, dengan fungsi utama menyediakan dan
menyelenggarakan

upaya

kesehatan yang

bersifat

kuratif dan

rehabilitative bagi pasien yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau


oleh masyarakat luas (Profil RSU Kabupaten Tangerang, 2014).
7

2.3.2. Misi RSU Kabupaten Tangerang


Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
organisasi sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan organisasi. Maka misi RSU kebupaten tangerang yang
dirumuskan adalah:
1. Meningkatkan kopetensi sumber daya manusia pada semua lini
pelayanan RS dalam rangka memberikan pelayanan daya saing
yang tinggi.
2. Menyediakan bangunan yang atraktif, funsional dan nyaman yang
berwawasan lingkungan.
3. Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi
melalui system informasi rumah sakit.
4. Memberikan pelayanan unggulan yang didukung dengan peralatan
canggih untuk antisipasi tuntunan lingkungan dan perkembangan
penyakit di Kabupaten di kota Tangerang.
5. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan

kedokteran

dan

pendidikan kesehatan lainnya.


6. Menekan angka kematian ibu dan bayi di RSU dalam rangka peran
aktif mendukung Millenium Development Goals sesuai dengan
rencana pembangunan jangka menengah Daerah Kabupaten
Tangerang.
2.3.3. Motto RSU Kabupaten Tangerang
Motto RSU Kabupaten Tangerang adalah KAMI ADA
UNTUK ANDA
2.3.4. Falsapah RSU Kabupaten Tangerang
Falsapah RSU Kabupaten Tangerang adalah MEMBERIKAN
PELAYANAN MELEBIHI HARAPAN PELAYANAN
2.3.5. Nilai- Nilai Budaya Kerja RSU Kabupaten Tangerang
Nilai-nilai yang terkandung dalam visi dan misi RSU Kabupaten
tangerang merupakan nilai-nilai yang harus dianut dan diterapkan
dalam sikap dan perilaku seluruh jajaran pegawai rumah sakit dalam
menjalankan semua kegiatan.
C : Cakap (competent)
A : Akuntabel
R : Responsif
E : Efisien

1. Cakap
Setiap personil baik dokter maupun paramedis dan pegawai
terus menjaga kecakapan agar dapat menjalankan fungsi secara
profesional. Kegiatan rumah sakit yang inovatif menunjukan
bahwa setiap jajaran pegawai harus dapat memberikan
konstribusi yang optimal bagi peningkatkan kinerja rumah sakit
dan peka terhadap aspirasi yang disampaikan masyarakat atau
pasien.
2. Akuntabel
Sebagai badan layanan umum bedah ( BLUD ) maka RSU harus
dapat mendaya gunakan seluruh sumber daya untuk mencapai
kinerja

optimal

dan

dapat

dipertanggung

jawabkan.

Keberhasilan dalam mencapai visi dan misi rumah sakit tidak


lepas dari kebersamaan komitmen dari seluruh anggota
organisasi. Kesepakan yang dijalin dari seluruh anggota
organisasi akan menciptakan hubungan yang harmonis untuk
mencapai visi dan misi yang telah dicanangkan.
3. Responsif
Sebagai instansi yang sangat tanggap pada kegawatdaruratan
ataupun kondisi yang fatal maka sikap tanggap dibudayakan
melebihi sikap lainya. Kegiatan dirumah sakit harus didukung
oleh pegawai yang profesionalisme dan senantiasa memberikan
pelayanan yang prima kepada masyarakat/pasien dengan
dilandasi prinsip-prinsip good governance. Dengan demikian
setiap program/kegiatan rumah sakit harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan cermat agar mencapai hasil yang
maksimal.
4. Efisiensi
Menjamin

terselenggaranya

pelayanan

kesehatan

kepada

masyarakat/pasien dengan menggunakan sumber daya rumah


sakit yang tersedia secara optimal dan tanggung jawab.

2.4. Lambang logo


Gambar 2.1

Logo RSU kabupaten tanggerang dibuat pada tahun 1982 oleh Dr.
Melly R. Sianturi. Menurut sejarahnya, logo ini dibuat pada masa direktur
Willy Ranti yang diperlombakan untuk membuat desain logo RSU kabupaten
tangerang diikuti oleh para pegawai RSU pada waktu, akhirnya setelah
dilakukan penilaian oleh direktur maka pemenangnya adalah Dr. Melly R.
Sianturi pada tahun 1982 logo tersebut resmi digunakan oleh RSU kabupaten
tangerang. Arti gambar logo RSU kabupaten tangerang :
1. Segi lima melambangkan pancasila yang menjadi dasar negara kesatuan
republik Indonesia
2. Palang warna hijau melambangkan simbol kesehatan
3. Susunan batu merupakan lambang beteng pertahanan

yang

mengingatkan kita kepada perlawanan pahlawan rakyat kabupaten


tangerang
4. Jumlah bata sebanyak 65 buah melambangkan tahun 1965
5. Garis putih berombak melambangkan bahwa kabupaten tangerang
dilintasi oleh sungai-sungai besar
6. Jumlah garis putih berjumlah 5 buah melambangkan bulan Mei
7. Garis biru berombak melambangkan laut yang bermakna kabupaten
tangerang merupaka daerah pantai
8. Jumlah garis biru sebanyak 5 buah melambangkan tanggal 5
9. Rangkaian arti tersebut merupakan hari jadi RSU kebupaten tangerang
pada tanggal 5 Mei 1965.

2.5. Fasilitas Pelayanan RSU Tangerang


1. Poli klinik/Rawat jalan.

10

2. Instalasi Gawat Darurat: Pelayanan Instalasi Gawat Darurat 24 jam.


3. Medikal Check Up dan Pemeriksaan Kesehatan: Pelayanan Kesehatan
setiap hari kerja jam 08.00-14.00 WIB.
4. Rawat Inap: RSU Kabupaten Tangerang memiliki 21 ruang perawatan
yang terdiri dari kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan ruang
perawatan intensif (ICU). Selain terdapat pula paviliun khusus dengan
kapasitas 39 tempat tidur, yaitu Paviliun Wijaya Kusuma.
5. Kapasitas ruang perawatan dapat dilihat pada tabel 1.1 dan 1.2 sebagai
berikut:
6. Kamar Bedah: RSU Kabupaten Tangerang mempunyai 2 buah kamar
operasi (elektif dan cito), pada tahun 2009 mempunyai kapasitas sebagai
berikut:
(1)

Ruang Operasi: 12 kamar

(2)

Alat-alat :
a. Basic Besar

: 28 paket

b. Basic Kecil

: 9 paket

c. Meja Instrumen

: 17 buah

d. Elektro Cauter

: 10 buah

e. Lampu gantung

: 4 buah

f. Lampu dorong

: 7 buah

g. Meja operasi

: 11 buah

h. Suction besar

: 7 buah

i. Manometer oksigen

: 10 buah

j. Lampu baca RO

: 4 buah

k. Mesin anestesi

: 8 buah

l. Monitor

: 10 buah

m. Blangkar

: 22 buah

n. Standar infus

: 25 buah

o. Suction kecil

: 3 buah

7. Kamar Bersalin: Kapasitas kamar bersalin RSU Kabupaten Tangerang


sebagai berikut:
(1) Tempat tidur : 21 unit.
(2) Alat-alat:
11

a.

Dopler

: 1 buah

b.

Explorasi

: 4 set

c.

CTG

: 1 buah

d.

Forcep

: 6 set

e.

Hecting set

: 14 set

f.

Ekraksi Vacum Set

: 3 set

g.

Embriotomi set

: 1 set

h.

Partus set

: 20 set

i.

Micro kuret

: 2 buah

j.

Kuretase set

: 8 set

k.

USG

: 1 buah

8. Hemodialisa: Pelayanan setiap hari kerja jam 08.00-18.00 wib.


Jumlah tempat tidur serta alat dialisis sebanyak 18 unit, pasien
yang menjalani hemodialisa sebanyak 203 orang dengan
jumlah karyawan 8 orang perawat, dan 1 orang dokter jaga
diruang Hemodialisa.
9. Pelayanan Penunjang Medis: Fasilitas pelayanan penunjang
medis anatara lain:
a. Laboratorium
b. Patologi Anatomi
c. Rontgen
d. Farmasi
e. Konsultasi Gigi
f. USG
g. EEG
h. EKG
i. Treadmill
j. Spirometri
k. Audiometri
l. CT. Scan
10. Pelayanan Penunjang Lainnya:
a. Mobil
Ambula
nce
: 4 unit
(sumban
gan)

12

b. Kereta
Jenazah
: 6 unit
(dikelol
a

oleh

Koperas
i)
2.6 Gambaran Umum Ruang Kenangan
Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Tangerang, salah
satunya yaitu sub unit ruang perawatan Kenanga. Sub unit ruang
perawatan Kenanga merupakan bangsal perawatan dewasa penyakit
jantung, paru dan neurologi kelas I dan II. Ruang perawatan Kenanga
dapat merawat pasien laki-laki dan wanita. Ruang perawatan Kenanga
dikepalai oleh satu orang Kepala Ruang, satu orang wakil kepala
ruangan dengan 14 orang perawat dan 2 orang OB.
Gambar 2.2
Denah Ruangan Kenanga
T
E
R
A
S

l.

Pentri
R.Ganti
R. Karu

R.
tindak
an

T. linen,
baskom
mandi

Jalur evakuasi
R.
Diskus
i

Nurse
3
7
1
5
Station
Struktur Organisasi Ruang Kenanga ( Terlampir )

Toilet
Pasien

Gambar 2.3
Struktur Organisasi Ruang Kenanga
Kepala ruangan

13

Wakil ruangan

Tim genap 1

Tim ganjil 1

Keterangan :
: Kepala Ruangan
: Wakil Kepala Ruanagan
: Ketua Tim Genap
: Ketua Tim Ganjil
: Perawat Pelaksana Tim Genap
: Perawat Pelaksana Tim Ganjil
:Office Boy

2.7 Uraian Tugas

14

1. Kepala Ruangan Perawatan Perinatologi Atas (Ka. Ru)


Seorang tenaga perawat profesional yang diberi tanggung jawab
dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan di ruang rawat.
a. Kualifikasi
1) Perawat klinik III (Pendidikan minimal D III keperawatan dengan
pengalaman kerja 8 tahun dengan sertifikasi, S1 keperawatan,
pengalaman dengan sertifikasi, SI keperawatan, pengalaman kerja 6
tahun.
2) Memiliki sertifikat manajemen keperawatan.
3) Memiliki kemampuan kepemimpinan.
4) Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembangkan diri sesuai
dengan perkembangan IPTEK.
b. Tanggung Jawab
1) Secara administratif bertanggung jawab kepada kepala bidang
pelayanan keperawatan.
2) Secara operasional bertanggung jawab kepada kepala instalasi
c. Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan perawatan di unit kerja
dalam lingkup tanggung jawabnya.
d. Uraian tugas
1) Melaksanakan fungsi perencanaan:
a. Merencanakan jumlah tenaga yang sesuai dengan kebutuhan
ruang rawat yang berada dibawah tanggungjawabnya.
b. Merencanakan standar kebutuhan alat dan fasilitas pelayanan
keperawatan diruang rawat.
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
d. Merencanakan pengembangan SDM perawat melalui pembuatan
usulan jadwal pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
2) Melaksanakan fungsi pengorganisasian

15

a. Mengatur seluruh kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di


ruang rawat.
b. Menyusun daftar dinas setiap tenaga perawat dan tenaga lainnya
sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
c. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan yang
ada dengan cara bekerjasama dengan petugas kesehatan lain yang
terlibat dalam pelayanan di ruang tersebut.
d. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawat.
e. Mengatur kegiatan pendampingan visit dokter.
f. Mengklasifikasikan pasien menurut tingkat kegawatan, infeksi
dan non infeksi untuk memudahkan perawatan.
g. Melaksanakan koordinasi dan memelihara hubungan baik dengan
kepala ruangan lain, kepala seksi, kepala bidang, kepala instalasi
dan staf medik fungsional di rumah sakit.
h. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya.
i. Melaksanakan model penugasan yang telah menjadi keputusan
bersama kepal instalasi dengan kepala bidang pelayanan
keperawatan.
3) Malaksanakan fungsi pelaksanaan
a. Memimpin jalannya ronde keperawatan.
b. Memberikan orientasi kepada kepada tenaga perawat pelaksana
untuk melaksanakan pelayanan keperawatan sesuai standar yang
ditetapkan.
c. Memberikan

pengrahan

motivasi

kepada

tenaga

perawat

pelaksana untuk melaksanakan pelayanan sesuai standar yang


ditetapkan.
d. Mengenal jenis dan kegunaan peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien.
e. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, alat, obat dan bahan lain
yang diperlukan.
f. Menjamin ketersediaan obat dan peralatan yang siap pakai.

16

g. Memberikan orientasi terhadap pasien dan keluarganya meliputi


penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
h. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien dalam batas
kewenangannya.
i. Meningkatkan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
tentang perkembangan pasien dan kegiatan lain yang dilakukan
secara tepat dan benar
j. Memperisapkan dan memelihara kebersihan ruang rawat dan
lingkungannya.
k. Memeriksa, meneliti pengisian formulir harian pelayanan serta
membubuhkan nama dan tanda tangan pada formulir tersebut
l. Membuat catatan harian, mingguan dan bulanan mengenai
pelaksanaan kegiatan lain diruang rawat.
m. Membuat dokumen pelaksanaan rapat koordinasi.
2. Wakil Kepala Ruangan
Seorang tenaga perawat profesional yang diberi tanggung jawab
dan wewenang oleh kepala ruangan untuk membantu mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di ruang rawat.
a. Kualifikasi
1) Perawat klinik II, Pendidikan minimal D III keperawatan dengan
pengalaman kerja 4 tahun dengan sertifikasi, S1 keperawatan,
pengalaman kerja 2 tahun.
2) Memiliki kemampuan kepemimpinan
3) Mempunyai kemauan dan kemampuan

mengembangkan diri

sesuai dengan perkembangan IPTEK.


b. Tanggungjawab
Bertanggung jawab kepada kepala ruangan
c. Tugas Pokok
Membantu kepala ruangan dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan.
d. Uraian Tugas
1) Membantu kepala ruangan mengawasi dan menilai pelaksanaan
penanggung jawab urusan.

17

2) Membantu terlaksananya metode penugasan yang diterapakan


diruangan (metode tim atau kasus).
3) Melaksanakan pendelegasian tugas kepala ruangan saat kepala
ruangan berhalangan hadir.
4) Membuat jadwal dinas perawat pelaksana.
5) Menjadi penanggung jawab pegendalian dan pencegahan infeksi
rumah sakit di ruang rawat.
3. Ketua Tim
Seorang tenaga perawat dengan kemampuan klinik yang baik,
diberi wewenang dan tanggungjawab untuk memimpin sekelompok tenaga
keperawatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien.
a. Kualifikasi :
1) Perawat klinik II ( Pendidikan minimal D III keperawatan/
kebidanan dengan pengalaman kerja 4 tahun dengan sertifikasi, S1
keperawatan/kebidanan, pengalaman kerja 2 tahun.
2) Dapat berkerja sama dengan petugas kesehatan lainnya.
b. Tanggung jawab
Secara operasional dan administratif bertanggungjawab kepada
kepala ruangan.
c. Tugas Pokok
Melaksanakan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pemberian asuhan keperawatan di ruang
rawat yang menjadi area tugasnya.
d. Uraian Tugas
1) Melaksanakan fungsi perencanaan.
2) Merencanakan dan menyusun asuhan

keperawatan

pada

sekelompok pasien yang menjadi tanggungjawabnya, meliputi:


pengkajian pasien baru, menetapkan rencana asuhan keperawatan
dan menjelaskan kepada perawat asosiet.
3) Menetapakan perawat asosiet yang bertanggungjawab pada setiap
pasien, setiap giliran jaga. Pembagian pasien dapat didasarkan
pada jumlah pasien, klasifikasi pasien (self care, intermediate
care, partial care dan total care) dan tempat tidur berdekatan.
4) Melaksanakan fungsi pelaksanaan, meliputi:

18

a) Membuat kesepakatan dengan klien/keluarga pada awal


masuk ruangan.
b) Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
c) Mengikuti timbang terima.
d) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komperhensif.
e) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
f) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
g) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
h)
i)
j)
k)

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat blain.


Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
Menerima dan menyesuaikan rencana.
Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan

l)
m)
n)
o)
p)

lembaga sosial di masyarakat.


Membuat jadual perjanjian klinik.
Mengadakan kunjungan rumah.
Melaksanakan sentralisasi obat.
Mendampingi visite.
Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala

ruangan dan perawat associate.


q) Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
4. Ketua Shift
Seorang tenaga perawat dengan kemampuan klinik yang baik,
diberi

wewenang

dan

tanggungjawab

untuk

memimpin

tenaga

keperawatan lain dalam suatu shift jaga.


a. Kualifikasi
1) Perawat klinik II, Pendidikan minimal D III keperawatan dengan
pengalaman kerja 4 tahun dengan sertifikasi, S1 keperawatan,
pengalaman kerja 2 tahun.
2) Dapat berkerja sama dengan petugas kesehatan lainnya.
b. Tanggung jawab
Secara operasional dan administratif bertanggung jawab kepada
kepala ruangan.
c. Tugas Pokok
Memimpin, mengawasi dan bertanggung jawab dalam pemberian
asuhan keperawata pada shift tertentu.
19

d. Uraian Tugas
1) Membantu Kepala ruangan mengawasi dan
pelaksanaan.
2) Membantu kepala
3)
4)
5)
6)

ruangan

menilai

hasil

mengendaliakn
kerja

perawat

pelaksanan.
Melaksanakan pendelegasian dari kepala ruangan.
Mengatur dan menjalankan ppekerjaan administrasi ruangan.
Menjaga kebersihan ruangan.
Berkordinasi dengan perawat pengawas bila terjadi suatu
permasalahan berkaitan pelayanan dalam lingkup kerjanya.

5. Perawat Pelaksana
Seorang tenaga perawat dengan kemampuan klinik, diberi
wewenang dan tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien di ruang rawat
a. Kualifikasi
1) Perawat klinik (pendidikan minimal D III keperawatan)
2) Memiliki SIP dan SIK
3) Dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya
b. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
c. Tugas Pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan yang menjadi area
tugasnya.
d. Uraian tugas
1) Membaca asuhan keperawatan yang telah disusun dan ditetapkan
oleh ketua tim.
2) Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga.
3) Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien berdasarkan
rencana tindakan yang dibuat ketua tim.
4) Evaluasi tindakan dan mendokumentasikan pada format catatan
perkembangan.
5) Mengikuti visite dokter.

20

6) Memeriksa kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.


7) Mengkomunikasikan kepada ketua tim bila menemukan masalah
yang perlu diselesaikan.
8) Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan penunjang diagnostik atau
pelaksanaan operasi.
9) Berperan serta dalam memberikanpendidikan kesehatan kepada
pasien/keluarga yang dilakukan ketua tim.
10) Membantu ketua tim lain yang membutuhkan
11) Mengevaluasi kulaitas asuhan keperawatan dan hasil yang
dicapai.

2.8 Aktivitas Ruang Perawatan Kenanga


Aktivitas di Sub Unit Ruang Perawatan Kenanga merupakan
gabungan dari Pelayanan Medik, Pelayanan Keperawatan dan
Pelayanan Penginapan. Pelayanan Medik yang dimaksud adalah
pelayanan yang berasal dari dokter yang merawat. Dokter memeriksa
pasien yang dirawat di rumah sakit secara teratur serta memberikan obat
dan pengobatan yang dapat menyembuhkan pasien. Pelayanan
Keperawatan adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat-perawat
kepada pasien berupa pengawasan terus menerus sehingga terjadi
penyembuhan. Sedangkan Pelayanan Penginapan adalah pelayanan
fasilitas seperti tempat tidur, AC , meja mobile, kamar mandi dan
pemberiana gizi
Kegiatan pelayanan rawat inap meliputi:
1. Penerimaan pasien
2. Pelayanan medik
3. Pelayanan penunjang medik
4. Pelayanan perawatan
5. Pelayanan obat
6. Pelayanan pemberian gizi, dan
21

7. Pelayanan administrasi keuangan.


2.9 Hubungan Kerja Ruang Perawatan Perinatologi Atas dengan
Bagian Lain
Dalam menjalankan aktivitas rutin Sub Unit Ruang
Perawatan Kenanga menjalin hubungan kerja dengan unit-unit
yang terkait, seperti:
a. Unit Rawat Jalan: Bekerjasama untuk penerimaan pasien
sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit.
b. Unit Gawat Darurat: Bekerjasama dalam menerima pasien
yang datang dan memerlukan pertolongan pertama untuk
selanjutnya mendapatkan pengobatan lebih lanjut di rawat
inap.
c. Rekam

Medis:

Bekerjasama

dalam

penyelenggaraan,

penyimpanan, pengelolaan, dan pemeliharaan informasi medis


yang terdapat dalam status/rekam medik pasien. Surat
permintaan rawat yang dikirim oleh dokter dari rawat jalan
maupun UGD harus disertai dengan rekam medis pasien.
d. Radiologi: Bekerjasama dalam pemeriksaan pasien dengan
menggunakan alat-alat radiologi untuk menegakkan diagnosa
penyakit.
e. Laboratorium: Bekerjasama dalam pemeriksaan pasien dengan
menggunakan

fasilitas

laboratorium

untuk

menegakkan

diagnosa penyakit.
f. Farmasi: Bekerjasama dalam mengadakan obat dan alat
kesehatan yang diperlukan pasien di Sub Unit Ruang
Perawatan Kenanga.
g. Gizi: Bekerjasama dalam mengadakan makanan/minuman dan
konsultasi gizi.
h. Keuangan: Bekerjasama dalam pengelolaan keuangan sebagai
salah satu sub unit perawatan yang memberikan kontribusi
kepada rumah sakit dalam bentuk pembayaran pasien baik
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
22

i. Akuntansi: Bekerjasama dalam verifikasi invoice untuk pasien


rawat inap.
j. Rehabilitasi Medik: Bekerjasama dalam konsultasi dan terapi
lanjutan pasien dengan pemberian pelayanan fisioterapi, dan
konsultasi psikologi.
k. Logistik: Bekerjasama dalam pengadaan Alat Tulis Kantor
(ATK) dan formulir-formulir yang mendukung kegiatan di Sub
Unit Ruang Perawatan Kenanga.
l. Pendaftaran: Bekerjasama dalam pemberian informasi ruang
perawatan/tempat tidur yang tersedia dan persiapan kamar
untuk rawat inap.
m. Maintenance & cleaning service: Bekerjasama dalam hal
pemeliharaan dan perbaikan sarana rumah sakit, terutama di
Sub Unit Ruang Perawatan Kenanga.
2.10 Sumber Daya Manusia
Jumlah ketenagaan perawat diruang kenanga atas sebagai berikut:
Tabel 2.2
Latar Belakang Pendidikan Perawat Diruangan Kenanga

Ketenagaan

O
1
2
3

Kepala Ruangan
Wa-KaRu
Pelaksana

Pendidikan
S1 Ners
D3
S1 Ners
S1
D3 Kep

Jumlah

Ket

1 org
1 org
1 org
1 org

S1 keperawatan

12

pendidikan D3
Keperawatan

2.11

OB

Fasilitas dan Peralatan di Ruangan Kenanga


1. Fasilitas
Perawatan di Ruangan Kenanga meliputi:

23

a) Asuhan keperawatan khususnya penyakit dalam seperti


paru, cardio dan neurologi dengan kebutuhan perawatan
khusus
b) Visit dokter spesialis paru, cardio dan neurologi
c) Visit dokter spesialis penyakit dalam
d) Fisioterapi

2. Pembagian ruangan di Ruangan Kenangan


Tabel 2.1
Jumlah Tempat Tidur (TT) Di Ruanga Kenangan
NO
1

KELAS
KLS 1

RUANGAN
4

KET
perempuan : 4 TT

KLS 2

laki-laki : 4 TT
Perempuan : 8 TT

R. Tindakan

Laki-laki : 8 TT
1 TT diguanakn sebagai
ruangan untuk memasang
WSD, penyimpanan obat,
lemari linen, lemari alkes
dan alat-alat medis
(suction, EKG, nebulizer,
rostur)

4
Nurse station
5
R. Kepala ruangan
6
R. Ganti perawat
7
Pantri
8
R. Diskusi
JUMLAH

1
1
1
1
1
15

24 TT

24

BAB 3
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1 Kerangka Teori
3.1.1 Pendahuluan
Rumah Sakit merupakan sebagai salah satu institusi di bidang
pelayanan kesehatan dan institusi yang padat pakar, padat modal dan
padat teknologi, dituntut untuk bersikap profesional dalam memberikan
pelayanan. Oleh karena itu, masalah di Rumah Sakit seringkali
dijumpai baik dari segi manajemen maupun individunya. Pelayanan
Rumah Sakit dapat dibedakan atas pelayanan medis dan pelayanan non
medis.

Pelayanan

yang

selalu

diperbaiki

dan

dikembangkan

memberikan kesempatan untuk menjadi lebih baik dan memberikan


kesempatan untuk berkembang.
Sub Unit Ruang Kenanga merupakan ruang perawatan pasien
penyakit dalam yaitu paru, cardio dan neuro kelas I dan II RSU
Tangerang yang mempunyai beragam kegiatan pelayanan medis
maupun non medis. Dalam upaya menjalankan kegiatannya tidak selalu
dapat diharapkan terjadi sesuai dengan rencana yang dibuat,
kemungkinan ada hal-hal yang tidak sesuai atau hal-hal yang kurang
memuaskan

serta

adanya

permasalahan-permasalahan

yang

menghambat untuk kerja maksimal sesuai dengan visi, misi dan target
yang telah dibuat.
Pada Bab 3 ini penulis akan mengidentifikasi permasalahan
yang ditemukan di Sub Unit Perawatan Ruang Kenanga tempat penulis
melakukan

magang.

Sebelum mengidentifikasi

masalah-masalah

tersebut, perlu dijelaskan dahulu mengenai teori-teori dari masalah,


sistem, identifikasi masalah dan penentuan masalah itu sendiri.
3.1.2

Masalah
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian masalah, antara lain:

25

Masalah adalah deviasi atau penyimpangan yang terjadi antara


kinerja yang diharapkan (target) dan kinerja aktual (hasil aktual).

Masalah adalah semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan


sehari-hari sedangkan permasalahan penelitian adalah pembatasan
fokus perhatian ruang lingkupnya sampai menimbulkan pertanyaan
dari dalam diri orang-orang yang mencari permasalahan.

Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan, tolok ukur,


target harus dihasilkan, dihubungkan dengan rasa keprihatinan
mereka yang tidak terlibat.

Masalah adalah kesenjangan antara kondisi yang diharapkan atau


teori dengan kenyataan, yang secara nyata ditemukan.
Berikut ini 4 kriteria yang pada umumnya dijadikan pertimbangan

dalam menetapkan sesuatu menjadi masalah, yaitu:


a

Adanya kesenjangan antara yang seharusnya (das sollen) dengan apa


yang ada (das sein).

Apabila kita mempunyai sesuatu hal yang diketahui, tetapi


pengetahuan mengenai hal tersebut tidak lengkap.

Apabila ditemukan kontradiksi anatara dua keterangan yang berbeda.

Suatu proses yang sedang berjalan tiba-tiba terhenti.

Jenis dan bentuk masalah:


a

Deskriftif, yaitu masalah yang berkenaan dengan suatu variabel


mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan.

Komparasi, yaitu masalah yang bersifat membandingkan keberadaan


suatu variabel pada dua sampel atau lebih.

Korelasi/assosiatif, yaitu pertanyaan penelitian yang bersifat


menghubungkan 2 variabel pada sampel atau lebih. Permasalahan
assosiatif dapat berupa: hubungan sebab akibat, hubungan saling
mempengaruhi dan hubungan sejajar.
Untuk merumuskan masalah dapat dilakukan dengan beberapa

metode, antara lain:


a

Pengumpulan data primer yaitu pengukuran langsung pada subjek.

26

Observasi disebut juga metode pengamatan yaitu pengumpulan


data dengan cara pencatatan, penggambaran, pengamatan
secara cermat dan sistematik.

Kuesioner yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk


mendapatkan

informasi

secara

langsung

dengan

mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden.

Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk


mendapatkan

informasi

secara

langsung

dengan

mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden.


b

Pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan diambil dari


institusi/sumber kepustakaan lain, seperti: SOP, laporan rumah sakit,
diktat kuliah dan lain-lain.

3.1.3

Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terdiri dari berbagai

faktor yang berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi, yang
kesemuanya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pendekatan sistem memberikan kerangka untuk perencanaan
tindakan yang akan dilakukan, sistem dapat dikelompokan menjadi 5
(lima) unsur, yaitu:
a

Masukan (Input)
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem
tersebut. Unsur-unsur dari input antara lain:

Man (sumber daya manusia)

Money (dana yang dimiliki)

Method (metode yang digunakan)

Material (sarana, fasilitas dan bahan yang digunakan)

Machine (peralatan yang digunakan)

Proses (Process)
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk mengubah masukan

27

menjadi keluaran yang direncanakan. Adapun unsur-unsur dari


proses antara lain:

Perencanaan (Planning) adalah perencanaan suatu input yang


akan diproses.

Pengorganisasian (Organizing) adalah penyusunan kegiatan


di dalam organisasi.

Pelaksanaan (Actuating) adalah tindakan yang dilakukan.

Pengawasan (Controling) adalah pengawasan terhadap


jalannya kegiatan organisasi.

Pengevaluasian (Evaluating) adalah pengevaluasian terhadap


kegiatan organisasi yang telah dilakukan. Pengawasan yang
dilakukan antara lain:
o Meliputi penilaian
o Menegur jika ada kesalahan
o Penghargaan sesuai dengan kinerja masing-masing
individu
o Pelaporan-pelaporan

Keluaran (Out put)


Keluaran (out put) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam
pelayanan kesehatan terdapat 2 macam output, yaitu:

Penampilan aspek medis (Medical Performance)

Penampilan non medis (Non Medical Performance)

Umpan balik (Feedback)


Umpan balik (feedback) adalah kumpulan bagian atau elemen
yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan
bagi sistem tersebut. Selanjutnya setelah suatu keputusan diambil
dan dilaksanakan, maka akan terdapat efek dari keputusan tersebut
yang dapat dijadikan masukan bagi pengambilan keputusan. Inilah
yang dinamakan umpan balik.

28

Dampak (Impact)
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem.

Lingkungan (Environment)
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang
tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap
sistem
Gambar 3.1
Hubungan Unsur-Unsur Sistem

Lingkungan
(Environment)
Masukan

Proses

Keluaran

Impack/

(Input)

(Process)

(Output)

(Dampak)

Umpan
Balik
3.1.4

Identifikasi Masalah
Definisi dari identifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah penentuan. Jadi yang dimaksud dengan identifikasi masalah adalah


penentuan masalah. Identifikasi ini ditujukan hanya pada unsur keluaran
pelayanan

kesehatan.

Identifikasi

masalah

dimaksudkan

untuk

menghindari bias. Masalah yang teridentifikasi dapat menimbulkan


masalah baru dan dapat dihimpun sebagai masalah alternatif, walau masih
memperlihatkan adanya/luasnya permasalahan.
Untuk menemukan masalah yang diteliti, dapat diperhatikan
beberapa sumber ilmu yang ada, antara lain:

29

Kepustakaan (buku ajar, jurnal ilmiah,buku teks, skripsi, dll)

Bahan-bahan diskusi, seminar, lokakarya, simposium, dll.

Pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Pendapat fakar tertentu yang masih bersifat spekulatif.

Sumber non ilmiah, misalnya berita di surat kabar.

Kebijakan Publik, berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh


Pemerintah,

seperti:

Undang-undang,

Peraturan

Pemerintah,

Peraturan Daerah, dll.


g

Intuisi, kemampuan individu dalam melakukan imajinasi terhadap


berbagai fenomena alam sekitar.

Kondisi objektif yang ada di tempat bekerja baik dari prosedur dan
mekanisme kerja, SDM, pelayanan terhadap pelanggan, fungsi
manajemen yang belum berjalan dengan baik, dll.

3.1.5

Penentuan Prioritas Masalah


Penetapan proses penentuan masalah adalah melakukan pemilihan
dari daftar masalah yang terjadi pada suatu unit kerja. Penentuan prioritas
masalah merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan pemecahan
masalah, karena dengan diketahui masalah tersebut kita dapat mengetahui
yang menjadi penyebab masalah. Dalam penentuan prioritas masalah
banyak macamnya, secara sederhana dibedakan menjadi 2 (dua):
1 Scoring Technique
Dengan cara ini pemilihan prioritas masalah dilakukan dengan
memberikan nilai (score) untuk parameter kriteria yang ditetapkan.
Teknik

merumuskan

dan

atau

menetapkan

keputusan

dengan

menggunakan kriteria yang disusun dalam bentuk matrik ini dikenal


dengan nama teknik kriteria matriks (criteria matrix technique).
2 Non Scoring Technique
Memilih masalah dengan mempergunakan berbagai parameter,
hanya dapat dilakukan jika data tersedia dengan lengkap. Jika data tidak

30

tersedia dengan lengkap maka cara yang dapat dipergunakan adalah


Non Scoring Technique.
3.1.6

Metode Penemuan Masalah


1

Kuesioner
Kuesioner merupakan cara yang digunakan kelompok untuk
mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menentukan
prioritas masalah. Kelompok menyebarkan kuesioner yang berisi
pertanyaan kepada 21 orang perawat di Sub Unit Ruang Kebidanan
Kenanga. Kuesioner dibagikan dalam 3 tahap yaitu sebagai berikut:
1

Kuesioner I, berupa kuesioner terbuka yang berisi pertanyaan


tentang hal apa yang dirasa kurang selama karyawan bekerja di Sub
Unit Ruang Kebidanan Kenanga.

Kuesioner II, berupa kuesioner tertutup yang berisi mengenai daftar


masalah yang didapat dari kuesioner I yang kemudian akan diperoleh
prioritas masalah.

Kuesioner III, berisi tentang alternatif pemecahan masalah untuk


kemudian diperoleh prioritas pemecahan masalah, lembar kuesioner
dapat dilihat pada lampiran.

Wawancara
Untuk memperkuat data yang dibutuhkan, wawancara perlu
dilakukan. Dalam wawancara ini kelompok menggunakan teknik
wawancara terbuka dan tertutup, di mana kelompok mewawancarai
langsung pihak-pihak yang dianggap terkait langsung dalam proses
pelayanan di Sub Unit Ruang Perawatan Kenanga, antara lain Kepala
Seksi Perawatan, Kepala Ruang Kenanga dan Perawat Pelaksana yang
ada.

Studi Kepustakaan
Kelompok membaca beberapa buku sebagai acuan dalam menulis
sehingga membantu dalam merumuskan dan memperjelas masalah
yanag akan dijabarkan dan pencarian metode pemecahan masalah yang

31

terbaik. Kelompok mengambil beberapa sumber buku, seperti buku ajar,


jurnal ilmiah, buku teks, skripsi).
3.1.7

Daftar Masalah
Berdasarkan cara penemuan masalah yang penulis lakukan di Sub
Unit Ruang Perawatan Kenanga, diperoleh daftar masalah yang
ditemukan, yaitu :
1 Belum tersedianya SOP timbang terima pasien baru yang di dalam
2

ruangan.
Belum optimalnya tatatertib keluarga terhadap jam kunjungan/jam

besuk pasien
Belum optimalnya fasilitas penunjang ruang rawat dalam

pemberian layanan perawatan


Belum optimalnya tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada
pasien terminal

3.1.8

Penetapan Prioritas Masalah


Penetapan prioritas masalah adalah suatu proses dalam menentukan
tingkat kepentingan dari suatu masalah. Langkah ini dianggap penting
karena di satu pihak terbatasnya sumber daya yang tersedia dan di pihak
lain adanya hubungan antara suatu masalah dengan masalah yang lainnya.
Dari daftar masalah yang ditetapkan, kelompok menyederhananakan
daftar masalah tersebut dengan menentukan prioritas masalah yang
selanjutnya akan menjadikan acuan dalam menyelesaikan masalah.
Masalah yang menjadi prioritas adalah Belum optimalnya fasilitas
penunjang ruang rawat dalam pemberian layanan perawatan.
Berikut ini adalah hasil dari jawaban kuesioner dan wawancara
dengan 16 perawat di Sub Unit Ruang keperawatan Kenanga RSU.
Kabupaten Tangerang sebagaimana terlampir pada halaman berikut ini:

32

Tabel 3.1
Tabel Penetapan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil kuesioner 1
Jumlah Responden 16 orang
No

Daftar Masalah

Masalah

Bukan

.
1

Belum sesuainya kegiatan timbang terima pasien

Masalah
9

10

12

13

baru dengan SOP yang tersedia di dalam ruangan.


2

Belum optimalnya tata tertib keluarga terhadap jam


kunjungan/jam besuk pasien

Belum optimalnya fasilitas penunjang ruang


rawat dalam pemberian layanan perawatan

Belum optimalnya tindakan Bantuan Hidup Dasar


(BHD) pada pasien terminal

3.1.9

Penjabaran Masalah (5W + 1H)


Masalah yang diprioritaskan untuk dilakukan suatu penyelesaian
harus diidentifikasi terlebih dahulu mengenai akar masalahnya atau sebabsebab terjadinya masalah. Pengidentifikasian tersebut dapat dilakukan
dengan penjabaran masalah yang mengacu kepada 5W + 1H. Berikut ini
adalah uraian tentang pertanyaan masalah tersebut:
1

What (apa yang menjadi masalah)


Masalah yang menjadi prioritas masalah yaitu Belum optimalnya
fasilitas penunjang ruang rawat dalam pemberian layanan
perawatan

Who (Siapa yang terlibat)

33

Masalah tersebut melibatkan Perawat, Petugas Kebersihan (POS),


bagian Penerangan dan pengunjung.
3

When (Kapan waktu terjadinya masalah)


Melalui wawancara, diketahui bahwa masalah tersebut sudah lama
terjadi dan masih terjadi hingga saat ini kelompok melakukan praktik
profesi di unit tersebut. Masalah harus ditanggulangi secepat
mungkin untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien.

Where (Di mana permasalahan itu terjadi)


Masalah ini terjadi di Sub Unit Ruang Keperawatan Kenanga RSU.
Kabupaten Tangerang.

Why (Mengapa masalah itu terjadi)


Atas pengamatan dan hasil kuesioner yang dilakukan oleh
kelompok terhadap permasalahan yang diangkat, terdapat beberapa
hal yang menjadi penyebab terjadinya masalah tersebut antara lain:

Belum adanya nomer kamar, nomer tempat tidur pasien dan


poster-poster tentang pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarga

How (Bagaimana masalah ini ditanggapi)


Masalah tersebut baru diketahui oleh kepala ruangan, karena
sebelumnya belum ada yang menggali hal tersebut langsung kepada
kamar pasien, selain dari pada itu peran perawat dalam
memperhatikan masalah tersebut kurang maksimal dan belum
diterapkannya tindak lanjut untuk perawatan dirumah.
Dari penjabaran yang telah kelompok paparkan mengenai
permasalahan belum tersedianya petunjuk nomor bed pasien,
nomor kamar dan poster-poster yang memberikan pendidikan
kesehatan untuk pasien dan keluarga kelompok lebih memfokuskan
untuk memahami dan membuat inovasi dalam pembuatan nomor
bed pasien, nomor kamar dan poster-poster yang dikaitkan dengan
hasil data yang didapatkan berdasarkan observasi dan wawancara.
34

Keterkaitan tersebut dapat dilihat dalam pemaparan diagram


isikawa.

35

Gambar 3.2
Diagram Ishikawa
Belum optimalnya tata tertib berkunjung
Input

Materia
l

machine

Belum adanya nomer


kamar, nomer tempat
tidur pasien dan posterposter tentang pendidikan
kesehatan untuk pasien
dan keluarga

Method

Belum optimalnya
fasilitas atau media
elektronik ( komputer dan
printer)

Belum adanya standar fasilitas


ruangan

Belum optimalnya
fasilitas penunjang ruang
rawat dalam pemberian
layanan perawatan

Kurang memperhatikan keadaan

Masih

terhambatnya

ruangan dan kamar pasien

beberapa

kebutuhan

pemenuhan ruangan
Proses
actuati
ng

36

BAB 4
PEMECAHAN MASALAH
4.1 Kerangka Teori
Pemecahan masalah adalah sebuah proses dimana suatu situasi
diamati kemudian bila ditemukan ada masalah dibuat penyelesaiannya
dengan cara menentukan masalah, mengurangi atau menghilangkan masalah
atau mencegah masalah tersebut terjadi. Proses pemecahan masalah seperti
terlihat pada Gambar:
Gambar 4.1
Kerangka teori

Setelah mengetahui prioritas masalah, maka langkah yang diambil


selanjutnya adalah mencari alternatif pemecahan masalah. Alternatif
pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan
masalah utama dengan melihat dan menyesuaikan keadaan unit pada saat itu
serta dapat diterapkan dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang,
sehingga pelaksanaannya efektif dan efisien.
Untuk penyelesaian masalah Belum optimalnya fasilitas penunjang
ruang rawat dalam pemberian layanan perawatan maka penulis mencoba
mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. Dengan adanya alternatif
pemecahan masalah, maka akan dilihat tingkat prioritas cara pemecahan
masalah yang lebih diutamakan untuk dilakukan. Tujuan dari pemecahan

37

masalah tersebut adalah mengatasi permasalahan yang terjadi, sehingga akan


tercipta suasana yang kondusif dalam kegiatan operasional rumah sakit.
4.2 Analisis Penyebab Masalah
Analisis penyebab masalah memiliki pengertian sebagai suatu proses
pengumpulan informasi berdasarkan data dan fakta tentang suatu masalah
yang

dihadapi.

Analisa

penyebab

masalah

dilakukan

setelah

mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setiap masalah yang menjadi


prioritas harus diidentifikasi penyebab terjadinya masalah tersebut. Untuk
menangani/memberikan jalan keluar atau pemecahan terhadap masalah
utama,

diperlukan

beberapa

langkah

untuk

memperoleh

proses

penyelesaiannya. Langkah yang digunakan oleh kelompok adalah dengan


menggunakan Diagram Ishikawa (diagram Sebab Akibat).
Manfaat dari pembuatan Diagram Ishikawa antara lain:
a

Memisahkan penyebab atau gejala.

Memfokuskan pada hal-hal yang relevan serta diterapkan pada


masalah.

Membantu proses Plan, Do, Check and Action.

Memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu


dikumpulkan.

Mampu mengidentifikasi dan menganalisa suatu proses atau situasi


dan menemukan kemungkinan penyebab suatu persoalan yang
terjadi dan hubungan antara penyebab masalah tersebut.
Berikut

ini

adalah

analisis

penyebab

masalah

yang

telah

digambarkan kelompok dalam bentuk Diagram Ishikawa pada Bab III.


1

Masukan (input)

Belum adanya standar fasilitas diruang kenanga

material
o Belum adanya nomer kamar, nomer tempat tidur pasien dan
poster-poster tentang pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarg

38

o Machine
Belum optimalnya fasilitas atau media elektronik ( komputer dan
printer)
2

Proses (Process)
Masih terhambatnya beberapa kebutuhan pemenuhan ruangan

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Untuk

penyelesaian

masalah

Belum

optimalnya

fasilitas

penunjang ruang rawat dalam pemberian layanan perawatan maka


kelompok mencoba mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. Secara
teoritis banyak alternatif bagi penyelesaian suatu masalah. Tetapi dalam
kenyataan,

ada

kecenderungan

para

pembuat

keputusan

untuk

mempertimbangkan manfaat dari alternatif-alternatif yang diusulkan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa mencari alternatif pemecahan masalah tidak
dapat dipisahkan dari usaha untuk mengevaluasinya.
Dengan adanya alternatif pemecahan masalah, maka akan dilihat
tingkat prioritas cara pemecahan masalah yang lebih diutamakan untuk
dilakukan. Tujuan dari pemecahan masalah tersebut adalah mengatasi
permasalahan yang terjadi, sehingga akan tercipta suasana yang kondusif
dalam kegiatan operasional rumah sakit.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan
alternatif pemecahan masalah antara lain:
1

Menentukan berbagai penyebab masalah Untuk menentukan berbagai


penyebab masalah, kelompok melakukan wawancara dengan petugas
terkait di Sub Unit Ruang Perawatan kenanga. Kelompok juga
mempergunakan diagram hubungan sebab akibat atau yang biasa
dikenal dengan Diagram Ishikawa (fish bone). Diagram Ishikawa
sendiri telah dicantumkan dalam bab sebelumnya yaitu pada Bab III.

Mengubah penyebab masalah dalam bentuk kegiatan

Kelompok melakukan identifikasi alternatif pemecahan masalah yang


digunakan untuk memecahkan masalah yang ada yaitu mengenai

39

Belum optimalnya fasilitas penunjang ruang rawat dalam


pemberian layanan perawatan
Tabel 4.3.1
Daftar Alternatif Pemecahan Masalah
No.

Komponen

Penyebab

Alternatif Pemecahan
Masalah
Mensosialisasikan

pembuatan nomor kamar


Material

dan nomor bed serta poster


pendidikan kesehatan
Belum adanya nomer kamar, nomer
tempat tidur pasien dan poster-poster
tentang pendidikan kesehatan untuk

Membuat dan
menempelkan nomor
kamar dan nomor bed

pasien dan keluarga

sesuai dengan urutannya.


Membuat dan
menempelkan informasi
seperti poster pendidikan
2

kesehatan
Mensosialisasikan standar

Method

fasilitas ruangan pada


Belum adanya standar fasilitas rawat perawat
Memotivasi petugas
inap ruang kenanga
kesehatan diruang kengan
untuk membuat nomor
3

Machine

Belum

optimalnya

fasilitas

kamar dan nomor bed


atau Mensosialisasikan

media elektronik ( komputer dan fasilitas atau media


printer)

elektronik ( komputer dan


printer)

40

Memotivasi petugas
ruangan dalam
mengoptimalkan fasilitas
atau media elektronik.
4

procces

Kurang

memperhatikan

keadaan Membuat jadwal supervisi

ruangan dan kamar pasien

kepala ruangan kepada


perawat ruangan
Motivasi petugas ruangan
untuk memperhatikan

acctuating

Masih terhambatnya beberapa

keadaan dan kamar pasien


Membuat jadwal petugas

kebutuhan pemenuhan ruangan

kenanga untuk memantau


pemenuhan kebutuhan
ruangan (alat penunjang
asuhan keperawatan).

Tabel 4.3.2
Rekapitulasi Alternatif Pemecahan Masalah
No.
1

Alternatif Pemecahan Masalah


Mensosialisasikan pembuatan nomor kamar dan
nomor bed serta poster pendidikan kesehatan

Efektif
2

Membuat dan menempelkan nomor kamar dan


nomor bed sesuai dengan urutannya

Membuat dan menempelkan informasi seperti 15


poster pendidikan kesehatan
Mensosialisasikan standar fasilitas ruangan pada 10

5
6

Efektif
14
1

2.

Kurang

15

perawat
Memotivasi petugas kesehatan diruang kengan untuk 8
membuat nomor kamar dan nomor bed
Mensosialisasikan fasilitas atau media elektronik 5

1
6
8
11

( komputer dan printer)

41

7
8
9

10

Memotivasi petugas ruangan dalam mengoptimalkan 5


fasilitas atau media elektronik.
Membuat jadwal supervisi kepala ruangan kepada 8

11
8

perawat ruangan
Motivasi petugas ruangan untuk memperhatikan 6
keadaan dan kamar pasien
Membuat jadwal petugas kenanga untuk memantau
pemenuhan kebutuhan ruangan (alat penunjang 2

10

14

asuhan keperawatan).

4.4

Prioritas pemecahan masalah


Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada, maka
kelompok menentukan prioritas pemecahan masalah tersebut. Dalam
menenentukan

prioritas

pemecahan

masalah

tersebut,

pemagang

melakukan wawancara dengan petugas terkait. Setelah melakukan


wawancara dengan petugas terkait, maka dapat diketahui langkah apa
yang harus diprioritaskan untuk dilakukan agar dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada. Prioritas pemecahan dari masalah Belum
optimalnya fasilitas penunjang ruang rawat dalam pemberian
layanan perawatan

4.5 Kelebihan dan Kekurangan


Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan oleh kelompok,
tentunya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan apabila
pemecahan tersebut dilakukan. Langkah selanjutnya adalah memprediksi
atau memperkirakan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu
dengan melihat kelebihan dan kekurangan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Hal ini diharapkan dapat membantu manajemen dan pihak terkait
dalam

mengambil

keputusan

dan

dalam

mengantisipasi

segala

kemungkinan yang dapat terjadi di kemudian hari pada saat cara

42

pemecahan masalah tersebut dilaksanakan. Adapun kelebihan dan


kekurangan alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1

Mensosialisasikan pembuatan nomor kamar dan nomor bed serta


poster pendidikan kesehatan

Kelebihan
Memudahkan petugas

kesehatan dalam melakukan asuhan

keperawatan, meminimalkan terjadinya kesalah dalam pemberian

asuhan keperawatan.
Kekurangan
Ada kemungkinan tidak semua petugas kesehatan dapat
memahami mengenai informasi yang diberikan

Membuat dan menempelkan nomor kamar dan nomor bed sesuai


dengan urutannya

Kelebihan
1 Dapat memudahkan perawat dan mahasiswa yang praktik
2

dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien


Dapat mengurangi kesalahan dalam pemberian asuhan

keperawatan
Dapat memudahkan keluarga bila berkunjung ke kamar pasien
di ruang kenanga

Kekurangan
Bahan yang dibuat untuk pemasangan nomor bersifat tidak
permanen, sehingga kemungkinan nomor tersebut dapat lepas
atau copot.

Membuat dan menempelkan informasi seperti poster pendidikan


kesehatan
Kelebihan
1. Dapat meningkatkan pengetahuan pada petugas kesehatan dan
keluarga pasien yang membaca media poster yang telah
disediakan
2. Keluarga dapat menerapkan secara mandiri setelah pasien
pulang kerumah
43

Kekurangan
Ada kemungkinan pembaca tidak memahami dalam melakukan

tahap-tahap yang ada dalam poster tersebut.


Mensosialisasikan standar fasilitas ruangan pada perawat
Kelebihan
Petugas kesehatan diruangan dapat mengetahui standar fasilitas

yang harus tersedia diruangan


Kekurangan
Terkadan petugas kesehatan memiliki perbedaan pendapat dalam

standar fasilitas ruangan yang harus disediakan.


Memotivasi petugas kesehatan diruang kenanga untuk membuat

nomor kamar dan nomor bed


Kelebihan
Petugas kesehatan dapat ikut serta dalam pembuatan atau

pemasangan noemer kamar dan nomer bed.


Kekurangan
Masih banyak petugas yang tidak memeperhatikan pentingnya
nomer kamar dan nomer bed
Mensosialisasikan fasilitas atau media elektronik ( komputer dan

printer)
Kelebihan
Petugas kesehatan mengetahui media elektronik yang dapat

dimanfaatkan di ruangan
Kekurangan
tidak semua petugas kenanga dapat menggunakan media elektronik

yang sudah tersedia.


Memotivasi petugas ruangan dalam mengoptimalkan fasilitas atau media
elektronik
Kelebihan
Tidak memerlukan biaya yang terlalu banyak
Kekurangan
Tidak semua petugas kenanga dapat termotivasi

dalam

mengoptimalkan fasilitias atau media elektronik.


Membuat jadwal supervisi kepala ruangan kepada perawat ruangan
Kelebihan
Dapat mengevaluasi perkembangan pelayanan
Kekurangan
Membutuhkan waktu khusus
Motivasi petugas ruangan untuk memperhatikan keadaan dan kamar
pasien
Kelebihan
44

Dapat membangun kesadaran petugas kesehatan untuk lebih


memperhatikan keadaan ruangan
Kekurangan
Kemungkinan sebagian petugas kesehatan tidak termotivasi
Membuat jadwal petugas kenanga untuk memantau pemenuhan kebutuhan

10

ruangan (alat penunjang asuhan keperawatan).


Kelebihan
Proses pemberian asuhan keperawatan lebih optimal.
Kekurangan
Pembuatan jadwal membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak
BAB 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
5.1 Rincian
Pada bab sebelumnya telah dijabarkan beberapa masalah dan
penyebabnya yang terdapat di Sub Unit Ruang Rawat Kenanga RSU.
Kabupaten Tangerang dan telah didapat pula prioritas masalah yang
sebaiknya didahulukan untuk diselesaikan yaitu Belum optimalnya
fasilitas

penunjang

ruang

rawat

dalam

pemberian

layanan

perawatan dengan beberapa pemecahan masalah untuk setiap akar


masalah.

Setelah

pemecahan

masalah

dicari

alternatifnya,

maka

pemecahan masalah dapat diprioritaskan dan hasilnya sebagai berikut:


1. Sosialisasi perencanaan pembuatan nomor kamar, nomor bed dan
poster
2. Membuat dan menempelkan nomor kamar dan nomor bed sesuai
dengan urutannya
3. Membuat dan menempelkan informasi seperti poster pendidikan
kesehatan
4. Menyediakan leaflet pendidikan kesehatan
Dengan ditemukan pemecahan masalah tersebut diharapkan dapat
menyelesaikan segala masalah yang ada. Berdasarkan prioritas masalah
yang kelompok kami dapatkan disini menggunakan tehnik skoring dalam

45

hal ini kelompok mengundang kepala ruangan, pembimbing lapangan


untuk menentukan prioritas pemecahan masalah.
5.2 Langkah Pelaksanaan
Dalam penjelasan mengenai alternatif pemecahan masalah serta
menetapkan cara penyelesaian masalah, dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik analogi yang merupakan salah satu teknik yang
dinilai paling sederhana dan paling mudah dilaksanakan, teknik ini dapat
dilakukan dengan menggunakan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action).
Siklus PDCA adalah rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan
rencana, pelaksanaan kerja, pemeriksaan rencana kerja dan perbaikan
rencana kerja yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
Berikut ini adalah bagan sederhana siklus PDCA yang dapat dilihat
pada gambar 5.1 berikut ini:
Gambar 5.1
Siklus Plan, Do, Check, Action (PDCA)

Rencana
A

Tindakan

Pelaksanaan
C
Pemeriksaan

5.2.1. Perencanaan (Plan)


Perencanaan

adalah

suatu

pengambilan

keputusan

pendahuluan mengenai apa yang harus dikerjakan dan merupakan

46

langkah-langkah sebelum suatu kegiatan. Hal tersebut dibuat


berdasarkan keadaan dan masalah masa lampau dan saat ini serta
cenderung masa yang akan datang. Perencanaan adalah kegiatan
menetapkan suatu masalah, menetapkan penyebab masalah dan
menetapkan cara penyelesaian masalah yang telah ditetapkan ke
dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan
terpadu sehingga dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan
cara penyelesaian masalah. Adapun langkah-langkah dalam
membuat suatu perencanaan adalah:

5.3

1.

Analisa keadaan dan masalah

2.

Penentuan peringkat masalah

3.

Perumusan tujuan dan sasaran

4.

Penyusunan kebijakan, langkah-langkah dan tindakan

5.

Penyusunan kebutuhan dan sumber daya

6.

Analisa hambatan

Sumber daya
Dalam pelaksaan rencana alternatifnya pemecahan masalah yang telah
diprioritaskan, dibutuhkan sumber daya yang mendukung hal tersebut.
Perencana sumber daya ini tergantung pada situasi dan kondisi rumah sakit
yang bersangkutan.
1. Sumber daya manusia
a. Kepala ruangan dan wakil kepala ruangan kenanga
b. Ketua tim ruangan atau penanggung jawab sift
c. Perawat pelaksana ruangan
d. Tim kesehatan dab sub unit ruang perawatan kenanga
2. Material
Material atau bahan merupakan saranpenunjang yang dibutuhkan
dalam proses pelaksanaan. Materi atau bahan yang diperlukan
membuat nomer kamar dan nomer bed dan poster pendidikan
kesehatan tersebut.
3. Waktu
Waktu
sangat

berperan

untuk

keberhasilan

dalam

pengimplementasian pemecahan masalah. Sehingga, waktu harus

47

disusun dengan tepat agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan


baik dan lancar.

Tabel 5.3
Rencana Tindakan Pelaksanaan Pemecahan Masalah

Pemecahan
Masalah (Problem

Tahap Tindakan Pemecahan Masalah

Solving)
Belum
optimalnya
fasilitas penunjang
ruang rawat

Plan
1.

Mengidentifikasi fasilitas penunjang seperti nomor

2.

kamar, nomor bed dan poster pendidikan kesehatan


Menentukan fasilitas penujang yang perlu diadakan

dalam pemberian

seperti nomor kamar, nomor bed dan poster pendidikan

layanan
perawatan

3.

kesehatan
Mendesain fasilitas penunjang seperti nomor kamar,
nomor bed dan poster pendidikan kesehatan

Do
Membuat fasilitas penunjang seperti nomor kamar, nomor bed
dan poster pendidikan kesehatan
Melakukan uji coba pada fasilitas penunjang seperti nomor
kamar, nomor bed dan poster pendidikan kesehatan
Check
1.

Mengevaluasi fungsi fasilitas penunjang seperti nomor


kamar, nomor bed dan poster pendidikan kesehatan yang

48

telah diuji cobakan


Menambahkan fasilitas lain dalam fasilitas penunjang

2.

seperti papan pemberitahuan(pasien puasa dan resiko


jatuh)

Action
1. Mengaplikasikan dan menambahkan fasilitas penunjang
yaitu seperti papan pemperitahuan (pasien puasa dan
resiko jatuh)

5.3.1.

Jadwal Pelaksanaan
Setelah

cara

pemecahan

masalah

ditetapkan,

kegiatan

selanjutnya yang dilakukan yaitu menyusun jadwal pelaksanaan.


Teknik penyusunan rencana pelaksanaan yang diusulkan kelompok
yaitu teknik bagan (chart) pada bentuk yang sederhana, bagan yang
dihasilkan hanya berisikan daftar kegiatan lengkap dengan urutan
serta hubungannya dengan waktu yang diperlukan. Penulis
menggunakan Gant Chart yang terlihat seperti pada Tabel 5.2 di
halaman berikut ini:

49

Tabel 5.4 Jadwal pelaksanaan


Mensosialisasikan Pembuatan Nomer Kamar, Nomer Bed Dan Poster Poster Pendidikan Kesehatan
Metode

Plan

Do

Check

Nama Kegiatan

12

13

Minggu Ke 1
14 15 16 17

18

19

20

Minggu Ke 2
21 22 23 24

25

26

Mengobservasi ruangan
Wawancara dengan karu dan wakaru
Menyebarkan kuesioner
Pemaparan data hasil observasi
Menentukan prioritas masalah
Menentukan alternatif pemecahan masalah
1. Mengidentifikasi fasilitas penunjang seperti nomor
kamar, nomor bed dan poster pendidikan kesehatan
2. Menentukan fasilitas penujang yang perlu diadakan
seperti nomor kamar, nomor bed dan poster pendidikan
kesehatan
3. Mendesain fasilitas penunjang seperti nomor kamar,
nomor bed dan poster pendidikan kesehatan
1. Membuat fasilitas penunjang seperti nomor kamar,
nomor bed dan poster pendidikan kesehatan
2. Melakukan uji coba pada fasilitas penunjang seperti
nomor kamar, nomor bed dan poster pendidikan
kesehatan
1. Mengevaluasi fungsi fasilitas penunjang seperti nomor
kamar, nomor bed dan poster pendidikan kesehatan
yang telah diuji cobakan
2. Menambahkan fasilitas lain dalam fasilitas penunjang
seperti papan pemberitahuan(pasien puasa dan resiko

50

27

Minggu Ke
28 29 30

jatuh)

Action

1. Mengaplikasikan dan menambahkan fasilitas penunjang


yaitu seperti papan pemperitahuan (pasien puasa dan
resiko jatuh)

: Planning kelompok secara mandiri


: Plan, Do, Check dan action dalam mengidentifikasi, membuat fasilitas, dan mengevaluasi nomor bed, nomor kamar dan
poster
: Plan, Do, Check dan action dalam pembuatan fasilitas, melakukan uji coba dan menambahkan fasilitas lain.
: Plan, Do, Check dan action dalam mendesain dan mengaplikasikan dan menambahkan fasilitas penunjang lain

51

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan cara penemuan masalah yang kelompok lakukan selama
praktik profesi di Ruang Rawat Inap Kenanga, diperoleh daftar masalah
yang ditemukan, yaitu:
1. Belum sesuainya kegiatan timbang terima pasien baru dengan
SOP yang tersedia di dalam ruangan.
2. Belum optimalnya tata tertib keluarga

terhadap

jam

kunjungan/jam besuk pasien


3. Belum optimalnya fasilitas penunjang ruang rawat dalam
pemberian layanan perawatan
4. Belum optimalnya tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada
pasien terminal
Dari masalah-masalah tersebut di atas, kelompok menetapkan
prioritas masalah dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara
serta observasi, masalah yang paling banyak dikemukakan kemudian
ditetapkan menjadi prioritas masalah adalah Belum optimalnya fasilitas
penunjang ruang rawat dalam pemberian layanan perawatan
Untuk menganalisa masalah yang terjadi, kelompok menganalisis
penyebab masalah yang telah diprioritaskan melalui kuesioner dan
wawancara, selanjutnya kelompok membuat perencanaan, pelaksanaan,
pemeriksaaan, dan tindakan dengan kesimpulan akhir pada tindakan yaitu:
1.

Kepala ruangan selalu mengingatkan kembali kepada petugas


ruangan untuk melakukan pengecekan ulang pada nomor bed, nomor

2.

kamar, dan poster yang telah terpasang setiap pagi


Kepala ruangan atau ketua shif melakukan suvervisi khusunya pada
pasien yang rencana pulang untuk melakukan pendidikan kesehatan
dan pemberian liflet

6.2.Saran

52

Masalah bukanlah merupakan suatu hal yang harus dihindari, tetapi


bagaimana cara kita mencari pemecahan dari suatu masalah. Berhasil atau
tidaknya proses pemecahan masalah bergantung pada peran serta petugas
yang ada dan dukungan pengawasan dari kepala ruangan. Dengan
diterapkannya sistem ini maka diharapkan kepada para petugas ruangan
kenanga dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan
nomer kamar dan nomer bed yang telah disediakan, untuk mengurangi
kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Dari beberapa masalah kelompok telah menyelesaikan masalah
mengenai Belum optimalnya fasilitas penunjang ruang rawat dalam
pemberian layanan perawatan. Diharapakan petugas ruangan dapat :
Mempertahankan dan merawat fasilitas penunjang yang sudah diperbaiki
jika dalam proses penempelan nomor bed dan nomor kamar kurang efektif
(mudah rusak) dapat digantikan dengan yang permanen, yaitu dengan
bahan yang lebih tahan lama. Selain media poster untuk menambah
pengetahuan pada keluarga pasien dibuat pula dalam bentuk leatflet untuk
memudahkan keluarga dalam menerapkan kemandirian pasien setelah
pasien pulang kerumah. Untuk penempatan poster disarankan untuk di
tempelkan di tempat tempat yang strategis, dan dengan ukuran poster yang
mudah terlihat dan dimengerti oleh keluarga agar keluarga pasien dapat
mudah membacanya. Untuk media leflet disarankan untuk diletakkan pada
tempat yang mudah terlihat dan dijangkau oleh keluarga pasien agar
keluarga pasien dapat membaca informasi yang ada, diharapkan jumlah
lefleat yang terbatas dapat diperbanyak oleh pihak ruangan. Untuk papan
pemberitahuan (pasien puasa dan resiko jatuh), dibuat dari bahan yang
lebih tahan lama atau permanen, dan saat di gunakan diharapkan
diletakkan pada tempat yang mudah terlihat oleh petugas kesehatan
maupun keluarga pasien.

53

Anda mungkin juga menyukai