Anda di halaman 1dari 5

ASI vs SUSU FORMULA

I.

PENDAHULUAN
Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagi semua
bayi yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikan edukasi mengenai
manfaat ASI dan menyusui.
Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada Panduan WHO 2009,
termuat pada bagian selanjutnya dari rekomendasi ini. Bila terdapat kontraindikasi,
maka harus ditelaah lebih lanjut, apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara
atau permanen. Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkan
memerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI. Bila menyusui langsung
tidak memungkinkan, maka dianjurkan memberikan ASI yang diperah.
Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui sebelum
waktunya didasarkan pada pertimbangan bahwa risiko menyusui

akan lebih

membahayakan dibanding manfaat yang akan didapatkan. Atas dasar inilah saya ingin
mempresentasikan bahwa pemberian nutrisi enteral baik ASI dan Susu Formula harus
di berikan sebaik-baiknya dimulai dari proses pemberian, penyimpanan dan
mensterilisasi alat-alat.
II.
III.
IV.

KELEBIHAN
CARA PEMBERIAN
MEMERAH CARA PENYIMPANAN ASI
a) Memerah Air Susu Ibu (ASI)
1. Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada keadaan
payudara sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada bayi yang tidak dapat
diberikan minum.
2. ASI diperah bila ibu tidak bersama bayi saat waktu minum bayi.
3. Untuk meningkatkan produksi ASI, payudara dikompres dengan air hangat dan
dipijat dengan lembut sebelum memerah ASI.
4. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI
5. Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan kantong plastik
yang didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya terdapat perekat

untuk menutupnya. Kumpulan kantong plastik kecil tersebut dimasukkan ke


dalam kantong plastik besar agar terlindung dan terhindar dari robek/ lubang.
Pada setiap kantong plastik harus diberi label tanggal dan waktu memerah.
b) Beberapa Faktor yang Harus diperhatikan dalam memerah susu
Saat memerah ASI dan menyimpannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui
oleh ibu, yaitu:
1. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI maupun
menyimpannya.
2. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan botol
kaca atau kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan bebas
bisphenol A (BPA). Hindari pemakaian kantong plastik biasa maupun botol
susu disposable karena wadah-wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi.
Kontainer harus dicuci dengan air panas dan sabun serta dianginkan hingga
kering sebelum dipakai.
3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan
tanggal ASI diperah.
5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa ASI
yang dipakai adalah ASI yang lebih lama.
6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru
pada wadah penyimpanan.
7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian
berikutnya.
8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas
tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen
penting dalam susu
c) Cara memerah ASI dengan tangan
1. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk menampung
ASI.
2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan badan
ke depan.
3. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting susu.
4. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.

5. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan jari
telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
6. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di antara
jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti gerakan
mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
7. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin pada
awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
8. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan berpindahpindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
9. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
10. Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI.
d) Menyimpan ASI
Bagi sebagian besar ibu, cara paling mudah untuk memberikan ASI pada
bayi adalah dengan menetekkan langsung pada payudara. Namun, pada beberapa
keadaan tertentu, hal ini sulit dilakukan sehingga ASI akhirnya diberikan dalam
bentuk perahan. Contohnya adalah ketika bayi lahir dalam kondisi prematur
sehingga kemampuan untuk menetek masih belum sempurna, atau bayi maupun
ibu perlu dirawat di rumah sakit sehingga tidak memungkinkan untuk sering
bertemu. Kondisi dimana ibu diharuskan untuk kembali bekerja, sekolah atau
menjalankan kesibukan lainnya juga mempersulit pemberian ASI secara langsung.
Banyak ibu juga seringkali merasa payudaranya penuh dan tidak nyaman, sehingga
ASI perlu segera diperah.
1. ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable
cooler bag. Kencangkan tutup botol atau kontainer pada saat ASI telah
membeku sepenuhnya.
2. Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas
wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI akan
mengembang bila dibekukan. Sisakan ruang sekitar 2,5 cm dari tutup botol
karena volume ASI akan meningkat pada saat beku.
3. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8 jam
pada suhu ruangan (26C atau kurang). Jika lemari pendingin (4C atau
kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin selama 3-5
hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di freezer dua pintu selama 3 bulan

dan di dalam deep freezer (-18C atau kurang) selama 6 sampai 12 bulan.
Jangan menyimpan ASI pada bagian pintu lemari es atau freezer.
4. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus
dibekukan.
5. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau
kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di lemari
pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
6. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka yang
cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya ASI dapat
bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak dapat
dibekukan lagi.
7. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan atau
menghangatkan ASI.
8. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk
mencampur lemak yang telah mengapung.
9. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai,
kemudian sisanya dibuang.

V.

CARA PENYAJIAN
ASI yang sudah di simpan di lemari es dan sudah beku tidak dapat langsung
diberikan kepada bayi untuk diminum, maka ada beberapa proses yang harus
dilakukan dan diperhatikan sebelum ASI dapat di konsumsi oleh bayi, antara lain:
1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu disimpan

2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam keadaan


dingin
3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke dalam
bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga mencapai suhu
pemberian ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air hangat
atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit. Jangan
menghangatkan ASI dengan api kompor secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat memanaskan
ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI dan membentuk
bagian panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah bila dimasukkan ke
dalam microwave dalam waktu lama.
6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih dahulu
untuk mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan ulang
ASI yang sudah dihangatkan.
Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa seperti sabun
karena hancurnya komponen lemak. ASI dalam kondisi ini masih aman untuk
dikonsumsi. Apabila ASI berbau anyir karena kandungan lipase (enzim pemecah
lemak) tinggi, setelah diperah, hangatkan ASI hingga muncul gelembung pada bagian
tepi (jangan mendidih) lalu segera didinginkan dan dibekukan. Hal ini dapat
menghentikan aktivitas lipase pada ASI. Dalam kondisi inipun kualitas ASI masih
lebih baik dibandingkan dengan susu formula.
VI.
VII.

STERILISASI

Anda mungkin juga menyukai