Anda di halaman 1dari 37

WHITEBOARD INTERAKTIF DAN PENGALAMAN TAHUN PERTAMA: IWBS

MENGINTEGRASIKAN KE PRA-LAYANAN PENDIDIKAN GURU


WHITEBOARD INTERAKTIF DAN PENGALAMAN TAHUN PERTAMA: IWBS
MENGINTEGRASIKAN
KE PRA-LAYANAN PENDIDIKAN GURU

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Semakin bertambahnya umur suatu jaman, terjadi perubahan pula pada barang,
bentuk sesuai kebutuhan, tidak hanya makanan yang penuh kreasi, pakaian yang
fashionable, juga perkembangan papan tulis, dahulu sampai saat ini papan tulis
hitam memang masig ada dan dipakai, tetapi oleh produsen dibuatkan juga papan
tulis putih yang dikenal dengan white board, lalu ada pula papan tulis modern atau
papan tulis digital, yang hanya dengan menyentuhnya, maka akan muncul materi
atau tulisan yang ingin di baca atau di presentasikan.

Seiring perkembangan jaman, konsumen diminta memilih sesuai kantung mereka,


selera tentunya dan penempatannya. Papan tulis hitam memang masih dipakai
untuk beberapa kebutuhan terutama di sekolah- sekolah dari Sekolah dasar sampai
SMU terutama di daerah, walaupun didaerah, whiteboard juga kadang
menggantikan blackboard., jadi memang whiteboard, selain memang tidak
mempersempit ruangan, juga digunakan untuk mempresentasikan hasil rapat atau
untuk melihat slide.

Yang lebih canggih lagi terutama telah dipakai di US, papan tulis dibuat raksasa
agar terjadi interaktif antara murid dan guru hanya dengan menyentuh layar
komputer, yang sebagai penanya menggunakan jari-jari mereka, disini siswa dan
guru berbagi tugas, menjelajahi web dan mengedit video, tujuannya adalah
memotivasi siswa yang tidak hanya datang duduk & dengar saja tapi turut berbagi
peran diruang kelas. Diberitakan telah 150.000 ruang kelas di US & 75 negara
menggunakan sistem ini

Sekarang, dengan bantuan sebuah papan tulis interaktif/whiteboard interaktif (IWB),


pembelajaran dalam kelas dapat ditingkatkan secara digital dan interaktif melalui
permainan, kegiatan, contoh nyata dan banyak lagi. Diharapkan dengan

penggunaan whiteboard interaktif, pembelajaran akan lebih efektif, menyenengkan


dan bermanfaat khususnya dalam pendidikan.

B.

Rumusan Masalah

1
Apakah dalam proses pembelajaran cukup menggunakan whiteboard
interaktif saja?

2
Bagaimana jika proses pembelajaran mengkolaborasikan whiteboard dengan
alat peraga?

3
Adakah media pembelajaran yang lebih canggih dari whiteboard interaktif
dalam pra-layanan pendidikan?

C.

Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penggunaan media pembelajaran


whiteboard interaktif dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum :

Untuk mempermudah proses pembelajaran

2. Tujuan khusus:

agar guru lebih mudah mendemonstrasikan materi ajar dalam proses pembelajaran
agar guru lebih mudah melakukan kegiatan perencanaan pelaksanaan
pembelajaran
agar memotivasi siswa untuk berbagi peran dalam proses pembelajaran
agar guru dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran, karena
whiteboard tidak berdebu
D.

Manfaat

1. manfaat teoritis

Guru dapat mengetahui bagaimana mengaktifkan siswa dengan pengguanaan


whiteboard.

2. manfaat praktis

Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran


Siswa dapat meningkatkan minat dan prestasi dalam pembelajaran
Guru dapat melakukan reflektifnya dan mampu melaksanakan pembelajaran
secara optimal melalui whiteboard interaktif
Sebagai syarat kelengkapan media pembelajaran ketika guru melakukan proses
pembelajaran

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Pendidikan

Perkembangan Media Teknologi bagi Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
(UUNo. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional ).

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan


pendidikan dimanapun ia berada. Pendidikan itu sangat penting sebab tanpa
pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan terbelakang. Dengan
demikian pendidikan harus betul -betul diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas, mampu bersa ing, memliki budi pekerti yang luhur, dan moral
yang baik.

Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan harus mampu mempersiapkan
warga Negara agar dapat berperan aktif, cerdas, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin
dan bermoral tinggi. Perkembangan zaman semakin maju dan semakin canggih.
Teknologi telah berkembangan dalam kehidupan manusia. Teknologi menjadi suatu
kebutuhan hidup manusia. Dengan teknologi bisa mempermudah dan membantu
pekerjaan yang diemban manusia. Kecanggihan penggunaan media teknologi bisa
membuat sesuatu dengan sangat menarik. Adanya media teknologi sangat
mempengaruhi daya ingat dan daya tangkap terhadap sesuatu. Perkembangan
teknologi telah memberikan pen garuh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam
proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya
penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari
pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan ka pan saja, (3) dari
kertas ke on line atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari
waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media -media komunikasi seperti telepon, komputer,internet,
e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media
-media tersebut (Rosenberg, 2001).

B.

Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
perantara. Gerlac & Ely (1971) mengatakan bahwa media dipahami secara garis
besar adalah manusia materi atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh, dan sikap. Pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photo grafis atau
elektronis untuk menangkap, memproses pengetahuan, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.

Media pengajaran juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajarmengajar. Pada tahun 50-an, media disebut sebagai alat media audio visual karena
pada masa itu, peranan media memang semata-mata untuk membantu guru dalam
mengajar. Tetapi kemudian, namanya lebih populer sebagai media pengajaran atau
media belajar. Pengajaran dengan menggunakan media tidak hanya sekedar
menggunakan kata-kata (simbol verbal), sehingga kita harapkan diperolehnya hasil
pengalaman yang lebih berati bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Brigs
menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajarmegajar.

Heinichdan, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media sebagai


perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Media adalah
suatu saluran komunikasi. Diturunkan dari bahasa latin yang berarti antara. Istilah
ini merujuk kepada sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi
kepada penerima informasi. Televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang
diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi,
apabila media itu membawa pesan-pesan yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pengajaran. Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain:

Media non projected seperti fotografi, diagram, sajian(display), dan model-model


Media projected seperti slide, filmstrip, transparansi, dan komputer proyektor
Media dengar seperti kaset dan compact disc.
Media gerak seperti video dan film.
Komputer dan multimedia
Media yang digunakan untuk belajar jarak jauh seperti radio, televisi, dan internet.
Namun pada dasarnya media terkelompokkan kedalam dua bagian yaitu media
sebagai pembawa informasi dan media yang sekaligus sebagai alat untuk
menanamkan konsep seperti alat-alat peraga pendidikan.
Aneka ragam media pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Brets membuat klasifikasi berdasarkan adanya tiga ciri, yaitu : suara (audio), bentuk
(visual) dan gerak (motion). Atas dasar ini Brets mengemukakan beberapa
kelompok media,yaitu

Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan
bentuk objektif dapa dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang
termasuk kelompok ini adalah televisi, radio, tape dan film bergerak.
Media audio-still-visual, yani media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat,
namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, slide bersuara dan rekaman
televisi dengan gambar tak bergerak.
Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat
menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis media
ini adalah papan tulis jarak jauh atau whiteboard
Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi
tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak

Media still-visual, yakni ada objel namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan
slide tanpa suara.
Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon dan audio-tape
Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku,
modul dan pamflet.
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang kemudian
diharapkan dapat mempertinggi pula hasil belajar yang dicapainya. Terdapat
beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan
hasil belajar siswa yaitu pertama berkenaan dengan manfaat penggunaanya dalam
proses belajar siswa, antara lain :

Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan


motivasi belajar.
Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih baik.
Metode pembelajaran menjadi lebih bervariasi, tidak semata mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan lain lain.
Guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa tentang media
yang digunakannya.
C.

Alat Peraga

Dalam merencanakan pengajaran, disamping menentukan media yang akan


digunakan, guru perlu pula menetapkan alat-alat pengajaran yang akan dipakai. Jika
media selalu mengandung pesan/isi pelajaran didalamnya, tidaklah demikian halnya
dengan alat pengajaran. Di dalam alat pengajaran tidak terkandung pesan/isi/bahan
pelajaran, tapi peranannya sangat penting alat bantu dalam proses belajar
mengajar.

Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk menanamkan konsep sebuah
materi kepada siswa. Suatu konsep yang diajarkan kepada siswa tidak akan
bertahan lama apabila materi tersebut tidak terlalu dimengerti oleh siswa tetapi
hanya mengingat-ingat saja. Begitu juga dengan konsep abstrak yang baru
dipahami siswa, konsep tersebut cenderung mengendap apabila siswa hanya
belajar melalui penglihatan tanpa adanya perbuatan. Oleh sebab itu, dengan
penggunaan alat peraga dalam setiap pembelajaran maka:

Terciptanya motivasi dalam proses belajar dan mengajar.


Konsep abstrak dalam matematika tersaji dalam bentuk konkrit sehingga lebih
dapat dipahami oleh siswa.
Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami.
Alat pengajaran dapat dikelompokkan dalam dua jenis alat pengajaran yang bersifat
umum dan alat pengajaan yang bersifat khusus.

Alat pengajaran yang bersifat umum


Yang dimaksudkan dengan jennis ini adalah alat-alat pengajaran yang
penggunaannya berlaku untuk semua mata pelajaran seperti papan tulis kapur,
spidol, dan penggaris.

Alat pengajaran yang bersifat khusus


Yaitu alat pengajaran yang penggunaanya berlaku khusus untuk mata pelajaran
tertentu,seperti :1. Mikroskop untuk IPA, 2.untuk matematika, 3.Kuas untuk melukis

Disamping pembagian tersebut, alat-alat pengajaran dapat pula dikelompokkan


menjadi alat pengajaran klasikal dan alat pengajaran individual:

1
Alat pengajaran klasikal adalah alat yang dapat digunakan untuk seluruh
kelas sekaligus, sperti papan tulis, kapur dan spidol.

2
Alat pengajaran individual adalah alat yang digunakan oleh setiap siswa
secara perorangan seperti pensil, pena, penggaris dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa alat pengajaran


klasikal digunakan pada saat siswa-siswa dilibatkan dalam kegiatan yang sama,
sedangkan alat pengajaran yang individual digunakan pada waktu siswa-siswa
sedang melakukan kegiatan sendiri-sendiri.Seperti halnya dengan media
pengajaran, dalam melihat alat-alat pengajaran yang sesuai untuk kegiatan belajrmengajar tertentu, terutama alat pengajaran yang bersifat khusus, perlu
diperhatikan sejumlah faktor, yaitu :

Kesuaiannya dengan kemampuan yang ingin dikembangkan dalam diri siswa. Jika
dalam suatu pelaran ingin dikembangkan kemampuan siswa membuat gambar

lingkaran dalam berbagai ukuran, maka penggunaan jangka sebagai alat


pengajaran tidak bisa dihindari
Kesesuaian dengan tingkat pemahaman siswa untuk siswa kelas rendah,
penggunaan alat-alat canggih seperti mikroskop atau berbagai jenis tabung yang
mudah pecah maka mungkin sebaiknya dihindari
Kemampuan penyediaannya Penentuan alat yang digunakan sebaiknya didasarkan
pula atas pertimbangan sejauh mana sekolah atau siswa dapat menyediakannya
dilihat dari kemudahan mendapatkan maupun harga.
Syarat dan kriteria media dan alat peraga Menurut E.T Rusefensi beberapa
persyaratan alat peraga yang dapat digunakan selama proses pembelajaran antara
lain:

Tahan lama

Bentuk dan warnanya menarik

Sederhana dan mudah dikelola

Ukurannya sesuai

5
Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau
Diagram

Sesuai dengan konsep matematika

Dapat memperjelas konsep matematika kadan bukan sebaliknya

8
Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak
bagi siswa

10

Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga

Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak)

Kriteria menggunakan alat peraga sangat bergantung pada :

a)

Tujuan (obyektif)

Pemilihan kriteria alat peraga yang tepat dapat mempengaruhi tujuan pengajaran
yang akan dicapai apakah alat peraga tersebut mampu meningkatkan domain,
cognitif, psikomotor yang merupakan tujuan dari sebuah pembelajaran

b)

Materi pelajaran

Alat peraga biasanya dipakai untuk membantu siswa dalam memahami sebuah
konsep dasar dalam materi pembelajaran matematika sehingga memudahkan siswa
dalam pemahaman materi dalam ruang lingkup dan kesukaran yang lebih tinggi.
Peragaan untuk konsep dasar digunakan untuk mempermudah konsep selanjutnya.

c)

Strategi belajar mengajar

Dengan menggunakan alat peraga maka akan mempermudah guru didalam


menerapkan strategi didalam mengajar. Pengunaan alat peraga merupakan strategi
pengajaran dalam metode penemuan ataupun permainan.

d)

Kondisi Media alat peraga

Membantu guru pada kondisi-kondisi tertentu misalnya saja pada kondisi kelas yang
penuh dengan siswa sehingga diperlukan pengeras suara untuk mempermudah
guru agar dapat didengar oleh siswanya saat menjelaskan materi.

e)

Siswa Pemilihan alat peraga

disesuaikan dengan apa yang disukai oleh anak misalnya saja alat peraga yang
berupa permainan namun hal tersebut tentunya tidak lepas dari tujuan
pembelajaran. Macam-macam alat peraga dalam pembelajaran matematika yaitu:

1
Alat peraga kekekalan luas. Contohnya: Luas daerah persegi panjang, luas
daerah segitiga, Luas daerah lingkaran dan lain-lain

2
Alat peraga kekekalan panjang. Contohnya: Tangga Garis Bilangan, Pita Garis
Bilangan, Neraca Bilangan, Mistar dan lain-lain.Alat peraga kekekalan volume.
Contohnya: Volume Kubus, Volume Balok, Volume Kerucut dan sebagainya.

3
Alat peraga kekekalan banyak. Contohnya: Abakus Biji, Lidi, Pipet, Kartu nilai
empat dan sebagainya.

4
Alat peraga untuk percobaan dalam teori kemungkinan. Contohnya: Uang
logam, Dadu, Bidang empat dan lain-lain.

5
Alat peraga untuk pengukuran dalam matematika. Contohnya: Meteran,
Busur derajat, Jangka sorong dan lain-lain.

6
Bangun-bangun geometri. Contohnya: Kerangka benda ruang, Benda ruang,
Macam-macam daerah segitiga dan sebagainya

7
Alat peraga untuk permainan dalam matematika. Contohnya: Bujur sangkar
ajaib, Saringan erasthotenes, Perkalian tulang napier, Halma bilangan dan lain-lain.

D.

Whiteboard Interaktif (IWB)

Whiteboard Interaktif adalah media presentasi dan media informasi berasal dari
Canada yang memliki kemampuan merekam suatu presentasi termasuk melakukan
Conference Presentation yaitu presentasi yang dilakukan di dua lokasi atau lebih
secara bersamaan dan bisa saling mengkoreksi apabila terjadi kesalahan. Maka
tujuan penggunaan media pembelajaran whiteboard interaktif dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum :

Untuk mempermudah proses pembelajaran

2. Tujuan khusus:

agar guru lebih mudah mendemonstrasikan materi ajar dalam proses pembelajaran
agar guru lebih mudah melakukan kegiatan perencanaan pelaksanaan
pembelajaran
agar memotivasi siswa untuk berbagi peran dalam proses pembelajaran
agar guru dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran, karena
whiteboard tidak berdebu
Dari uraian diatas, maka akan di uraikan lebih jelas keunggulan dan kelemahannya
sebagai berikut:

Keunggulannya whiteboard:

1. Biasanya lebih ringan karena terbuat dari triplek

2. Si pemakai akan aman (tidak mengotori tangan)

3. Aman digunakan (spidol tidak berdebu)

4. Terlihat bersih karena warnanya yang putih mengkilat

5. Dapat digunakan untuk presentasi dengan menggunakan OHP dan In Focus

Kelemahannya whiteboard:

1. Masih dianggap mahal sehingga pasaran didaerah tidak dapat dimasuki, pangsa
pasar masih diperkotaan

2. Harga spidol lebih mahal dari pada kapur tulis

3. Apabila lupa menutup spidol/dibiarkan lama terbuka akan kering sehingga ada
tambahan untuk memberikan tinta refill.

E.

SMARTBOARD

SmartBoard adalah salah satu alat yang dibuat oleh SMART Technologies yang
sangat cocok untuk digunakan dalam Accelerated Learning. smartboard adalah
media presentasi dan media informasi yang berasal dari Canada yang memliki
kemampuan merekam suatu presentasi termasuk melakukan Conference
Presentation yaitu presentasi yang dilakukan di dua lokasi atau lebih secara
bersamaan dan bisa saling mengkoreksi apabila terjadi kesalahan.

Pada dasarnya fungsi utama smartboard adalah memindahkan fungsi PC/Laptop


kepada board atau LCD. Apabila pada PC/Laptop terdapat keyboard, mouse dan
monitor, maka pada smartboard ini semua fungsi tersebut menjadi satu kesatuan
atau all in one. Memiliki Virtual keyboard, mouse yaitu jari kita (touchscreen) dan
tentu saja board/LCD pada smartboard sebagai monitor.

Smartboard ini memiliki banyak varian type dan ukuran,seperti gambar berikut :
Smartboard 48, 77 & 94 (Front Projection) without projector, Smartboard 77
(Front Projection) with projector included, Smartboard Overlay attached with LCD or
Plasma TV , Sympodium 15, 17 with stylust

Dengan memiliki 4 pena tinta digital dan 1 penghapus digital, Smart Board ini
memudahkan kita untuk melakukan pembahasan dari awal seperti layaknya pada
whiteboard dan bisa disimpan ke dalam beberapa jenis file seperti laman web
(html), gambar (png, jpeg, gif dan bmp), adobe reader/pdf, powerpoint dan
notebook file.

Berikut adalah fitur & keutamaan dari Smartboard :

Software yang bisa merekam selama presentasi (suara presenter dan data atau
edit-an materi presentasi.

Kemampuan melakukan Press Conference.


Zoom Interaktif
Pengubah tulisan tangan menjadi tulisan teks pada komputer, Apabila ingin
merubah data langsung dilakukan pada board/LCD tanpa harus di PC/Laptop.
Pengubah tulisan tangan ke bentuk gambar, Apabila ingin melakukan
approval/tandatangan langsung pada board tanpa harus mencetak dulu
dokumennya.
Cropping system.
Memiliki galeri pendidikan dan multimedia interaktif:

Seni
Sastra dan Bahasa Inggris
Geografi
Sejarah
Matematika
Masyarakat dan Kebudayaan
F.

Guru

Guru merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan dan menggunakan


strategi pembelajaran. Namun secara pedagogis guru memiliki kemampuan untuk
memilih strategi, tetapi masih ada faktor yang melekat pada diri seorang guru itu
sendiri. Suryobroto(1985) menyebutkan 7 faktor sebagai berikut:

Penguasaan bahan
Penguasaan kelas
Cara berbicara
Kepribadian
Cara menciptakan kelas
Memperhatikan prinsip individualitas
Sikap terbuka

G. Peserta didik

Peserta didik merupakan obyek belajar yang digunakan sebagai pusat segala
kegiatan pembelajaran. Sebagai komponen strategi pembelajaran peserta didik
memiliki perbedaan individual. Mulyasa (2003) mengklasifikasikan pembedaan
peserta didik yaitu

Perbedaan kebutuhan
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan
Perbedaan kreativitas
Perbedaan kecerdasan
Perbedaan cacat pisik

BAB III

ISI

A.

Whiteboard Interaktif dan pengalaman tahun pertama IWBS mengintegrasikan

ke pra-layanan pendidikan guru


Untuk menetapkan konteks untuk penggunaan IWBs dalam sekolah,yang pertama
dilakukan adalah memeriksa literatur yang relevan di IWBs. Kemudian

menggambarkan sebuah program yang dirancang untuk menghubungkan


pengetahuan yang didapat pada pertama semester Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) unit yang tahun pertama guru pra-layanan program sarjana
dengan praktis menggunakan IWBs dalam satuan pendidikan matematika, Bekerja
Secara matematis, pada semester kedua.Saat ini, sebagian besar sekolah Australia
memiliki setidaknya satu papan tulis interaktif (IWB). Banyak program-sekolah
seluruh implementasi, dimana IWBs terintegrasi ke dalam kelas guru praktek seharihari (Zevenbergen & Lerman, 2008). IWBs memiliki kemampuan untuk mengubah
cara guru menggunakan teknologi di kelas mereka (Inggris Pendidikan Badan
Komunikasi dan Teknologi, 2003; Glover & Miller, 2001; Glover, Miller, Averis, &
Pintu, 2007). Mereka menyediakan cara memasukkan pembelajaran dengan
konvergensi digital, teknologi tidak lagi merupakan fitur tetapi merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran kelas (Kent, 2004a, 2004b).

Penting bagi pendidik untuk memperkenalkan pengembangan teknologi yang


relatif baru untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya menjadi fasih dengan
teknologi. Tetapi juga, waspada sebagaimana IWBs dapat mempengaruhi praktek
pedagogis mereka. Diskusi ini menjelaskan upaya satu universitas untuk tantangan
tahun pertama praguru layanan untuk menjadi nyaman dengan teknologi IWB dan untuk
mempertimbangkan
pedagogis implikasi dari menggunakannya di kelas masa depan mereka.

Guru pendidik perlu mengetahui program pengalaman pertama tahun baru di La


Trobe Universitas, Victoria. Diskusi kemudian berhubungan dengan bagaimana dua
pendidik guru bekerja di kurikulum bidang ICT dan pendidikan matematika untuk
menyediakan guru-guru pra-layanan dengan pemahaman yang baik aspek teknologi
dan pedagogis bekerja dengan IWBs. Proyek pertama tahun Seperti yang
ditunjukkan oleh Zevenbergen & Lerman (2008, hal 107), IWBs adalah sebuah
inovasi yang mendapatkan kehadiran yang cukup besar dalam kelas kontemporer .
Dengan peningkatan akses ke IWBs di sekolah datang harapan bahwa calon guru
akan fasih di dalam menyediakan integrasi yang efisien, efektif dan mulus
teknologi IWB menjadi pelajaran di kurikulum. Harus dicatat, bagaimanapun, bahwa
pengguna memerlukan pelatihan dalam cara menggunakan alat-alat, untuk, seperti
yang dibahas oleh Morgan (1994), alat dengan sendirinya tidak akan mengubah
pedagogi. Kehadiran peneliti bekerja dengan penuh kohort 212 tahun pertamaSarjana Pendidikan pra-pelayanan guru untuk mengembangkan pengetahuan dan
kenyamanan dalam penggunaan IWBs.

Unit ini menyediakan dan memperkenalkan mereka untuk apa yang diharapkan
ketika mengajar siswa sekolah dasar. Ini memastikan bahwa mereka akrab dengan
berbagai jenis perangkat lunak menjadi: misalnya, PowerPoint, dan Photostory

Inspirasi. Pada tahun 2008, para guru pra-layanan yang diundang untuk
menggunakan IWBs untuk presentasi dan kelas kegiatan di berbagai bidang subyek.
Di unit ICT dosen ditempatkan nyata penekanan pada pemahaman tentang aspek
teknis menggunakan IWBs. Mereka diperintahkan dalam cara men-download
flipchart yang sudah ada dengan maksud untuk repurposing. Mereka kemudian
menciptakan flipchart yang diperlukan pemesanan dan pemilahan kegiatan seperti
yang dijelaskan oleh Kent (2008). Flipchart dibahas oleh kelas ketika mereka
berbagi strategi desain yang digunakan dalam penciptaan mereka. Petunjuk
tentang cara menggunakan Smart Tools dan Dewan ActivStudio ditempatkan di
samping yang IWBs dan dalam WebCT 6 Learning Management System (LMS).
Mereka yang mencari informasi lebih lanjut diberikan link ke berbagai situs Web.
Sebuah diskusi WebCT pada interaktif whiteboards.

Mereka diarahkan untuk menggunakan teks yang ditetapkan untuk unit dan
dilengkapi dengan jelas dan link langsung ke berbagai alamat Web dan sumber
daya. Mereka diperlukan untuk mengakses situs-situs tersebut, sesuai kebutuhan,
mencari informasi yang relevan dan menggunakan IWBs untuk menampilkan
informasi ini selama presentasi. Mereka rekan-rekan mereka untuk terlibat dalam
diskusi tentang bagaimana IWBs digunakan dan bagaimana ini menggunakan
terlibat kelas dan mempengaruhi gaya mereka mengajar.
Hasil dan evaluasi Diharapkan bahwa dengan merancang pelajaran sekitar IWBs,
para guru pre-service akan mulai alamat apa Glover dan Miller (2001)
mengidentifikasi sebagai tiga tingkat papan tulis gunakan:

Teachers gambar pada berbagai sumber daya berbasis ICT tanpa gangguan atau
kehilangan kecepatan
Teachers memperluas belajar, menggunakan bahan menarik lebih banyak untuk
menjelaskan konsep-konsep, dan teachers menciptakan gaya belajar baru
distimulasi oleh interaksi dengan IWB.
Selain itu, guru-guru pra-layanan diminta untuk fokus secara khusus, bagaimana
mereka menggunakan IWBs kelompok kolaboratif dan gaya guru mengajar.
Sepanjang semester kedua, para guru pra-layanan menunjukkan berbagai IWB
adaptasi. Beberapa sangat antusias untuk bekerja dengan IWB, untuk menunjukkan
bagaimana pengetahuan yang diperoleh di unit TIK semester pertama dan
pengalaman mereka di sekolah mendukung persyaratan semester kedua unit kerja
matematis. Namun, meskipun menyediakan pilihan menggunakan beberapa dan
menawarkan petunjuk yang jelas untuk menggunakan IWBs dalam presentasi,
masih ada proporsi yang besar yang tak terduga, untuk berbagai derajat,
menghindari menggunakan IWBs dalam presentasi mereka. Ketika ditantang,
mereka mengungkapkan tidak begitu banyak kepercayaan pada teknologi tetapi
lebih kurangnya kepercayaan pada cara menggunakan IWBs dengan cara yang
akan melibatkan seluruh kelas sebagai pembelajar aktif. Mereka juga menggunakan

IWBs hanya sebagai alat presentasi (hasil yang dibahas dalam penelitian oleh
Armstrong, Barnes). Maka dari itu, kita kembali mengingat tujuan IWB dalam
pembelajaran, menurut artikel Australian journal of teacher education yang ditulis
chris campbell adalah

agar guru dapat menampilkan kompetensi teknis yang baik dengan IWBs dan caracara kreatif guru agar siswa perhatian dan berimajinasi di kelas sepanjang
presentasi, sehingga suasana pembelajaran tidak membosankan.
Agar guru-guru pra-layanan mempertimbangkan bagaimana mereka akan
memasukkan teknologi ini ke dalam kelas masa depan mereka dan pedagogis
implikasi dari tindakan mereka.
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL RIVIEW

A. PENGERTIAN WHITEBOARD

Pembahasan review artikel dilihat dari aspek pengertian, maka dapat dilihat sebagai
berikut:

Whiteboard Interaktif adalah media presentasi dan media informasi yang berasal
dari Canada yang memliki kemampuan merekam suatu presentasi termasuk
melakukan Conference Presentation yaitu presentasi yang dilakukan di dua lokasi
atau lebih secara bersamaan dan bisa saling mengkoreksi apabila terjadi kesalahan
Proyek tahun pertama Seperti yang ditunjukkan oleh Zevenbergen & Lerman
(2008, hal 107), IWB(Whiteboard Interaktif) adalah sebuah inovasi yang
mendapatkan kehadiran yang cukup besar dalam kelas kontemporer .
B. TUJUAN

Agar tujuan penggunaan media pembelajaran whiteboard interaktif dalam proses


pembelajaran sesuai dengan rencana, maka terlebih dahulu mengetahui apa tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan harus mampu

mempersiapkan warga Negara agar dapat berperan aktif, cerdas, kreatif, terampil,
jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi.

Dari kajian teori dan isi, maka tujuan penggunaan media pembelajaran whiteboard
interaktif dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum :

Untuk mempermudah proses pembelajaran

2. Tujuan khusus:

agar guru lebih mudah mendemonstrasikan materi ajar dalam proses pembelajaran
agar guru lebih mudah melakukan kegiatan perencanaan pelaksanaan
pembelajaran
agar memotivasi siswa untuk berbagi peran dalam proses pembelajaran
agar guru dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran, karena
whiteboard tidak berdebu
Tujuan IWB dalam pembelajaran, menurut artikel Australian journal of teacher
education yang ditulis chris campbell adalah

agar guru dapat menampilkan kompetensi teknis yang baik dengan IWBs dan caracara kreatif guru agar siswa perhatian dan berimajinasi di kelas sepanjang
presentasi, sehingga suasana pembelajaran tidak membosankan.
Agar guru-guru pra-layanan mempertimbangkan bagaimana mereka akan
memasukkan teknologi ini ke dalam kelas masa depan mereka dan pedagogis
implikasi dari tindakan mereka.
C. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN

Dari kajian teori, maka kelebihan dan kekurangan penggunaan media pembelajaran
whiteboard interaktif dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

a)

Keunggulannya whiteboard:

1. Biasanya lebih ringan karena terbuat dari triplek

2. Si pemakai akan aman (tidak mengotori tangan)

3. Aman digunakan (spidol tidak berdebu)

4. Terlihat bersih karena warnanya yang putih mengkilat

5. Dapat digunakan untuk presentasi dengan menggunakan OHP dan In Focus

b)

Kelemahannya whiteboard:

1. Masih dianggap mahal sehingga pasaran didaerah tidak dapat dimasuki, pangsa
pasar masih diperkotaan

2. Harga spidol lebih mahal dari pada kapur tulis

3. Apabila lupa menutup spidol/dibiarkan lama terbuka akan kering sehingga ada
tambahan untuk memberikan tinta refill.

Keunggulan dan kelemahan IWB dalam pembelajaran, menurut artikel Australian


journal of teacher education yang ditulis chris campbell adalah

a)

Keunggulannya whiteboard:

Guru dapat memahami cara Menggunakan teknologi yang terkait.


Guru memperkenalkan teknologi yang terkait pada siswa dengan cara-cara yang
dapat meningkatkan pembelajaran di kelas.
Untuk menggunakan teks yang ditetapkan untuk pembelajaran dilengkapi dengan
jelas dan link langsung ke berbagai alamat Web dan sumber daya.

4.

Informasi yang digunakan relevan selama presentasi berlangsung.

b)

Kelemahannya whiteboard:

Kurangnya kepercayaan pada cara menggunakan IWBs dengan cara yang akan
melibatkan seluruh kelas sebagai pembelajar aktif.
Sifat interaktif teknologi tidak memungkinkan untuk pengembangan kegiatan kelas,
tanpa adanya kesadaran dari pendidik dan siswa untuk mengembangkan kelas
menjadi pembelajaran yang tidak membosankan.

BAB V

PENUTUP

SIMPULAN
Dalam proses pembelajaran tidak cukup menggunakan whiteboard interaktif saja,
sebab banyak siswa yang kesulitan dalam membayangkan benda-benda atau
kejadian-kejadian nyata berhubungan dengan materi yang diajarkan.
Jika proses pembelajaran mengkolaborasikan whiteboard dengan alat peraga, maka
terjadi pembelajaran berorientasi pada pembelajaran aktif kreatif efektif dan
menyenangkan(PAIKEM), sehingga proses pembelajaran menjadi suatu kegiatan
yang bermakna bagi siswa.
Ada media pembelajaran yang lebih canggih dari whiteboard interaktif dalam pralayanan pendidikan yaitu smartboard. Smartboard yaitu presentasi yang dilakukan
di dua lokasi atau lebih secara bersamaan dan bisa saling mengkoreksi apabila
terjadi kesalahan. Jadi kesalahan dalam proses pembelajaran atau kegiatan
presentasi langsung dapat dibenarkan.
Jika Dalam proses pembelajaran tidak cukup menggunakan whiteboard interaktif
saja, maka proses pembelajaran akan sering timbul permasalahan bahwa siswa
kurang memiliki daya tangkap yang baik terhadap materi yang diajarkan
Jika mengkolaborasikan media dengan alat peraga maka proses pembelajaran tidak
lagi menjadi pelajaran yang jenuh dan membosankan bagi siswa.
Jika Ada media pembelajaran yang lebih canggih, maka proses pembelajaran akan
lebih berkualitas bahkan diharapkan mampu untuk mengubah pembelajaran yang
inovatif
Bagi guru sebaiknya memiliki berjuta alternative atau inisiatif memvariasikan
antara beberapa metode atau strategi dengan media dan alat peraga agar proses
pembelajaran mencapai tujuan.
Bagi pengguna whiteboard sebaiknya jangan terpancang pada whiteboard saja
melainkan menggabungkan dengan benda-benda konkrit atau dengan model
pembelajaran yang menyenangkan, agar siswa lebih tertarik dalam proses
pembelajaran berlangsung.
Bagi peneneliti berikutnya diharapkan mampu menciptakan metode, strategi, media
atau alat peraga yang mampu menjadikan proses pembelajaran lebih inovatif dan
bermakna bagi siswa.
IMPLIKASI
SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Surtikanti dan santoso joko.2008.Strategi belajar mengajar. Surakarta.Bp-Fkip UMS

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:nBchq2q9Jm0J:mintarticles.com/read/tutoring-articles/the-top-interactivewhiteboard-teaching-resources,12648/Indonesian/
+artikel+whiteboard+interaktive+pendidikan+matematika&cd=2&hl=id&ct=clnk&
gl=id&client=firefox-a&source=www.google.co.id

http://blog.machinetik.web.id/2010/03/14/smartboard-papan-tulis-masa-kini-untukpendidikan.com

http://www.alat-peraga-dan-matematika.htm.co.id

http://jualpapantulis.dagdigdug.com/2010/03/06/perkembangan-papan-tulis.co.id

LAMPIRAN

ARTIKEL PERTAMA
Interactive Whiteboards and the First Year Experience: Integrating IWBs

into Pre-service Teacher Education

Chris Campbell

The University of Notre Dame Australia

Dona Martin

La Trobe University

Abstract: The focus of this paper is on how pre-service teachers

investigate using interactive whiteboards (IWBs) to incorporate e-

teaching into their lessons. Digital convergence in the classroom makes

technology an integral part of teaching rather than an add-on feature

(Kent, 2004a, 2004b). To establish a context for the use of IWB in

schools, the paper first examines relevant literature on IWBs. It then

describes a program designed to link knowledge gained in a first-

semester Information and Communication Technology (ICT) unit of a

first year pre-service teacher undergraduate course with the practical

use of IWBs in a mathematics education unit, Working Mathematically,

in second semester. During this transfer of knowledge, pre-service

teachers also explore the pedagogical implications of using IWBs in the

classroom.

Introduction

Today, most Australian schools have at least one interactive whiteboard (IWB).
Indeed, many have whole-school implementation programs, whereby IWBs are
integrated into everyday classroom teacher practice (Zevenbergen & Lerman,
2008). IWBs have the ability to transform the way teachers use technology in their
classrooms (British Educational Communications and Technology Agency, 2003;
Glover & Miller, 2001; Glover, Miller, Averis, & Door, 2007). They provide ways of
incorporating e-teaching into lessons by allowing digital convergence; technology is
no longer an add-on feature but an integral part of classroom teaching (Kent,
2004a, 2004b). It is important for teacher educators to introduce developing
teachers to this still relatively new technology to ensure that they not only become
more conversant with the technology but also are alert as to how IWBs can
influence their pedagogical practices. This discussion paper describes one
universitys attempt to challenge first year pre-service teachers to become
comfortable with IWB technology and to consider the pedagogical implications of
using it in their future classrooms.

Background

Universities are grappling with the transformations required to cope with the
challenges and opportunities posed by information and communication technologies
[ICT] (Breen, Lindsay, Jenkins, & Smith, 2001, p. 95); one aspect of this relates to
the use of IWBs. IWBsare large, touch-sensitive boards connected to digital
projectors and computers. Associated software provides a variety of functions
described by Kennewell (2006, p. 2) as including: drag and drop (objects on the
board can be moved around); hide and reveal; highlighting; animation; indefinite
storage and quick retrieval of material and immediate feedback (when a particular
object is touched, a visual or aural response is generated). IWBs replicate the
functions of older presentation technologies such as flipcharts, overhead and slide
projectors and video players (Schuck & Kearney, 2007, p. 8), but offer a more
varied use of teaching materials, as they allow creative and dynamic integration of
Web-based materials, rich media and manipulation of text and images. Information
can be aved and printed directly from the board (Walker, 2002) and presenters have
the opportunity to spontaneously and seamlessly access and annotate, if needed, a
wide range of Web-based resources (Kennewell, 2001). By offering useful ways for a
class as a whole to interact with electronic content, IWBs provide versatility of
learning for all ages and across all areas of the curriculum (Smith, 2000). According
to the research by Levy (2002), IWB use increases the enjoyment and motivation of
all classroom participants. Kennewell (2001) has also shown that students enjoy
presenting and discussing their work via IWBs and that this sharing is a vital factor
in increasing motivation and learning gains. Indeed, the UK governments British
Educational Communications and Technology Agency (BECTA), found heightened
student motivation to be a key benefit of using IWBs (Schuck & Kearney, 2007).
Although the focus on motivational outcomes is well researched, it should be noted

that a recent study by Swan, Schenker & Kratcoski (2008) found only small
achievement increases in classes in which the teachers used IWBs. This is one of
the few studies that demonstrate clearly any impact on student achievement from
using IWBs in the classroom. Despite being relatively easy to use, it is also
important to note that there are issues associated with teachers using IWBs,
including arranging for appropriate training and support, providing sufficient time
for some staff to develop confidence in the technology and providing time to
organise individual presentations. Simply having a large electronic workspace does
not necessarily open a lesson to higher student interaction. IWBs require an
investment of time, as some degree of training and independent exploration by
teachers is necessary before they are utilised effectively. In addition to feeling
confident in using IWBs, users need to understand the technical issues; they need
to be sure there is appropriate technical support and they need to have confidence
in their network connections. Because IWBs are a relatively new resource, there is
also a requirement for teachers to build up a range of multimedia teaching
materials/resources and to understand that this process can be quite time
consuming. Teachers may also become alert to the new level of presentation
expectations engendered in students and the associated outcome of having to find

ways to maintain this dynamic interaction. In addition to all this, it is important to


note that while the interactive nature of the technology does allow for the
development of engaging classroom activities, educators must also be alert to the
impact the new learning/teaching medium has on a teachers pedagogy. After all,
planning and preparation of lessons is a key feature of a teachers pedagogy (Miller,
Glover, & Averis, 2005). It is during this stage that teachers using IWBs need to be
able to draw on and annotate a wide range of Web-based resources (Kennewell,
2001). It is also at this preparation stage that, dependent on subject and content,
teachers can orchestrate faster-paced and more in-depth lessons (British
Educational Communications and Technology Agency, 2003) and integrate ICT into
their lessons so as to harness the full potential of digital technology (Schuck &
Kearney, 2007, p. 13).Teacher educators need to be aware of the need to integrate
IWB technology into ICT classes early in teacher training and to ensure that preservice teachers are alerted to the effects of this technology on their developing
pedagogy. The following section introduces the new first-year experience program
at La Trobe University, Victoria. Discussion then relates to how two teacher
educators worked across the curriculum areas of ICT and mathematics education to
provide pre-service teachers with an understanding of both the technological and
pedagogical aspects of working with IWBs.

The first-year project

As pointed out by Zevenbergen & Lerman (2008, p. 107), IWBs are an innovation
that is gaining considerable presence in many contemporary classrooms. With the
increase in access to IWBs in schools comes the expectation that future teachers
will be well versed in providing an efficient, effective and seamless integration of
IWB technology into lessons across the curriculum. It must be noted, however, that
users need training in how to use these tools, for, as discussed by Morgan (1994),
tools by themselves will not transform pedagogy. The present researchers worked
with the full cohort of 212 first-year Bachelor of Education pre-service teachers to
develop knowledge of and comfort in the use of IWBs. Their key aims were for these
pre-service teachers to consider how they would incorporate this technology into
their future classrooms and the pedagogical implications of their actions. The
researchers were also the teacher educators: one taught ICT education (first
semester) and the other mathematics education (second semester). In 2008, the
Faculty of Education at the Universitys Bendigo campus introduced the Connecting
with Education: The First Year Experience project. This project was initially
conceptualised during a review of the BEd course in 2007. One aspect of the project
was to embrace online teaching and learning mechanisms as an integral part of the
teaching and learning program (Masters, 2007, p. 2). The Faculty had five IWBs
(Activboards); three were placed in regular classrooms and the other two in the
computer laboratories (PC and Apple). All rooms were deemed to offer the
opportunity for high-volume usage. The three IWBs in the classrooms had software

that enabled them to be used via laptops that were made available to pre-service
teachers for class presentations.

First semester ICT

All Bachelor of Education pre-service teachers completed a unit of study that


focused on ICT, called ICT for Education. The unit lecturer draws on constructivist
theories of learning and teaching and

believes that students learn through active engagement that includes


experimentation and reflection.

Early in the semester, the learners current knowledge was surveyed so future
sessions could be conducted in such a way as to scaffold the students with prompts
that would offer enough structure for them to understand the task and to feel
confident to experiment actively in order to master the technical issues. The
support was sufficiently open-ended to promote diverse outcomes. Indeed, the
outcomes were expected to be unique and encompass a variety of pathways and
products. This unit provides pre-service teachers with up-to-date computing skills
and introduces them to what to expect when teaching primary school students. It
ensures that theybecome familiar with various kinds of software: for example,
PowerPoint, Photostory and Inspiration. In 2008, the pre-service teachers were
invited to use IWBs for presentations and class activities across a range of subject
areas. In the ICT unit the lecturer placed real emphasis on understanding of the
technical aspects of using IWBs. Lectures focused on the pre-service teachers
becoming confident users of IWBs in the classroom. They were encouraged to
understand how to use the associated technology and introduced to ways in which
it could enhance learning in the classroom. Practical classroom examples were
provided through ActivStudio and SMART Board Tools and through the Promethean
Website. They were instructed in how to download existing flipcharts with a view to
repurposing. They then created flipcharts that required ordering and sorting
activities as described by Kent (2008). The flipcharts were discussed by the class
when they shared the design strategies used in their creation. Instructionson how to
use the Smart Board Tools and ActivStudio were placed beside the IWBs and within
the WebCT 6 Learning Management System (LMS). Those seeking more information
were given links to various Websites. A WebCT discussion on interactive
whiteboards was also created. In this space, the pre-service teachers were able to
discuss their learning and comment on how they saw IWBs being used in different
settings. They also had, as a part of their assessment, the opportunity to complete
an assignment using the IWB software.

Outcomes and evaluation

The LMS discussion space was designed to encourage the pre-service teachers to
reflect on their learning experiences through informal chats on various uses of the
IWBs and to discuss how ICT was being used in schools across the region. When
using the space, they were expected to ground their reflection with reference to the
textbook for the unit (Jonassen, Howland, Marra, & Crismond, 2008) and to
comment on each others experiences. This was done to promote thinking about
how to align IWB use with current learning theory. An analysis of postings revealed
that there were few IWBs in the schools and that they were used infrequently, if at
all:

There are only two IWBs in the whole school. To my knowledge there are no IWBs
installed in classrooms. Most classrooms had an IWB. My school didnt have any
IWBs at all.

Other comments referred to the number of times IWBs were used:

The students used the interactive whiteboard once while I was there. The teachers
used them different[ly] according to different Year levels.My teacher heavily used
the Internet through her interactive whiteboard.

Comments also centred on the placement of these boards:

The IWB that we used was in the next room so we moved into that room to
complete a maths topic.

The only IWB was in the Year 5 classroom and other classes borrow this room for
specific lessons.

There are IWBs installed in every classroom except for the Grade 5/6 classrooms.

Some described the curriculum areas in which IWB technology was used:

For prep maths the teacher set up a 1 to 20 number line and then pulled some
numbers out so the students could take in turn and go up and put the numbers back
in order. They looked at fractions.

I saw math s used on the interactive whiteboard. The class I saw did
literacy groups. During integrated studies the teacher used the IWB The IWB was
used during a music lesson.

These postings also elicited comments on teachers proficiency with IWBs:

It amazed me to see that all students knew how to use the IWB and if the teacher
was having trouble they all knew what to do most of the time. The teachers use the
IWB to its full extent and put up all the content they want to teach to the students
The teachers would use the interactive whiteboard to take attendance.
Students fill in the missing words and brainstorm. I have been rather
disappointed to see [that in] classrooms that do in fact have IWB s installed
[they] do not seem to make much use for them, except for actually writing on.

These comments display, to some degree, the extent of the implementation of IWBs
in local schools. Of course there are many factors that influence implementation,
including funding, where the IWBs are located physically and who in the school has
access to them. Other factors involve a consideration of pedagogical issues, such a
teachers beliefs and how these affect the way the teacher values the IWB as a tool
for providing enhanced learning opportunities. While the focus in semester one was
on developing confidence in the technology that supports the use of IWBs it was not
until semester two that pedagogical issues were explored in any detail. The next
section discusses how this exploration added to the pre-service teachers
developing knowledge base on how IWBs impact or are reflective of a teachers
pedagogy.

Second semester mathematics education

The researcher/lecturer in mathematics education subscribes to learning theories


that promote e negotiated building of knowledge, whereby beliefs and
understandings are reinforced as being vital to learner engagement and knowledge
construction, and learning is seen as constituting a social activity.

The pre-service teachers were therefore expected to be active in organising their


learning experiences in both social and cultural dimensions. The lecturers personal
philosophy and how it affected teaching and curriculum design was discussed
openly with the first-year pre-service teachers. This candidness provided unique
opportunities for the class as a whole to discuss pedagogical issues that supported
and/or challenged the teachers philosophical stance. These discussions often
focused on current research findings in mathematics education. For example,
Zevenbergen & Lerman (2008) suggest that IWBs can offer a faster pace in
numeracy lessons but they also maintain this quicker pace can have an impact on
both learners and teachers. It may limit learners opportunities to respond to
questions or to discuss areas of uncertainty, while for teachers it can create a need
for improved, sharper questioning skills to elicit understanding. Other discussion
opportunities related to the impact on the overall learning that occurred when the
teacher assumed a position at the front of the class and was in charge of the IWB,
and how this positioning affected the learning environment and perceptions of
ownership of the learning. Pre-service teachers were also alerted to the benefit of
an IWBs visual presence and to the interactivity opportunities offered to the class.
They were particularly involved in discussing how beneficial the IWBs were in
constructing and deconstructing mathematical equations and how useful this
process could be in negotiating understandings. They were directly challenged
during classes to articulate what they considered to be the value of IWBs to their
repertoire of teaching strategies. They were asked to investigate the value of
building whole-class and small-group discussions around the activities on the IWB
and, among other things, they were requested to include in each of the
presentations they led a series of potential uses for the IWB.

These presentations required groups of three to present joint tutorials based on


particular mathematical concept areas selected by the pre-service teachers during
the first week of classes. They were directed to use the set text for the unit and
provided with clear and direct links to a variety of Web addresses and resources.
They were required to access these sites, as needed, find relevant information and
use the IWBs to display this information during their presentations. A key aim was to
have them display both technical competence with the IWBs and ways of creatively
capturing the attention and imagination of class members by trying different
questioning techniques throughout their presentations. They had to engage their
peers in discussion about how the IWBs were used and how this use engaged the
class and influenced their style of teaching.

Outcomes and evaluation

It was expected that by designing lessons around the IWBs, the pre-service teachers
would begin to address what Glover and Miller (2001) identify as the three levels of
whiteboard use:

1.teachers drawing upon a variety of ICT-based resources without disruption or loss


of pace;

2.teachers extending learning, using more engaging materials to explain concepts;


and

3.teachers creating new learning styles stimulated by interaction with the IWB.

In addition, the pre-service teachers were requested to focus specifically on how


their use of IWBs affected collaborative group work and on their own styles of
teaching. Throughout the second semester, the pre-service teachers demonstrated
a range of IWB adaptability. Some were keen to work with the IWB, to demonstrate
how the knowledge gained in the first semester ICT unit and their experiences in
schools supported the requirements of the second semester Working
Mathematically unit. However, despite providing multiple use options and offering
clear directions for using IWBs in presentations, there remained an unexpectedly
large proportion who, to varying degrees, avoided the use the IWBs in their
presentations. When challenged, they revealed not so much a lack of confidence in
the technology but more a lack of confidence in how to use the IWBs in ways that
would engage the whole class as active learners. They either used the IWBs simply
as presentation tools (an outcome discussed in research by Armstrong, Barnes,
Sutherland, Curran, Mills & Thompson (2005) as a clear hindrance to interactivity) or
neglected to use the IWBs at all. In addition, on the occasions that these more
hesitant pre-service teachers did access the sites referred to via the IWB, they
rarely engaged their peers in discussions about what was being displayed or made
an serious attempt to manipulate the applications displayed. For the majority who
did incorporate IWB use, class work was engaging and informative. They openly
discussed the problems they had encountered. For example, many relevant
discussions on order and adaptability of delivery emerged when it was noted that
the class discussion had moved away from the set presentation sequence
Suggestions on anticipating where lessons might go, what were considered relevant
educational tangents and how to pre-empt these tangents as future teachers were
well aired. As a result of these discussions, there was a clear flow of relevant

information and a growing willingness to trial different ways of using the IWBs in a
collaborative manner. While not all the first year pre-service teachers were
educationally ready for the depth of some of the pedagogically-focused discussions,
they were aware that there was more to consider about IWBs than whether or not
they were connected to computers and ready to use.

Conclusion and recommendations

IWBs offer more to consider than simply new technology. While they provide a
means of introducing new learning opportunities, the technology must be supported
from a pedagogical perspective. By being required to focus on pedagogical as well
as technological issues, the pre-service teachers were quickly alerted to how using
an IWB could reduce rates of interaction, increase perceptions of teacher control
and speed up the pace of lessons but require quality questioning from the teacher
to ensure optimum learning opportunities were created. As a consequence, there is
a need for further research into how teacher educators can provide genuine
opportunities for pre-service teachers to link technology and pedagogy. IWBs offer
dynamic opportunities to disseminate evolving content and provide relevant
avenues to work with knowledge in contemporary situations. They have the
potential to make a major impact on learning and teaching at all educational levels
and educators across the various sectors must take every opportunity to not only
use these flexible channels for information delivery but to further investigate just
how IWB use affects all teaching and

learning opportunities. Pre-service teachers are the teachers of the future. As


teacher educators, we must provide them with every opportunity to develop as
teachers of quality.

References

Armstrong, V., Barnes, S., Sutherland, R., Curran, S., Mills, S., & Thompson, I. (2005).

Collaborative research methodology for investigating teaching and learning: The


use

of interactive whiteboard technology. Educational Review, 57(4), 457 469.

Breen, R., Lindsay, R., Jenkins, A., & Smith, P. (2001). The role of information and

communication technologies in a university learning environment. Studies in Higher

Education, 26(1), 95 114.

British Educational Communications and Technology Agency (2003). What research


says

about interactive whiteboards (Report). Coventry, UK: BECTA.

Glover, D., & Miller, D. (2001). Running with technology: The pedagogic impact of
the

large-scale introduction of interactive whiteboards in one secondary school.

Technology, Pedagogy and Education, 10(3), 257 278.

Glover, D., Miller, D., Averis, D., & Door, V. (2007). The evolution of an effective
pedagogy

for teachers using the interactive whiteboard in mathematics and modern


languages:

An empirical analysis from the secondary sector. Learning, Media and Technology,

32(1), 5 20.

Jonassen, D. H., Howland, J., Marra, R. M., & Crismond, D. (2008). Meaningful
learning

with technology (3rd ed.). New Jersey: Pearson. Kennewell, S. (2001). Interactive
whiteboards yet another solution looking for a problem to

solve? Information Technology in Teacher Education, 39(Autumn), 3 6.

Kennewell, S. (2006). Reflections on the interactive whiteboard phenomenon: A


synthesis of

research from the UK. Paper presented at the Australian Association for Research in

Education Conference, 26-30 November, Adelaide, Australia.

Kent, P. (2004a). e-teaching the elusive promise. Paper presented at the Society
for

Information Technology and Teacher Education International Conference 2004,

Atlanta, GA, USA.

Kent, P. (2004b, 6-8 July, 2004). e-teaching and interactive whiteboards: Technology
used to

enhance effective pedagogy creating a significant impact on classroom practice


and

student learning. Paper presented at the Australian Computers in Education

Conference, Adelaide.

Kent, P. (2008). Interactive whiteboards: A practical guide for primary teachers.


Sydney:

Macmillian Education.

Levy, P. (2002). Interactive whiteboards in learning and teaching in two Sheffield


schools: A

developmental study. Retrieved 23 November 2008, from

http://dis.shef.ac.uk/eirg/projects/wboards.htm

Masters, J. (2007). Connecting with education: The first year experience progress
report.

Unpublished report. Faculty of Education, La Trobe University.

Miller, D. J., Glover, D., & Averis, D. (2005). Developing Pedagogic Skills for the Use
of the

Interactive Whiteboard in Mathematics. Retrieved 20 November 2009, from

http://www.keele.ac.uk/depts/ed/iaw/docs/BERA%20Paper%20Sep%202005.pdf

Morgan, C. (1994). The computer as catalyst in the mathematics classroom? In S.


Lerman

(Ed.), Cultural perspectives of the mathematics classroom. (pp. 115-131).


Dordrecht,

The Netherlands: Kluwer.

Schuck, S., & Kearney, M. (2007). Exploring pedagogy with interactive whiteboards:
A case

study of six schools. Retrieved 19 November 2009, from http://www.ed-

dev.uts.edu.au/teachered/research/iwbproject/home.html
Smith, A. (2000). Interactive whiteboard evaluation. Retrieved 25th November,
2008, from

http://www.mirandanet.ac.uk/pubs/smartboards.htm

Swan, K., Schenker, J., & Kratcoski, A. (2008). The effects of the use of interactive

whiteboards on student achievement. Paper presented at the World Conference on

Educational Multimedia, Hypermedia and Telecommunications June 30 July 4,

Vienna.

Walker, D. (2002, 13 September). White enlightening. Times Educational


Supplement, p. 19,

Anda mungkin juga menyukai