ABSES PERIODONTAL
Disusun oleh :
Alivia Putri Masyitha, S.Ked
Ayu Marsyah Wulandari, S.Ked
Dhiya Ul Azka , S.Ked
Farida, S.Ked
Frida Septiani Tavia, S.Ked
Ica Annajmi, S.Ked
Kemalasari, S.Ked
Muhammad Maliki, S.Ked
Rahmi Eka Putri, S.Ked
Randa Pratama, S.Ked
Sukamto, S.Ked
Pembimbing:
Drg. Elita Rafni, Sp.Prost
Drg. Rita Endriani, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PUSKESMAS BANGKINANG
KAMPAR
2016
HALAMAN PENILAIAN KASUS KLINIK
Nama Kelompok
: COME FK UR Angkatan 01
Tanggal Pelaporan
Komentar pembimbing
:
Pekanbaru, Januari 2016
Bobot
Odontogram
20%
Anamnesis
Pemeriksaan klinik
20%
20%
30%
10%
Nilai
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. Y
Umur
: 5 tahun 6 bulan
Pekerjaan
: -
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
No RM
: 241
Pasien mengeluhkan nyeri pada gigi bagian atas yang hilang timbul
sejak satu setengah tahun ini. Nyeri dirasakan berdenyut.
Pasien merasa gigi sudah mulai keropos sejak satu tahun yang lalu,
gigi menghitam dan sekarang semakin parah.
Sakit terasa makin kuat sejak tiga hari yang lalu sehingga membuat
pasien merasa lemas, tidak bisa makan dan tidak bisa tidur hingga saat
pasien datang ke puskesmas. Demam yang hilang timbul juga muncul
dalam satu minggu ini dan terasa nyeri yang hebat apabila ditekan pada
gusi bagian atas. Ketika nyeri muncul, seluruh rongga mulut terasa
nyeri. Orang tua pasien mengatakan ada bengkak pada gusi gigi atas
pasien.
Nyeri pada gigi bagian atas yang hilang timbul sudah dirasakan selama
satu setengah tahun yang lalu.
Pasien
sudah
berobat
sebelumnya
di
Puskesmas
Kecamatan
Untuk mengurangi rasa sakit pada gigi, orang tua pasien menyuruh
anaknya kumur-kumur dengan air garam.
5. Faktor sosial:
Pasien seorang anak usia lima tahun, belum sekolah. Anak pertama
dari dua bersaudara. Adik pasien berusia satu tahun. Berdasarkan
pengakuan dari ibu pasien dan pasien, pasien sudah 1,5 tahun tidak ada
menggosok gigi. Adik pasien yang berusia satu tahun juga belum pernah
menggosok gigi. Pasien suka makan yang manis-manis.
Orang tua pasien juga mengatakan kurang memperhatikan
kesehatan gigi dan kadang-kadang tidak gosok gigi.
6. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tinggal bersama adik dan kedua orang tuanya. Tidak ada
anggota keluarga dengan keluhan nyeri pada gigi seperti yang dikeluhkan
pasien.
II.
: Normal
Torus Mandibularis
: Normal
Palatum
: dalam/sedang/rendah
Supenumery teeth
: tidak ada/ada
Diastema /spacing
: tidak ada/ada
Palatum
: Normal
Mobility
: tidak ada/ada
55 54 53 52 51 61 62 63 64
65
85 84 83 82 81 71 72 73 74
75
ODONTOGRAM
51
52
53
Kalkulus
63
54
Plak
Kalkulus
64
55
Plak
65
81
Plak
Plak
71
82
Plak
Plak
72
83
Kalkulus
Plak
73
84
Karies profunda
74
85
Karies profunda
75
Perikoronitis
36
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE UE UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
UE
Keterangan :
: Karies
: Gingivitis
: Abses periodontal
: Plak
: Kalkulus
: Perikoronitis
UE
: Unerupted
2. EKSTRA ORAL
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/i
: 36,8 o C
BB/TB
: 16 kg/110 cm
Asimetri muka
: Simetris
BB : 16 kg
BBI : 19 kg
Status gizi : 16/19 x 100%=
84,2 %
(gizi kurang)
III.
DIAGNOSIS
a. Abses periodontal
b. Karies gigi
c. Kalkulus
d. Perikoronitis
IV.
Penambalan gigi
c. Kalkulus
Scalling gigi
V.
EDUKASI
1.
Menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari
setelah sarapan pagi dan sebelum tidur dengan cara yang benar.
2.
3.
Menggunakan
dental
floss
atau
menggunakan
benang
untuk
Menghindari
makanan
manis
dan
lengket
sebelum
tidur
serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABSES PERIODONTAL
2.1
DEFINISI
Periodontal adalah merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi
gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi
sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri dari:1
1.
Gingiva yang merupakan jaringan paling luar bagian dari membran mukosa
mulut tipe mastikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan
mengelilingi leher gigi pada permukaan rongga mulut. Gingiva meluas dari
puncak marginal gingiva sampai ke mukogingival junction.1
2.
3.
4.
10
enamel
membentuk
pra
dan
bagian
sementum
campuran
fiber
d.
2.2
KLASIFIKASI
a. Abses gingiva
11
terutama
terkait
pada
ketidaksempurnaan
dalam
kontrol
terhadap
diabetes
melitus
merupakan
faktor
12
3.
13
satunya adalah faktor lingkungan, seperti poket yang telah ada sebelumnya,
impaksi makanan. Selain itu ada juga faktor mikroorganisme seperti
Fusobacterium nucleatum, Peptostreptococcus micros, Prevotella intermedia,
Porphiromonas gingivalis, dan Tannerella forsythia.4 Etiologi abses periodontal
dibagi atas dua yaitu:4
1. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan
periodontitis adalah:
a. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
b. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan
infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam
saku tertutup.
c. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam
pertahanan host bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam
meningkatkan pengeluaran suppurasi
d. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada
pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan
abses.
2. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis
14
PATOGENESIS
Patogenesis penyakit periodontal dibagi menjadi 4 tahap:4,5
1.
2.
15
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pada abses periodontal dapat diperoleh melalui,
16
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari abses periodontal antara lain:
1.
Abses Periapikal
Keadaan inflamasi yang di tandai dengan pembentukan eksudat
purulen yang menyertai pulpa dental atau pulpa remnant dan jaringan yang
mengelilingi apex gigi. Abses periapikal dapat dibedakan dengan
menifestasi seperti berlokasi disekitar apeks akar, mengenai gigi yang
tidak vital, restorasi yang berat, Karies yang besar dengan keterlibatan
pulpa, riwayat kepekaan (sensitif) terhadap panas dan dingin, tidak ada
tanda atau gejala penyakit periodontal serta gambaran periapikal
radiolusen pada radiografi intraoral.6,7
2.
Lesi Perio-endo
Lesi perio-endo biasanya ditunjukkan dengan penyakit periodontal
parah yang mungkin melibatkan pencabangan, kerusakan tulang berat
yang mencapai apeks sehingga menyebabkan infeksi pulpa, gigi non vital
yang terestorasi minimal.6,7
3.
Lesi Endo-Perio
Lesi endo-perio dapat dibedakan dengan abses periodontal dengan
adanya infeksi pulpa yang menyebar melalui saluran lateral ke dalam
poket periodontal dan biasanya menyerang gigi non-vital dengan
gambaran radiolusen periapikal gigi.6,7
2.7
TERAPI
Prinsip manajemen abses periodontal adalah:
17
1.
Lokal6,7
a. drainase
b. Eliminasi penyebab
2.
Sistemik : Antibiotik6,7
Penatalaksanaan pasien dengan abses periodontal dapat dibedakan
menjadi tiga tingkat:
a.
Manajemen segera6,7
Pada infeksi yang mengancam jiwa, pasien dirawat inap, terapi
suportif
bersamaan
dengan
terapi
antibiotik
akan
sangat
dibutuhkan
Bergantung pada keparahan infeksi dan pemeriksaan klinis tanda
empiris
sebelum
analisis
dan jaringan
Regimen empiris bergantung dari tingkat keparahan infeksi.
Antibiotik yang umum digunakan antara lain :
Phenoxymethyle penicilin 250-550 mg 4 kali sehari selama
b.
c.
5-7 hari
Amoksisilin 250-500 mg 3 kali sehari selama 5-7 hari
Eritromisin 250-500 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
Doksisiklin 100 mg selama 7-14 hari
Clindamisin 150-300 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
Manajemen awal6,7
Irigasi kantong abses dengan antiseptik atau larutan salin
Membuang benda asing
Drainase melalui sulkus dengan sebuah probe atau scaling ringan
dari permukaan gigi
Kompresi dan debridement dinding jaringan lunak
Instruksikan oral higiene
Diulang dalam 24-48 jam
Terapi definitif
Terapi definitif diulang setelah terapi awal dilakukan untuk
mengembalikan, fungsi, estetika dari peridontium dan membuat pasien
18
menjaga
kebersihan
periodontal.
Gingivectomi
atau
operasi
PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan
oleh dokter gigi, pasien dan individu pendukung. Pencegahan dilakukan dengan
memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit.
Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk
memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal. Pencegahan
penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu
sama lain yaitu:8,9
1.
Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah
pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit
periodontal, tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau
dipelihara.8,9
a. Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak
berarti pemeliharaan kesehatan.
b. Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
c. Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti
mencegah kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas:8,9
a. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi
penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih
proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
b. Secara kimia dengan memakai bahan kumur-kumur seperti
chlorhexidine (Betadine, Isodine).
2.
Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari
penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk
memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus
lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :6,7
19
permukaan.
Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung .
Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
4.
5.
6.
20
BAB III
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada abses periodontal dapat diperoleh melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang.4
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dilakukan pada tanggal 6
Januari 2016. Pasien datang dengan keluhan sakit yang hilang timbul pada gigi
bagian atas sejak satu setengah tahun yang lalu, sakit gigi dalam tiga hari ini
semakin kuat, hingga pasien lemas, tidak bisa makan dan tidak bisa tidur hingga
saat pasien datang ke puskesmas. Keluhan disertai dengan demam yang hilang
timbul dan nyeri hebat pada penekanan. Pasien juga tidak menjaga kebersihan gigi
terlihat dari pasien sudah tidak mengosok gigi sejak satu setengah tahun yang lalu.
21
penegakkan
diagnosis
abses
periodontal
tidak
harus
dengan
inflamasi
purulen
yang
terlokalisir
22
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1.
2.
23
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
1. Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy, histology and
embriology 4 edition. London: Mosby Elsavier; 2008.
2. Harshanur, Itjiningsih. W. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC; 2012.
3. Saleh A.H dkk, Makalah Periodontologi Dasar, Anatomi Normal Jaringan
Periodontal. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
Mada; 2013
4. Herrera D, Roldan S, Sanz M. The periodontal abses: A review. Journal of
clinical periodontology, 2000:27:377-386
5. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu Pencegahan penyakit
jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Editor lilian Juwono. Jakarta:
EGC; 2010.
24
25