Anda di halaman 1dari 25

Makalah Gigi COME

ABSES PERIODONTAL

Disusun oleh :
Alivia Putri Masyitha, S.Ked
Ayu Marsyah Wulandari, S.Ked
Dhiya Ul Azka , S.Ked
Farida, S.Ked
Frida Septiani Tavia, S.Ked
Ica Annajmi, S.Ked
Kemalasari, S.Ked
Muhammad Maliki, S.Ked
Rahmi Eka Putri, S.Ked
Randa Pratama, S.Ked
Sukamto, S.Ked

Pembimbing:
Drg. Elita Rafni, Sp.Prost
Drg. Rita Endriani, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PUSKESMAS BANGKINANG
KAMPAR
2016
HALAMAN PENILAIAN KASUS KLINIK
Nama Kelompok

: COME FK UR Angkatan 01

Nama Mahasiswa dan NIM :


Alivia Putri Masyitha, S.Ked
Ayu Marsyah Wulandari, S.Ked
1

Dhiya Ul Azka , S.Ked


Farida, S.Ked
Frida Septiani Tavia, S.Ked
Ica Annajmi, S.Ked
Kemalasari, S.Ked
Muhammad Maliki, S.Ked
Rahmi Eka Putri, S.Ked
Randa Pratama, S.Ked
Sukamto, S.Ked
Pembimbing

: Drg. Elita Rafni, Sp.Prost


Drg. Rita Endriani, M.Kes

Tanggal Pelaporan

Komentar pembimbing

:
Pekanbaru, Januari 2016

(Drg. Elita Rafni, Sp.Prost)


Komponen

Bobot

Odontogram

20%

Anamnesis
Pemeriksaan klinik

20%
20%

Perawatan dan edukasi

30%

Kesesuaian format dan kelengkapan


Ket: Rentang nilai 1-100

10%

Nilai

Pekanbaru, Januari 2016


(Penilai)

STATUS REKAM MEDIS PASIEN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU / RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
I.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. Y

Umur

: 5 tahun 6 bulan

Pekerjaan

: -

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Simpang Bukit Naang

Agama

: Islam

No RM

: 241

ANAMNESIS (6 januari 2016) : ALLOANAMNESIS


1. Keluhan utama: Kontrol ulang dengan nyeri pada gigi bagian atas
2. Riwayat penyakit sekarang:
-

Pasien mengeluhkan nyeri pada gigi bagian atas yang hilang timbul
sejak satu setengah tahun ini. Nyeri dirasakan berdenyut.

Pasien merasa gigi sudah mulai keropos sejak satu tahun yang lalu,
gigi menghitam dan sekarang semakin parah.

Sakit terasa makin kuat sejak tiga hari yang lalu sehingga membuat
pasien merasa lemas, tidak bisa makan dan tidak bisa tidur hingga saat
pasien datang ke puskesmas. Demam yang hilang timbul juga muncul
dalam satu minggu ini dan terasa nyeri yang hebat apabila ditekan pada
gusi bagian atas. Ketika nyeri muncul, seluruh rongga mulut terasa
nyeri. Orang tua pasien mengatakan ada bengkak pada gusi gigi atas
pasien.

3. Riwayat penyakit dahulu:


-

Nyeri pada gigi bagian atas yang hilang timbul sudah dirasakan selama
satu setengah tahun yang lalu.

4. Riwayat pengobatan sebelumnya:


-

Pasien

sudah

berobat

sebelumnya

di

Puskesmas

Kecamatan

Bangkinang pada tanggal 30 Desember 2015 dan diberikan obat


Paracetamol sirup 120 mg/5 cc serta Amoxicillin sirup 125 mg/5cc.

Keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien sudah berkurang


dibandingkan sebelumnya.
-

Untuk mengurangi rasa sakit pada gigi, orang tua pasien menyuruh
anaknya kumur-kumur dengan air garam.

Riwayat alergi obat dan makanan tidak diketahui.

5. Faktor sosial:
Pasien seorang anak usia lima tahun, belum sekolah. Anak pertama
dari dua bersaudara. Adik pasien berusia satu tahun. Berdasarkan
pengakuan dari ibu pasien dan pasien, pasien sudah 1,5 tahun tidak ada
menggosok gigi. Adik pasien yang berusia satu tahun juga belum pernah
menggosok gigi. Pasien suka makan yang manis-manis.
Orang tua pasien juga mengatakan kurang memperhatikan
kesehatan gigi dan kadang-kadang tidak gosok gigi.
6. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tinggal bersama adik dan kedua orang tuanya. Tidak ada
anggota keluarga dengan keluhan nyeri pada gigi seperti yang dikeluhkan
pasien.
II.

PEMERIKSAAN OBJEKTIF (6 Januari 2016)


1. INTRA ORAL
Inspeksi :
1. Terlihat gigi karies pada gigi 51, 52, 61, 62, 63,65, 74, 75, 84, 85
2. Tampak plak dan kalkulus pada rahang atas dan bawah
3. Tampak gingivitis pada gigi 51, 61
4. Tampak pembengkakan pada gingiva gigi 62
Perkusi : Nyeri pada gigi 51, 61 dan 62
Fungsi : (+) pasien masih bisa mengunyah
Status Lokalis
Torus palatinus

: Normal

Torus Mandibularis

: Normal

Palatum

: dalam/sedang/rendah

Supenumery teeth

: tidak ada/ada

Diastema /spacing

: tidak ada/ada

Palatum

: Normal

Mobility

: tidak ada/ada

Nomenklatur Gigi (WHO)


5

55 54 53 52 51 61 62 63 64

65

85 84 83 82 81 71 72 73 74

75

ODONTOGRAM
51
52

Karies profunda, kalkulus


Gingivitis
Karies profunda, kalkulus

Karies Profunda, kalkulus


61
Gingivitis
Karies Profunda, kalkulus, abses 62
periodontal

53

Kalkulus

Karies Profunda, kalkulus

63

54

Plak

Kalkulus

64

55

Plak

Karies Superfisial, kalkulus

65

81

Plak

Plak

71

82

Plak

Plak

72

83

Kalkulus

Plak

73

84

Karies profunda

Karies profunda, kalkulus

74

85

Karies media, kalkulus

Karies profunda

75

Perikoronitis

36

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE UE UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

UE

Keterangan :
: Karies
: Gingivitis
: Abses periodontal
: Plak
: Kalkulus
: Perikoronitis
UE

: Unerupted

2. EKSTRA ORAL

TD

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 x/i

: 36,8 o C

BB/TB

: 16 kg/110 cm

Perbesaran KGB : Tidak ada

Asimetri muka

: Simetris

BB : 16 kg
BBI : 19 kg
Status gizi : 16/19 x 100%=
84,2 %
(gizi kurang)

III.

DIAGNOSIS
a. Abses periodontal
b. Karies gigi
c. Kalkulus
d. Perikoronitis

IV.

RENCANA PERAWATAN DAN PELAKSANAAN

Kunjungan I: (6 Januari 2016)


Rencana:
1. Pemeriksaan keadaan rongga mulut.
2. Follow up hasil terapi
3. Perawatan gigi berupa
a. Abses Periodontal
Insisi abses jika mengandung pus
Jika pus tidak ada, bersihkan gigi dan pengeluaran gas
b. Karies dan kavitas

Penambalan gigi

c. Kalkulus

Scalling gigi

4. Perawatan gigi dan tatalaksana abses: Rujuk ke dokter gigi


5. Pemeriksaan radiografi
Pelaksanaan:
Follow up hasil terapi Nyeri sudah berkurang dan bengkak masih ada tetapi
sudah mengalami perbaikan. Terapi dilanjutkan dengan :
a. Parasetamol sirup 120 mg/5 cc jika nyeri (kapan perlu)
b. Amoxicillin sirup 125 mg/5 cc 3 x 1 cth.

V.

EDUKASI
1.

Menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari
setelah sarapan pagi dan sebelum tidur dengan cara yang benar.

2.

Kontrol ulang setelah obat habis.

3.

Menggunakan

dental

floss

atau

menggunakan

benang

untuk

membersihkan sela gigi dan mouthwash 2 kali sehari selama 4 bulan.


4.

Menghindari

makanan

manis

dan

lengket

sebelum

tidur

serta

mengkonsumsi makanan yang bergizi


5.

Periksa gigi rutin ke dokter gigi setiap enam bulan sekali

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABSES PERIODONTAL

2.1

DEFINISI
Periodontal adalah merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi

gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi
sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri dari:1
1.

Gingiva yang merupakan jaringan paling luar bagian dari membran mukosa
mulut tipe mastikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan
mengelilingi leher gigi pada permukaan rongga mulut. Gingiva meluas dari
puncak marginal gingiva sampai ke mukogingival junction.1

2.

Tulang alveolar yang merupakan bagian maksila dan mandibula,


membentuk dan mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas
yang jelas antara tulang alveolar dengan maksila maupun mandibula.
Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding soket gigi disebut alveolar
bone proper. Alveolar bone proper ini akan didukung oleh bagian tulang
alveolar lainnya yang dikenal dengan nama supporting alveolar bone.1

3.

Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi


ruangan antara permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi
bagian koronal dan turut serta mendukung gingival. Ligamentum
periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi
akar gigi dan melekatnya ke tulang alveolar. Ligamentum ini melanjutkan
diri dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan sumsum melalui
kanalis vaskuler yang ada pada bone proper1

4.

Sementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang tipis dan


menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini akan berbatasan dengan
dentin dan email, serta ligamentum periodontal. Strukturnya mempunyai
banyak persamaan dengan struktur tulang. Sementum merupakan jaringan
mesenkimal yang tidak mengandung pembuluh darah atau saraf dan
mengalami kalsifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain
melapisi akar gigi, sementum juga berperan didalam pengikatan gigi ke
tulang alveolar yaitu dengan adanya serat utama ligementum periodontal
yang tertanam didalam sementum (serat sharpey). Sementum ini menipis
pada daerah perbatasan dengan enamel dan makin menebal kearah apex
gigi. Sementum berdasarkan morfologinya dibagi menjadi dua tipe

10

yaitu sementum asesuler (sementum primer) dan sementum seluler


(sementum sekunder).1 Penyusun dari sementum antara lain:
a.

Acellular, Aflibrillar Cementum (AAC) terbentuk pada pinggiran


servik

enamel

mengikuti penyempurnaan praerupsi pematangan

enamel dan kadang-kadang juga selama erupsi gigi. Ini kemungkinan


disekresi oleh sementoblast. 1-3
b.

Acellular, Extrincic-fiber cementum (AEC)


post

membentuk

pra

dan

secara erupsi. AEC disekresikan oleh fibroblast. Pada bagian

apikal akar, ini meliputi

bagian

sementum

campuran

fiber

(mixed-fiber cementum). 1-3


c.

Cellular, Intrinsic-fiber Cementum (CIC). CIS dibentuk pre dan post


secara erupsi. CIC disintesis oleh sementoblat, tetapi tidak mengandung
fiber ekstrinsik Sharpey. 1-3

d.

Cellular, Mixed-fiber Cementum (CMC). CMC dibentuk oleh


sementoblast dan fibroblast. Ini merupakan kombinasi dari sementum
fiber intrinsik selular dan sementum fiber ekstrinsik aselular. 1-3

Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada


jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau
abses parietal.4 Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat
merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta
mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan
terletak di dalam saku periodontal.4

2.2

KLASIFIKASI

Abses periodontal diklasifikasikan sebagai berikut:


1.

Berdasarkan lokasi abses

a. Abses gingiva

11

Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada


marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut
yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba,
trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya merah, licin,
kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan yang sering berfluktuasi.4,5
b. Abses periodontal
Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding
gingiva pada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen
periodontal dan tulang alveolar. Abses periodontal secara khusus
ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak dirawat dan
berhubungan dengan saku periodontal yang sedang dan dalam, biasanya
terletak diluar daerah mukogingiva.4,5
Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat
disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya
eksudat purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi
sensitif bila diperkusi dan mungkin menjadi mobil serta kehilangan
perlekatan periodontal dengan cepat dapat terjadi. Abses periodontal sering
muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku periodontal yang ada
sebelumnya

terutama

terkait

pada

ketidaksempurnaan

dalam

menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah


perawatan bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah
terapi antibiotik sistemik dan akibat dari penyakit rekuren.4,5
Abses periodontal yang tidak berhubungan dengan inflamasi penyakit
periodontal termasuk perforasi gigi, fraktur dan impaksi benda asing.
Kurangnya

kontrol

terhadap

diabetes

melitus

merupakan

faktor

predisposisi dari pembentukan abses periodontal. Pembentukan abses


periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi. Namun, dengan
perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan
kehilangan tulang yang signifikan dapat dipertahankan selama bertahuntahun.4,5
c. Abses perikoronal

12

Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak


operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering
terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah.3,12 Sama halnya
dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari
plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma. 3 Gambaran klinis berupa
gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh
dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati,
demam dan malaise.4,5
2.

Berdasarkan jalannya lesi

a. Abses periodontal akut


Abses akut umumnya berupa eksaserbasi lesi periodontal inflamasi
kronis. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain tingginya jumlah
dan kemampuan virulensi bakteri yang ada, dikombinasikan dengan
penurunan resistensi jaringan dan kurangnya drainase spontan. Drainase
dapat dihambat oleh morfologi poket yang dalam dan rumit, debris atau
epitelium poket yang susunannya padat sehingga menyumbat orifisium
poket. Abses akut ditandai oleh pembengkakan jaringan gingiva yang
berbentuk bulat atau oval, menimbulkan rasa nyeri, berwarna merah,
edema dan halus, gigi-geligi sensitif saat diperkusi dan terasa terdapat
penonjolan di dalam soket. Eksudat dapat dikeluarkan menggunakan
tekanan ringan. Kadang terjadi demam dan limfadenopati regional.4,5
b. Abses periodontal kronik
Abses kronis terbentuk setelah penyebaran infeksi dapat dikendalikan
oleh drainase spontan, respon host ataupun terapi. Jika homeostasis antara
host dan infeksi tercapai, pasien hanya memiliki sedikit gejala ataupun
tidak ada gejala sama sekali.4,5

3.

Berdasarkan jumlah abses

a. Abses periodontal tunggal

13

Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor


lokal mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada.4,5
b. Abses periodontal multiple
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes melitus yang tidak
terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan
periodontitis tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk masalah
non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi
akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi.4,5
2.3

ETIOLOGI ABSES PERIODONTAL


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya abses periodontal, salah

satunya adalah faktor lingkungan, seperti poket yang telah ada sebelumnya,
impaksi makanan. Selain itu ada juga faktor mikroorganisme seperti
Fusobacterium nucleatum, Peptostreptococcus micros, Prevotella intermedia,
Porphiromonas gingivalis, dan Tannerella forsythia.4 Etiologi abses periodontal
dibagi atas dua yaitu:4
1. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan
periodontitis adalah:
a. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
b. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan
infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam
saku tertutup.
c. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam
pertahanan host bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam
meningkatkan pengeluaran suppurasi
d. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada
pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan
abses.
2. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis

14

Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan


dengan periodontitis adalah:
a. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn,
potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.
b. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
c. Infeksi lateral kista.
d. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi
predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya cervical cemental
tears dapat memicu pekembangan yang cepat dari periodontitis dan
perkembangan abses.
2.4

PATOGENESIS
Patogenesis penyakit periodontal dibagi menjadi 4 tahap:4,5
1.

Fase lesi awal


Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun
pada tahap ini hanya menyerang jaringan sebatas superfisial. Bakteri
memproduksi plak yang dapat menyerang jaringan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan
inflamasi.
Perubahan yang terjadi pada fase ini berupa ekstravasasi sel-sel
inflamasi, sel plasma dan limfosit terutama limfosit T. Disini juga
terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan
eksudat dari cairan jaringan leher gingiva, tetapi tidak terlihat adanya
tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada penyakit ini.

2.

Gingivitis tahap dini


Bila deposit plak masih tetap ada perubahan inflamasi tahap awal
akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan
migrasi sel PMN. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel
inflamasi, 75% diantaranya terdiri dari limfosit yang menyebabkan sela
dari cuff marginal gingiva menjadi lemah. Pada tahap ini tanda-tanda
klinis dari inflamasi semakin jelas terlihat berupa papila intradental
menjadi lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah.

15

3. Gingivitis tahap lanjut


Dalam waktu 2-3 minggu akan terbentuk gingivitis yang lebih
parah lagi disertai dengan kerusakan kolagen, tepi gingiva dapat
berupa mudah dilepas dari permukaan gigi dan memperbesar
kemungkinan terbentuknya poket gingiva atau poket palsu.
Bila inflamasi telah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka
akan terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini
bersifat reversibel.
4. Periodontitis
Bila iritasi plak dan inflamasi terus berlanjut, integritas dari
epithelium junction akan semakin rusak. Sel-sel epitelial akan
berdegenerasi dan terpisah, sehingga perlekatan pada permukaan gigi
akan terlepas. Pada saat bersamaan epithelium junction akan
berproliferasi ke jaringan ikat dan kebawah pada permukaan akar bila
serabut gentogingiva dan serabut puncak tulang alveolar rusak.
Migrasi ke apikal dari epithelium junction akan terus berlangsung dan
epitelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket
periodontal atau poket asli. Keadaan ini merupakan perubahan
irreversibel.
Bila poket periodontal sudah terbentuk plak dan berkontak dengan
sementum, jaringan ikat akan menjadi udem disertai pembuluh darah
terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh darah menjadi pecah,
disertai dengan timbulnya perdarahan di sekitarnya.
2.5

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pada abses periodontal dapat diperoleh melalui,

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang. Pada anamnesis


biasanya didapatkan adanya rasa sakit yang terus menerus, timbul, dan
terlokalisasi, sakit menghebat jika gigi ditekan atau jaringan lunak diatasnya
ditekan, demam dan lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan limfadenopati,
pembengkakan meliputi jaringan gingiva, dan terkadang adanya fistula, sensitif
terhadap perkusi.4

16

Pada pemeriksaan penunjang, gambaran radiografi pada periodontal abses


pada umumnya tampak radiolusen pada samping permukaan gigi, secara khas
nampak di apex dari akar. Walau bagaimanapun karena lokasi anatomi, kadangkadang tidak ada perubahan gambaran radiografi, kerusakan tulang yang luas
dapat terlihat. Gambaran radiografi tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya
pembantu diagnosis periodontal abses karena variasi lokasi dan langkah-langkah
perkembangan dari abses.4
2.6

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari abses periodontal antara lain:

1.

Abses Periapikal
Keadaan inflamasi yang di tandai dengan pembentukan eksudat
purulen yang menyertai pulpa dental atau pulpa remnant dan jaringan yang
mengelilingi apex gigi. Abses periapikal dapat dibedakan dengan
menifestasi seperti berlokasi disekitar apeks akar, mengenai gigi yang
tidak vital, restorasi yang berat, Karies yang besar dengan keterlibatan
pulpa, riwayat kepekaan (sensitif) terhadap panas dan dingin, tidak ada
tanda atau gejala penyakit periodontal serta gambaran periapikal
radiolusen pada radiografi intraoral.6,7

2.

Lesi Perio-endo
Lesi perio-endo biasanya ditunjukkan dengan penyakit periodontal
parah yang mungkin melibatkan pencabangan, kerusakan tulang berat
yang mencapai apeks sehingga menyebabkan infeksi pulpa, gigi non vital
yang terestorasi minimal.6,7

3.

Lesi Endo-Perio
Lesi endo-perio dapat dibedakan dengan abses periodontal dengan
adanya infeksi pulpa yang menyebar melalui saluran lateral ke dalam
poket periodontal dan biasanya menyerang gigi non-vital dengan
gambaran radiolusen periapikal gigi.6,7

2.7

TERAPI
Prinsip manajemen abses periodontal adalah:

17

1.

Lokal6,7
a. drainase
b. Eliminasi penyebab

2.

Sistemik : Antibiotik6,7
Penatalaksanaan pasien dengan abses periodontal dapat dibedakan
menjadi tiga tingkat:

a.

Manajemen segera6,7
Pada infeksi yang mengancam jiwa, pasien dirawat inap, terapi
suportif

bersamaan

dengan

terapi

antibiotik

akan

sangat

dibutuhkan
Bergantung pada keparahan infeksi dan pemeriksaan klinis tanda

serta gejala lokal, investigasi dan terapi awal dapat ditunda


Pada kondisi sistemik yang tidak mengancam jiwa, analgetika oral
dan kemoterapi antimikrobial akan sangat dibutuhkan untuk
mengeliminasi gejala sistemik, trismus berat dan penyebaran

infeksi difus (selulitis fasialis)


Antibiotik diresepkan secara

empiris

sebelum

analisis

mikrobiologikal dan uji sensitifitas antibiotik dari spesimen pus

dan jaringan
Regimen empiris bergantung dari tingkat keparahan infeksi.
Antibiotik yang umum digunakan antara lain :
Phenoxymethyle penicilin 250-550 mg 4 kali sehari selama

b.

c.

5-7 hari
Amoksisilin 250-500 mg 3 kali sehari selama 5-7 hari
Eritromisin 250-500 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
Doksisiklin 100 mg selama 7-14 hari
Clindamisin 150-300 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
Manajemen awal6,7
Irigasi kantong abses dengan antiseptik atau larutan salin
Membuang benda asing
Drainase melalui sulkus dengan sebuah probe atau scaling ringan
dari permukaan gigi
Kompresi dan debridement dinding jaringan lunak
Instruksikan oral higiene
Diulang dalam 24-48 jam
Terapi definitif
Terapi definitif diulang setelah terapi awal dilakukan untuk
mengembalikan, fungsi, estetika dari peridontium dan membuat pasien
18

menjaga

kebersihan

periodontal.

Gingivectomi

atau

operasi

pemasangan flap periodontal dengan antibiotik sistemik atau lokal


antibiotik (tetrasiklin) diindikasikan sebagai terapi definitif dari abses
periodontal.6,7
2.8

PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan

oleh dokter gigi, pasien dan individu pendukung. Pencegahan dilakukan dengan
memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit.
Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk
memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal. Pencegahan
penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu
sama lain yaitu:8,9
1.

Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah
pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit
periodontal, tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau
dipelihara.8,9
a. Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak
berarti pemeliharaan kesehatan.
b. Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
c. Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti
mencegah kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas:8,9
a. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi
penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih
proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
b. Secara kimia dengan memakai bahan kumur-kumur seperti
chlorhexidine (Betadine, Isodine).

2.

Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari
penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk
memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus
lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :6,7

19

a. Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak.


Gincu kue warna ras dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak.
b. Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh
c.
d.
e.
f.
3.

permukaan.
Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung .
Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.

Pencegahan trauma dari oklusi


Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara
perlahanlahan (akibat pemakaian yang lama).8,9

4.

Pencegahan dengan tindakan sistemik


Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan
sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi
kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat
dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.8,9

5.

Pencegahan dengan prosedur ortodontik


Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan tempat
gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang lengkung rahang.8,9

6.

Pendidikan kesehatan gigi masyarakat


Hal yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit
periodontal dapat dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif dari
metode pencegahan karies gigi. Perlu diluruskan adanya pertentangan
psikologis pada masyarakat, seperti:8,9
a. Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal
pada orang dewasa dimulai pada masa anak-anak.
b. Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat
dielakkan dan disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat
bahwa kehilangan gigi selalu terjadi bila mereka sudah tua.
c. Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak
menyadarinya. Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk
mengetahui adanya karies gigi dan penyakit periodontal secepatnya
kemudian segera merawatnya bila ditemukan adanya penyakit

20

d. Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah bila


segera dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan.
Disamping itu waktu yang digunakan lebih sedikit dan merupakan cara
yang paling ekonomis daripada menanggulangi penyakit.
e. Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan
perawatan gigi yang teratur .
f. Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus
merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada abses periodontal dapat diperoleh melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang.4
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini dilakukan pada tanggal 6
Januari 2016. Pasien datang dengan keluhan sakit yang hilang timbul pada gigi
bagian atas sejak satu setengah tahun yang lalu, sakit gigi dalam tiga hari ini
semakin kuat, hingga pasien lemas, tidak bisa makan dan tidak bisa tidur hingga
saat pasien datang ke puskesmas. Keluhan disertai dengan demam yang hilang
timbul dan nyeri hebat pada penekanan. Pasien juga tidak menjaga kebersihan gigi
terlihat dari pasien sudah tidak mengosok gigi sejak satu setengah tahun yang lalu.

21

Pasien sudah berobat sebelumnya di Puskesmas Kecamatan Bangkinang


dan diberikan terapi berupa paracetamol sirup dan amoxicillin sirup. Pasien
mengaku keluhan nyeri sudah mulai berkurang tetapi bengkak masih dirasa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gigi karies pada gigi 51, 52, 61, 62, 63,
65, 74, 84, 85, plak dan kalkulus pada gigi di rahang atas dan bawah, tampak
gingivitis pada gigi 51, 61 serta tampak pembengkakan pada gingival gigi 62.
Terlihat tanda-tanda radang berupa nyeri tekan pada gigi 62 dan bengkak, tanda
radang lainnya sudah tidak terlihat. Hasil perkusi didapatkan nyeri pada gigi 51,
61 dan 62.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dikarenakan tidak
tersedianya fasilitas pemeriksaan radiografi di Puskesmas, namun berdasarkan
literatur

penegakkan

diagnosis

abses

periodontal

tidak

harus

dengan

menggunakan pemeriksaan radiografi. Abses periodontal itu sendiri merupakan


suatu

inflamasi

purulen

yang

terlokalisir

pada jaringan periodonsium.

Pemeriksaan radiografi pada kasus abses periodontal terkadang tidak tampak


perubahan gambarannya, ini disebabkan karena variasi lokasi dan perkembangan
dari abses itu sendiri.4
Pasien ini ditegakkan diagnosis abses periodontal, karies, kalkulus serta
perikoronitis kemudian direncanakan untuk dilaksanakan insisi abses jika abses
mengandung pus, pembersihan gigi jika abses tidak mengandung pus, penambalan
pada gigi yang karies dan scalling pada gigi yang ada kalkulus, dilakukan
pemeriksaan radiografi dan diberikan farmakoterapi berupa antibiotik, antipiretik
dan analgetik. Farmakoterapi ini diberikan guna menghambat pertumbuhan
bakteri serta mengurangi nyeri dan reaksi inflamasi pada pasien. Prinsip
manajemen abses periodontal terbagi dua yaitu lokal berupa drainase serta
eliminasi penyebab dan sistemik dengan pemberian antibiotik. 6,7 Pada pasien
hanya dilakukan pemberian terapi sistemik. Rencana penambalan dan scalling
gigi serta pemeriksaan radiografi tidak dapat dilaksanakan karena tidak adanya
sarana berupa terbatasnya fasilitas yang tersedia di puskemas serta tenaga medis
(dokter gigi) di Puskemas yang sedang tidak berada di tempat. Prosedur perujukan
berdasarkan peraturan Puskesmas pada pasien ini hanya dapat dilakukan setelah
pasien melakukan tiga kali pengobatan di puskesmas.

22

Pasien juga diedukasi untuk menjaga kebersihan gigi dengan menyikat


gigi minimal dua kali sehari setelah sarapan pagi dan sebelum tidur dengan cara
yang benar, kontrol ulang setelah obat habis, menggunakan dental floss. Jika tidak
ada dental floss dapat menggunakan benang serta menggunakan mouthwash,
menghindari makanan manis dan lengket sebelum tidur serta mengkonsumsi
makanan bergizi guna mempercepat penyembuhan. Pasien juga diedukasi untuk
kunjungan rutin minimal satu kali dalam enam bulan ke dokter gigi di puskesmas.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
1.

Penanganan abses periodontal pada pasien dengan pemberian antibiotik


sistemik. Ini sesuai dengan salah satu prinsip manajemen abses periodontal
berupa eliminasi penyebab dengan pemberian antibiotik sistemik.

2.

Pada kasus pasien mengaku tidak pernah menjaga kebersihan mulut


sehingga ini dapat dikaitkan dengan rendahnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat untuk menjaga oral higiene. Pasien juga didapatkan status gizi

23

adalah gizi kurang. Ini juga menyimpulkan kurangnya kesadaran dan


pengetahuan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
SARAN
1.

Pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga


kesehatan gigi dan mulut

2.

Memberikan edukasi pada masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang


bergizi.

3.

Kepada Puskesmas untuk menjalankan dan membina program UKS serta


UKGS di sekolah-sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Bangkinang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy, histology and
embriology 4 edition. London: Mosby Elsavier; 2008.
2. Harshanur, Itjiningsih. W. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC; 2012.
3. Saleh A.H dkk, Makalah Periodontologi Dasar, Anatomi Normal Jaringan
Periodontal. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
Mada; 2013
4. Herrera D, Roldan S, Sanz M. The periodontal abses: A review. Journal of
clinical periodontology, 2000:27:377-386
5. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu Pencegahan penyakit
jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Editor lilian Juwono. Jakarta:
EGC; 2010.
24

6. Patel V.P, Kumar S, Patel A. Periodontal Absess : A Review. Dept of


Periodontology, JSS Dental College & Hospital, Mysore-15 Karnataka,
India. April. 2011.
7. Yadav A.L. et al. Periodontal Abscess: A Review. International Journal of
Health and Medical Sciences. VOL. 1, NO. 1, India. Juli. 2013
8. Newman MG, Takei HH, Caranza FA. Caranzas- Clinical periodontology
9th Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company; 2002.
9. Darbar U.R, Hooper S.M, Midda Marshal. A case Report The
Periodontal Absess. University of Bristol Dental School. Bristol U.K.
Braz Dent J (1993) 4(1); p 37-41.

25

Anda mungkin juga menyukai