LAPKAS DIARE+HIPOKALEMIa
LAPKAS DIARE+HIPOKALEMIa
Diare atau penyakit diare berasal dari kata diarrola (bahasa Yunani) yang berarti
mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang
terlalu frekuen. Hipokrates memberikan definisi diare sebagai suatu keadaan
abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja.
Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak
di dunia yang menyebakan 1,6 -2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya, serta
merupakan 1/5 dari seluruh penyebab kematian. Survei Kesehatan Rumah Tangga
di Indonesia menunjukkan penurunan angka kematian bayi akibat diare dari 15,5%
(1986) menjadi 13,95% (1995). Penurunan angka kematian akibat diare juga
didapatkan pada kelompok balita berdasarkan survey serupa, yaitu 40% (1972),
menjadi 16% (1986) dan 7,5% (2001). Tetapi, penurunan angka mortalitas akibat
diare tidak sebanding dengan penurunan angka morbiditasnya.
Penyebab utama tersering diare dikarenakan oleh virus yaitu rotavirus dan
dilanjutkan oleh bakteri (shigella) serta parassit. Untuk peneggakan diagnosis diare
dapak dilakuakan dengan anamnesis dan fisik diagnostik lengkap sangat membantu
untuk menentukan berat dehidrasi karena diare. Dapat pula dilakukan pemeriksaan
penunjang
untuk
mendukung
dan
mengetahui
penyebab
spesifik
yang
berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, antibiotik selektif, dan nasihat
kepada orang tua. Untuk dehidrasi ringan dapat dilakukan dirumah.
Prognosis akan baik jika dehidrasi diatasi. Jika dehidrasi berat dapat
menimbulkan banyak komplikasi seperti asidosis, syok, dan bisa juga terjadi
keterlambatan pertumbuhan bagi seorang anak.
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. A
Jenis kelamin
: Perempuan
: 17 bulan
Alamat
Penjamin
: Pribadi
: 36-05-57
: Ny. T
Usia
: 27 th
: IRT
Agama
: Islam
Nama ayah
: Tn. T
Usia
: 30 TH
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
II.
ANAMNESIS
pasien datang ke Poli Anak Rumah sakit Marinir Cilandak dan
diputuskan untuk dirawat di Bangsal Dahlia Bawah pada tanggal 07
Desember 2015, dilakukan alloanmnesa terhadap ibu pasien pada pukul
11.30 WIB
a. Keluhan Utama
BAB cair 7 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekrang
Pasien, perempuan, 17 bulan, datanng ke Poli Anak Rumah sakit
Marinir Cilandak, dengan keluhan BAB cair sejak 7 hari SMRS. 2 hari BAB
cair 5-6 x/hari, volume aqua gelas, warna kuning, ampas (-), darah (-),
lendir (+). Selanjutnya BAB kecirit-kecirit 6x/hari. Muntah (+), volume
1/2 aqua gelas, warna kuning, berisi makanan dan minuman yang pasien
makan, darah (-). Anak rewel, menangis tidak mengeluarkan air mata,
lemas(+). 3 hari SMRS panas (+), terus-terusan. Batuk (+), pilek (-), asma
(-), riwayat kejang (-), Nafsu makan menurun, pasien merasa haus dan ingin
minum banyak. BAK normal. Riwayat alergi (-), alergi obat (-), riwayat
jantung (-), riwayat penggunaa obat-obatan yang rutin (-), ibunya
mengatakan riwayat makanan sebelumnya baik dan tidak ada konsumsi
makanan diluar. Penurunan berat badan selama sakit (+).
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya.
Riwayat kejang, TBC disangkal, asma (-), tifoid disangkal.
d. Riwayat kehamilan Ibu
Vaksin
Pemberian
Hepatitis B
Polio
Bulan ke-2,4,6
BCG
DTP
Bulan ke-1
Bulan ke-2,4,6
Campak
Bulan ke-9
MMR
Bulan ke-15
3
4
5
6
7
8
Aktivitas
9
10
11
12
15
melambaikan tangan
bertepuk tangan
memanggil papa mama, menunjuk dan meminta
mencoret-coret
menumpuk mainan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum kesadaran
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
b) Tnda-tanda Vital
Pernapasan
: 26x/min
Nadi
: 120x/min
Suhu
: 39,3C
c) Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
: 10 kg
: 80 cm
: BB/TB X 100%
= 10/11 x 100 %
= 90,9%
= Gizi baik
d) Status Generalis
Kepala
Mata
ikterik
(-/-), edema palpebral (-/-), pupil bulat isokor dengan
diameter 3 mm/3mm, reflex cahaya langsung dan
Hidung
Telinga
Mulut
: simetris, mukosa normal, stomatitis (-), gigi susu (+)
Tenggorokan : T1/T1, faring tenang
Leher
: pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), deviasi trakea (-)
Toraks
o Inspeksi
retraksi (-)
o Palpasi
garis
midklavikula
dikerjakan
o Perkusi
o Auskultasi
Cor
sinistra.
Taktil
premitus
tidak
: tidak dikerjakan
:
: SI-S2 reguler, murmur (-), gallop (-),
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Darah Lengkap
10
Darah rutin
Tanggal 07/12/15
Nilai normal
Hb
9,5
12-16 gr/dl
Ht
30
37-53%
Leukosit
11,6
5 -10 rb/ul
Trombosit
345
150-400rb/ul
0-1%
Eusinofil
2-4%
Neutrofil batang
3-5%
Neutrofil segmen
59
50-70%
Limfosit
33
25-40%
Monosit
2-6%
Elektrolit
V.
Na +
134
K+
1,8
Cl -
99
DIAGNOSIS
- Prolong Diare dengan Dehidrasi Ringan sedang Terehidrasi +
meteorismus ec Hipokalemia
11
VI.
TERAPI
- IVFD Asering 1 kolf/4 jam 20 TPMKAEN 3B 12 TPM
- Inj. Cepaflox 1x 500 mg /D NaCl 50 cc (1)
- Inj. Acran 2x12 mg IV
Peroral :
-
VII.
FOLOW UP
Tanggal 08/12/15
S:
demam (+), BAK cair 1 x, konsistensi cair dengan ampas, volume 1/4
aqua gelas, lendir (+), darah (-), berwarna kuning, kentut (+), mual(-),
muntah (-), batuk beradak (+), pilek (-), menangis mengelurakn air mata
12
A
P
Cl -:106(99)mmol/l
Dehidrasi ringan sedang terehidrasi + meteorismus ec. Hipokalemia
IVFD KAEN 3B 12 TPM
Inj. Cepaflox 1x500 mg/D NaCl 50 cc (2)
Probi 1x1 sachet
Sanmol sirup 4x1 cth
Periksa LP/6 jam
Cek ulang elektrolit
Puasa sementara
Tanggal 09/12/15
S
Demam (-), BAB 1x 100 cc, ampas (+), lendir (+), darah (-), warna
kekuningan, kembung (+), kentut (+), batuk (-), pilek(-), muntah (-),
13
ec hipokalemia
IVFD KAEN 3B +KCL 10 meq 14 TPMsetelah kolf kedua habis cek
elektrolit
Inj. Cepaflox 1x 500 mg/D NaCl 0,9% 50 cc (3)
Acran 2x12 mg/IV
Sanmol/ D 3x150 mg (K/P)
Peroral :
Probi 1x1 sachet
Sanmol sirup 4x1 cth
Foto abdomen BNO 3 posisi
Minum boleh sedikit-sedikit
Tanggal 10/12/15
S
14
ec hipokalemia
IVFD KAEN 3B 12 tpm
Inj. Cepaflox 1x500 mg (4)
Acran 2x12 mg IV
Sanmol/drip 3x150 mg (K/P)
Peroral:
Probi 1x1 sachet
Sanmol sirup 4x1 cth
Makan bertahap> bubur saring
Tanggal 11/12/15
S
Demam (-), mencret (-),kentut (+), kembung berkurang, muntah (-), batuk
pilek (-), makan dan minum baik, belum BAB dari kemaren, BAK normal
15
Peroral :
Probi 1x1 sachet
Sanmol sirup 4x1 cth (K/P)
Orezink 1x1 cth
Feriz 1x1 cth
Boleh Pulang oleh dokter Irene Sp.A Kontrol senin 14/12/15
TINJAUAN TEORI
DIARE
16
DEFINISI
Diare secara epidemiologis merupakan defekasi dengan feces cair atau
lembek dengan/tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi > 3x sehari, berlangsung
belum lebih dari 14 hari dan kurang dari 4 episode/bulan. Diare secara klinis
merupakan berak dengan kandungan air lebih dari normal atau disertai darah/lendir
atau bila orang tua mengnggap anaknya menderita berak-berak.1,2
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3x dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.2
EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi
di negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan
oleh diare.3,4
Indonesia merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu berdasarkan
hasil Riskesdas 2007 yaitu 42% dibanding pneumonia 24% untuk golongan 1-4
tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.4
FAKTOR RESIKO
17
Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi
Tidak memadai penyediaan air bersih
Pencemaran air oleh tinja
kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi
18
4)
19
1992, dikenal dtrain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemi
di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami wabah.1
ETIOLOGI
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kumankuman patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80% pada
kasus yang datang darana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat.
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 2 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama
timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe
dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory.2
Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammtory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.2,7
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut:
Virus
Bakteri
1. Rotavirus
1. Shigella
1.
2. Astovirus
2. Aeromonas
2.
3. Calcivirus(Norovirus, 3. Bacillus cereus
3.
4. Campylobacter jejuni 4.
Sapovirus)
5. Clostiridium perfringens5.
6. Clostiridium defficile 6.
7. Escherichia coli
7.
Enteric adenovirus
8. Plesiomonas shigeloides8.
9. Salmonella
9.
4. Coronavirus
10. Clostiridium defficile
Parasit
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichuria
umumnya
20
5. Norwalk virus
11. Escherichia coli
6. Herpes simplex virus* 12. Plesiomonas shigeloides
7. Cytomegalovirus*
13. Salmonella
14.
15.
berhubungan
diare
dengan
hanya
pada
penderita
imunocompromised
Malabsorbsi :
Defisiensi disakaridase
Malabsorpsi glukosa galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit Celiac
Keracunan makanan
Logam Berat
Mushrooms
Endokrinopati :
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Adrenogenital
Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zolliger Ellison
Lain-lain :
Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Colitis ulserosa
Gangguan motilitas usus
PATOFISIOLOGI
21
Mekanisme awal terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan atau
sekresi yang meningkat. Beberapa mekanisme yang mendasarinya adalah
mekanime sekretorik (diare sekretotik), mekanisme osmotic (diare osmotik), dan
campuran. Prinsip dasar infeksi oleh bakteri adalah kamampuan bakteri
mengeluarkan toksin-toksin, yang dapat bertindak sebagai reseptor untuk melekat
pada enterosit, merusak membrane enterosit dan kemudian menghancurkannya
(sitolitik, disebut sitotoksin), mengaktifkan second massanger intraseluler sehingga
terjadi peningkatan sekresi (disebut enterotoksin), dan merusak/merangsang sistem
persarafan (neurotoksin).5
Pada infeksi bakteri kerusakan dapat terjadi tergantung jenis baktteri yang
menginvasi, tetapi dapat pula enterositnya utuh/tidak rusak. Jika enterositnya tidak
rusak maka diare yang ditimbulkan adalah diare sekresi. Jika enterositnya rusak
maka disamping diare sekresi juga terdapat diare osmotik (tergantung pada tingkat
kerusakan enterosit). 5
Prinsip dasar diare karena virus adalah invasi virus ke dalam enterosit untuk
berkembag biak sehingga enterosit lisis. lisisnya enterosit menyebabkan gangguan
pada villi (pemendekan pada villi) sehingga menyebabkan kripta hipertropi dan
hiperplasi.5
Diare sekretori
Diare terjadi akibat aktifnya pompa yang bekerja mengeluarkan elektrolit
dan air ke lumen usus. Biasanya pompa yang tersangsang adalah pompa clorida.
pompa ini terangsang Karena adanya rangsangan mediator-mediator intraseluler
22
23
24
pemecahan polisakarida atau disakarida yakni asam propinat, asam asetat, dan asam
butirat dapat menyebabkan peningktan absorpsi (vasodilatasi vaskuler di kolon)
tetapi dapat juga menyebabkan diare bertambah, tergantung dari perbandingan
komposisi asam-asam lemak rantai pendek tersebut. Bebrapa kuman yang diapakai
sebagai probiotik, salah satu mekanisme kerjanya adalah meningkatkan keampuan
absorpsi kolon. 5
Diare sitolitik oleh Virus
Virus menginvasi enterosit dan kemudian bermultifikasi dalam enterosit
yang menyebabkan efek sitotoksik. Pada infeksi rotavirus, virus masuk dan
memperbanyak diri dalam enetrosit yang matur pada ujung villi usus kecil bagan
proksimal kemudian menyebar kebagian distal dalam masa inkubasi 48 jam.
Mikrovilli rusak dan dikeluarkan dalam 24 jam, kripta menjadi hiperplasi dan
hipertrofi dalam 48 jam dan memperbaiki kembali permukaan vilu yang rusak
tetapi perbaikan tidaklengkap sehingga villi menjadi pendek. Hipertopi dan
hiperplassi kripta membuat kripta semakin dalam sehingga sifat sekresinya kian
bertambah. 5
Memendeknya villi menyebabkan sifat absorpsinya berkurang (struktur
pembulud darah villi memungkinkan villi bersifat absorptif). Enterosit yang
terdapat di villi kurang matang sehingga enzim-enzim pencernaan kurang sempurna
terbentuk terutama ezim disakaridase (enzim yang paling cepat berkurang saat diare
dan paling lambat pulihnya dalah laktase). Hal ini menyebabkan tidak sempurna di
digesti sehingga terbentuk banyak sisa makanan. Sisa makanan menyebabkan
25
26
27
muntah), minum terlalu banyak, dan status nutrisi yang buruk. Penderita akut
kehilangan Na dalam feces sekitar 50-89 meq/l, sedangkan pada fase penyembhan
36-46 meq/l. pada gizi buruk kadar Na serum rendah, dan kandungan total Na
tubuh relatif tinggi karena banyak Na masuk ke intrasel, karena itu saat dehidrasi
gizi buruk mmerlukan Na yang lebih rendah. Pada dehidrasi hiponatremia dapat
terjadi kejang pada saat dehidrasi, karena depolarisasi mudah terjadi. Hubungan
dehidrasi dengan kadar Na tergantung dari perbandingan hilangnya Na dan air
melalui tinja dan kerja sistem kompensasi dari ginjal, saraf dan hormonal. 5
Kalium
Kalium merupakan komponen utama elektrolit CIS 150-160 meq/l,
sedangkan CES hanya 4-5 meq/l. kadar K CIS yang tinggi dapat merupakan
simpanan/pool K dalam tubuh. Resiko dehidrasi terjadi dengan derajat dehidrasi
berat, diarenya isertai muntah, oralit tidak diberikan dan status gizi buruk. Pada
penderita dengan status gizi buruk, pool K berkurang. Resiko hipokalemia juga
terjadi padda diare yang lama. Penderita diare akut kehilangan K dalam fecesnya
sekitar 29-46 meq/l, dan pada fase penyembuhan meningkat menjadi 37-65 meq/l.
kehilangan K selama diare mengakibatkan terjadinya pergeseran ion K+ dari CIS
ke CES. Kalium intraseluler akan diganti sebagian dengan ion Na,H, dan asam
amino dibasik.pada asidosis sebagai kompensasi banyak ion H di ECF maka ion K
di ECF akan masuk kembali ke ICF sehingga terjadi hipokalemia relatif. 5
Hubungan kadar K CFS dan K CIS sangat vital bagi fungsi sel. Proses
depolarisasi membranuntuk kontraksi otot memerlukan kontraksi yang cepat dari
ion Na ke dalam sel serta pengeluaran K dari CIS ke CES. Keadaan ini berbalik
pada saat terpolarisasi. Depolarisasi tergantung pada ratio ion antara K ICF dan
28
ECF. Jika K ECF menigkat depolarisasi mudah terjai. Karena pada keadaan
hipokalemia terjadi kelemahan otot secara umum, otot polos maupun otot jantung.
Pada keadaan hyperkalemia kontraksi otot umumtidak terlihat, karena otot jantung
sangat sensitif terhadap peningkatan kadar kaliumyang dapat berakhir dengan
kematian. 5
Manifestasi hipokalemia dapat berupa kelemahan otot (arefleksi, paralisis
dan kematian karena kegagalan otot pernafassan), kelemahan otot polos (ileus
paralitik dan dilatasi lambung), perubahan EKG, kelainan ginjal (hipokalemia
menyebabkan perubahan vakuole dari epitel tubulus sehingga terjadi sclerosis
ginjal dan fibrosis interstisial) 5
Chlorida (Cl-)
Chlorida adalah ion utama CES, juga mengalami gangguan pada diare,
parallel dengan gangguan Na. namun kadang-kadang perubahan dari kadar klorida
tidak dibarengi seara dengan perubahan kadar Na. 5
GEJALA
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah
ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah
bila ada muntah dan kehilangan air juga meninngkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan
29
30
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang, atau
tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek,
otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare, seperti
memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obatobatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya. 1,5,6
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tandatanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering
atau basah.
Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare dan
subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria
MMWR, dan lainnya. 1,6
31
Sumber: adaptasi dari Dugaan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995
Tabel 3 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Sumber: adaptasi dari Dugaan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995
Tabel 4 Penentuan derajat dehidrasi menurut system pengakaan-Maurice King (1974)
32
Darah
Urin
Tinja
- Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak
33
dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi
di luar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus
bisa disebakan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus
seperti: E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E. histolytica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garisgaris darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
-
34
PENATALAKSANAAN
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia,
dengan merujuk pada panduan WHO.4,6 Tata laksana ini sudah mulai diterapkan di rumah
sakit- rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare.
Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati
pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit, yaitu. 6
1.
2.
3.
4.
Antibiotik selektif
5.
Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama
disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit
tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan
tingkat sanitasi yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih
35
baik adalah disebakan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebakan
kekurangan elektrolit seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan
formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru
lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya
hipernatremia.6
Oralit
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama
dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit
formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan
suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta
mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah
direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak. 6
Ketentuan pemberian oralit formula baru
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan
24 jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
36
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matangm ASIm atau oralit, Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit. 6
ASI dan makanan tetap diteruskan Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang
hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan.6
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotic yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena
akan megganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan
37
menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotic yang tidak rasional
akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic, serta menambah biaya pengobatan
yang tidak perlu.6
Nasihat pada ibu atau pengasuh: kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang,
makan atau minum sedikit, sangat halus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
hari.6
39
ANALISIS KASUS
secara mikroskopis maupun makroskopis lebih dari 10 lpb atau ++ dan. Dalam hal ini
kenapa pada kasus ini tidak diteggakan diagnosis tersebut, karena secara klinis tidak
ditemukan adanya darah secara makroskopis. Hal tersebut dapat disingkirkan. Karena
walaupun pada pasien ini ditemukan adanya meteorismus dan TTV pada pasien ditemukan
adanya panas. Seharusnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lanjut seperti
pemeriksaan feces lengkap untuk mengetahui apakah ada darah secara mikroskopis atau
tidak, untuk lebih memastikan penyebab.
Selain itu untuk dehidrasi ringan sedang pada kasus ini dapat diteggakan atas dasar
dari gejala klinis yang ditemukan pada pasien berupa ; anak gelisah dan rewel, mata
cekung, air mata tidak ada saat menangis, haus dan ingin minum banyak. Hal tersebut
dinyatakan atas dasar kriteria bahwa anak dengan dehidrasi ringan sedang terdapat dua
atau lebih gejala seperti rewel atau gelisah, mata cekung, minum dengan lahap (haus),
cubitan kulit kembali lambat.
Untuk meteorismus yang terjadi pada pasien dikarenakan terjadinya hipokalemia
yang ditemukan pada pemeriksaan penunjang laboratorium elektrolit, yaitu ditemukan
hasil K+ yaitu 1.8 meq/l. hal tesebut menunjukan bahwa k+< 3,5 meq/l dinyatakan terjadi
hipokalemia. Pada kasus ini bahwa anak dengan diare dan terjadi hipokalemia dikarenakan
kehilangan K selama diare mengakibatkan terjadinya pergeseran ion K+ dari CIS ke CES.
Kalium intraseluler akan diganti sebagian dengan ion Na, H, dan asam amino dibasik.
Hubungan kadar K CFS dan K CIS sangat vital bagi fungsi sel. Proses depolarisasi
membran untuk kontraksi otot memerlukan kontraksi yang cepat dari ion Na ke dalam sel
serta pengeluaran K dari CIS ke CES. Manifestasi hipokalemia dapat berupa kelemahan
otot (arefleksi, paralisis dan kematian karena kegagalan otot pernafassan), kelemahan otot
polos (ileus paralitik dan dilatasi lambung), perubahan EKG, kelainan ginjal (hipokalemia
41
menyebabkan perubahan vakuole dari epitel tubulus sehingga terjadi sclerosis ginjal dan
fibrosis interstisial.
Selain itu pada kasus ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium feces
lengkap untuk melihat apakah ditemukan adanya darah sacara mikroskopis atau tidak.
Namun kenapa pada pasien ini tidak dilakukan BNO 3 posisi dikarenakan pasien ini
setelah dilakukan terapi cariandan elektrolit pasien mengalami perbaikan. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan adanya lingkar perut yang menurun dari 48 cm menjadi 45
cm. dan harus pertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan oleh keluarga pasien.
Untuk pengobatan yang diberikan saya setuju. Dikarenakan untuk dare ringan
sedang dan diertai penyulit diggunakan modifikasisutejo dengan cairan yang mengandung
Na, k+, Cl-. Dan dapat diggunakan KAEN 3A yang diggunakan secara IV dengan
kecepatan pemberian :
Saya seruju dengan pemberian antibiotik, sanmol dan acran pada pasien ini. dikarenakan
diare dengan penyulit meteorismus dapat diberikan antibiotik. Sanmol sirup yang diberikan
bertujuan untuk menurunkan panas pada anak, dan dapat diberikan jika anak panas. Namun
untuk pemberian lacto B anti diare, dalam teori mengatakan bahwa tidak mempunyai
efektivitass yang signifikan.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY,
Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar
Gastroentero-hepatologi: jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi
IDAI 2011; 87-120
2. Dit.jen PPM,PLP.dep.kes.RI.PMPD Buku Ajar Diare 1996
3. Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J.
Clin Invest. 2003; 111(7): 931-943
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia (Riskesdas). 2007
5. Hasri salwan, Diare pada anak. Print ke-2, 2008
6. Buku pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit .WHO
43
44