Mi Kro Penis
Mi Kro Penis
MIKROPENIS
Pembimbing:
dr. Irene Akasia O., SpA
Disusun Oleh:
Tjiang Kelvin Candiago
07120110030
BAB I
PENDAHULUAN
androgen janin. Produksi hormon ini di atur oleh Luteinizing Hormone (LH) janin,
yang merupakan hormon gonadotropin. Adanya abnormalitas dalam produksi dan
fungsi testosteron, serta adanya defisiensi hormon gonadotropin dapat menyebabkan
terjadinya mikropenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Seorang pria dikatakan memiliki mikropenis apabila panjang penisnya kurang
dari 2,5 standar deviasi (SD) rata-rata ukuran penis pria normal pada usia tertentu 1.
Acuan ukuran yang dapat dipakai apabila ukuran penis kurang dari 2 cm saat
kelahiran, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm pada masa pubertas, dan 10 cm di
akhir masa pubertas atau saat dewasa4.
Ukuran penis anak yang mengalami mikropenis tidak lebih besar dari ibu jari.
Umumnya, panjang penis pada anak yang baru lahir mencapai 3-4 cm1. Sedangkan
pada umur 1 tahun, rata-rata panjang penis anak mencapai 3-5 cm. Jika ukuran kurang
dari ukuran normal menandakan anak mengalami mikropenis1.
II. Embriologi
Seperti pada penyakit-penyakit kongenital lainya, pemahaman yang baik
mengenai embriologi dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
penyakitnya.
Dimulai pada usia kehamilan 8 minggu, hormon gonadotropin ibu yang
berasal dari plasenta mulai memberikan stimulasi produksi testosteron dari sel Leydig
janin. Dengan pengaruh dari hormon dihydrotestosteron, produk konversi dari
testosteron, terjadilah diferensiasi penis5. Tuberkulum genitalia berdiferensiasi
menjadi glans penis, lipatan genitalia menjadi batang penis, dan benjolan genitalia
bergerak ke garis tengah (midline) untuk kemudian menjadi skrotum5. Diferensiasi
penis selesai pada usia kehamilan 12 minggu4,5. Selama trimester kedua dan ketiga,
pertumbuhan penis selesai dengan bantuan hormon androgen janin, yang diproduksi
karena stimulasi dari hipofisis janin. Terjadi pertumbuhan ukuran penis yang
signifikan sebesar hampir 20mm dari usia kehamilan 16 minggu sampai 38 minggu5.
Maka dari itu, keadaan mikropenis yang sesungguhnya terjadi karena gangguan
hormon yang terjadi setelah usia kehamilan 12 minggu4,5.
membentuk dinding dari tubulus seminiferus. Sel leydig yang dikelilingi oleh jaringan
ikat adalah sel endokrin yang bertanggungjawab untuk produksi hormon androgen
yang paling penting dalam sirkulasi yaitu, testosteron. Produksi testosteron dan
spermatogenesis dikontrol oleh aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Hipotalamus
memproduksi GnRH (gonadotropin releasing hormone), GnRh yang dihasilkan
bergerak menuju sistem portal hipotalamus-hipofisis untuk menstimulasi hipofisis
anterior untuk mensekresikan 2 hormon gonadotropin, LH dan FSH. FSH
menstimulasi sel sertoli untuk memproduksi paracrine growth factor untuk
mendukung terjadinya spermatogenesis. FSH juga menstimulasi produksi inhibin
sebagai respon dari spermatogenesis yang aktif. Androgen membantu
spermatogenesis melalui sel sertoli dan kadar androgen yang tinggi di testis sangat
penting untuk spermatogenesis. Sel Leydig menghasilkan testosteron dibawah
stimulasi dari LH. Konsentrasi testosteron di tubulus seminiferus adalah 80-100 kali
lebih besar dibandingkan di sirkulasi6. Testosteron yang berada di sirkulasi
memberikan umpan balik negatif pada produksi LH dan FSH oleh hipofisis dan pada
produksi GnRH oleh hipotalamus7.
Kumpulan sel sertoli membentuk tight junction yang membentuk blood-testis
barrier yang fungsinya adalah membagi tubulus seminiferus menjadi 2 kompartemen
untuk perkembangan spermatozoa7. Kompartemen yang berada di bawah tight
junction memiliki kontak dengan sirkulasi dan merupakan sebuah ruangan dimana
terjadi perkembangan spermatogonia menjadi spermatosit primer. Fusngi sel sertoli
antara lain, menciptakan lingkungan untuk germ cell dapat berkembang menjadi
dewasa, memberikan signal untuk terjadinya spermatogenesis dan mempertahankan
perkembangan spermatid, meregulasi kelenjar hipofisis dan mengontrol
spermatogenesis7. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sel sertoli bersama dengan sel
leydig merupakan 2 tipe sel yang memegang peran penting untuk fungsi testis.
Penis terdiri dari 2 kompartemen fungsional, korpus kavernosum dan korpus
spongiosum6. Korpus kavernosum adalah korpus yang berpasangan, strukturnya
berbentuk silinder dan merupakan bagian dari penis yang berfungsi untuk terjadinya
ereksi6. Korpus kavernosum memiliki lapisan yang keras pada bagian luarnya yang
disebut tunica albuginea dan jaringan sinusoid yang berbentuk seperti spons yang
nantinya terisi oleh darah saat terjadi ereksi. Jaringan sinusoid dipersarafi oleh nervus
kavernosa yang merupakan saraf otonom yang berasal dari pleksus hipogastrik dan
berfungsi penting untuk ereksi. Pada bagian yang lebih rendah terdapat korpus
spongiosum yang mengelilingi uretra. Korpus spongiosum tidak mempunyai lapisan
tunika yang sama dengan korpus kavernosum, sehingga korpus spongiosum tidak
memberikan efek yang sama saat terjadi ereksi6.
10
DHT yang lebih poten didalam sel target. Testosteron atau DHT lalu berikatan dengan
reseptor androgen dan membentuk kompleks. Kompleks ini kemudian ditransport
menuju nukleus sel target, dimana kompleks ini akan berikatan dengan DNA dan
menyebabkan sintesis mRNA.
11
12
IV. Etiologi
Mikropenis adalah sebuah kondisi yang merupakan akibat dari gangguan
hormon yang terjadi pada usia kehamilan setelah 12 minggu 4,5. Mikropenis adalah
sebuah anomali genitalia yang terjadi karena defisiensi hormon testosteron yang
mngakibatkan pertumbuhan dan perkembangan pernis terhambat.
Defisiensi hormon testosteron tidak hanya menyebabkan terhambatnya
perkembangan penis, tetapi juga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan organ-organ lain yang menjadi target dari hormon testosteron seperti,
testis yang menjadi kecil. Pasien dengan mikropenis harus diberikan pengawasan
ketat terhadap gangguan endokrin lainnyan dan anomali organ sistem saraf pusat.
Pertumbuhan tulang yang terhambat, anosmia, kesulitan belajar, dan defisiensi
hormon adenokortikotropik dan thyrotropin memiliki hubungan dengan mikropenis4.
Secara garis besar, penyebab dari mikropenis dapat dibagi menjadi tiga
kelompok
besar
yaitu,
hypogonadotropic-hypogonadism
(gangguan
13
3. Idiopatik
Mikropenis idiopatik dapat ditegakkan jika fungsi jaras hipotalamus gonad
normal, penambahan panjang penis yang mendekati normal sebagai respon
terhadap pemberian testosteron eksogen, dan adanya maskulinisasi normal pada
masa pubertas.
14
V. Patofisiologi
Pertumbuhan dan perkembangan penis terdiri dari 2 tahap, yaitu :
Tahap I (intrauterin)
Pada akhir formatif phase panjang penis hanya 3,5 mm. Oleh pengaruh
testosteron penis bertambah panjang 10 kali lipat sehingga pada saat lahir panjangnya
3,5 cm.
15
Tahap II (ekstrauterin)
Tahap ini sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron (gangguan produksi,
sekresi, maupun kerja testosteron dapat memengaruhi morfogenesis dan/atau ukuran
penis). Penyebab mikropenis lebih banyak dipengaruhi oleh kejadian yang
memengaruhi sekresi atau kerja testosteron pada fase ke-2 perkembangan penis
intrauterin.
Produksi testosteron fetus dan dikonversi menjadi dihydrotestosterone (DHT)
penting untuk perkembangan pria normal. Pada masa awal gestasi, human
chorionic gonadotropin (hCG) plasenta merangsang perkembangan testis untuk
menghasilkan testosteron melalui pengikatan reseptor hormon LH 9. Mendekati usia
gestasi 14 minggu, axis hypothalamic-pituitary-gonadal fetus aktif, dan produksi
testosteron menurun dibawah pengaruh LH fetal8,9. Oleh karena itu , pertumbuhan
penis setelah trimester awal tergantung pada produksi testosteron fetal. Testosteron
dikonversi oleh enzim 5 -reduktase untuk menjadi androgen DHT, yang mana
bertanggung jawab atas virilisasi genitalia eksterna pria9.
Sesaat setelah lahir, terjadi peningkatan pada hormon LH dan testosteron yang
bertahan selama 12 jam, setelah itu gonadotropin (LH-FSH) dan produksi testosteron
menurun9. pada awal umur 1 minggu, kadar gonadotropin dan testosteron mulai
meningkat kembali sampai kadar pubertas, memuncak pada umur 1-3 bulan,
kemudian menurun hingga kadar prepubertas pada usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan,
pertumbuhan penis berikutnya terjadi secara paralel dengan pertumbuhan somatik
umum8. Pertumbuhan hormon juga berperan dalam pertumbuhan penis karena
mikropenis telah diobservasi pada anak anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan.
Mikropenis dapat disebabkan oleh defek dimana saja sepanjang aksis
16
reduktase (kegagalan
Diketahui bahwa hipoplasia nervus optik disebabkan oleh adanya gangguan pada
input inhibitorik atau peningkatan pada input eksitatorik pada GnRH, yang
17
menyebabkan gangguan sekresi hormon GnRH dan dapat terjadi pubertas prekoks.
Pada pria, mikropenis menjadi salah satu gejala gangguan pubertal yang paling sering
ditemukan pada pasien dengan hipoplasia nervus optik10.
Bayi-bayi yang bertahan pada periode awal kehidupan dapat menunjukan
berbagai derajat pertumbuhan buruk dan kegagalan pertumbuhan, bergantung pada
potensi defisiensi hormon yang berkaitan.
reduktase memiliki peran besar pada maskulinisasi genitalia eksterna laki-laki dan
perkembangan penis. Gangguan pada fungsi 5 -reduktase terjadi karena mutasi
genetik, yaitu gen 5 -reduktase-2 yang terletak pada kromosom 2 lengan
pendek11. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh defek pada reseptor androgen, dimana
androgen berfungsi untuk memodulasi enzim 5 -reduktase11.
Pasien dengan resistensi androgen perifer yang disebabkan oleh 5 reduktase, akan tampak lebih feminim atau akan mengalami ambigu genitalia eksterna
yang berat.
18
19
Pada penelitian ini penemuan mutasi gen AR yang jarang pada mikropenis adalah
pada kelainan strukturalnya. Hal ini tentu tidak mengejutkan karena, mikropenis
merupakan penyakit yang bersifat heterogen, dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan pemeriksaan terhadap fungsifungsi hormon hipofisis yang lain seperti tes untuk hormon hCG dan GnRH.
Gangguan-gangguan yang melibatkan produksi androgen di sel Leydig dan yang
mengganggu kerja androgen di genitalia eksterna pria, juga tidak terdeteksi dalam
penelitian ini12. Hal ini menjelaskan bahwa mungkin saja kelainan fungsional dari
mutasi gen AR dapat ditemukan pada mikropenis dibandingkan kelainan struktural.
20
untuk mencari
21
22
Laboratorium
Analisis kromosom direkomendasikan untuk konfirmasi kromosom seks dan
untuk mengevaluasi adanya keterkaitan sindrom genetik4. Bila dicurigai adanya
Prader-Willi syndrome, pada analisis kromosom ditemukan delesi pita 15q11-13
secara paternal (70%), disomy unipaternal maternal (25%), atau defek methylationspecific paternal (5%)4.
Peneriksaan serum hormon gonadotropin, testosteron, DHT, dan prekursor
testosteron juga dapat dilakukan. Pemeriksaan kadar hormon pituitari lainnya juga
perlu untuk diperiksa. Pemeriksaan ini dapat membantu mengetahui sudah berada
pada level mana penyebab mikropenis pada aksis
hypothalamic-pituitary.
Pemeriksaan fungsi testis juga perlu dilakukan untuk mengevaluasi fungsi endokrin
secara sentral. Serum testosteron diperiksa sebelum dan sesudah diberikan hCG 4.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan hCG secara intramuskular dengan
dosis 1.000 units untuk 3 hari atau 1.500 units setiap 2 hari selama 14 hari 4. Kadar
testosteron < 300 ng/dL mengindikasikan adanya disgenesis gonad 4. Jika kadar LH
dan FSH meningkat dan tidak ada peningkatan kada testosteron setelah diberikan
hCG, maka dapat dipikirkan adanya insufisiensi testis4. Sebagai tambahan,
pemeriksaan 17-hydroxyprogesterone, dehydroepiandrosterone dan androstenedione
sebelum atau setelah stimulasi hCG daapt dilakukan untuk mencari gangguan enzim
dalam pembentukan testosteron
Inhibin B and AMH, yang juga dikenal sebagai Mullerian-inhibiting hormone,
diproduksi oleh sel sertoli fungsional dan pemeriksaan kadarnya di darah dapat
mendeteksi fungsi jaringan testis. Kadar AMH yang rendah dan kadar inhibin B
normal mengindikasikan adanya sindrom duktus Mullerian persisten4.
Pada bayi yang dicurigai hypopituitarism, kadar growth hormone dan kortisol
23
dapat diukur setelah stimulasi glukagon. Pada bayi yang dicurigai hypopituitarism,
ukur kadar tiroid total dan free thyroxine (T4) untuk mencari adanya hypothyroidism.
Kadar Thyrotropin-stimulating hormone (TSH) rendah pada hypothyroidism sekunder
dan tersier.
Pencitraan
Pada keadaan ambiguitas genital, USG pelvis dapat dilakuka. Adanya uterus
dan ovarium menguatkan sebagai bayi perempuan yang virilisasi (46,XX)4. Jika
mencurigai hipopituitarisme, MRI kepala harus dilakukan untuk mengevaluasi daerah
hipotalamus dan pituitari. Pada Kallmann syndrome, abnormalitas sistem olfaktorius
dapat terlihat. MRI kepala juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya defek
struktur midline, seperti pada pituitary stalk dysplasia syndrome. Jika dicurigai
terdapat diabetes insipidus sentral dapat ditemukan hilangnya bright spot dari
hipofisis pada MRI.
24
Gambar 12. Diagnosis pada anak usia 1 tahun - pubertas dengan mikropenis
25
Terapi testosteron
Testosteron mengatur perkembangan dan pemeliharaan organ seks pria dan
karakteristik sekunder seks pria. Testosteron juga berperan dalam menghasilkan efek
sistem anabolik untuk meningkatkan erythropoietin, produksi protein, dan retensi
26
kalsium.
Terapi testosteron diberikan dalam jangka waktu pendek untuk mengevaluasi
respon dari perkembangan penis. Testosteron dapat diberikan secara intramuskular
atau topikal4. Dosis yang diberikan adalah 4 dosis 25mg testosteron testosteron
ccypionate atau enanthate 1 kali pemberian setiap 3 minggu selama 3 bulan4. Terapi
testosteron secara luas ditemukan efektif dalam mengobati mikropenis akibat
defisiensi testosteron dan memiliki efek samping yang minimal. Namun, pada
pemberian testosteron dapat terjadi peningkatan laju pertumbuhan dan peningkatan
bone age4.
Pada tahun 1999, Bin-Abbas et al menunjukan bahwa 1 atau 2 dari 3 injeksi
testosteron (25-50 mg) di berikan dalam interval 4 minggu pada masa infant atau
masa anak cukup meningkatkan ukuran penis mencapai ukuran sesuai usia. Regimen
yang digunakan testosteron cypionate atau enanthate (Andro-LA, Delatest, DepoTestosterone) dengan dosis,
Pemberian pada
Dosis/Administrasi
Durasi
Bayi
25 mg (IM)
1x/bulan dalam 3-6 bulan
Anak
50 mg (IM)
1x/bulan dalam 3-6 bulan
Inisiasi Pubertas
40-50mg/m2/dosis (IM)
Setiap bulan
2
Fase pertumbuhan akhir
100mg/m /dosis (IM)
Setiap bulan
2
Pemeliharaan virilisasi
100mg/ m /dosis (IM)
Setiap 2 minggu
Umumnya respon yang baik adalah peningkatan 100% pada panjang penis4.
Tetapi, ada beberapa penelitian yang menganggap peningkatan 3.5 cm pada panjang
penis setelah injeksi testosteron termasuk respon yang baik.
Terapi testosteron topikal cukup efektif pada masa infant. Arisaka et al
27
menemukan adanya peningkatan pada panjang penis pada 50 anak, anatara usia 5
bulan sampai 8 tahun, yang diberikan krim testosteron 5% selama 30 hari 15.
Testosteron yang diabsorbsi oleh kulit dapat meningkatkan stimulasi sekresi hormon
pertumbuhan (GH) oleh kelenjar hipofisis dan meningkatkan pertumbuhan tulang
dengan meningkatkan produksi insulin-like growth factor-115.
Terapi 5-
Pemberian LH-FSH
Pemberian LH-FSH rekombinan pada pasien dengan hypogonadotropichypogonadism menunjukkan peningkatan panjang penis walaupun tidak terlalu
signifikan4. Main et al melaporkan terdapat peningkatan panjang penis sebesar 1.6-2.4
cm dan 170% peningkatan volume testis yang dievaluasi dengan USG pada pasien
dengan mikropenis yang diberikan rekombinan LH-FSH secara subkutan 20 dan 21.3
IU 2 kali dalam seminggu selama 6 bulan. Terdapat juga peningkatan kadar hormon
LH, FSH dan inhibin B. Efek samping pemberian terapi ini adalah, peningkatan
pertumbuhan rambut tubuh, peningkatan pigmentasi dan muntah interniten.
Pembedahan
28
VIII. Prognosis
Prognosis laki-laki dengan mikropenis akibat defisiensi gonadotropin atau
testosteron biasanya baik. Individu ini secara umum memberi respon baik terhadap
terapi testosterone dan berfungsi normal sebagai seorang yang dewasa. Namun,
walaupun ukuran penis berpotensi memiliki ukuran yang mendekati normal dan
sensitif, infertilitas biasanya dapat terjadi. Prognosis lebih buruk ditemukan pada anak
dengan insensitivitas androgen, terutama dengan ambiguitas genital.
29
DAFTAR PUSTAKA
30