PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi
pada orang tua yang khas ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus
kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi
endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus.1
Herpes zoster mencerminkan kemunculan kembali virus varisela zoster
dari tempat persembunyiannya di suatu ganglion saraf.2
Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), VZV
mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk
simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter
150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik,
deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi.1
Reaktivasi virus varicella-zoster yang dormant didalam ganglion
sensorik radiks dorsalis yang sering terjadi selama beberapa dekade setelah
paparan awal terhadap virus dalam bentuk varicella (cacar), menghasilkan
herpes zoster (shingles).3 Meskipun biasanya herpes zoster ini dapat sembuh
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi
pada orang tua yang khas ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus
kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi
endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus.1
Penyakit ini disebut juga dampa, cacar ular.5
B. EPIDEMIOLOGI
Herpes zoster terdapat di seluruh dunia. Zoster terjadi secara sporadis,
terutama pada orang dewasa dan tidak ada prevalensi musiman. 10-20% orang
dewasa akan mengalami setidaknya satu kali serangan zoster selama
hidupnya, biasanya setelah usia 50 tahun. Infeksi melalui kontak langsung
lebih jarang terjadi pada zoster, mungkin karena virus tidak ada disaluran
pernafasan atas pada kasus tipikal. Pasien zoster dapat merupakan sumber
varicela pada anak yang rentan.4
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung
C. ETIOPATOGENESIS
Virus varisela-zoster secara morfologi identik dengan HSV. Virus ini
tidak mempunyai reservoir hewan. Virus memperbanyak diri di kultur jaringan
embrionik manusia dan menghasilkan badan inklusi intranukleus tipikal.
Perubahan sitopatik bersifat lebih fokal dan menyebar jauh lebih lambat
daripada yang disebabkan oleh HSV. Virus infeksius tetap terkait sel secara
kuat, dan serangkaian perkembangbiakan virus lebih mudah terjadi melalui selsel yang terinfeksi daripada melalui cairan kultur jaringan.
Virus yang sama menyebabkan cacar air dan zoster. Isolasi virus dari
vesikel pasien cacar air atau zoster menunjukkan tidak ada variasi genetik yang
signifikan. Inokulasi cairan vesikel zoster ke tubuh anak-anak menyebabkan
cacar air.4
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepid an ganglion
kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan
daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang
ganglion anterior, bagian motoric kranialis sehingga memberikan gejala-gejala
gangguan motorik.5
laten
di
ganglion.
Imunitas
yang
lemah
menuruni
saraf
ke
kulit
dan
menginduksi
pertahanan
penjamu
yang
paling
penting
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
yang singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.
Herpes zoster generalisata : kelainan kulit yang unilateral dan
segmental disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata
berupa vesikula dengan umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada
orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah,
misalnya pada penderita limfoma maligna.
Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah daerah torakal,
stadium
pra-erupsi,
penyakit
ini
sering
infrakmiokard
dan
sebagainya.Bila
erupsi
mulai
Pada pewarnaan apusan kerokan atau swab yang diambil dari dasar
vesikel (apusan Tzanck), terlihat sel-sel raksasa multinukleus. Ini tidak terdapat
pada vesikel non herpetik. Antigen virus intraseluler dapat dilihat dengan
pewarnaan fluoresens pada apusan yang sama.4
Prosedur diagnostik cepat secra klinis berguna untuk virus vrisela-zoster.
Antigen spesifik virus atau DNA virus dapat dideteksi pada cairan vesikel, pada
kerokan kulit, atau pada materi biopsi. Herpesvirus dapat dibedakan dari dari
poxvirus melalui penampakan morfologis partikel pada cairan vesikular yang
diperiksa menggunakan mikroskop elektron.4
Virus dapat diisolasi dari cairan vesikel pada awal perjalanan penyakit
dengan mengkultur sel manusia selama 3-7 hari. Virus varisela-zoster didalam
cairan vesikel bersifat sangat labil, dan sel kultur harus diinokulasi sesegera
mungkin.4
Kenaikan titer antibodi spesifik dapat dideteksi dalam serum pasien
melalui berbagai tes, meliputi antibodi fluoresens dan enzyme immunoassay.
Pemilihan pemeriksaan yang digunakan bergantung pada tujuan pemeriksaan
dan fasilitas laboratorium yang tersedia. Imunitas yang diperantarai sel bersifat
penting, tetapi sulit dipertunjukkan. 4
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Penyakit Herpes Zoster sangat jelas, karena gambaran
klinisnya memiliki karekteristik tersendiri. Beberapa penyakit kulit yang
memiliki gambaran gejala yang hampir sama dengan herpes zoster adalah:
1) Herpes Simpleks
9
10
ke
bawah,
terutama
didaerah
genital,
juga
dapat
12
nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco)
atau tempat lain/tempat di sekitarnya (non loco).9
2) Varisela
Varisela adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela dengan
gejala dikulit dan selaput lender berupa vesikula dan disertai dengan gejala
konstitusi.8 Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, manifestasi klinis didahului gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral
tubuh. Penyebab varisela adalah virus varisela-zoster (VVZ). Penamaan
tersebut memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan
penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster.10
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari (rata-rata
14 hari).8,10 Gejala klinis dimulai dengan gejala prodromal, yakni demam
yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul
timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas mirip
tetesan air embun (tear drops) di atas dasar yang eritematosa. Vesikel akan
berubah menjadi keruh menyerupai pustule kemudian menjadi krusta.
Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru
sehingga pada satu saat tampak gambaran polimorf.10
Penyebaran utama didaerah badan, kemudian menyebar secara
sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lender
mata, mulut, dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder
13
sistemik
simtomatik,
misalnya
pemberian
neurotropik:
vitamin
B1
B6
,dan
14
sehari
akan
pascaherpatika
memperpendek
terutama
pada
masa
orang
neuralgia
tua
dan
anti
virus
seperti
interferondapat
pula
dipertimbangkan.
Asiklovir (Zovirax) 5 X 200 mg sehari selama 5 hari
kemungkinan dapat memperpendek dan memperingan
penyakit ini
2. Antiviral
Tujuan terapi pada pasien herpes zoster adalah untuk membatasi durasi
dan tingkat keparahan nyeri dan ruam pada dermatom, mencegah
timbulnya lesi ditempat lain, serta mencegah terjadinya PHN (Post
Herpetic Neuralgia).6
I. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Prognosis herpes zoster pada orang muda dan anak-anak umumnya
baik.8
Neuralgia pascaherpetic dapat timbul pada umur di atas 40 tahun,
persentasenya 10-15%. Makin tua penderita makin tinggi persentasenya.5
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV,
keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi
ulkus dengan jaringan nekrotik.5
15
BAB III
KESIMPULAN
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada
orang tua yang khas ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya
lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal
16
maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk
laten setelah infeksi primer oleh virus.1
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
hampir selalu unilateral. Erupsi mulai dengan makulopapula eritematous. 12-24 jam
kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ke-3.
Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat
menetap selama 2-3 minggu. 1 Prognosis herpes zoster pada orang muda dan anakanak umumnya baik.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap M. Infeksi Virus, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta ; 2000.
Hal. 92
2. Graham-Brown R, Bourke J, Cunliffe T, Dermatologi dasar untuk Praktik
klinik. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta ; 2008 Hal. 222
3. Janniger,
C
K,.
2015.
Herpes
Zoster
At
URL:
4. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Menick, &
Adelberg. 23 ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ; 2010. Hal. 448
5. Pusponegoro, Erdina HD, Penyakit Virus dalam Menaldi S L, Bramono K,
Indriatmi W, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed. 7. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta; 2015. Hal. 121-124
6. Schmader K E, Oxman M N, Varicella and Herpes Zoster in Goldsmith L A et
all Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 8th Ed, Vol.2, Mc Graw
Hill Companies, United States Of America; 2012. Pages: 2383, 2387-90,
2395-96
7. Wolff K, Johnson R A, Fitzpatricks color atlas and synopsis of Clinical
dermatology, 6th Ed, Mc Graw Hill Companies, United States Of America ;
2009. Pages: 837-38
8. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta; 2005. Hal. 80-1, 84-8
9. Indriatmi W, Herpes Simpleks dalam Menaldi S L, Bramono K, Indriatmi w,
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed. 7. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta; 2015. Hal.478-9
10. Aisah S, Handoko R P, Varisela dalam Menaldi S L, Bramono K, Indriatmi w,
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ed. 7. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta; 2015. Hal.128-29
11. Djuanda A, Pioderma dalam Menaldi S L, Bramono K, Indriatmi w, Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Ed. 7. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta; 2015. Hal.73
18
19