Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan
penelitian. Perubahan paradigma yang terjadi adalah rumah sakit tidak boleh dipandang sebagai
suatu entitas yang terpisah dan berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Rumah sakit adalah bagian
dari sistem kesehatan dan perannya adalah mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui
penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan. Promosi kesehatan rumah sakit adalah upaya
rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya. Klien dan kelompokkelompok masyarakat dapat mandiri dan meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah
kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat. Melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial budaya mereka serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan diberikan kepada klien yang sakit maupun sehat dan dapat dilakukan
didalam gedung dan diluar gedung. Didalam gedung dapat dilakukan di ruang pendaftaran/
administrasi, rawat jalan, rawat inap, IGD, ICU, farmasi, laboratorium, rehabilitasi medik, hemodialisa,
radioterapi, dan kelompok senam. Diluar gedung dapat dilakukan dengan pemanfaatan lapangan
parkir, taman, dinding luar RS, tempat ibadah, kantin dan pagar pembatas kawasan RS. Strategi
dasar promosi kesehatan terdiri dari pemberdayaan, bina suasana dan advokasi serta semangat
kemitraan. Didalam pelaksanaan promosi kesehatan agar berhasil guna ditunjang dengan metode
dan media yang tepat serta SDM yang memadai. Pemilihan metode dan media harus disesuaikan
dengan keadaan penerima informasi termasuk sosial budayanya serta ruang dan waktu.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Universitas Hasanuddin berusaha untuk
mengembangkan pengertian pasien, keluarga dan para pengunjung rumah sakit tentang upaya
pencegahan dan pengobatan penyakitnya. Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran
dan minat pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit untuk berperan aktif dalam usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Hal ini membuktikan bahwa, PKRS merupakan program
yang tak dapat dipisahkan dari sebuah pelayanan rumah sakit.

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

B. Tujuan
1. Umum
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin melalui
kegiatan promosi kesehatan yang berkesinambungan.
2. Khusus
a Bagi pasien
1) Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior)
Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku (praktik) tentang kesehatan, khususnya yang terkait
dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan.
Pengetahuan atau pengertian yang perlu diberikan atau dikembangkan untuk pasien
adalah pengetahuan tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup: jenis penyakit,
tanda-tanda atau gejala penyakit, penyebab penyakit atau bagaimana proses terjadinya
penyakit, bagaimana cara penularan penyakit (bila penyakit tersebut menular), dan
bagaimana cara mencegah penyakit tersebut. Dari segi perilaku atau praktik yang harus
dilakukan atau dianjurkan kepada pasien adalah tindakan yang harus dilakukan untuk
terhindar atau mencegah penyakit tersebut. Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini
dipunyai oleh pasien, maka pengaruhnya, antara lain:
Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.
Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan penyakit.
Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain, terutama keluarganya.
Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada orang lain,
sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
2) Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (health seeking behavior)
Pengetahuan, sikap, dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh pasien akan
mempercepat proses penyembuhan. Bagi pasien yang kurang pengetahuan tentang
penyakit yang diderita, kadang-kadang mencari pengobatan yang tidak tepat misalnya ke
dukun atau para-normal, sehingga dapat memperpanjang proses penyembuhan. Oleh
sebab itu, promosi kesehatan terhadap pasien dengan memberikan pengetahuan yang
benar tentang penyakit, terutama cara penyembuhannya maka pasien akan mencari
penyembuhan dengan tepat.
b

Bagi Keluarga
Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses
penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka karena faktor
rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bagi keluarga
pasien penting karena dapat:
1) Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien
Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat dan terapi lain saja,
tetapi juga faktor psikologis dari pasien. Lebih-lebih penyakit tidak menular seperti

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jiwa, dan sebagainya, faktor
psikososial sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan psikososial ini, keluarga
sangat penting peranannya. Oleh karena itu, promosi kesehatan perlu dilakukan juga
bagi keluarga pasien.
2) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka akan
mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya (pasien),
cara penularan, dan cara pencegahannya. Keluarga pasien tentunya akan berusaha
untuk menghindar agar tidak terkena penyakit atau tertular penyakit seperti yang diderita
oleh anggota keluarga yang sakit tersebut.
3) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain
Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan cara-cara
penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu pasien atau
keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, terutama
c

kepada tetangga atau teman dekatnya.


Bagi Rumah Sakit
Banyak orang berpendapat bahwa promosi kesehatan di rumah sakit dapat merugikan
rumah sakit itu sendiri. Alasan mereka, karena promosi kesehatan di rumah sakit
merepotkan, menambah tenaga, waktu, dan biaya. Di samping itu apabila pasien cepat
sembuh karena promosi kesehatan maka pendapatan rumah sakit akan menurun. Memang
ini logika yang mungkin benar, tetapi terlalu sederhana. Pengalaman-pengalaman dari
rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan (dulu penyuluhan kesehatan)
justru membuktikan bahwa promosi kesehatan di rumah sakit ini mempunyai keuntungan
bagi rumah sakit itu sendiri antara lain:
1) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya
rumah sakit, maka pasien mengunjungi rumah sakit tidak sekedar untuk memperoleh
perawatan atau pengobatan saja, tetapi juga ingin pelayanan yang berkualitas, yang
nyaman dan yang ramah. Pasien ingin pelayanan yang holistik bukan hanya pelayanan
fisik, tetapi juga pelayanan psikososial. Promosi kesehatan pada prinsipnya adalah
salah satu bentuk pelayanan psikososial. Oleh sebab itu, penerapan promosi kesehatan
di rumah sakit adalah merupakan upaya meningkatkan mutu rumah sakit.
2) Meningkatkan citra rumah sakit
Penerapan promosi kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam memberikan informasiinformasi tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit dan masing-masing
dengan jenis pelayanannya. Di masing-masing titik pelayanan rumah sakit disediakan
atau diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penyembuhan
pasien. Di tempat loket pendaftaran, di ruang tunggu, di tempat pemeriksaan, di tempat
pengambilan obat, di ruang perawatan, dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan
3

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

atau pemberian informasi terkait dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh
pasien. Oleh sebab itu, promosi kesehatan ini dapat memberikan kesan kepada pasien
dan keluarga pasien bahwa rumah sakit tersebut pelayanannya baik.
3) Meningkatkan angka hunian rumah sakit (BOR)
Dari pengalaman rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan,
menyatakan bahwa kesembuhan pasien menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Hal ini
berarti bahwa promosi kesehatan dapat memperpendek hari rawat pasien, yang
akhirnya meningkatkan turn over. Dengan menurunnya hari rawat pasien ini dapat
membawa dampak bahwa rumah sakit yang bersangkutan baik, karena pasien yang
dirawatnya cepat sembuh, yang berarti meningkatkan pamor rumah sakit tersebut.
Selanjutnya akan berakibat meningkatkan angka hunian rumah sakit tersebut (Board
Occupancy Rate), sebagai salah satu indikator pelayanan rumah sakit yang baik.
C. Sasaran
1. Pasien (penderita) pada berbagai tingkat penyakit.
Pasien yang datang ke rumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat dari latar belakang sosial
ekonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan penyakit dan jenis pelayanan perawatan yang
diperlukan. Dari sudut tingkar penyakitnnya, dibedakan menjadi pasien dengan penyakit akut dan
pasien dengan penyakit kronis. Dari jenis pelayanan yang diperlukan dibedakan dengan adanya
pasien rawat jalan yang tidak memerlukan rawat inap, dan pasien rawat jalan dengan indikasi
yang memerlukan rawat inap.
2. Keluarga/ Kelompok atau individu yang sehat.
Keluarga/ kelompok atau individu yang sehat baik yang berada di dalam gedung rumah sakit
maupun yang terdapat di luar rumah sakit. Yang bearada dalam gedung rumah sakit seperti
pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang mengantarkan atau yang
menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. Disamping itu para tamu rumah
sakit lain yang tidak ada kaitannya langsung dengan pasien juga merupakan kelompok sasaran
yang sehat bagi promosi kesehatan di rumah sakit. Sedangkan yang berada di luar gedung rumah
sakit adalah individu dan atau kelompok yang tinggal disekitar lingkungan rumah sakit dan
masyarakat yang menjadi daerah binaan rumah sakit.
3. Petugas rumah sakit
Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi petugas medis, paramedis, dan
non medis, sedangkan secara struktural dapat dibedakan menjadi pimpinan, tenaga administrasi
dan tenaga teknis. Apapun fungsinya dan strukturnya semua petugas rumah sakit mempunyai
kewajiban untuk melakukan promosi kesehatan untuk pengunjung rumah sakit baik pasien
maupun keluarga, disamping tugas pokok mereka. Oleh sebab itu sebelum mereka melakukan
promosi kepada pasien dan keluarga mereka harus dibekali kemampuan promosi kesehatan.
D. Dasar Hukum PKRS

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

1. Pencanangan RS proaktif tahun 1997. Rumah sakit proaktif berarti rumah sakit harus dapat
berfungsi sebagai RS Promotor Kesehatan yang juga menjalankan program promotif dan
preventif
2. Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
a. Pasal 1 : Rumah Sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pasien adalah setiap
orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit
b. Pasal 10 : Bangunan Rumah Sakit minimal diantaranya ada ruangan penyuluhan kesehatan
c. Pasal 29 : Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban
1) memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat
2) memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit
3) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien
4) memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok
d. Pasal 30 : Setiap Rumah Sakit mempunyai hak
1) menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan
klasifikasi Rumah Sakit
2) melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan
e. Pasal 32 : Setiap pasien mempunyai hak
1) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
3. Undang-undang No. 40 tentang Sistem Jaminan Nasional (SJN), Pasal 22. Manfaat jaminan
kesehatan bersifat pelayanan perorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencangkup
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
4. Standar akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. Kelompok Standar pelayanan berfokus pada pasien.
Bab 7 Pendidikan pada Pasien dan Keluarga (PPK)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 004 tahun 2012 tentang petunjuk teknis
promosi kesehatan rumah sakit.

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II
KETENTUAN UMUM
A. Definisi PKRS
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan: menyangkut pendidikan,
organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Marent, et.al, 2012).
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan perilaku dan lingkungan yang kondusif
untuk hidup sehat.
Sebagaimana

tercantum

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1114/Menkes/SK/VII/2005 (dalam Hartono, 2010) tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan


di daerah yang menyatakan:
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Departemen
kesehatan, 2005).

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
Jika definisi promosi kesehatan tersebut diterapkan dirumah sakit, maka dapat dibuatkan
rumusan sebagai berikut: Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat
mempercepat penyembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok- kelompok ,masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatannya dan mencegah masalah- masalah kesehatan, melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
oleh kebijkan publik yang berwawasaan kesehatan.
B. Peluang PKRS
Banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di rumah sakit.
Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.
1. Di dalam gedung. Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan
yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung,
terdapat peluang-peluang promosi di berbagai area berikut:
a. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu di ruang di mana pasien/klien pertama kali
melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit.
b. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti' poliklinik
kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah, poliklinik penyakit
dalam, poliklinik THT, dan lain-lain.
c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat darurat, rawat inap,
rawat intensif (NICU, ICU), dan rawat khusus (HD, Kemoterapi).
d. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yaitu terutama di pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik, bahkan juga kamar
mayat.
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB, konseling gizi,
bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (check up), konseling kesehatan jiwa, konseling
kesehatan remaja, kesehatan lansia dan lain-lain.
f.

PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus
menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah sakit.

2. Di luar gedung. Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
PKRS, yaitu:
a. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir sejak
dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung parkir.
b. PKRS di Taman rumah sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar
maupun di dalam/halaman dalam rumah sakit.

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

c. PKRS di dinding luar rumah sakit.


d. PKRS di tempat-tempat umum di lingkungan rumah sakit misalnya tempat ibadah yang
tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan di kantin/toko-toko/kios-kios.
e. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit
C. Strategi Promosi Kesehatan
Sebagaimana

disebutkan

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005 (Dalam Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2012) tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi
Kesehatan adalah:
1. Pemberdayaan
Pada hakikatnya pemberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi
pasien/klien, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah dan
atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Karena itu, pemberdayaan hanya dapat
dilakukan terhadap pasien/klien. Dalam pelaksanaannya, upaya ini umumnya berbentuk
pelayanan konseling terhadap:
a

Bagi klien rawat jalan dapat dilakukan konseling, baik untuk mereka yang menderita suatu
penyakit (misalnya konseling penyakit dalam) maupun untuk mereka yang sehat (misalnya
konseling gizi, konseling KB). Bagi klien yang sehat dapat pula dibuka kelompokkelompok diskusi, kelompok-kelompok senam, kelompok-kelompok paduan suara, dan
lain-lain.

Bagi pasien rawat inap dapat dilakukan beberapa kegiatan, seperti:


Konseling di tempat tidur (disebut juga bedside health promotion)
konseling kelompok (untuk penderita yang dapat meninggalkan tempat tidur)
biblioterapi (menyediakan atau membacakan bahan-bahan bacaan bagi pasien dan
keluarga).

2. Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan kegiatan menciptakan
suasana atau lingkungan yang kondusif. Tentu saja lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap pasien yang sedang diberdayakan.
Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif ini disebut bina suasana.
a

Bagi pasien rawat jalan (orang yang sakit)

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga atau orang yang mengantarkannya ke


rumah sakit. Sedangkan bagi klien rawat jalan (orang yang sehat), lingkungan yang
berpengaruh terutama adalah para petugas rumah sakit yang melayaninya. Mereka ini
diharapkan untuk membantu memberikan penyuluhan kepada pasien dan juga menjadi
teladan dalam sikap dan tingkah laku. Misalnya teladan tidak merokok, tidak meludah atau
membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
b

Pengantar pasien (orang sakit)


Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan dari pasien untuk misalnya dikumpulkan
dalam satu ruangan dan diceramahi. Oleh karena itu, metode yang tepat di sini adalah
penggunaan media, seperti misalnya pembagian selebaran (leaflet), pengembangan
poster, atau penayangan video berkaitan dengan penyakit dari pasien.

Klien yang sehat


Yang berkunjung ke klinik-klinik konseling atau ke kelompok senam, petugas-petugas
rumah sakit yang melayani mereka sangat kuat pengaruhnya sebagai panutan. Maka, di
tempat-tempat ini pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas rumah sakit yang melayani
harus benar-benar konsisten dengan pelayanan yang diberikannya. Misalnya: tidak
merokok, tidak meludah atau membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.

Bagi pasien rawat inap


Lingkungan yang berpengaruh terutama adalah para penjenguk pasien (pembesuk).
Pembagian selebaran dan pemasangan poster yang sesuai dengan penyakit pasien yang
akan mereka jenguk dapat dilakukan. Selain itu, beberapa rumah sakit melaksanakan
penyuluhan kelompok kepada para pembesuk ini, yaitu dengan mengumpulkan mereka
yang menjenguk pasien yang sama penyakitnya dalam satu ruangan untuk mendapat
penjelasan dan berdiskusi dengan dokter ahli dan perawat yang menangani penderita.
Misalnya, tiga puluh menit sebelum jam besuk para penjenguk pasien penyakit dalam
diminta untuk berkumpul dalam satu ruangan. Kemudian datang dokter ahli penyakit dalam
atau perawat mahir yang mengajak para penjenguk ini berdiskusi tentang penyakitpenyakit yang diderita oleh pasien yang akan dijenguknya, Pada akhir diskusi, dokter ahli
penyakit dalam atau perawat mahir tadi berpesan agar hal-hal yang telah di diskusikan
disampaikan juga kepada pasien yang akan dijenguk.

3. Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, rumah
sakit membutuhkan dukungan dari pihakpihak lain. Misalnya dalam rangka mengupayakan
lingkungan rumah sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi kepada

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

wakil-wakil rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) yang mencakup di rumah sakit. Advokasi merupakan proses yang tidak sederhana.
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas rumah sakit dengan
sasarannya (para pasien/ kliennya atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina
suasana, dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa
untuk meningkatkan efektivitas PKRS, petugas rumah sakit harus bekerjasama dengan berbagai
pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, Lembaga Swadaya
Masyarakat, media massa, dan lain-lain.

D. Media (alat bantu) PKRS


Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi
3, yaitu (Notoatmodjo, 2012):
1. Media cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi,
antara lain sebagai berikut:
a. Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk
buku, baik berupa tulisan maupun gambar.
b. Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau
kombinasi.
c. Flyer (selebaran) bentuknya seperti leaflet tetapi tidak berlipat
d. Flif chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman)
berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi
yang berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah
f.

kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan


Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang

biasanya ditempel ditembok-tembok, ditempat-tempat umum atau dikendaraan umum.


g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan
2. Media elektronik

10

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasiinformasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, antara lain: Televisi, radio, video, LCD, Laptop/
tablet, dll.
3. Media Sosial/ Internet
Media Sosial dan internet dijadikan media untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan antara lain: Website, Facebook, instagram, dll.
4. Media papan (Papan Pengumuman)
Papan pengumuman yang dipasang dibeberapa sudut rumah sakit dan ditempat-tempat
umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.

E. Jenis Kegiatan
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, jenis kegiatan pendidikan pasien dan keluarga
dapat dilakukan dengan cara:
1. Individual (Bedside conseling )
Promosi kesehatan secara individu dilakukan dalam bentuk konseling. Konseling dilakukan oleh
dokter, perawat, ahli gizi, petugas rehabilitasi medis terhadap pasien atau keluarga pasien yang
mempunyai masalah kesehatan khusus, atau penyakit yang dideritanya
2. Kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pasien dan/atau keluarga
pasien di ruangan yang telah ditetapkan. Metode penyuluhan kelompok seperti ceramah, diskusi
kelompok dan simulasi dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan ini.
3. Massa
Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien dan tamu rumah
sakit, adalah sasaran pendidikan kesehatan dalam bentuk ini. Bentuk pendidikan kesehatannya
adalah dengan menggunakan metode penyuluhan massa seperti poster atau spanduk.
F. Ruang Lingkup
Pelaksanaan promosi kesehatan dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung. Adapun
pelaksanaan promosi di dalam gedung meliputi :
Ruang pendaftaran / Front Office
Rawat jalan
Rawat inap
IGD
Kamar Operasi
ICU/ NICU
Ruang Hemodialisa
Laboratorium
Radiologi
Rehabilitasi Medik

11

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Farmasi
Penunjang diagnostik
Administrasi pasien rawat inap
Sedangkan kegiatan di luar rumah sakit adalah :
1. Tempat parkir
2. Taman
3. Dinding luar RS
4. Kantin
5. Tempat ibadah
6. Pagar pembatas kawasan RS
7. Lingkungan/ Masyarakat sekitar RS
G. Pengorganisasian PKRS
Surat keputusan direktur Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Nomor . tentang
pembentukan Tim dan Penanggung jawab PKRS (promosi kesehatan rumah sakit) Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin
Koordinator Tim
: dr. Anshory Sahlan, Sp.KFR
Anggota
: Risnawati, S.Kep., Ns., M.Kep
Penanggung Jawab ruangan/ instalasi:
Instalasi Gizi
Instalasi Farmasi
Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Bedah Sentral


Instalasi Rawat Jalan

Poliklinik

Instalasi Rawat Inap

Radioterapi
VVIP
VIP
Kelas 1
Kelas 2/3

Instalasi Rawat Intensive


Instalasi Rawat Khusus

Mata
Bersalin
ICU
NICU
Hemodialisa
Kemoterapi

12

Dian Andayani, S. Gz
Eka Nurrahma, S.Gz., M.Kes
Faried Maruf, S. Si, Apt
dr. Maulina Yusuf
Jenny Latief, S. Kep., Ns
Supriadi Nurdin, Amd. Kep
Bambang Hadi S., S. Kep., Ns
Syamsul Bahri, S.Kep., Ns
Karina Destianty, S. Kep., Ns
Siti Paisah, S.Kep., Ns
Minarty Tangke, S.Kep., Ns
Nur Insany, S. Kep., Ns
Widya, S. Kep., Ns
Supiani Hasan, S.Kep., Ns
Ayu Virmayana, S. Kep., Ns
Nuryani, S. Kep., Ns
Musrifah Arifin, S. Kep., Ns
Darliana Gaffar, S.Kep., Ns
Nurfadilah, MS kamal P., Amd. Keb
Risnawati, R., S. Kep., Ns
Afrida Kusuma, S. Kep., Ns
Isna Aryanti, S. Kep., Ns
Hasrawati, S. Kep., Ns

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III
STANDAR PELAYANAN
A. Falsafah Pendidikan Pasien dan Keluarga
Pendidikan pasien dan keluarga (PKK) merupakan bagian dari promosi kesehatan dalam
lingkup rumah sakit, berfokus pada edukasi yang membantu pasien dan atau keluarga untuk lebih
banyak berpartisipasi dalam perawatan dan dalam pengambilan keputusan selama perawatan nya.
Pendidikan yang efektif dimulai dengan assessment dan disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran pasien, tingkat pendidikan, religious, dan nilai-nilai budaya, keterampilan dalam
berbahasa selama proses keperawatan, berbagai disiplin ilmu yang ada di rumah sakit memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya, pendidikan diberikan ketika pasien berintegrasi dengan
dokter, perawat, gizi, farmasi, terapi, dan lain sebagainya, masing-masing memberikan pendidikan
secara spesifik mulai dari pasien baru masuk, dalam proses perawatan/pelaksanaan therapy dan
persiapan pasien pulang.
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan
yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhan yang
diterimanya. Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter atau perawatnya.
Demikian juga petugas kesehatan lainnya yang bekerja di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
(RSUH) memberikan pendidikan secara spesifik.
B. Pengertian Pendidikan Pasien dan Keluarga
Pendidikan pasien dan keluarga (PPK) adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien
dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien
dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup
informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan
apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan. Pendidikan yang
efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan audiovisual serta berbagai pembelajaran
jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain.

C. Maksud dan Tujuan PPK


1. RSUH mendidik pasien dan keluarganya sehingga mereka mendapat pengetahuan dan
ketrampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan pengambilan keputusan asuhan pasien

13

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

2. RSUH memberikan pendidikan yang berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang
dibutuhkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan
dan asuhan berkelanjutan di rumah
3. RSUH secara rutin memberikan pendidikan pada area yang berisiko tinggi bagi pasien
4. RSUH memberika dorongan kepada pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan dengan memberi kesempatan untuk memberi pendapat dan mengajukan pertanyaan
kepada staf untuk meyakinkan pemahaman yang benar dan mengantisipasi partisipasi.
5. Dalam pemberian pendidikan kepada pasien, seluruh tenaga kesehatan profesional yang
memberi asuhan memahami kontribusinya satu dan lain, sehingga diperlukan kolaborasi anar
tenaga profesional tersebut.
D. Standar Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
1. Standar PPK 1
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RSUH) menyediakan pendidikan untuk
menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses
pelayanan, mencakup:
a. Memenuhi standar PPK 1, Rumah Sakit Universitas Hasanuddin membentuk Tim Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin.
b. Team PKRS terdiri dari kordinator dan anggota, seluruh dokter, perwakilan perawat per
ruangan, perwakilan rehabilitasi medis, perwakilan ahli gizi dan perwakilan
farmasi/apoteker (Lampiran 1)
c. Team PKRS mengorganisasikan kegiatannya dengan membuat program kerja, kerangka
acuan, pedoman teknis dan fasilitas yang diperlukan.
2. Standar PPK 2
Dilakukan asesmen kebutuhan pendidikan masing-masing pasien dan dicatat di rekam
medis (Lampiran 2). Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran
pasien dan keluarganya. Asesmen ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran,
tetapi juga bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran akan lebih
efektid ketika disesuaikan denhan keyakinan, pilihan pembelajaran yang tepat, agama, nilai
budaya, dan kemampuan membaca, serta bahasa. Demikian juga ketika ditemukan hal yang
dibutuhkan dalam proses pelayanan pasien. Pendidikan termasuk baik kebutuhan pengetahuan
pasien selama proses pemberian pelayanan maupun kebutuhan pasien setelah pulang untuk
dirujuk ke pelauanan kesehatan lain atau pulang ke rumah.
3. Standar PPK 3
Pendidikan dan pelatihan membantu pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan
dari pasien. Pasien sering membutuhkan pelayanan tindak lanjut guna memenuhi kebutuhan
kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Maka Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin memfasilitasi kebutuhan pasien tersebut dengan mengadakan

14

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

pendidikan dan pengarahan kepada mereka untuk terlibat dalam klub maupun jejaring rumah
sakit diantaranya : Klub Cancer, Klub DM dan Klub HD
4. Standar PPK 4
Pendidikan pasien dan keluarga termasuk topik berikut ini, terkait dengan pelayanan
pasien:
a. Pendidikan Kesehatan: Proses penyakit (Lampiran 3)
b. Pendidikan Kesehatan: Penggunaan obat yang aman (Lampiran 4)
c. Pendidikan Kesehatan: Penggunaan peralatan medis yang aman (Lampiran 5)
d. Pendidikan Kesehatan: Diet/ nutrisi (Lampiran 6)
e. Pendidikan Kesehatan: Manajemen nyeri (Lampiran 7)
f. Pendidikan Kesehatan: Teknik rehabilitasi (Lampiran 8)
g. Pendidikan Kesehatan: Pre Operasi (Lampiran 9)
h. Penyediaan pelayanan spiritual berdasarkan agama dan kepercayaan pasien (Lampiran
10)
5. Standar PPK 5
Metode pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan keluarga, dan
memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga dan staf agar pembelajaran
dapat dilaksanakan.
a. Pembelajaran akan terlaksana apabila memperhatikan metode yang digunakan untuk
mendidik pasien dan keluarga. Rumah sakit menyediakan media sebagai pembelajaran
pasien dan keluarga seperti leaflet/ brosur, flipchart, poster, LCD, notebook/ tablet, alat
peraga pendidikan, sound system dll.
b. Setelah pendidikan pasien dan keluarga dilakukan, perlu dilakukan verifikasi untuk
memastikan pasien dan keluarga menerima dan memahami pendidikan yang diberikan.
dan dicatat dalam lembar edukasi terintegrasi (Lampiran 11)
6. Standar PPK 6
Tenaga kesehatan profesional yang memberi pelayanan pasien berkolaborasi dalam
memberikan pendidikan kesehatan yang tertuang dalam kebijakan direktur:
a. Kebijakan direktur tentang Pendidikan Pasien dan Keluarga (Lampiran 12)
b. Kebijakan direktur tentang Asesmen Dan Pencatatan Pendidikan Pasien dan Keluarga
(Lampiran 13)

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A.

Monitoring

15

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Monitoring/ pemantauan dilakukan berdasarkan standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit


Universitas Hasanuddin (PKRS-UH). Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan dalam bentuk
pelaporan:
1. Pelaporan dilaksanakan oleh masing-masing penanggung jawab unit/ instalasi kepada ketua tim
PKRS-UH melalui sekretaris setiap bulan
2. Ketua tim PKRS-UH memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Direktur rumah sakit
setiap tiga bulan.
B. Evaluasi
Untuk mengukur dan memantau keberhasilan program PKRS-UH maka dilakukan evaluasi
terhadap keseluruhan PKRS-UH dan identifikasi setiap permasalahan yang ditemukan untuk tindakan
perbaikan. Evaluasi yang dilakukan adalah:
1. Evaluasi Pengetahuan Pasien dan keluarga mengetahui tentang berbagai penyakit misalnya:
2.
3.
4.
5.
6.
7.

diare, hipertensi, diabetes, paru, thalasemia, kemotherapy dll.


Evaluasi Pengadaan Media promosi kesehatan di rumah sakit setiap tiga bulan
Evaluasi Pemberiaan Edukasi Rawat Jalan dan Rawat Inap setiap tiga bulan
Evaluasi Pemberiaan Edukasi di setiap instalasi setiap tiga bulan
Evaluasi Pemberian edukasi yang dilakukan di luar RS
Evaluasi Program Kerja tiap bulan
Evaluasi standar prosedur operasional setiap tiga tahun dan setiap saat apabila diperlukan.

BAB V
PENUTUP
Banyak pihak yang bertanggung jawab dalam usaha peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, salah satunya rumah sakit. Sebagai lembaga penyedia pelayanan kesehatan, baik secara
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
Promosi kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam

16

PEDOMAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

mempercepat kesembuhan dan rehabilitasnya, klien dan kelompok masyarakat, agar dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasnya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri
dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Atas dasar alasan tersebut, di rumah sakit perlu diadakan promosi kesehatan, untuk memberi
pemahaman yang mendalam kepada masyarakat rumah sakit mengenai pencegahan dan pengobatan
suatu penyakit. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat dalam hal
meningkatkan status kesehatan mereka. Promosi kesehatan di rumah sakit harus lebih dikembangkan lagi
agar pemberdayaan masyarakat lebih optimal, sehingga status kesehatan yang diharapkan dapat
tercapai.

Makassar, April 2016

DISETUJUI OLEH:
DIREKTUR RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOORDINATOR PROMOSI KESEHATAN


RUMAH SAKIT (PKRS)

Prof. Dr. dr. H.M. Alimin Maidin, MPH.


NIP: 195504141986011001

dr. Anshory Sahlan, Sp.KFR


NIP. 19860317 201212 1 003

17

Anda mungkin juga menyukai