Makalah Presentasi Kasus
Makalah Presentasi Kasus
1.
Tinjauan Teori
a.
Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain.
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya
kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat
ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan
masih terkontol (Yosep, 2007).
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif - mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut (Keliat, 1997) :
1.
2.
Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3.
4.
5.
Faktor Predisposisi :
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh (Towsend 1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a.
Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif:
sistem
limbik,
lobus
frontal
dan
hypothalamus.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
b.
Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi
ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.
Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima
perilaku
kekerasan
sebagai
cara
untuk
menyelesaikan
Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
b.
c.
d.
e.
f.
c.
Manifestasi Klinik
Secara klinis manifestasi dari perilaku kekerasan adalah :
1.
Data Subyektif :
a.
b.
c.
2.
Data Obyektif :
a.
b.
c.
d.
d. Psikopatologi
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku Kekerasan/amuk
Core Problem
Diagnosa Keperawatan
1.
f.
Penatalaksanaan
1.
Medis
Menurut Yosep ( 2007 ) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien
dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
a.
Antianxiety
dan
sedative
hipnotics.
Obat-obatan
ini
dapat
c.
dan
Trazodone,
menghilangkan
agresifitas
yang
2.
d.
e.
Keperawatan
Menurut Yosep ( 2007 ) perawat dapat mengimplementasikan berbagai
cara untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif melaui rentang
intervensi keperawatan :
Strategi preventif
Kesadaran diri
Pendidikan klien
Latihan asertif
Strategi antisipatif
Komunikasi
Perubahan
lingkungan tindakan
perilaku
Strategi pengurungan
Managemen krisis
Seclusion Restrains
Psikofarmakologi
Fokus Intervensi
Diagnosa I : Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1.
2.
b.
c.
b.
c.
3.
b.
c.
4.
a.
b.
c.
5.
6.
a.
b.
c.
b.
Diskusikan cara lain yang sehat, secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c.
d.
7.
b.
c.
d.
e.
8.
b.
9.
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).
b.
c.
2.
Tinjauan Kasus
a.
Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
Ruang : Wisma Harjuna
Tanggal : 28 Juni 2016
I.
Identitas Klien
Inisial
: Tn. B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 25 th
Alamat
: Ambarawa
: 136361
Informan
: Perawat
: Perilaku Kekerasan
2.
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2.
3.
Nadi
: 82 x/mnt
Suhu
:-
RR
: 22 x/mnt
Ukur
Tinggi Badan
: 179 cm
Berat Badan
: 62 kg
Keluhan Fisik
Klien
mengatakan
tidak
mempunyai
keluhan
mengenai
kesehatannya.
Masalah Keperawtan : V. Psikososial
1.
Genogram
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Garis keterunan
: Tinggal satu rumah
Klien tinggal anak pertama dari dua bersaudara, tinggal satu rumah
dengan kedua orang tuanya dn adik peremuan. Tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
VI. Status Mental
1.
Pembicaraan
Klien mampu memulai pembicaraan dengan teman/ perawat yang
bertugas, intonasi nada tinggi dan keras.
Aktifitas Motorik
Klien tampak agitasi, tampak gelisah.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3.
Alam Perasaan
Klien mengatakan perasaanya sedang kesal dan ingin marah.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4.
Afek
Klien tampak labul, terkadang tidak kooeratif dimana emosi klien
cepat berubah-ubah.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
5.
6.
Persepsi
Klien merasa mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya.
Mendengar suara-suara tidak menentukan kapan datangnya, sebanyak
3x dalam sehari.
Masalah keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
7.
Kemapuan Penilaian
Klien mengalami gangguaan bermakna, dimana klien monarmandir, berkata kasar kepada teman dan perawat, melawan atau ingin
menghamtam orang.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
2.
3.
4.
b. Analisa Data
Hari
Data Fokus
Masalah Keperawatan
/tgl
Rabu
Data Subyektif :
29
tindakan kekerasan
Juni
2016
merasa
Resiko
mencurigai/
Perilaku
tidak
tampak
agitasi,
afek
labil,
Rabu
29
Juni
Data Obyektif :
2016
Perilaku Kekerasan
2. Mata memerah
Data Subeyketif :
29
Juni
suara-suara
2016
tidak
Gangguan
menentukan
kapan
Sensori
:
Halusinasi
TTD
Data Obyektif :
1. Klien tampak agitasi, logorrhoe
c.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
Perilaku Kekerasan
3.
d. Rencana Keperawatan
Hari/
Diagnosa
Tujuan &
tgl
Rencana Tindakan
Kriteria Hasil
Kami Resiko
Tindakan
Setelah dilakukan SP 1 melatih teknik
s / 29 Perilaku
tindakan
Juni
2016
nafas dalam
Kekerasan keperawatan
selama
1. Bantu
diharapkan
klien 1. Mampu
pertemuan
2. Latih
cara
klien nafas
tujuan, 2. Mampu
berperan
aktif
dapat
mengeluarkan
mengidentifik
TAK
dan
sebagai berikut :
Klien
menurunkan
teknik kecemasan
1.
Rasional
konstruktif
obat 3. Mampu patuh
minum
obat,
kekerasan.
menstabilkan
Klien
neurotransmilter
dapat
mengontrol
dopamin
perilaku
serotonin
kekerasan
sehingga
dan
menurunkan
ketegangan
SP 2 5 benar minum 1. Mencegah
obat
kekambuhan dan
1. Bantu
klien perilaku
dalam
yang kembali
sudah diajarkan
2. Mampu
aktif
(pengertian,
tujuan, sehinga
dapat
mengeluarkan
3. Bantu
3. Mampu patuh
obat,
menstabilkan
5. Kolaborasi
obat neurotransmilter
dopamin
dan
serotonin
sehingga
menurunkan
ketegangan
SP 3 Melatih Kontrol 1. Mampu
Marah Secara Verbal
1. Bantu
identifikasi
benar
mengungkapkan
cara
minum
5 dialami
obat 2. Mampu
berperan
aktif
secara
(pengertian,
verbal sehinga
dapat
tujuan, mengeluarkan
marahnya secara
3. Bantu
klien konstruktif
minum
obat,
neurotransmilter
5. Kolaborasi
obat dopamin
dan
serotonin
sehingga
menurunkan
ketegangan
SP 4 Melatih Secara 1. Mampu
Spiritual
melakukan
1. Bantu
klien aktivitas
yang
marah mengurangi
secara verbal
ketegangan
tujuan, berperan
aktif
didalam kegiatan
klien sehinga
dapat
marahnya secara
3. Mampu patuh
obat minum
obat,
menstabilkan
neurotransmilter
dopamin
serotonin
dan
sehingga
menurunkan
ketegangan
e.
Implementasi
Hari
Diagnosa
Implemntasi
Evaluasi
TTD
/ tgl
jam
Juma
Resiko
t/ 30 Perilaku
Juni
Kekerasan 1. Membantu
2016
11.00
2. Melatih
cara
teknik tinggi,
tampak
tegang
klien tampak
tidak
mau
Resiko
Perilaku
P : Membimbing latihan
5. Mengkolaborasi
obat SP 2
minum
a.
obat,
benar
libatkan
b.
yaitu
Oral thriheksipenidile 1.
2 ml/ 12 jam
ml/ 12 jam
2.
3.
Oral olanzapim 10
ml/ 24 jam
4.
Oral
thriheksipenidile
ml/ 12 jam
Sabtu Resiko
1. Membantu
1 Perilaku
Juli
klien yang
beda
dengan
2016
09.00
diajarkan
: mata memerah,
bicara
kasar,
intonasi
menyerang
tidak
mau
klien TAK,
mengikuti
tidak
dapat
kegiatan dikendalikan
Resiko
Perilaku
P :
obat restrain,
membimbing
b.
Lakukan tindakan
obat,
libatkan
1.
2.
3.
Oral olanzapim 10
ml/ 24 jam
4.
Oral
thriheksipenidile
ml/ 12 jam
Senin Resiko
1. Membantu
11 Perilaku
S : klien mengatakan
klien bingung,
ingin
cepat
Juli
2016
logorrhoe,
mata
tampak
klien A
Resiko
Perilaku
P : Membimbing latihan
kolaborasi
obat
12 jam
ml/ 12 jam
Oral thriheksipenidile 2.
2 ml/ 12 jam
ml/ 24 jam
3.
Oral olanzapim 10
ml/ 24 jam
4.
Oral
thriheksipenidile
ml/ 12 jam
3.
PEMBAHASAN (5 W + 1 H)
a.
mengangkat diagnosa resiko perilaku kekerasan sudah sesuai dengan teori yang
ada. Untuk implementasi yang dilakuakan kepada klien sudah sesuai standar
asuhan keperawatan di RSJ Soerojo Magelang. Pada klien Tn.B mengalami
resiko perilaku kekerasan, sehingga tindakan keperawatan dan implementasi
keperawatan yang diberikan adalah bagaimana membuat klien menjadi
ketegangan fisiknya dapat menurun.
b.
c.
4.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
a.
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dalam kasus kelolaan ini adalah klien
sudah mampu melakukan SP 2 yaitu 5 benar minum obat walaupun sempat
terputus pemberian asuhan keperawatan karena klien dipindahkan ke UPIP
karena tidak dapat dikendalikan dibangsal. Akan tetapi setelah klien dipindahkan
kembali ke wisma harjuna klien cukup bisa diarahkan, sehingga SP 2 diulang
selama 2 kali pertemuan. Untuk SP 2 klien mampu menyebutkan nama obat,
warna, dan manfaat meminum obat.
b.
Saran
Untuk kasus seperti Tn.B, diharapkan kita sebagai tenaga perawat tidak
boleh terlalu memaksakan untuk terus berinteraksi karena klien memiliki waham
curiga terhadap seseorang, namun klien harus dibimbing dan kita memberikan
asuhan keperawatan tidak usah mengharapkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Anna, 1997, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran
EGC ; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit :
Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.