Anda di halaman 1dari 3

Konsep Sungai

Lahan-lahan dialih fungsi menjadi kawasan perkebunan, masyarakat lokal


terutama perempuan beralih pekerjaan menjadi buruh pabrik dan pemungut
buah sawit,
perempuan lebih banyak menerima ketidakadilan dan tidak
mendapatkan hak-haknya. Perempuan sebagai penjaga kedaulatan pangan
keluarga.

Tafsir mengenai Sungai yang dapat dikembangkan menjadi ide-ide


artistik:
Tubuh Sungai seperti layaknya manusia, mata air adalah kepala, badan adalah
sepanjang aliran sungai dan kaki sungai adalah muara. Sungai juga mempunyai
anak-anak sungai.
Sungai mengalir dari hulu ke hilirnya dan memberi kehidupan bagi setiap yang
dilewatinya
Sungai adalah sebuah ekosistem. Ada gugusan bukit dan gunung, pepohonan,
hutan, batuan, tanah, air, udara, ikan dan biota sungai,
Sungai sebagai nilai spiritualitas karena mempunyai nilai kehidupan, dari sana
berkembang mitos dan legenda yang pada intinya menuntut masyarakat agar
tetap menjaga kelestarian lingkungan untuk terhindar dari bencana.
Sungai adalah sumber kehidupan memberi kesuburan di ladang dan lahan
Pertanian, Sungai menumbuhkan pepohonan yang menjadi hutan, menjadi surga
bagi jutaan satwa
Peradaban dunia banyak dibangun disisi sungai dan di muara sungai, peradaban
di tepi sungai membentuk struktur kota dengan sungai sebagai pusat
pembangunan.
Sungai juga sebagai penghubung, sarana transportasi, lalu lintas perahu di atas
badan sungai.
Sungai adalah ruang publik, pertemuan, ruang sosial masyarakat Kalimantan. Di
sungai, mereka bersosialisasi, tukar informasi, melakukan aktifitas perdagangan,
dll.
Masyarakat Kalimantan (Banjarmasin) dikenal sebagai manusia air atau manusia
perahu, karena aktifitasnya yang sebagian besar di perahu mengarungi sungai.
Halaman rumah pun adalah sungai.
Sungai, hutan, batu, gunung, laut, hewan, dan manusia adalah kesatuan
ekologis.
Konflik

Perubahan kondisi ekosistem sungai dari masa ke masa. Bagaimana dampaknya


pada sirkulasi ekonomi keluarga. Dampaknya pada perempuan.
Marginalisasi komunitas adat dari hutan adat.
Perempuan mengalami subrodinasi, kembali ke ranah-ranah domestik. Halaman
rumah adalah mesin mesin yang dikuasai lelaki.
Sungai menjadi mati, air menjadi coklat, hitam dan berminyak, tanaman tidak
dapat tumbuh lagi, ikan-ikan mati, efek makan ikan dari sungai yang tercemar
akan beresiko karsinogenik kanker,
Peradaban Mesin meningkatkan tekanan hidup manusia sehingga desakan
terhadap kebutuhan lahan juga Semakin meningkat.
Koorporasi asing masuk, mendominasi, penguasaan atas ladang sumber daya
alam (hutan, sungai, tambang mineral). Perebutan lahan terjadi karena adanya
sumberdaya alam yang akan dikuasai oleh individu/korporasi. Masyarakat adat
mencoba bertaahan sekuatnya melawan. Komunitas ekologi melawan komunitas
mesin-mesin.
Hutan-hutan dikuasai, Komunitas adat dan suku asli terpinggirkan, Hutan
semakin dijarah, semakin gundul, gelondongan kayu di tumpuk menjadi gunung,
gelondongan pohon-pohon mengalir di sungai menuju muara hingga ke laut..lalu
di Kapalkan.
Tambang-tambang batubara menjamur, banyak limbah batubara yang terbuang
ke sungai, mencemari sungai.
Media mempertontonkan ilusi kemajuan pembangunan sementara lingkungan
terkorbankan. Hutan semakin gundul dan sungai menjadi kotor tercemar, sungai
hitam.
Hutan di bakar, tanah dikeruk untuk tambang, sungai menghitam.
Keseimbangan lingkungan mulai rusak, musim
terprediksi lagi..tanda alam semakin sulit terbaca.

pertanian

menjadi

tidak

Alur Gerak
Seorang perempuan dari sungai di atas perahu menari dengan hasil-hasil alam
yang ada di atas perahu.
Bergerak melakukan aktifitas pertanian, membuka lahan, bercocok tanam,
panen.
Di atas perahu tepat diatas penari tergantung lingkaran serupa spiral dimana itu
seperti galaksi yang ada bintang-bintang. Bintang-bintangnya itu adalah hasilhasil pertanian (buah-buahan yang tergantung). Perempuan sedang meramal
dan membaca musim. Kemampuan tradisional masyarakat rawa Kalimantan

dalam bertani yaitu prediksi musim. Orang-orang lalu-lalang dengan perahu


dibadannya.
Kepalanya adalah gugusan bintang-bintang jagat semesta. Di tangannya hasil
pertanian dan hutan yang melimpah, tubuhnya adalah sungai yang panjang dan
kakinya adalah hasil perikanan di sungai dan laut serta hasil pertambangan
(minyak dan batubara).
Sungai sudah menjadi tubuh yang hidup. Seimbang..Masyarakat hidup selaras
dengan alam sebagai bagian dari tubuh sungai.
Kehidupan bertani : masyarakat petani rawa mengandalkan kemampuan hisab
berdasarkan peramalan bintang dan gejala alam. Melihat dan membaca tandatanda alam sangat efektif.
Sungai menjadi air untuk minum, dan Hutan menjadi udara untuk bernafas.
Kera-kera bekantan adalah simbol kelestarian alam, berperan penting dalam
keseimbangan ekosistem. Sangat bergantung dengan kelestarian lingkungan.
Kondisi konflik
Sekarang apa yang bisa dibaca dari tanda alam, karena keseimbangan sudah
rusak, hutan sudah dirusak dan air sudah dikotori dengan limbah-limbah. Asapasap mengepul menutup angkasa,,langit dan bintang tak terlihat. Manusia
bernapas dengan masker dan tabung oksigen.
Ilusi media tentang kapitalisme dan industrialisasi telah menggeser kearifan lokal
masyarakat. Di sungai yang semakin menyempit, tumbuh gunung gedung,
Kita sedang menuju masyarakat urban yang serba sibuk. Modernisme telah
melunturkan sosial. Perahu-perahu telah menjadi gedung, perahu telah menjadi
individu

Anda mungkin juga menyukai