BAB I Pendahuluan 2
BAB II. Tinjauan Pustaka
Definisi. ...4
Etiologi. ...4
Epidemiologi5
Patofisiologi.6
Gejala Klinis8
Diagnosa Banding..11
Komplikasi.....12
Penatalaksanaan ... 13
Prognosis....... 13
Pencegahan........14
BAB III Kesimpulan 22
Daftar Pustaka ...23
BAB I
PENDAHULUAN
Morbili (disebut juga rubeola, campak, red measles atau hard measles,)
merupakan penyakit virus menular dan menimbulkan dampak yang serius.
Seseorang yang tidak mendapat vaksin virus ini memiliki risiko lebih tinggi
terkena morbili. Morbili lebih sering terjadi pada seseorang yang rentan (mereka
yang tidak pernah terkena penyakit ini sebelumnya atau yang tidak mendapat
vaksin) yang melakukan perjalanan. Morbili menular melalui kontak langsung
melalui droplet infeksi maupun penyebaran udara. Transmisi juga terjadi melalui
kontak maupun sentuhan dengan bahan yang terkontaminasi dan kemudian
tersentuh mata, hidung, dan/atau mulut. Transmisi morbili mulai dari 4 hari
sebelum sampai 4 hari sesudah ruam kemerahan muncul, maksimal terjadi mulai
dari onset prodromal (atau gejala pertama) yaitu 3-4 hari setelah ruam kemerahan
muncul.1
Morbili memiliki karakteristik berupa gejala prodromal selama 2-4 hari
(rata-rata 1-7 hari) yang ditandai dengan demam tinggi, gatal, mata berair dan flu.
Dua atau tiga hari setelah gejala prodromal muncul, maka akan timbul bercak
koplik atau bercak tipis putih dengan pusat berwarna kebiruan-putih ditengahnya
(Kopliks spot/tiny white with bluish-white centers) di mulut. Kemudian akan
muncul ruam kemerahan 3-5 hari setelah gejala prodromal, biasanya dimulai dari
wajah ( di belakang rambut), menyebar ke bawah (badan) kemudian lengan dan
kaki. Setelah ruam kemerahan muncul, biasanya akan muncul demam.1
Morbili merupakan penyakit yang sangat menular, diperkirakan 30%
dengan kasus morbili memiliki satu atau lebih komplikasi. Risiko berupa
komplikasi hebat sampai kematian lebih tinggi terjadi pada anak-anak 5 kali lebih
besar dibandingkan orang dewasa berusia 20 tahun maupun lansia. Komplikasi
yang berat termasuk diantaranya diare (8%), otitis media (7%), dan pneumonia
(6%) yang disebabkan oleh virus kebanyakan mengakibatkan kematian (60%).1
terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat terpencil. Vaksinasi telah
menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan. Di
Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991.
Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi,
termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih
dapat menginfeksi sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan
900.000 kematian. Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar
1.141 kasus campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat
sebanyak 735 kasus campak pada tahun 2006.2
Morbili merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, sehingga
penularan penyakit ini dapat dicegah atau dikurangi. Tujuannya untuk mencegah
komplikasi dan atau mengurangi angka kematian.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Morbili merupakan penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 4
stadium, yaitu stadium inkubasi, prodromal ( kataral ), stadium eksantematosa dan
stadium penyembuhan, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan
bercak koplik.1,2
Morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam
bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal
dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris, dan dalam bahasa
Indonesia penyakit ini disebut dengan penyakit campak. Morbili merupakan
penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejalagejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.1,2,3
2.2. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu
virus RNA dari famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe
antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat
sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin.
Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia. Perubahan sitopatik,
tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi
intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.2,3,4
2.4. PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler.
Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan
konjungtiva. Penularannya secara droplet terutama selama stadium kataralis.
Umumnya menyerang pada usia 6 bulan sampai 5 tahun.1,2,3,4
Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa
dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan
faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial.
Pneumonitis interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia
sel raksasa Hecht. Bronkopneumoni dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder.2,3,4
besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan
penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
yang
lama-kelamaan
akan
hilang
sendiri.
Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
10
11
dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas
purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan
daging angsa di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.
2.7. KOMPLIKASI
Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai
akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain2,3,4,6,7:
Ensefalitis
Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita
campak atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus
campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif
dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian
ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis
setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah
infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada
2 tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti
bahwa virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang
terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus,
Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A
12
2.8. PENATALAKSANAAN2,3,7
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul:
1. Istirahat.
2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi..
3. Medikamentosa :
- Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8jam.
- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6
jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
- Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu,narcotic
antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
- Mukolitik bila perlu.
- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral
sangat bermanfaat.
2.9. PROGNOSIS2
Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk
bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila
ada komplikasi.
13
2.10 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang
masih
Memberi
penyuluhan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
dengan
14
komplikasi.4
Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi
terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,
ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.
IMUNISASI CAMPAK
a. Definisi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.
.Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakityang
serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman.
Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada
efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak
penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
15
kadar
antibodi
dalamtubuh
meningkat.
Contohnya
adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah placenta selama masa kandungan,misalnya antibodi terhadap campak.
16
17
18
19
20
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23