Anda di halaman 1dari 37

PROMOSI KESEHATAN

(Diskusi Jumat)

Oleh:
Diano Ramadhan

1118011013

Fatwa Maratus

1118011040

Tanti Yossela

1118011131

Vandy Ikra

1118011137

Zuryati Toiyiba Qurbany

1118011143

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

KATA PENGANTAR
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Promosi Kesehatan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan
tugas makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua dokter pembimbing
di Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, yang telah
membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari banyak
sekali kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bukan hanya untuk kami, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Juni 2016

Tim
Penulis

BAB I
LATAR BELAKANG
Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan
Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu
pilar dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta dalam lingkungan yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia (Notoatmodjo,2005).
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari
istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi
kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat.
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Oleh
karena itu, pendidik atau petugas yang melakukan promosi kesehatan memerlukan
pengetahuan yang baik mengenai metode penyampaian pesan-pesan kesehatan,
alat bantu pendidikan kesehatan dan juga teknik penyampaian serta media yang

digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut dengan harapan


masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan
dapat berpengaruh terhadap perilakunya (Notoatmodjo,2005).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan
sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya,

kebutuhannya,

dan

mampu

mengubah

atau

mengatasi

lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). (Ottawa


Charter,1986).
Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki kesehatan mereka.
Sebagaimana diketahui, WHO meneruskan : Persfektif ini diperoleh dari
konsepsi sehat dimana seorang individu atau kelompok mampu di satu sisi
untuk mewujudkan aspirasi dan memuaskan kebutuhan hidup dan disisi yang
lain untuk mengubah atau mengatasi tantangan lingkungan.
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada
promosi kesehatan sebagai berikut : promosi kesehatan adalah programprogram kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan
lingkungannya. Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah
kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan
dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan
merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut
dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan

semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan


dengan

menggunakan

pembelajaran

pendekatan

sosial

budaya

setempat.

tersebut juga dibarengi dengan upaya

Proses

mempengaruhi

lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan


perundangan.
Promosi kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai
dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi programprogram kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang
telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program
perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta
didukung oleh adanya promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah hanya
proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha
untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
B. Sejarah promosi kesehatan internasional
Upaya yang bersifat promosi kesehatan dilakukan oleh berbagai negara dalam
bentuk dan pengertian. Istilah promosi kesehatan diterima dan diperkenalkan
oleh WHO yang kemudian diterima dan diperguanakn oleh semua negara
anggota WHO. Beberapa tonggak penting dalam sejarah perkembangan
promosi kesehatan internasional:
1. The Ottawa Conferenca Canada, 1986
Merupakan conferensi internasional yang pertama tentang promosi
kesehatan. Dalam konferensi ini dirumuskan defenisi promosi kesehatan
sebagai : The Process of Enabling People to Increase Control Over and
to Improve their Health.
Konferensi ini menghasilkan Ottawa Charter, yang merupakan line
program aksi (lima (5) pilar utama) promosi kesehatan yaitu :
1. Mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (build
health public policy)

2. Menciptakan

keuntungan

yang

mendukung

(create

supportive

environment)
3. Memperkuat makan rakyat (strengthen community action)
4. Mengembangkan kemampuan perorangan (develop personal skill)
5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Sejak saat itu Ottawa Charter telah menjadi sumber inspirasi dan panduan
bagi pengembangan kegiatan promosi kesehatan di berbagai negara
termasuk Indonesia.
2. The Adelide Conference Australia, 1988
Dalam konferensi ini fokus pembahasan lebih lanjut ialah tentang
pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan. Pada konferense
ini dicetuskan bahwa :
Kesehatan adalah hak azasi manusia dan kesehatan merupakan
investasi sosial
selanjutnya dirumuskan 4 (empat) prioritas kebijakan sehat yaitu :
1) Meningkatkan kesehatan wanita
2) Makan makanan bergizi
3) Pengurangan tembakau dan alkohol
4) Menciptakan lingkungan yang mendukung
3. The Sundrall Conference Swedia, 1991
Dalam konferensi ini fokus pembahasan ialah tentang hubungan antara
kesehatan dengan lingkungan fisik yang baik penting untuk kesehatan.
4. The Jakarta Conference Indonesia, 1997
Merupakan konferensi internasional promosi kesehatan yang pertama kali
diadakan di abad 20 menyongsong abad 21. dari konferensi itu lahirlah
Deklarasi Jakarta pesan utama konferensi ini ialah perlunya merubah
pola tradisional dalam promosi kesehatan dengan menciptakan dalam
upaya promosi kesehatan dengan berbagai sektor, pemerintah dan swasta.
Tema konferensi ini Partnership for Health Promotion New Players for

New Era. Konferensi di Jakarta merupakan tonggak baru promosi


kesehatan dengan dicetuskannya kemitraan untuk promosi kesehatan.
Sesuatu hal yang belum pernah ada dalam konferensi sebelumnya.
Isi deklarasi Jakarta :
Prioritas Promosi kesehatan dalam abad 21
Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan.
Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan.
Meningkatkan kemampuan perorangan dan pemberdayaan masyarakat
di bidang kesehatan.
Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan :
- Tantangan-tantangan baru sebagai determinant kesehatan antara lain
rendahnya pendidikan, kemiskinan, dll.
- Perubahan demografi antara lain : meningkatkan urbanisasi,
bertambahnya golongan usia lanjut, transisi epidemiologi.
- Promosi kesehatan diakui merupakan pendekatan praktis untuk
mencapai pemerataan yang lebih baik dalam kesehatan.
5. The Mexico Conference Mexico City, 2000
Hasil konferensi Mexico :
Konferensi Mexico telah menghasilkan beberapa keputusan, kesimpulan
atau dokumen sebagai berikut :
1) Mexico ministerial statement for health promotion, yang merupakan
kesepakatan para menteri kesehatan seduai untuk meningkatkan
kesehatan.
2) Enam tecnical report on health promotion yang merupakan acuan
akademis untuk mengembangkan kegiatan promosi kesehatan di
masing-masing negara di dunia.
3) Puluhan case studies yang merupakan bukti kesehatan kegiatan promosi
kesehatan di berbagai negara di dunia dan dapat dijadikan bahan
perbandingan bagi pengembangan kegiatan promosi kesehatan di
negara-negara lain.
4) Framework for country wide plan of action for health promotion,
sebagai kerangka untuk merencanakan kegiatan promosi kesehatan.

5) Hasil-hasil lain seperti : inetraksi dengan berbagai pengambilan


keputusan,

pakar

dan

praktisi

kesehatan

di

seluruh

dunia,

pengembangan jaringan dengan berbagai lembaga dunia, bahan-bahan


lain tentang promosi kesehatan, dsb.
Perkembangan Promosi kesehatan di Indonesia.
Di Indonesia, upaya-upaya yang bersifat promosi kesehatan sudah ada
bahkan sebelum terbentuknya negara Republik Indonesia.
Istilah yang dipakai bermacam-macam misalnya : Propaganda kesehatan,
penerangan kesehatan, pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan
masyarakat.
Salah satu momentum yang merupakan upaya promosi kesehatan ialah
penyempitan anti malaria di rumah penduduk oleh presiden R.I. Ir.
Soekarno pada tanggal 12 Nopember 1964, yang kelak ditetapkan sebagai
hari kesehatan nasional. Perkembangan promosi kesehatan di Indonesia
dapat dibagi dalam beberapa periode :
Periode 1945 1965
Pada kurun waktu ini lebih dikenal dengan istilah propaganda
kesehatan. Kegiatan lebih pada gerakan kebersihan seperti kerja bakti,
kebersihan rumah dan desa pada hari-hari tertentu.
Beberapa catatan penting pada kurun waktu ini antara lain didirikan
Sekolah Penyuluhan Kesehatan di Magelang Jawa Tengah, mulai
adanya media penyuluhan berupa film dan poster dan yang terkenal
adalah poster 4 sehat 5 sempurna, dan yang sangat monumental adalah
lahirnya undang-undang kesehatan No. 9/1960.
Periode 1965 1975
Pada kurun waktu ini dikenal istilah pendidikan kesehatan masyarakat.
Kegiatan dan pendekatan kesehatan mulai dikaitkan dengan masalah
sosial, pendekatan mana kemudian melahirkan konsep pendekatan
PKMD (Pelayanan Kesehatan Masyarakat Desa). Pengembangan
sumber daya manusia mendapat perhatian lebih besar, antara lain
dengan mengirimkan tenaga untuk belajar pendidikan kesehatan di luar

negeri dan pada tahun 1965 berdiri Fakultas Kesehatan Masyarakat UI


dan dalah satu jurusannya ialah Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku.
Periode 1975 1995
Pada kurun waktu ini dikenal istilah penyuluhan kesehatan masyarakat.
Berbagai konsep pendekatan kesehatan masyarakat dikembangkan
seperti : pendekatan edukatif, PKMRS, manajemen ARRIF, Posyandu,
dll.
Periode 1995 sekarang
Pada kurun waktu ini, istilah promosi kesehatan mulai dipakai,
walaupun istilah penyuluhan kesehatan masyarakat masih menjadi
nama resmi organisasi di Depkes. Konsep perilaku hdiup bersih dan
sehat dikembangkan sebagai salah satu model promosi kesehatan di
Indonesia. Tentang PHBS akan diuraikan pada bab-bab berikutnya.
Salah satu momentum penting pada kurun waktu ini ialah
dicanangkannya
Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan oleh Presiden B.J.
Habibi pada tanggal 1 Maret 1999. juga dicetuskannya Indonesia Sehat
2010.
C. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan utama promosi kesehatan adalah :
Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
Peningkatan perilaku masyarakat
Peningkatan status kesehatan masyarakat.
Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan,
yaitu :
1. Tujuan program
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat


mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan perilaku
Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus
tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
D. Ruang Lingkup
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
1. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan
dan kemampuan.
2. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan
produk/jasa melalui kampanye.
3. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.
4. Upaya peningkatan (promotif)

yang

penekanannya

pada

upaya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.


5. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).
6. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan
masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Ruang

Lingkup

Promosi

Kesehatan

Menurut

Prof.Dr.

Soekidjo

Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2


dimensi yaitu:
a) dimensi aspek pelayanan kesehatan
b) dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek
pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan

ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :


a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan
sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit
dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok
menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan
Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of
prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
E. Visi dan Misi
Adapun Visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan


penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada
kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu
kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu
upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker)
agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusankeputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin
suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena
itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun
tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam
rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan
peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

F.

Strategi Promosi Kesehatan


Menurut WHO, 1984 terdapat 3 strategi dalam promosi kesehatan, yaitu
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan
orang-orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai
bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh
pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di
bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih
tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan
memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturanperaturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat
menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat
terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara topdown (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk
ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan
yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang
digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan
terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju.
Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari
kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari
informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada
masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat
menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin)
2. Dukungan sosial

Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh


masyarakat. Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang
lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan
sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau
informasi yang memudahkan kita, atau dukungan emosional dari
masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan
adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi
sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah
kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan
tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan
dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi
perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam
masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan
untuk kita (Kapalawi, 2007). Dengan pemberdayaan masyarakat,
diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau berpartisipasi dalam
setiap kegiatan.

Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986


telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya
adalah rumusan strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan

menjadi lima bagian diantaranya :


1. Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
2. Lingkungan yang medukung (supportive environment)
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
4. Keterampilan individu (personal skill).
5. Gerakan masyarakat (community action).
G. Sasaran Promosi Kesehatan
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui
anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah
untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan
pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk
masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer
dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

H. METODE PROMOSI KESEHATAN

Keberhasilan dan tercapainya tujuan promosi kesehatan dipengaruhi beberapa


faktor seperti, input (masukan), metode, faktor materi atau pesannya,
pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu/alat peraga
pendidikan yang dipakai.
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Media dapat mempermudah penyampaian informasi.


Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
Dapat memperjelas informasi
Media dapat mempermudah pengertian.
Mengurangi komunikasi yang verbalistik
Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
Memperlancar komunikasi.

1. Jenis Metode Promosi Kesehatan


Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran
promosi.
Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb
Di bawah ini diuraikan

beberapa metode pendidikan individual,

kelompok, dan massa.


1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam promosis kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
indivvidual digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi.

Dasar digunakan metode individual ini karena setiap orang


mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubunngan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini
antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidane and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti
dan diabntu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah ia teretarik atau tidak terhadap
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.

2.

Metode Pendidikan Kelompok


Dalam memilih metode pendidiakn kelompok, harus diingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan dengan kelompok kecil.
Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
maupun rendah.
2) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok
besar dengan pendidikan formal menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu
ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.

b. Kelompok kecil
1)
Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara
pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi
masalah. Metode ini mendorong penerima informasi
berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah
bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
- Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
- Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
- Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih
formal
2) Curah pendapat (Brain storming)
Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota
mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan
yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua pendapat tadi
dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan
pendapatnya.

Metode

ini

cocok

digunakan

untuk

membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang, partisipasi,


mencari kemungkinan pemecahan masalah, mendahului

metode lainnya, mencari pendapat-pendapat baru dan


menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
3) Bola salju (snow balling)
Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan
(satu pasang- dua orang). Setelah pasangan terbentuk,
dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah, setelah kurang
lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu.
Mereka tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari
kesimpulannya. Selanjutnya, setiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya, demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok

kecil

untuk

mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di kelompok


kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di
diskusikan untuk diambil kesimpulan.
5) Memainkan peranan (role play).
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk
sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli, menggunakan dadu,
petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa orang menjadi
pemain dan sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.
3.

Metode pendidikan massa


Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini
bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesanpesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak
langsung.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ceramah umum (public speaking)


Pidato/diskusi
Simulasi
Menggunakan media televise
Menggunakan media surat kaba
Bill board

Metode

berdasarkan

Indera

Penerima. Metode

melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui


indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan
Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film.
a) Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran
melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah, dll
b) Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara
(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).
2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
2.1. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh
dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun
ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut
anjang sono, anjang karya, dsb.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
- Ada maksud dan tujuan tertentu
- Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
-Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat
waktu
- Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
-Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila
metode-metode lainnya tidak mungkin
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
- Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
-Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan
memotong

pembicaraannya
- Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
- Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
- Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan
suasana menyenangkan
- Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
- Jangan memperpanjang mempersilat lidah
- Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang
baik
- Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
- Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
- Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
- Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada
keluarga sasaran. Ini akan menjalin persahabatan
Kelebihan metode ini adalah :
- Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah
kesehatan
- Membina persahabatan
- Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya
diterima
- Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
- Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran
menjadi kurang
- Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode
lainnya
- Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru
lebih tinggi
Keterbatasannya adalah :
- Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
- Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan
penyuluh adalah terbatas sekali

- Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan


menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya
2.2. Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran
dimana di sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan
untuk dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik,
seperti :
- Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
- Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda
acara sementara
- Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
- Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.
Hal-hal perlu diperhatikan :
- Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan
penerangan dan
udara yang segar
- Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
- Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
- Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
-

Perhatikan

ditujukan

kepada

tujuan

pertemuan

dengan

memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran


pendapat
- Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
- Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong
kegiatan
- Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
- Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
- Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
- Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang
didiskusikan

Kelebihan metode ini adalah :


- Banyak orang yang dicapai
- Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
- Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
- Segala macam topik/judul dapat diajukan
- Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kekurangan / keterbatasannya :
- Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
- Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
- Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir
adalah campuran
- Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb
dapat mengurangi jumlah kehadiran
2.3 Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus )
Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau
lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada
partisipasi yang baik dari peserta yang hadir.
Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih
rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan
perilaku kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung
dari petugas penyuluh untuk :
- Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
- Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
- Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan
pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja
- Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun
saran-saran yang diajukan
- Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai
pada kesimpulan yang tepat.
2.4. Demonstrasi cara atau percontohan
Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu
kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru.

Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya


suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan
atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah
untuk meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan
tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi
masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang
baru.
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang
diperlukan, seperti :
- Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa
peralatan dan bahan yang diperlukan
- Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat
melihatnya dan ikut dalam diskusi
- Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya-tanya
- Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba
ketrampilan perilaku yang baru
- Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan
dengan demostrasi itu
Anjuran :
- Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
- Demonstrasi dilakukan tepat masanya
- Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
- Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
- Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
- Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
- Cara mengajar ketramilan yang efekif
- Merangsasang kegiatan
- Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

Kekurangan / keterbatasannya :
- Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
- Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang
buruk
Metode dan teknik penyuluhan kesehatan masyarakat
Untuk mengetahui metode apa yang akan dipilih, perlu ditentukan telebih dahulu
tahapan perubahan perilaku yang ingin dicapai yaitu : perubahan

pengetahuan,

sikap atau tindakan kelompok sasaran.


Metode untuk

Metode untuk merubah

Metode untuk merubah

merubah

sikap

tindakan

pengetahuan
- ceramah

Diskusi kelompok

Latihan sendiri

kuliah

Tanya jawab/

Bengkel kerja

presentasi

wawancara

Demonstrasi

wisata karya

Role playing

Eksperimen

curah

Pemutaran film

pendapat

Video

seminar

Tape recorder

studi kasus

Simulasi

tugas baca

simposium

panel

konferensi

Karena keterbatasan sumber daya, maka metode penyuluhan yang sering


dilakukan oleh puskesmas adalah ceramah yang disertai tanya jawab, wawancara
dan demonstrasi.

I.

MEDIA PROMOSI KESEHATAN


1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,
dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan
informasi
2. Kegunaan
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis denganphoto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat
peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima
oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungankeuntungan :
Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat
bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan
dapat dihindari.
Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.
3. Jenis / Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
3.1. Benda asli
yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat
bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dll
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dll
3.2. Benda tiruan
yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,
misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan
dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen,
plastik dan lain-lain.
3.3. Gambar/Media grafis
a. Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun,gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan
pesan singkat.
Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster

yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya
serta dapat mendorong untuk bertindak.
b. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimatkalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat
diberikan atau disebarkan pada saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti
pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di
photo copy.
3.4. Gambar alat optik
- Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan
suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album.
Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan
topik yang sedang di diskusikan. Misalnyaalbum photo yang berisi
kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi
di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
- Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide
ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang
-

Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif.

Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam


membantu pemahaman seseorang.Elgar menggambarkan intensitas setiap
alat peraga dalam suatu kerucut.
J.

Pelaksana Promosi Kesehatan


Memperhatikan strategi promosi kesehatan tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat dua kategori pelaksana promosi kesehatan, yaitu
(1) Setiap petugas kesehatan dan
Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien dan ataupun individu sehat
(misalnya dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, petugas laboratorium dan
lain-lain) wajib melaksanakan promosi kesehatan. Namun demikian tidak
semua strategi promosi kesehatan yang menjadi tugas utamanya,
melainkan hanya pemberdayaan.
(2) Petugas khusus promosi kesehatan (disebut penyuluh kesehatan
masyarakat).
Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat membantu para
petugas kesehatan lain dalam melaksanakan pemberdayaan, yaitu dengan:
Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna
memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.
Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui
kemitraan dengan pihak-pihak lain. Menyelenggarakan advokasi dalam
rangka kemitraan bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari
pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran tersier).

K.

Langkah-langkah Promosi Kesehatan Di Puskesmas


Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah
penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana,
dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh
karena

itu,

langkah

awalnya

adalah

berupa

penggerakan

dan

pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas agar


mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang disandang
pasien/klienPuskesmas dan menyusun rencana untuk menanggulanginya

dari sisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan promosi


kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluangpeluang
di dalam gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung
Puskesmas.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas kesehatan
kabupaten/kota . Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas juga merupakan tanggung jawab dari dinas
kesehatan

kabupaten/kota.

Dengan

demikian,

sangat

diperlukan

keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pelaksanaan promosi


kesehatan di Puskesmas, khususnya dalam langkah penggerakan dan
pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas. Petugas
Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator dari dinas
kesehatan kabupaten/kota agar mampu melaksanakan: (1) Pengenalan
Kondisi Puskesmas, (2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di
Puskesmas, (3) Musyawarah Kerja, (4) Perencanaan Partisipatif, (5)
Pelaksanaan Kegiatan dan (6) Pembinaan Kelestarian.
L.

Promosi Kesehatan di Puskesmas Kemiling


1. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan.
Seperti : Petugas Promkes melakukan penyuluhan di posyandu
lansia dan posyandu balita. Petugas memberikan informasi tentang
kesehatan terhadap ibu menyusui dan orang tua usia lanjut yang
memiliki resiko penyakit degeneratif.
2. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
Seperti : Pengenalan imunisasi pentabio.
3. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.
Seperti : Dilakukan penyuluhan pada setiap poskeskel yang
mencakup berbagai program di puskesmas penyakit menular pada

penyakit DBD, TB, Malaria, Diare dan ISPA . Penyakit tidak


menular seperti DM , hipertensi dan stroke.
4. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Seperti : Petugas Melakukan promosi tentang prilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).
5. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau
pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai
bidang /sektor, sesuai keadaan).
Seperti: Membuat peraturan tentang sistem pembuangan air limbah
di setiap tempat usaha
6.

Pengorganisasian
pengembangan

masyarakat
masyarakat

(community
(community

organization),
development),

penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan


masyarakat (community empowerment), dll.
Seperti: Pengkaderan pada setiap kelurahan dan melakukan
pembinaan kader.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan


kemampuan
kesehatannya

masyarakat

dalam

memelihara

dan

meningkatkan

Visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : Meningkatnya


kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo


Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2
dimensi yaitu:
a) Dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b) Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
2. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka cipta,
Jakarta, 2005.
3. Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan.

Kementerian

Kesehatan

Republik

www.promkes.depkes.go.id/. Diakses tanggal 25 juni 2016.

Indonesia.

4. DEPKES RI, 2006. Modul: Promosi Kesehatan untuk Politeknik/D3


Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
5. Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008 . PUSAT PROMOSI
KESEHATAN
7. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
8. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi Perubahan Perilaku,Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
9. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media
Promosi Kesehatan, Jakarta 2004
10. www.promosikesehatan.com Diakses tanggal 25 juni 2016
11. www.wikipedia.com Diakses tanggal 25 juni 2016
12. www.wordpress.com-strategi_perencanaan kesehatan. Diakses tanggal 25 juni
2016

LAMPIRAN

CRITICAL APPRAISAL JURNAL


Patient
Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah yang diberikan promosi
kesehatan tentang kesehatan reproduksi
Intervention
Promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi
Comparison
Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah yang tidak dilakukan
promosi kesehatan
Outcome
Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi namun tidak terdapat
perubahan sikap tentang seks pranikah

Apakah pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah yang diberikan
promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi dapat meningkat?
Validity
Penelitian tersebut menggunakan Quasi Eksperimen, dengan rancangan penelitian
menggunakan Pre and Post Test with control Group. Pre and Post Test with
control Group. Populasi penelitian seluruh siswa SMA Muhammadiyah 4
Kartasura yang berjumlah 127 siswa. sampel penelitian ini berjumlah 40
responden dengan rincian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masingmasing terdiri dari 20 siswa, Kriteria sampel inklusi: Siswa SMA Muhammadiyah
4 Kartasura kelas X dan XI yang menjad ipengurus dalam kelas, sedangkan
Kriteria ekslusi: Siswa SMA Muhammadiyah 4 Kartasurakelas X dan XI yang
menjadi pengurus dalam kelas yang tidak masuk pada saat pelaksanaan penelitian.
Importancy
Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
responden tentang seks pranikah, namun tidak terdapat pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap peningkatan sikap.
Applicability
Menurut kami, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai metode perubahan
pengetahuan dan perilaku untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai