MODERN
tetapi setelah latar belakang ini lenyap, maka bentuk asli hubungan-hubungan
antara kelompok kemasyarakatan diterapkan kembali.
Benda-benda tak bergerak (tetap) keemudian menjadi objek pemilikan.
Setelah proses sedentarisasi maka pemilikan tanah menjadi suatu yang kekal dan
hal itu memperoleh suatu alasan mistik; tanah merupakansuatu yang sakral
sebagai tempat bersemayamnya kekuatan supranatural dan tempat pemakaman
nenek-moyang. Jadi dengan demikian tanah tersebut tidak tunduk pada aturan
memperoleh hak karena daluarsaakuisitif atau memperoleh hak karena lewat
waktu.
Tidak jarang terjadi semacam tiga jenis hukum atas tanah:
1) Hak eigendom atas tanah, yang di atasnya berdiri rumah keluarga;
2) Hak penguasaan sementara atas tanah, yang ditanami tetumbuhan
dengan sistem tanaman giliran untuk jangka waktu dua atau tiga tahun;
dan
3) Akhirnya tanah-tanah pengembalaan, hutan-hutan, tanah berpaya,
kolam-kolam, tanah kering dan lain-lain yang dapat dipergunakan
setiap anggota masyarakat.
5. Kelas-kelas di dalam Masyarakat
Kaum miskin yang berutang kepada orang-orang kaya dan tawanantawanan perang memunculkan berbagai bentuk ketergantungan, seperti
perhambaan karena utang (pandeligschap) dan perbudakan. Jika dari
ketidaksamaan sosial ini tumbuh suatu hierarki politik, maka lahirlah feodalisme;
sumber kekayaan adalah tetap tanah atau ternak, yang dimiliki dan dikuasai oleh
orang-orang kaya.
Jadi, feodalisme dan yang sejenis dengan itu telah merupakan suatu
stadium evolusi di dalam perkembangan hukum. Awal dari periode klasik ini
adalah sekitar tigapuluh abad Sebelum Masehi.
Ciri-ciri Khas
Kitab-kitab undang-undang tatanan hukum aksara paku tersebut tidak
memenuhi ciri khas kodeks modern. Bahkan hal tersebut tidak lengkap (biasanya
didalamnya hanya terdapat 30-40 pasal) serta menguraikan keadaan yang
dikupasnya itu secara panjang lebar dengan penuh simbolik dan kata-kata
berlebihan. Selain itu penyusunannya pun tidak sistematis. Formulasi aturanaturan hukum biasanya dilakukan menurut pola si quis (bahasa latin: jika
seseorang ...), misalnya bilamana seseorang memukul ayahnya, maka tangannya
akan dipotong (Pasal 195 Kodeks Hamurabi).