Anda di halaman 1dari 5

DARI TATANAN HUKUM PRIMITIF MENUJU KE TATANAN HUKUM

MODERN

Beberapa Informasi tentang Isi Hukum Primitif


1. Hubungan-hubungan Keluarga
Bermacam-macam pengertian yang menyangkut hubungan-hubungan
keluarga yang telah diketahui oleh pergaulan-pergaulan hukum hidup primitif,
seperti eksogami atau kewajiban untuk kawin dengan seorang berasal dari
keluarga lain, endogami bangsa, ras, atau agama, yakni kewajiban untuk menikah
dengan seorang yang berasal dari bangsa, ras, atau agama yang sama. Poligami
merupakan suatu kekecualian.
Hukum waris terjadi karena diperlukan untuk menjaga kelangsungan
hidup kekuasaan yang ada dalam kelompok. Jadi, kelompok keluarga seringkali
tetap berlanjut dibawah kekuasaan salah seoran laki-laki. Dengan cara ini di
beberapa kelompok terciptalah hak waris anak sulung (eerstgeboorte recht).
2. Tentang Kelompok Keluarga
Kelompok keluarga atau yang disebut klan terdiri dari orang-orang yang
berkeyakinan teguh bahwa melalui garis keturunan riil atau pun fiktif, bahkan
melalui perkawinan terhadap kelompok keluarga yang sama.
Hak-ka individu hanya berperan dan berfungsi dalam kaitannya dengan
kepentingan kelompok keluarga dan ia hanya dapat bertindak selaku anggota
pergaulan hidup.
3. Tentang Bangsa
Organisasi sosio-politik bangsa-bangsa berkisar antara pergaulan hidup
acephalisch (tak mempunyai pemimpin tunggal) dan negara sentralis modern.
Tatanan yang paling banyak tersebut adalah pengelompokan keluarga di bawah
pimpinan seorang yang sama. Dalam bahasa Skandinavia disebut het recht
keuren, artinya memilih hukum sesuai wilayah yuridiksi mereka disebut keure.
4. Penguasaan/Pemilikan Benda-benda (Bergerak)
Benda dianggap merupakan suatu kesatuan dengan tubuh manusia, yang
menguasai dan memilikinya. Dasar apa yang dikenal dengan sebutan undangundang ikut mengambil bagian (deelnemingswet) inilah yang menyebabkan
bahwa di banyak daerah ada kebiasaan pada waktu kepala kelompok meninggal
dunia, maka semua yang ia miliki ikut dimakamkan atau diperabukan.
Nampaknya bahan-bahan makanan yang pertama-tama dapat diasingkan
dalam bentuk tukar-menukar, karena belum dikenal uang sebagai alat bayar.
Bentuk tukar menukar barang ini mempunyai latar belakang mistik, hal-hal
tersebut pada gaibnya membuktikan keperkasaandan kekuatan hidup kelompok

tetapi setelah latar belakang ini lenyap, maka bentuk asli hubungan-hubungan
antara kelompok kemasyarakatan diterapkan kembali.
Benda-benda tak bergerak (tetap) keemudian menjadi objek pemilikan.
Setelah proses sedentarisasi maka pemilikan tanah menjadi suatu yang kekal dan
hal itu memperoleh suatu alasan mistik; tanah merupakansuatu yang sakral
sebagai tempat bersemayamnya kekuatan supranatural dan tempat pemakaman
nenek-moyang. Jadi dengan demikian tanah tersebut tidak tunduk pada aturan
memperoleh hak karena daluarsaakuisitif atau memperoleh hak karena lewat
waktu.
Tidak jarang terjadi semacam tiga jenis hukum atas tanah:
1) Hak eigendom atas tanah, yang di atasnya berdiri rumah keluarga;
2) Hak penguasaan sementara atas tanah, yang ditanami tetumbuhan
dengan sistem tanaman giliran untuk jangka waktu dua atau tiga tahun;
dan
3) Akhirnya tanah-tanah pengembalaan, hutan-hutan, tanah berpaya,
kolam-kolam, tanah kering dan lain-lain yang dapat dipergunakan
setiap anggota masyarakat.
5. Kelas-kelas di dalam Masyarakat
Kaum miskin yang berutang kepada orang-orang kaya dan tawanantawanan perang memunculkan berbagai bentuk ketergantungan, seperti
perhambaan karena utang (pandeligschap) dan perbudakan. Jika dari
ketidaksamaan sosial ini tumbuh suatu hierarki politik, maka lahirlah feodalisme;
sumber kekayaan adalah tetap tanah atau ternak, yang dimiliki dan dikuasai oleh
orang-orang kaya.
Jadi, feodalisme dan yang sejenis dengan itu telah merupakan suatu
stadium evolusi di dalam perkembangan hukum. Awal dari periode klasik ini
adalah sekitar tigapuluh abad Sebelum Masehi.

Tatanan-tatanan Hukum Arkais


Kota-kota muncul sebagai akibat perkembangan ekonomi tukar-menukar.
Di zaman dahulu peradaban-peradaban daerah perkotaan yang berasal dari abad
ke-40 dan 30 sebelum masehi menampakkan diri di tiga kawasan besar:
1. Di Mesir, di delta sungai Nil, dimana pada sekitar tahun 4000 SM
didirikan kota-kota seperti Busiris, Sais, Letopolis, Buto, dan
Hekopolis.
2. Di Mesopotamia, di lembah sungai Tigris dan Eufrat dengan kota-kota
Ur, Eridw, Esynuna, Babilon dan lain-lain.
3. Di lembah sungai Indus dengan kota-kota Harappa, Amri, MohenjoDaro, dan lain-lain.

Kota-kota ini telah mencapai suatu tingkat perkembangan yang tinggi,


yang terletak di sisi sungai Indus telah memiliki sistem pembuangan air kotor
(riolering), rumah-rumah termasuk rumah susun, pemandian dan sebagainya. Bagi
golongan pedagang, tanah tidak lagi merupakan komponen kekayaan yang
terpenting, namun barang-barang bergerak, yang dapat mereka beli dan jual.
Kota-kota tersebut memiliki pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh
seorang raja. Seni tulis menulis telah diciptakan; hieroglif atau tulisan gambar di
Mesir, tulisan paku di Mesopotamia serta huruf Brahmi dan Kharasti di India.
Berkat adanya peluang untuk mencatat aturan hukum ini maka terjadilah
tatanan hukum, yang saat ini kita sebut arkaistis.
1. Hukum Mesir
Mesir adalah negara besar yang tertua didunia. Selama hampir 40 abad
lamanya, perkembangan hukum disini mengalami periode-periode pasang surut,
yang dirasakan oleh kekuasaan raja Mesir.
Di bawah tatanan feodal yang juga disebut leenstelsel, maka tanah
sesuai dengan kebutuhan diberikan sebagai pinjaman, persetuan peminjaman
tanah ini dibuat dibawah sumpah dan perempuan berada dalam situasi yang hinadina. Keturunan melalui garis ibu dan endogami, yang mengijinkan perkawinan
antara kakak dan adik merupakan ciri khas hukum keluarga Mesir Kuno.
Nampaknya orang-orang Mesir sama sekali tidak meninggalkan peraturanperaturan perundangan atau kitab undang-undang (kodifikasi). Pada sisi lain kita
mengenal Pelajaran-pelajaran dan Buku-buku Kepintaran yang didalamnya
dijumpai beberapa asas-asas tentang hukum yang bertujuan melindungi orangorang dan barang dalam pergaulan hidup.
Terkadang orang mengandalkan pengertian maad, yakni sesuatu yang
harus dicoba untuk mencapainya, suatu model hukum tak tertulis yang meskipun
syarat dengan kearifan dan kebijaksanaan kita tidak dapat berkonsultasi
dengannya dan bahwa hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai wahyu Illahi.
Maat adalah Keadilan yang sebenarnya. Di dalam arti bahwa maat pada
hakekatnya lebih mengingini untuk mencoba mencapai sesuatu perdamaian yang
pragmatis daripada menerapkan sesuatu norma hukum yang abstrak.
2. Tatanan-tatanan Hukum Aksara Paku
Ciri-ciri khas
Julukan ini diberikan pada kebanyakan tatanan-tatanan hukum bangsa
negara Timur Tengah yang pada zaman dulu telah mengenal aksara yang sama,
yakni Aksara Paku, yang disebut demikian oleh karena ada tanda-tanda aksara
tersebut menyerupai paku-paku (Spijkerschrift). Persamaan kebudayaan mereka
diperkokoh oleh pemakaian bahasa Akardian, suatu bangsa Semit, sebagai bahasa
diplomatik dan ilmu pengetahuan.

Daerah yang termasuk tersebut adalah Sumer, Akadia, Babilonia, Asiria,


Mitani, Urartu di Mesopotamia, demikian pula pusat yang terletak agak ke Barat
seperti Alalakh, dan Ugarit. Dan yang lebih terbatas addalah negara kaum Hititen,
yang kini adalah Turki bagian Asia.
Apa yang menyangkut hukum nampaknya proses evolusi yang terkait
disini lebih sederhana daripada yang ada di Mesir. Tatanan hukum aksara paku
nampaknya melalui hal itu terlihat ciri-ciri, bahwa dalam pencatatan-pencatatan
hukum kita temukan dalam apa yang dikenal kitab-kitab undang-undang,
namun jika dilihat sari sudut pandang modern tidak layak disebut demikian.
3. Kitab-kitab Undang-undang Besar Tatanan-tatanan Hukum Aksara
Paku
Penyebutan kronologis:
- Kodeks Urnammi, pendiri Dinasti Ille, sekitar tahun 2040 SM
- Kodeks Esinnuna, yang dicatat sekatar tahun 1930 SM, disebuah
kerajaan Akadia yang terletak di sungai Tigris, Kodeks ini mempunyai
60 pasal.
- Kodeks Lipitisitar, Raja Isin di Sumer, yang terletak di sungai
Eufrat yang ditulis sekitartahun 1880 SM dan mempunyai 37 pasal
dengan kata pendahuluan, yang didalamnya raja menerangkan bahwa
ia ingin menetapkan hukum wilayah-wilayah Sumer dan Akadia.
- Kodeks Hamurabi, Raja Babilonia sekitar tahun 1700 SM.
Kodeks Hamurabi ini adalah undang-undang yang terpenting dan
tersebar. Kodeks ini di pahat pada batu setinggi 2,5 meter. Kodeks Hamurabi ini
mengandung 282 pasal. Di bagian atas tiang batu tersebut terdapat ukiran gambar
timbul (bas-relief) dengan lukisan Dewa Matahari Syamsi, :hakim agung langit
dan bumi, yang telah mewahyukan aturan-aturan hukum yang terdapat dibawah
lukisan tersebut kepada Hamurabi. Pada akhir naskah tersebut dewa matahari ini
menerangkan dalam bentuk deklarasi:
Hamurabi raja hukum, yang kepadanya Syamsi telah menganugrahkan
undang-undang.
Jadi undang-undang tersebut dipandang sebagai campur tangan Ilahi.
Namun apabila hukum Iberani, seperti juga hukum Hindu dan hukum Islam
tatanan-tatanan hukum agama, maka kodekss Hamurabi hanyalah sesuatu yang di
ilhami oleh Syamsi.
Hukum Babilonia adalah terutama sebuah aturan damai, sebagai mana
bunyi Mukadimah Kodeks Urnammu: Raja adalah seorang hakim dan pelindung
warga yang lemah yakni janda-janda, yatim piatu dan fakir miskin serta ia harus
menjamin kebebasan seluruh kaula negaranya. Jadi, dengan demikian hukum
Babilonia ini memperlihatkan beberapa kesamaan dengan hukum yang tampil di
Eropa yakni gerakan perdamaian abad-abad ke-11 dan 12.

Ciri-ciri Khas
Kitab-kitab undang-undang tatanan hukum aksara paku tersebut tidak
memenuhi ciri khas kodeks modern. Bahkan hal tersebut tidak lengkap (biasanya
didalamnya hanya terdapat 30-40 pasal) serta menguraikan keadaan yang
dikupasnya itu secara panjang lebar dengan penuh simbolik dan kata-kata
berlebihan. Selain itu penyusunannya pun tidak sistematis. Formulasi aturanaturan hukum biasanya dilakukan menurut pola si quis (bahasa latin: jika
seseorang ...), misalnya bilamana seseorang memukul ayahnya, maka tangannya
akan dipotong (Pasal 195 Kodeks Hamurabi).

Anda mungkin juga menyukai