PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
humor
terbentuk
rata-rata
2-3
mikroliter/menit.
tindakan
mengukurTIO.
Pemeriksaan
harus
dilakukan
apabila
b. Tonometer Shciotz
3.0
10
3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
8.5
9.0
9.5
10.0
22.4
20.6
18.9
17.3
15.9
14.6
13.4
12.2
11.2
10.2
9.4
8.5
7.8
7.1
33.0
30.4
28.0
25.8
23.8
21.9
20.1
18.5
17.0
15.6
14.3
13.1
12.0
10.9
46.9
43.4
40.2
37.2
34.4
31.8
29.4
27.2
25.1
23.1
21.3
19.6
18.0
16.5
Kekurangan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada penderita myopia dan
penyakit tiroid dibanding dengan tonometer aplanasi karena terdapat pengaruh
kekakuan sclera pada penderita myopia dan tiroid.
c. Tonometri Aplanasi
11
cairan bola mata sebanyak 7-14 mm3 sehingga kekakuan sclera memegang
peranan dalam penghitungan tekanan bola mata.6
Alat :
1. Slit lamp dengan sinar biru
2. Tonometer Aplanasi
3. Flouresein strip
4. Obat anastesi local
Teknik :
1. Mata yang akan diperiksa diberi anastesi topical pantocain 0.5%
2. Pada mata tersebut ditempelkan kertas flouresein yaitu pada daerah limbus
inferior. Sinar oblik warna biru disinarkan dari slit lamp kedasar telapak
prisma tonometer Aplanasi Goldmann
3. Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan dahinya
tepat dipenyangganya.
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10mmHg
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan lahan
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada kornea
yang telah diberi flouresein terlihat bagian luar berhimpit dengan bagian
dalam
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang member
gambaran setengah lingkaran yang berhimpit. Tekanan tersebut merupakan
TIO dalam mmHg.6
Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmHg sudah dianggap
menderita glaucoma.6
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
12
tonometri.
Pemeriksaan
harus
dilakukan
apabila
DAFTAR PUSTAKA
13
14