Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam mata terdapat tekanan, yang disebut dengan
tekanan intraokular . Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata
rata sekitar 15 mm Hg, dengan kisaran antara 12-20 mm Hg . Tekanan
ini dipengaruhi oleh lapisan dinding bola mata dan volume bola mata
yang terdiri dari : aquos humor, korpus vitreus, pembuluh darah
intraokular dan isinya .1
Terjadinya peningkatan pada tekanan intraokular dikarenakan
adanya sumbatan pada proses pengeluaran cairan yang dihasilkan oleh
aqueous humor. Aqueous humor, adalah cairan jernih yang memberi
nutrisi ke kornea dan lensa, dihasilkan di badan siliaris melalui difusi
dan transport aktif plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan
mengisi ruang anterior mata. Cairan ini dalam keadaan normal diserap
kembali melalui jaringan trabekula ke dalam kanal schlemm, yakni
saluran venosa pada sambungan antara iris dan kornea (sudut bilik
anterior). Terjadinya sumbatan pada saluran keluar inilah yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular .1
Apabila tekanan intraokular melebihi batas ambang normal,
yaitu diatas 20 mmHg dapat menyebabkan terjadinya glaukoma.
Glaukoma merupakan sekelompok 2 penyakit kerusakan saraf optik
(neuropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan
tekanan okular pada papil saraf optik ( James B, 2006). Saat ini
terdapat 285 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39 juta
diantaranya mengalami kebutaan, dan 90% penderitanya berada di
negara berkembang .2

Sedangkan menurut data Riskesdas 2007, prevalensi nasional


Glaukoma adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 9
provinsi mempunyai prevalensi Glaukoma diatas prevalensi nasional,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Meskipun tekanan intraokular (TIO)
dianggap sebagai faktor risiko utama untuk glaukoma, ada bukti
cukup untuk menunjukkan bahwa glaukoma dapat terus berkembang
meskipun telah menurunkan TIO pasien ke tingkat yang ditargetkan.
Beberapa studi telah melihat adanya faktor risiko vaskular dalam
patogenesis glaukoma. Di antara faktor resiko vaskuler adalah tekanan
darah dan perfusi tekanan okular telah menjadi semakin penting.
Meskipun dokter saat ini tidak dapat memvisualisasikan aliran darah
okular langsung, mereka dapat dengan mudah mengukur tekanan
darah pasien glaukoma dan TIO untuk menghitung perfusi tekanan
okular mereka dan mengukur perubahan vaskular.2
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan
intraokular, yaitu : usia, jenis kelamin, ras, herediter, variasi diurnal,
variasi musim, tekanan darah, latihan (exercise), perubahan badan,
hormonal, makanan dan obat-obatan, pergerakan bola mata,
penutupan kelopak mata, inflamasi, dan operasi .2
Seperti yang dikatakan diatas, salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan intraokular adalah tekanan darah. Tekanan
darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80. 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sklera dan Episklera


Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar,
yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan
berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan
durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar sklera anterior
dibungkus oleh lapisan tipis jaringan elastik halus, Episklera adalah daerah
yang banyak mengandung pembuluh darah yang mendarahi sklera.3

Gambar 2.1.1. Anatomi sklera dan Episklera

2.2 Definisi Tekanan Bola Mata


Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola
mata terhadap dinding bola mata. Tekanan intraokuler ditentukan oleh
kecepatan pembentukan aquous humor dan tahanan terhadap aliran

keluarnya dari mata. Tekanan intraokular diatur oleh dinamika cairan


aquous, aliran cairan dan tekanan vena episklera.2
2.3 Fisiologi Tekanan Bola Mata
Didalam bola mata terdapat cairan intraokuler yang menjaga
tekanan yang cukup pada bola mata sehingga bola mata tetap
mengembang. Cairan intra okuler terdiri dari aquous humor dan vitreus
humor atau vitreus body. Aqueous humor terletak didepan dan disamping
lensa mata, terjadi aliran cairan yang bebas pada aqueous humor. Vitreus
body terletak diantara bagian posterior lensa dan retina. Zat dan cairan
berpindah dengan difusi pada vitreus humor, dan terjadi sedikit aliran
cairan.

Aqueous humor dibentuk dan diserap secara terus menerus.

Keseimbangan pembentukan dan penyerapan aqueous humor mengatur


volume total dan tekanan cairan intra okular.1
Aqueous

humor

terbentuk

rata-rata

2-3

mikroliter/menit.

Diproduksi secara keseluruhan oleh prosesuscilliary pada badan ciliary.


Setelah terbentuk, aqueous humor akan mengalir diantara ligamen lensa
menuju ruang anterior melalui pupil. Di ruang anterior , aqueous humor
akan mengalir menuju sudut antara kornea dan iris kemudian ke trabekular
meshwork dan akhirnya menuju canal schlem sebelum dialirkan ke vena
ekstraokuler.1
Tekanan bola mata berkisar antara 12-20 mmHg dengan rata-rata
15 mmHg. Tekanan bola mata tetap konstan paa mata normal dengan lebih
kurang 2 mmHg dari batas rata-rata 15mmHg. Tekanan bola mata terutama
dipengaruhi oleh tahanan aliran aqueous humor yang harus mengalir
secara perlahan karena saluran yang sangat kecil dengan dameter 2-3
mikrometer. Tingkat aliran aqueous humor meningkat seiring peningkatan
tekanan bola mata. Dalam tekanan rata-rata 15mmHg, rata-rata kecepatan
aliran menuju canal schlem adalah 2,5 mikroliter/menitsetara dengan
produksi aqueous humor pada badan ciliary. Hal ini menyebabkan tekanan
dalam bola mata tetap pada level 15mmHg.1

2.4 Tekanan Vena Episklera


Hubungan antara tekanan vena episklera dengan dinamika aqueous
humor amat rumit karena baru sebagian yang bisa dimengerti. Tekanan
vena episklera yang normal diperkirakan berkisar 8-12 mmHg.
Peningkatan tekanan vena episklera sebesar 1 mmHg biasanya akan diikuti
oleh peningkatan tekanan intraokular dalam besar yang sama. Namun
peningkatan tekanan episklera ini dapat berperan dalam menimbulkan
glaukoma.4
Peningkatan tekanan vena episklera dapat berperan menimbulkan
glaukoma pada sindrom Sturge-Weber, yang juga dapat anomali
perkembangan sudut dan fistula karotis-kavernosa, yang juga dapat
menyebabkan neovaskularisasi sudut akibat iskemia mata yang luas.4

Gambar 2.4.1. Peningkatan tekanan Vena Episklera

Gambar 2.4.2. Peningkatan tekanan Vena Episklera

Menurut tahanan sklera


- Mesadermal abnormalitas mesodermal sklera secara kwalitas maupun
kwantitas dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan
Columbre dapat membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebahagian
masenkhim sklera dari perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah
ini, karena perubahan tekanan dinding okular.
Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir
yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan
kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat
dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran
bervariasi tergantung pada lokasinya. 2
Bundle serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada zona
ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan area crosectional yang
kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test
bidangbidang ini ditekan sampai 7,5 g/mm2. Tekanan intraokular
equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress ekstensi pada sklera
posterior ditemukan 4 x dari pada bidang anterior dan equator. Pada batas
lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih diperluas. Perbedaan tekanan
diantara bidang sklera normal tampak berhubungan dengan hilangnya
luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior.2
7

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Bola Mata


Faktor faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular
menurut :
a. Umur
Umumnya orang tua lebih sering mengalami peningkatan tekanan
intraokular karena berhubungan dengan tekanan darah yang meningkat ,
frekuensi nadi dan obesitas. Dan dengan penurunan produksi aquous
humor.
b. Jenis Kelamin
Tidak banyak dijumpai perbedaan antara wanita dan pria. Namun pada
wanita usia menopause mempunyai tekanan intraokular yang lebih
tinggi dibandingkan pria dengan usia yang sama.
c. Ras
Adanya keterkaitan ras tertentu seperti adanya laporan orang kulit hitam
mempunyai tekanan intraokular yang lebih tinggi dibanding kulit putih.
d. Genetik
Tekanan intraocular ada kaitan dengan keturunan , contohnya
kecenderungan tekanan intraocular yang lebih tinggi pada sejumlah
keluarga penderita glaucoma.
e. Gangguan Refraksi
Terdapatnya hubungan myopia dengan peninggian tekanan intraokular.
Dimana dengan bertambahnya panjang sumbu bola mata akan
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraokular.
f. Penyakit Mata
Beberapa penyakit mata seperti uveitis dan ablasio retina dapat
menyebabkan penurunan tekanan- tekanan intraokular.
g. Sistemik
Kondisi sistemik sepert hipertensi , kelainan dan lain-lain dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intraokuler.2
2.6.PengukuranTekanan Bola Mata
Tonometer adalah alat untuk mengukur tekanan bola mata. Tonometri
adalah

tindakan

mengukurTIO.

Pemeriksaan

harus

dilakukan

apabila

terdapat indikasi seperti kecurigaan adanya glaukoma danmerupakan pemeriksaan


rutin bagi sesorang yang telah berumur 40 tahun.

Tekanan intraokular ditentukan oleh aliran humor akuos yang diproduksi


badan siliaris dan alirankeluar humor akuos melalui anyaman trabekulum.
Semakin besar hambatan di anyaman trabekulumsemakin tinggi tekanan
intraokular. Nilai tekanan intraokular di setiap individu berbeda-beda, nilainormal
berkisar 10-21 mmHg.Penentuan TIO membantu dalam mendiagnosis tahap awal
glaukoma kronis sudut terbuka maupunsudut tertutup kronis, dimana TIO
mulai meningkat namun belum terjadi kerusakan pada papilnervus optikus.
Pengukuran TIO dapat dilakukan dengan memakai berbagai alat tonometer.5
a. Tonometri Digital Palpasi
Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa
Alat : jari telunjuk kedua tangan pemeriksa
Teknik :
1. Mata ditutup
2. Pandangan kedua mata menghadap kebawah
3. Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien
4. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian
5. Satu telunjuk mengimbangi saat telunjuk lain menekan bola mata
6. Nilai : didapat kesan berapa ringannya bola mata ditekan
7. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut : N : normal, N+1 : agak tinggi,
N+2 : lebih tinggi lagi, N-1 : lebih rendah dari normal dst.
Keuntungan :
cari ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau
sulit.
Kekurangan :
cari ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif. 6

b. Tonometer Shciotz

Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan


kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang
ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata ke dalam dan
mendapatkan perlawanan tekanan dari dalammelalui kornea. Keseimbangan
tekanan tergantung beban tonometer.6
Alat dan Bahan : Tonometer Schiotz dan anestesi local (pantokain 0.5%)
Teknik :
1. Pasien diminta rileks dan tidur telentang
2. Mata diteteskan pantokain dan ditunggu sampai pasien tidak merasa perih
3. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan sampai
bola mata tertekan
4. Pasien diminta melihat lurus keatas dan telapak tonometer Schiotz
diletakkan pada permukaan kornea tanpa menekannya
5. Baca nilai tekanan skala busur schiotz yang berantara 0-15. Apabila dengan
beban 5.5 gr (beban standar) terbaca kurang dari 3 maka ditambahkan beban
7.5 atau 10 gr.
6. Nilai : pembacaan skala dikonversikan pada table tonometer schoitz untuk
mengetahui tekanan bola mata dalam mmHg.
Pada tekanan lebih dari 20mmHg dicurigai glaucoma, jika lebihdari 25 mmHg
pasien menderita glaucoma.
Angkaskala

3.0

Tekanan bola mata (mmHg)


berdasarkanmasingmasingbeban
5.5 gr
7.5 gr
10 gr
24.4
35.8
50.6

10

3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
8.5
9.0
9.5
10.0

22.4
20.6
18.9
17.3
15.9
14.6
13.4
12.2
11.2
10.2
9.4
8.5
7.8
7.1

33.0
30.4
28.0
25.8
23.8
21.9
20.1
18.5
17.0
15.6
14.3
13.1
12.0
10.9

46.9
43.4
40.2
37.2
34.4
31.8
29.4
27.2
25.1
23.1
21.3
19.6
18.0
16.5

Kekurangan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada penderita myopia dan
penyakit tiroid dibanding dengan tonometer aplanasi karena terdapat pengaruh
kekakuan sclera pada penderita myopia dan tiroid.
c. Tonometri Aplanasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan tekanan intra ocular dengan


menghilangkan pengaruh kekakuan sclera dengan mendatarkan permukaan
kornea.
Tekanan merupakan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan. Untuk
mengukur tekanan mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai
kornea rata dan jumlah tenaga yang diberikan. Pada tonometer Aplanasi
Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali 10 dikonversi dalam mmHg
tekanan bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sclera
karena pada tonometer ini pengembangan dalam mata 0.5 mm 3 sehingga tidak
terjadi pengembangan sclera yang berarti. Pada tonometer schiotz , pergerakan

11

cairan bola mata sebanyak 7-14 mm3 sehingga kekakuan sclera memegang
peranan dalam penghitungan tekanan bola mata.6
Alat :
1. Slit lamp dengan sinar biru
2. Tonometer Aplanasi
3. Flouresein strip
4. Obat anastesi local
Teknik :
1. Mata yang akan diperiksa diberi anastesi topical pantocain 0.5%
2. Pada mata tersebut ditempelkan kertas flouresein yaitu pada daerah limbus
inferior. Sinar oblik warna biru disinarkan dari slit lamp kedasar telapak
prisma tonometer Aplanasi Goldmann
3. Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan dahinya
tepat dipenyangganya.
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10mmHg
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan lahan
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada kornea
yang telah diberi flouresein terlihat bagian luar berhimpit dengan bagian
dalam
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang member
gambaran setengah lingkaran yang berhimpit. Tekanan tersebut merupakan
TIO dalam mmHg.6
Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmHg sudah dianggap
menderita glaucoma.6

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan

12

Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola


mata terhadap dinding bola mata. Tekanan intraokuler ditentukan oleh
kecepatan pembentukan aquous humor dan tahanan terhadap aliran
keluarnya dari mata. Tekanan intraokular diatur oleh dinamika cairan
aquous, aliran cairan dan tekanan vena episklera.
Pemeriksaan tekanan intraokular dapat dilakukan dengan
menggunakan

tonometri.

Pemeriksaan

harus

dilakukan

apabila

terdapat indikasi seperti kecurigaan adanya glaukoma danmerupakan


pemeriksaan rutin bagi sesorang yang telah berumur 40 tahun.
Hubungan antara tekanan vena episklera dengan dinamika aqueous
humor amat rumit karena baru sebagian yang bisa dimengerti. Tekanan
vena episklera yang normal diperkirakan berkisar 8-12 mmHg.
Peningkatan tekanan vena episklera sebesar 1 mmHg biasanya akan diikuti
oleh peningkatan tekanan intraokular dalam besar yang sama. Namun
peningkatan tekanan episklera ini dapat berperan dalam menimbulkan
glaukoma pada sindrom Sturge-Weber, yang juga dapat anomali
perkembangan sudut dan fistula karotis-kavernosa, yang juga dapat
menyebabkan neovaskularisasi sudut akibat iskemia mata yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton H. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2006.

13

2. Sativa O. Tekanan Intraokular. Bagian Ilmu Penyakit Mata. FK USU.


http/// Library.usu.fk.id.2003.
3. Vaughan and Asbury.Oftalmologi Umum.Ed.17. Jakarta: EGC. 2006.
4. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, et all. Ilmu Penyakit Mata. Perhimpunan
Dokter Spesialis Mata Indonesia. FK UI. Ed.2. Jakarta. 2003.
5. James B, Chew C, Bron A.Oftalmologi. Jakarta: Airlangga. Ed 9. 2006.
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Fk UI. Ed 3. Jakarta. 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Penganta1
    Kata Penganta1
    Dokumen3 halaman
    Kata Penganta1
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Lampiran 2 Dan 3
    Kuesioner Lampiran 2 Dan 3
    Dokumen7 halaman
    Kuesioner Lampiran 2 Dan 3
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Document 1
    Document 1
    Dokumen3 halaman
    Document 1
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Absrtak, K.pengantar Dan Daftar Isi
    Absrtak, K.pengantar Dan Daftar Isi
    Dokumen10 halaman
    Absrtak, K.pengantar Dan Daftar Isi
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Sampul Lapkas
    Sampul Lapkas
    Dokumen1 halaman
    Sampul Lapkas
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Fetal Dystress 1
    Laporan Fetal Dystress 1
    Dokumen22 halaman
    Laporan Fetal Dystress 1
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Meningitis TB
    Lapkas Meningitis TB
    Dokumen34 halaman
    Lapkas Meningitis TB
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH PRESENTASI KASUS Jody Felizio
    MAKALAH PRESENTASI KASUS Jody Felizio
    Dokumen20 halaman
    MAKALAH PRESENTASI KASUS Jody Felizio
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen13 halaman
    Mata
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen2 halaman
    Bab 4
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Hiperurisemia
    Hiperurisemia
    Dokumen16 halaman
    Hiperurisemia
    wahyuningemas
    Belum ada peringkat
  • Referat DHF
    Referat DHF
    Dokumen23 halaman
    Referat DHF
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Peb
    Bab 2 Peb
    Dokumen8 halaman
    Bab 2 Peb
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Journal Mata
    Journal Mata
    Dokumen11 halaman
    Journal Mata
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Dan Refrat Mata (Katarak)
    Lapkas Dan Refrat Mata (Katarak)
    Dokumen45 halaman
    Lapkas Dan Refrat Mata (Katarak)
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Moral
    Perkembangan Moral
    Dokumen15 halaman
    Perkembangan Moral
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 BA
    Bab 2 BA
    Dokumen8 halaman
    Bab 2 BA
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kasus Askep Katarak
    Makalah Kasus Askep Katarak
    Dokumen28 halaman
    Makalah Kasus Askep Katarak
    Aji Sayogo
    Belum ada peringkat
  • Makalah Adm Doc Dri KK Uci
    Makalah Adm Doc Dri KK Uci
    Dokumen12 halaman
    Makalah Adm Doc Dri KK Uci
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Adm Doc Dri KK Uci
    Makalah Adm Doc Dri KK Uci
    Dokumen12 halaman
    Makalah Adm Doc Dri KK Uci
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen6 halaman
    Bab 2
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen10 halaman
    Bab 3
    suci siti nurjannah
    Belum ada peringkat