CHF NYHA IV
Pembimbing:
dr. Abraham Avicenna, Sp.JP
Disusun oleh :
M. Haris Yoga G4A015028
M. Benni Kadapih G4A015188
Agnesya Ria M. G4A015190
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
M. Haris Yoga G4A015028
M. Benni Kadapih G4A015188
Agnesya Ria M. G4A015190
Purwokerto,
Juli 2016
Pembimbing,
I. LAPORAN KASUS
I IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tgl. Masuk RS
:
:
:
:
:
:
:
Tn. A
79 tahun
Laki laki
Bantarsoka
Pensiunan Wiraswasta
Islam
18 Juli 2016
TglPeriksa
21 Juli 2016
Keluhan utama :
Sesak nafas
Keluhan tambahan :
Pasien juga mengeluhkan kedua kaki bengkak, buang air besar cair,
lendir(-), darah(-) dan perut membesar.
hari yang lalu, sesak nafas timbul dan semakin memberat ketika
melakukan aktivitas kecil, seperti bangun dari tidur, sesak nafas membaik
ketika pasien istirahat. Sesak nafas yang dirasakan seperti ditindih, muncul
ketika melakukan aktivitas ringan.
Pasien juga mengalami diare, BAB sebanyak 7 kali selama
semalam sebelum dibawa ke IGD. Konsistensi feses cair, tidak ada lendir
dan tidak ada darah. Pasien juga mengeluhkan kedua kakinya membesar
dan perutnya membesar.
: disangkal
: diakui
: diakui
: disangkal
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
Riwayat alegi
: disangkal
Riwayat mondok
: diakui
Riwayat operasi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
6
a
Home
Pasien tinggal satu rumah bersama istri dan anak-anaknya.
Occupational
Pasien merupakan pensiunan dari wiraswasta
Personal habit
III
IV
OBYEKTIF
a
Kesadaran
Tanda Vital
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu (Peraksiller)
: 72x/menit
: 20 x/menit
: 37,8 C
PEMERIKSAAN FISIK
a
Pemeriksaan kepala
1
Bentuk kepala
: Simetris, mesocephal
Rambut
: Distribusi merata
Pemeriksaan mata
1
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Palpebra
: Oedem (-/-)
: (+/+) / (+/+)
Pemeriksaan telinga
1
Simetris
Kelainan bentuk
: (-)
Discharge
: (-)
Pemeriksaan Hidung
1
Discharge
: (-)
: (-)
Pemeriksaan mulut
Bibir sianosis
: (-)
Lidah sianosis
: (-)
Lidah kotor
: (-)
Trismus
: (-)
Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), kaku kuduk (-)
Palpasi : JVP 5+ 2cm
PemeriksaanThorax
1
Pulmo
Inspeksi
2) Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Suara dasar
: vesikuler (+/+)
Suara tambahan
Jantung
1 Inspeksi
Palpasi
(-).
4
h
Perkusi
Auskultasi
: SIC II LPSD
: SIC II LPSS
: SIC IV LPSD
Pemeriksaan Abdomen
1 Inspeksi
(+)
2 Auskultasi
3 Palpasi
Perkusi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan
Edema (pitting)
Sianosis
Kuku kuning (ikterik)
Akral
Ekstremitas superior
Dextra
Sinistra
Hangat
Hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit
: 8.940 /U/L
Hematorkit
: 35 g (L)
Eritrosit
Trombosit
: 200.000/uL (L)
Ureum
: 50,6 (H)
Kreatinin darah
: 2,37 (H)
GDS
: 99
Kalium
: 4,6
Natrium
: 146 (H)
Klorida
: 108 (H)
Asam urat
: 12,1 (H)
EKG
Ekstremitas inferior
Dextra
Sinistra
+
+
Hangat
hangat
VI
DIAGNOSIS KERJA
Obs. Dyspneu e.c CHF NYHA IV
IHD
Diare akut
VII
TERAPI
a
Non Farmakologis
1
Bed rest
Farmakologi
1 O2 4lpm
2 Inj. Furosemide 2x1 A
3 ISDN 3x5 mg
4 Miniaspi 1x80 mg
5 Loperamide 3x1 tab
6 Digoxin 1x1/2 tab
VIII
PROGNOSIS
a
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
II. PEMBAHASAN
A. Definisi
jika
disertai
dengan
peninggian
volume
diastolik
secara
Miokarditis
Penyakit
Kardiomiopati
Amyloidosis jantung 7
jantung
kongenital
(VSD,PDA)
Hipertensi pulmonal
Kelainan miokardium
Inkompetensi katup
Anemia
Kardiomiopati
Malformasi arteriovenous
Amyloidosis
Aritmia
Peningkatan
tekanan
pengisian
Hipertensi sistemik
Stenosis katup
1.
2.
Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
3.
beban
kerja
jantung
dan
pada
gilirannya
5.
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal :
demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung
C. Klasifikasi
Klasifikasi Gagal Jantung berdasarkan New York Heart Association
(NYHA) .
Tabel 2. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan NYHA
Klasifikasi Fungsional NYHA
(Klasifikasi berdasarkan Gejala dan Aktivitas Fisik)
Kelas I Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas sehari hari tidak
Kelas II
Kelas
III
dengan istirahat, tetapi aktivitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari
Kelas
IV
Gejala terjadi pada saat istirahat. Jika melakukan aktivitas fisik, keluhan
akan semakin meningkat.
Tahap C
Tahap D
jantung.
Kelainan struktural jantung yang berat dan ditandai adanya gejala
gagal jantung saat istirahat meskipun dengan terapi yang maksimal.
1. Gagal jantung akut, didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala atau
tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa
adanya penyakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung dapat berupa
disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik. Irama jantung yang abnormal,
atau ketidakseimbangan preload dan afterload dan memerlukan pengobatan
segera. Gagal jantung akut dapat berupa serangan baru tanpa ada kelainan
jantung sebelumnya atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronis.
2. Gagal jantung kronik, didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks
yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak nafas, lelah, baik dalam
keadaan istirahat atau aktivitas, edema serta tanda objektif adanya
disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
D. Patofisiologi
Gagal jantung dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu (Sylvia, 2005):
(1) gangguan kontraktilitas ventrikel,
(2) meningkatnya afterload, atau
(3) gangguan pengisian ventrikel.
Gagal jantung yang dihasilkan dari abnormalitas pengosongan ventrikel
(karena gangguan kontraktilitas atau kelebihan afterload) disebut disfungsi
sistolik, sedangkan gagal jantung yang dikarenakan oleh abnormalitas
relaksasi diastol atau pengisian ventrikel disebut disfungsi diastolik (Sylvia,
2005).
Pada dasarnya terdapat perbedaan antara gagal jantung sistolik dengan
gagal jantung diastolik. Gagal jantung sistolik disebabkan oleh meningkatnya
kontraktilitas
miokardium.
Keadaan-keadaan
yang
mengkompensasi
dengan
cara
meningkatkan
kekuatan
1. Mekanisme Frank-Starling
Meningkatkan stroke volume berarti terjadi peningkatan volume
ventricular end-diastolik.
berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal
pada filamen aktin dan miosin, dan resultannya meningkatkan tekanan
pada kontraksi berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme FrankStarling mencocokan output dari dua ventrikel.
Pada
gagal
jantung,
mekanisme
Frank-Starling
membantu
ke
medulla
melalui
nervus
IX
dan
X, kemudian
mengaktivasi sistem saraf simpatis, aktivasi sistem saraf simpatis ini akan
menaikkan kadar norepinefrin (NE). Hal iniakan meningkatkan frekuensi
denyut jantung, meningkatkan kontraksi jantung serta vasokonstriksi
arteri dan vena sistemik.
b. Sistem renin angiotensin aldosteron
Curah jantung yang menurun, akan terjadi aktivasi
renin- angiotensin
sistem
Renin
I,
dan
memecah
Angiotensin
empat
asam
-converting
amino
dari
enzyme
akan
AT2
akan
menyebabkan
vasodilatasi,
inhibisi
c. Stres oksidatif
Pada
pasien
gagal
jantung
terdapat
peningkatan
kadar
stimulasi
neurohormonal
kiri
di
kemudian
hari.
Proses
remodeling
berawal
dari
beban
jantung
pada
otot
jantung.
misalnya
mengakibatkan meningkatkan
adanya
rangsangan
yang
yang
menghasilkan
hipertrofi
konsentrik.
Jika beban jantung didominasi dengan peningkatan volume
ventrikel, sehingga meningkatkan tekanan
pada
kemudian
dan
secara
seri
pada
sarkomer
diastolik,
kemudian
yang
terjadi
yang
penting
dalam perkembangan
kalsium
merupakan
E. Gambaran klinis
Tempat kongestif tergantung dari ventrikel yang terlibat (Dickstain, 2008):
1. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena
adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah
jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastolik dalam
ventrikel kiri dan volume akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan status vena
didalam rongga abdomen.
Nokturna: rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi
renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
F. Diagnosis
secara
luas.
Diagnosis
gagal
jantung
kongestif
Kriteria mayor
1. Paroksismal nokturnal dispnea
2. Distensi vena leher
3. Ronki paru
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Gallop S3
7. Peninggian tekanan vena jugularis
8. Refluks hepatojugular
Kriteria minor
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea deffort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
7. Takikardi (>120/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
A. Tekanan darah dan Nadi
Tekanan darah sistolik dapat normal atau tinggi pada HF ringan,
namun biasanya berkurang pada HF berat, karena adanya disfungsi LV
berat. Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang, menandakan
adanya penurunan stroke volume. Sinus takikardi merupakan tanda
nonspesifik disebabkan oleh peningkatan aktivitas adrenergik.
Vasokonstriksi perifer menyebabkan dinginnya ekstremitas bagian
perifer dan sianosis pada bibir dan kuku juga disebabkan oleh aktivitas
adrenergik berlebih. Pernapasan Cheyne-Stokes disebabkan oleh
berkurangnya sensitivitas pada pusat respirasi terhadap tekanan PCO2.
Terdapat fase apneu, dimana terjadi pada saat penurunan PO2 arterial
dan PCO2 arterial meningkat. Hal ini merubah komposisi gas darah
arterial dan memicu depresi pusat pernapasan, mengakibatkan
hiperventilasi
dan
hipokapnia,
diikuti
rekurensi
fase
apnea.
kanan
dapat
memiliki
denyut
Parasternal
yang
G. Edema tungkai
Edema perifer merupakan manifestasi cardinal pada CHF,
namun namun tidak spesifik dan biasanya tidak ditemukan pada
pasien yang diterapi dengan diuretic. Edema perifer biasanya sistemik
dan dependen pada CHF dan terjadi terutama pada daerah Achilles
dan pretibial pada pasien yang mampu berjalan. Pada pasien yang
melakukan tirah baring, edema dapat ditemukan pada daerah sacral
(edema presacral) dan skrotum. Edema berkepanjangan dapat
menyebabkan indurasi dan pigmentasi ada kulit.
H. Cardiac Cachexia
Pada kasus HF kronis yang berat, dapat ditandai dengan
penurunan berat badan dan cachexia yang bermakna. Walaupun
mekanisme dari cachexia pada HF tidak diketahui, sepertinya
melibatkan banyak faktor dan termasuk peningkatan resting metabolic
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi/Rontgen.
Pada pemeriksaan rontgen dada ini biasanya yang didapatkan
bayangan hilus paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke
pinggir berkurang, lapangan paru bercak-bercak karena edema paru,
pembesaran jantung, cardio-thoragic ratio (CTR) meningkat, distensi
vena paru.
b. Pemeriksaan EKG.
B. Terapi farmakologi
a. Algoritme (Dickstain, 2008).
b.
Jenis
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
Perananannya
telah Dihubungkan
dengan
Hydrochlorothiazide
dikembangkan
Indapamide
Chlorthalidone
dalam hypomagnes-aemia,
LOOP DIURETICS:
Furosemide
Ethacrynic acid
Bumetamide
hyperatau
hyperlipidaemia.
menyebabkan
hypokalemia
atau
hypomagnesaemia
dihubung-kan
dengan
kekurang
patuhan
POTASSIUM-SPARING
pemakaian obat.
Hasil positif terhadap Dapat
menyebabkan
DIURETICS:
Spironolactone
pemakaian
Amiloride
lactone;
Triamterene
kehilangan
dan magnesium
Mekanisme kerja:
ACE inhibitor diindikasikan pada semua pasien gagal jantung sistolik, tanpa
Awali pengobatan dengan dosis yang rendah dan dititrasi sampai dosis
maksimum yang dapat ditoleris dalam 3-4 minggu.
signifikan
menurunkan
combined
endpoint
kematian
and the
dari
penelitian-penelitian
diatas
bersama-sama,
4. Receptor Blockers
Hampir semua pengobatan standard penderita gagal jantung,
mempunyai
mekanisme
kerja
memperbaiki
hemodinamika
dan
5. Additional Therapies
Digitalis
Faktor keamanan dan efektifitas digoxin yang telah dipakai
dalam pengobatan gagal jantung selama 300 tahun, baru akhirakhir
ini
adalah
merupakan porsi
H. Komplikasi
Komplikasi kardiovaskuler umumnya jarang terjadi, namun ini merupakan
jenis komplikasi yang sangat serius. Komplikasi yang paling serius adalah
kematian tiba-tiba (sudden death). Kematian tiba-tiba selama latihan biasanya
berhubungan dengan penyakit jantung struktural dan mekanisme yang paling
umum adalah fibrilasi ventrikel. Kebanyakan kematian karena latihan pada pasien
jantung terjadi pada saat aktivitas yang melebihi latihan normal karena kurangnya
perhatian akan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh latihan (Sudoyo, 2009).
I. Prognosis
CLASS
SYMPTOMS
I
II
MORTALITY*
None, asymptomatic left ventricular dysfunction
5%
Dyspnoea or fatigue on moderate physical 10 %
III
IV
1-YEAR
exertion
Dyspneoea or fatigue on normal daily activities
Dyspnoea or fatigue at rest
Tabel 8. New York Heart Association Classification
10 % - 20 %
40 % - 50 %.
Daftar Pustaka
Dickstain A, Filippatos G, Cohen SA, et al. 2008. Guidelines for the diagnosis
and treatment of acute and chronic heart failure . European heart journal.
http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview . Di akses 23
Juli 2012
Katzung BG. Farmakologi Dasar Klinik. Salemba Medika. 2001
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed. V. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Sylvia Anderson Price, RN, Phd; Lorraine Mccarty Wilson, RN, PhD. 2005.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC: Jakarta