Pembimbing:
dr. Yulia Fitriani, Sp.M
Disusun oleh:
Mina Rahmanda Putri G4A014009
2017
LEMBAR PENGESAHAN
1
PATOFISIOLOGI FOTOFOBIA
Disusun oleh:
Mengetahui,
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus dan
referat ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta para pengikut setianya.
Terimakasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, dan
narasumber SMF Ilmu Penyakit Mata, terutama dr. Yulia Fitriani, Sp.M selaku
pembimbing penulis. Penulis menyadari referat ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi yang membacanya.
2
Purwokerto, Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN..........................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.......................................................................................................6
B. Etiologi.......................................................................................................6
C. Patofisiologi...............................................................................................8
III. KESIMPULAN.............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
gejala fotofobia. Penderita fotofobia cenderung memiliki lebih sedikit keluhan
terhadap cahaya alami misalnya cahaya matahari, kecuali mereka dihadapkan
dengan silau dari salju atau permukaan yang sangat reflektif lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fotofobia (photophobia) merupakan terminologi yang diambil dari
bahasa Yunani yaitu: photo- cahaya dan phobia takut yang apabila
disatukan berarti takut akan cahaya. Fotofobia didefinisikan sebagai suatu
keadaan klinis yang berupa ketidaknyamanan pada penglihatan.
Ketidaknyamanan dari fotofobia dirasakan sebagai sensasi terang yang
berlebihan (Digre dan Brennan,2012).
B. Etiologi
Fotofobia merupakan gejala dari penyakit yang melibatkan mata dan
sistem saraf seperti, abrasi kornea, peradangan pada iris, tumor yang menekan
jaras penglihatan, trigeminal neuralgia dan migrain (Strigham, Fuld dan
Wenzel,2004). Fotofobia pada penyakit kornea disebabkan oleh kontraksi iris
meradang yang nyeri, peristiwa ini adalah refleks yang timbul akibat iritasi
pada ujung saraf kornea (Biswell, 2009). Lesi pada kornea yang lebih
5
superfisial menyebabkan gejala fotofobia yang lebih berat. Fotofobia juga
dapat disebabkan oleh distrofi dari retina, retinitis pigmentosa, dan distrofi
dari sel kerucut. Selain disebabkan oleh kondisi mata, fotofobia juga dapat
dikaitkan dengan kejadian pada meningitis, tumor pada pituitary (Digre dan
Brennan, 2004).
Retro-chiasmal demyelination
pathways Cortical visual
impairment
Strabismus Exotropia
Neurologic Migrane
Blepharospasm
Progressive
6
supranuclear palsy
Traumatic brain
injury
Meningitis
SAH
Lesions of the
thalamus
C. Patofisiologi
Kornea mata merupakan bagian paling awal dan paling sensitif yang
dilalui oleh cahaya ketika memasuki mata. Bagian epitel kornea merupakan
bagian yang paling banyak menyerap sinar ultraviolet dibawah 300nm dan
spektrum cahaya yang dapat merusak kornea adalah sinar ultraviolet dengan
panjang gelombang 270nm (Podshocky, 2002 dalam Wahyuni,2012).
Bagian mata seperti konjungtiva, kornea dan sklera dipersarafi oleh saraf
trigeminal dan begitu sensitif akan rangsangan nyeri. Kerusakan pada bagian
kornea mata yang mengandung serabut aferen dari saraf trigeminal membawa
informasi rasa nyeri dari mata. Beberapa rangsangan yang dapat
menyebabkan nyeri seperti abrasi kornea, iritits, dan uveitis juga dapat
menyebabkan fotofobia. Ketika saraf trigeminal mendapat rangsang maka
mediator-mediator seperti calcitonin dan nitrit oxide keluar dan menyebabkan
terjadinya refleks trigeminoautonomic. Refleks trigemino-autonomic
merupakan adalah suatu refleks multi sinaps yang merangsang superior
salivatory dan nukleus Edinger-Westphal dari bagian kolateral kauda nukleus
trigeminal. Efek dari superior salivatory adalah mengaktifasi efektor
parasimpatis di ganglion pterygopalatine, yang melebarkan pembuluh darah,
dan aktivasi di ganglion cilliary yang menyebabkan lakrimasi pada mata.
Efek dari Edinger-Westphal sendiri menyebabkan konstriksi dari pupil mata.
Refleks trigemino-autonomic juga menyebabkan injeksi pada konjungtiva,
mata berair dan migrain yang dapat disertai oleh fotofobia (Digre dan
Brennan,2012).
7
Refleks berkedip juga sangat berkaitan erat dengan fotofobia. Refleks
berkedip dimulai dari adanya rangsangan pada aferen saraf trigeminal yang
bersinaps di trigeminal nucleus caudalis (TNC). Selanjutnya, rangsangan ini
diolah di trigeminal dorsal horn dan laterodorsal reticular formation yang
memiliki koneksi langsung dengan saraf fasialis yang menyebabkan
terjadinya refleks berkedip. Perbedaan panjang gelombang dari suatu sinar
juga menyebabkan adanya perbedaan persepsi fotofobia. Dalam (Digre dan
Brennan,2012) dinyatakan bahwa sinar dengan panjang gelombang pendek
(biru) 15 menyebabkan rasa yang lebih tidak nyaman dibandingkan sinar
dengan panjang gelombang yang lebih panjang (merah). Hal ini disebabkan
oleh supresi dari sinar merah yang menekan aktivitas visual dibagian beta dari
otak.
8
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Biswell, R., 2009. Kornea. Dalam: Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2009. Vaughan
& Ausbury: Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
Digre, K.B., Brennan, K.C., 2012. Shedding Light on Photophobia. J
Neuroophthalmol. 32(1): 6881. doi:10.1097.
Strigham, J.M., Fuld, K., Wenzel, A.K., 2004. Spatial Properties of Photophobia.
Investigative Ophthalmology & Visual Science. Vol. 45, No. 10.
Katz, BJ., Digre, KB., 2016. Diagnosis, Pathophysiology and Treatment of
Photophobia, Survey of Ophthalmology). doi: 10.1016
10