Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I


FLUID MIXING

Oleh :
KELOMPOK 2
ADESTA MIDKASNA

03091003045

ABRAR ASSALAMI

03091003055

BATARA KHARIZPATI

03091003070

RIKHANATUL F. P.

03091003082

LUTFIA RAHMIYATI

03091003089

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Korosi adalah peristiwa yang tidak bisa lepas dari suatu industri. Korosi
adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh terjadinya
reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Dalam bahasa sehari-hari
korosi disebut dengan perkaratan. Kata korosi berasal dari bahasa latin corrodere
yang artinya pengrusakan logam atau perkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat
merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya,
yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila
logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang biasa terjadi adalah
perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
I.2. Tujuan
1. Dapat mengetahui pola aliran yang ditimbulkan oleh dua impeller yang
berbeda (propeller dan padle).
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan pola
aliran.
3. Dapat mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh penggunaan baffle pada
proses pencampuran.
4. Dapat mengetahui konduktifitas dari larutan garam terhadap kecepatan
perputaran impeller dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konduktivitas
tersebut.

5. Untuk mengetahui pengaruh besarnya power yang diberikan impeller terhadap


vorteks yang terbentuk.
I.3. Permasalahan
Adapun masalah-masalah yang akan diketahui melalui percobaan ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan dari dua impeller yang berbeda (type
propeller & padle) terhadap kualitas campuran yang dihasilkan.
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan baffle dalam proses pencampuran.
3. Bagaimanakah pengaruh kecepatan putaran impeller yang berbeda dalam
proses pencampuran.
4. Bagaimanakah pengaruhi penggunaan bahan dalam proses pencampuran.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola aliran dan kualitas campuran dalam
proses pencampuran.
6. Pengaruh kecepatan putaran impeller terhadap konduktivitas larutan garam.
I.4. Hipotesa
Hipotesa yang dapat ditarik sebelum melakukan percobaan ini adalah :
1. Semakin besar kecepatan putaran impeller maka semakin cepat pula
terjadinya homogenitas dalam campuran.
2. Dengan penggunaan buffle maka aliran yang terjadi adalah turbulen sehingga
proses pencampuran akan terjadi lebih cepat.
3. Semakin kecil ukuran padatan yang akan dicampur atau dilarutkan maka
semakin cepat pula terjadinya homogenitas.
4. Semakin kecil viskositas cairan yang digunakan semakin cepat terjadinya
homogenitas.
5. Vorteks dapat dihilangkan dengan pemakaian baffle sehingga arah aliran dapat
menyebar.

I.5. Manfaat
Manfaat-manfaat yang dapat diambil melalui percobaan ini adalah :
1. Dapat mengetahui prinsip dasar dari percobaan fluid mixing apparatus.
2. Dapat mengetahui perbedaan pola aliran yang ditimbulkan oleh dua buah
impeller (Propeller & turbin).
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pola aliran yang berbeda,
seperti padatan yang digunakan, viskositas cairan, kecepatan putaran impeller
dan lain sebagainya.
4. Dapat mengetahui besarnya daya hantar listrik yang ditimbulkan sebagai
pengaruh dari kecepatan putaran.
5. Dapat mengetahui perbedaan yang terjadi pada pencampuran liquid yang
menggunakan baffle dan tidak menggunakan baffle (tidak terbentuk vortex
dan terbentuk vortex).
6. Tekanan fluida dalam hal ini dapat dikurangi dengan memakai baffle.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Korosi
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh

terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Pada
hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi sebagai akibat
dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air, oksigen di atmosfer, oksida asam yang
terlarut dalam air).
Korosi atau perkaratan logam juga dikenal sebagai proses oksidasi sebuah
logam dengan udara atau elektrolit lainnya, dimana udara atau elektrolit akan
mengami reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses elektrokimia.
Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat
asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan menyebabkan timbulnya
aliran-aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal.
Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu :
1. Korosi Internal
Korosi internal yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO 2 dan H2S
pada minyak bumi, sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan membentuk asam
yang merupakan penyebab korosi.
2. Korosi Eksternal
Korosi eksternal yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem
perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah,
akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah.
2.2

Mekanisme Reaksi Korosi


Korosi pada logam terjadi karena adanya reaksi redoks antara logam dengan

lingkungannya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu oleh
korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan
bertambahnya waktu akan menyebar ke seluruh permukaan logam. Korosi merata
yang terjadi pada logam besi prosesnya bisa digambarkan sebagai berikut :

Reaksi yang terjadi adalah :


Fe2+ + 2e

Fe(s)

4 OH

O2 + 2H2O + 4 e
2Fe + O2 + 2H2O
2.3

(reaksi oksidasi )
(reaksi reduksi)

2Fe(OH)2

Faktor Penyebab Korosi

Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi,
yaitu:
1. Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor
penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air
(lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
2. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya
korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi
redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi
terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni,
melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam
logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom
logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan
atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,
sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks
pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak
denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut. Perhatikan animasi. berikut: animasi korosi besi.
3. Larutan garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk
dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut

banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang
utama.
Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain
itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah), korosi,
dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat). Larutan ini
biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi yang tinggi yang
akan menyebabkan proses korosi. Proses ini disebabkan oleh kenaikan konduktivitas
larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif sehingga menyebabkan laju
korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan garam dapat
mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya lebih konduktif, sama
halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju
korosi, akibatnya terjadi gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung
terjadinya korosi.
4.Permukaan logam yang tidak rata
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam
yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi
kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
5.Keberadaan zat pengotor
Zat pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi
reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai
contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan
logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam.
Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
f.

Kontak dengan Elektrolit


Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju

korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi


elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi

meningkat.
g. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal
ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakasperkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin
kendaraan bermotor).
h.

pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,

karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq)

2e-

H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam
yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
i.

Metalurgi

Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan
logam yang kasar cenderung mengalami korosi
Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom
unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek
Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan
logam akibat perbedaan E antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan
terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu

korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada


daerah anode.
j.

Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan

peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain:
protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi
sulfur-sulfida.
2.4

Thiobacillus

thiooxidans

Thiobacillus

ferroxidans.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Korosi


Laju korosi maksimum yang diizinkan dalam lapangan minyak adalah 5 mpy

(mils per year, 1 mpy = 0,001 in/year), sedangkan normalnya adalah 1 mpy atau
kurang. Umumnya problem korosi disebabkan oleh air. tetapi ada beberapa faktor
selain air yang mempengaruhi laju korosi) diantaranya:
1. Faktor Gas Terlarut.
a. Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada
metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan
meningkatnya kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan
fungsi dari tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm
dan temperatur kamar, kelarutan oksigen adalah 10 ppm dan kelarutannya
akan berkurang dengan bertambahnya temperatur dan konsentrasi garam.
Sedangkan kandungan oksigen dalam kandungan minyak-air yang dapat
mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm atau kurang. Reaksi korosi
secara umum pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah sebagai
berikut :
Reaksi Anoda : Fe Fe2- + 2e
Reaksi katoda : 02 + 2H20 + 4e 4 OH
b. Karbondioksida (CO2), jika kardondioksida dilarutkan dalam air maka akan
terbentuk asam karbonat (H2CO2) yang dapat menurunkan pH air dan

meningkatkan korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa pitting yang


secara umum reaksinya adalah:
CO2 + H2O H2CO3
Fe + H2CO3 FeCO3 + H2
FeC03 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai sweet corrosion
2. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun
kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila
metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk
korosi.
3. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan
untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH
antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S,
yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
5. Faktor Padatan Terlarut
a. Klorida (CI), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel.
Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga
menyebabkan pecahnya alooys. Klorida biasanya ditemukan pada campuran
minyak-air dalam konsentrasi tinggi yang akan menyebabkan proses korosi.
Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktivity larutan
garam, dimana larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan
lebih tinggi.

b. Karbonat (C03), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi


dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal,
tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.
c. Sulfat (S04), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion
sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat
kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfida yang korosif.
6. Lingkungan
a. Lokasi
Tergantung pada lokasi logam atau pipa berada : di daerah yang basah atau
kering, panas atau dingin, kondisi air tawar atau air laut, di permukaan atau di bawah
tanah, memiliki potensi bahan kimia, produksi minyak, dan apakah mengandung uap
atau gas.
b. Mechanical
Kondisi pipa atau logam mendapatkan stress (tekanan), mengalami fatigue
(tekanan), terjadi pemindahan, adanya proses kavitasi, erosi dan freeting.
7. Media Korosif
Dengan perubahan konsentrasi media korosif pada lingkungan benda
konstruksi akan menimbulkan beberapa kondisi korosi. Pengaruh konsentrasi dapat
menimbulkan karakteristik berbeda antara kedua benda konstruksi. Untuk material
tertentu, konsentrasi korosif sebanding dengan kecepatan korosi.
8. Organisme
Pengaruh mikroorganisme terhadap korosi ada 2 macam, yaitu:
a. Secara langsung
menghasilkan

zat

korosif

dioksida, amonia,asam organik dan anorganik


b. Secara tidak langsung

seperti hidrogen

sulfida, carbon

menghasilkan zat katalisator atau depolarisasi yang merupakan bahan untuk


mempercepat reaksi korosi antara material dengan lingkungannya.
Akibat lainnya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan Mikro-Organisme antara
lain:
a. bakteri aerob akan membutuhkan O2 untuk melakukan metabolisme
b. O2 yang dibutuhkan ini sebagian akan menjadikan awal proses korosi pada
material
Aspek yang ditimbulkan oleh makro-organisme dalam menstimulus korosi:
a. pemakan perlindungan (coating)
b. merupakan perangkap zat korosif
c. hasil feses atau limbah metabolisme makro-organisme
9. Lingkungan Industri Minyak
Pada umumnya di lingkungan industri minyak terdapat 3 area yang seringkali
mengalami korosi, yaitu:
a. Kegiatan produksi (Production)
b. Pendistribusian dan Penyimpanan (Transportation and Storage)
c. Operasi Pemisahan (Refinery Operation)
Di daerah sumur condensasi (well condensates) akan sangat banyak terjadi korosi
,ini karena:
a. kedalaman yang lebih dari 5000 ft
b. temperatur terendah dalam sistem adalah 160oF dan tekanan 1500 lb/m2
c. pH dalam sistem ini adalah 5,4 sehingga bersifat asam ( didalamnya terkandung asam
organik)
Untuk mengetahui karakteristik korosi dalam sumur dilakukan beberapa
tindakan, yaitu:
a.
b.
c.
d.

inspeksi permukaan peralatan


membuat analisa terhadap carbon dioksida dan asam organik
pengujian coupon exposure
survey terhadap tubing-caliper

10. Efek Ekonomi

Dampak dari korosi mengakibatkan banyak biaya dapat dicegah atau dikurangi
dengan

2.3

melakukan

perencanaan

dan

kendali

yang

optimal

Bentuk-Bentuk Korosi

1. Korosi Homogen
Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara homogen
terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka. Korosi ini memiliki sifat-sifat
sebagai berikut Merata dan material menipis, Kehilangan tonage besar dan kecepatan
tinggi. Adapun contoh-contoh korosi homogen sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

korosi pada badan kapal


pilar pilar pelabuhan
korosi pada kaki kaki jacket
sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat
atap seng
Korosi homogen dapat tidak dapat dihilangkan tetapi dapat mengurangi laju

korosi yang terjadi dengan cara : pemilihan material yang sesuai, coating yang sesuai,
penambahan inhibitor dan katodic protection.
3. Galvanic Corrosion
Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial
tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. Logam yang
mempunyai tahanan korosi rendah ( potensial rendah) akan terkikis dan yang tahanan
korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan mengalami penurunan korosinya.
Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas.
Cara-cara pencegahan pada galvanic corrosion :
a.
b.
c.
d.

Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin.


Menghilangkan pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan.
Memberikan isolasi diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan.
penerapan coating dengan mengutamakan pada logam anode.

e. penambahan inhibitor dengan cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam


proses korosi.
f. pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan logam
induknya.
4. Crevice Corrosion
Crevice Corrosion memiliki sifat-sifat yang tidak tampak dari luar dan sangat
merusak konstruksi, korosi ini sering terjadi pada sambungan kurang kedap yang
disebabkan oleh lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan.
Mekanisme
Oksidasi :

M + 1e

Reduksi :

O2 + 2H20 + 4e 4OH-

Dari reaksi diatas ion electron (e) yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi akan
digunakan oleh oksigen (o2) untuk mereduksi air (H2O) untuk menjadi ion OH.
Dengan kata lain bahwa ion hidroksil (H+) dihasilkan pada setiap pembentukan ion
logam M+. Karena tempatnya atau celahnya terbatas maka reaksi reduksi dari
oksigen pada daerah tersebut habis sedangkan metal M terus bereksi
Kecenderungan pembentukan ion M+ ini kemudian disetimbangkan oleh
adanya ion klorida atau cl- yang terdapat pada celah tersebut. Hasil reaksi dari kedua
ion tersebut akan meningkatkan konsentrasi dari metal clorida atau MCl.
Dari reaksi diatas didapat HCL yang berubah ion H+ atau CL- yang dapat
meningkatkan laju penghancuran metal didalam celah. Laju korosi didalam celah
tersebut sangat cepat dan bersifat auto katalik karena adanya ion H+ dan ClAdapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding dengan
sambungan keling untuk peralatan peralatan baru
b. Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan soldering
c. Peralatan peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur, terutama pada
sambungan sambungan yang rawan
Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis

Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan


Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan lengkungan tajam serta
daerah genangan fluida
Filiform Corrosion
Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi hanya
mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana permukaan dan
penampilan kaleng makanan atau minuman.
Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk jenis korosi
celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur seperti H2O dan O2 dari
udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya bereaksi dengan ion Fe
konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan berdifusi masuk
kebagian kepala dan keluar dari bagian ekor secara terus menerus, korosi tertahan
dibagian

kepala

dimana

hidrolisa

yang

terjadi

dibagian

kepala

menyebabkanlingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi ini dapat menyebar


secara otomatis.
Pencegahan secara global
Menyimpan material berlapis metal (email) didalam kondisi kering.
Memberikan lapisan brittle fil.
Intergranular Corrosion
Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan penyebab grain
boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan unsur/elemen pada kristal
ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini terjadi pada casting and welding
Adapun cara pencegahan adalah sebagai berikut :
Casting
Pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor logam dengan step yang
benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang benar sesuai dengan karakteristik
masing masing logam dan kegunaannya

Welding
Pemilihan elektrode yang benar, prosedur pengelasan yang benar, pendinginan yang
benar
Korosi Erosi
Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam tergerus dengan
percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan relatif antara
fluida korosif dan permukaan metal. Korosi erosi dibagi menjadi 2 tipe yaitu ;
Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan permukaan logam
sehingga berakibat luka terhadap permukaan logam tersebut
Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan berakibat suhu
logam naik dan tergerus sesama logam.
Tipe Media Korosif antara lain gas, larutan encer, sistem organik, metal cair
dan semua tipe peralatan yang diekspos fluida (piping system, katup, pompa dan
propeller). Dan cara pencegahannya secara global antara lain menggunakan material
dengan

ketahanan

korosi

yang

baik,

perancangan

(design)

yang

baik,

coating dan cathodic protection.


Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di
lingkungan
a.

laut,
Korosi

merata

yaitu;
(uniform

attack)

Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan
permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat
permukaan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatanperalatan

terbuka,

misalnya

permukaan

luar

pipa.

Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja yang berkarat
dilingkungan udara. Disebut merata karena semua permukaan metal terexpose
diserang dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi metal yang hilang jarang sekali

betul-betul merata. Menurut teori electrochemical mixed potential, proses anodic dan
katodik terdistribusi merata pada seluruh permukaan metal. Dengan demikian agar
bentuk korosi ini terjadi, diperlukan sistem korosi yang menunjukkan keseragaman
(homogenitas) baik pada metal, media (perbedaan konsentrasi) dan faktor-faktor
korosi

lainnya.

Pada korosi tipe ini, laju korosi dapat dinyatakan dalam bentuk kehilangan ke tebalan
metal menurut waktu misalnya mm/tahun atau mikrometer/tahun. Biasanya laju
korosi hanya dinyatakan pada satu muka saja, dan bila kedua metal terserang korosi,
total
b.

kehilangan

ketebalan

Korosi

metal

setempat

menjadi
(local

dua

kali.
corrosion)

Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi setempat tidak begitu
tajam, sungguhpun demikian adalah mungkin untuk memberikan beberapa bentuk
korosi, mulai dari korosi merata sampai korosi yang menghasilkan sumuran dalam,
korosi
c.

setempat
Korosi

sulit

galvanik

diduga.

(galvanik

corrosion)

Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik
berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam
kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak
berhubungan) atau terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan potensial
korosi

tinggi

akan

kurang

terkorosi).

Korosi galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan sumuran, dan dalam


sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan masalah perencanaan
karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan pemakaian lebih dari
satu

macam

metal.

Bila berbagai macam paduan digunakan dalam perencanaan dapat diharapkan akan
terjadi masalah-masalah dan masalah tersebut lebih kritis pada lingkungan laut. Oleh
karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, haruslah
jangan
d.

sampai
Korosi

menimbulkan

masalah
sumuran

korosi.
(pitting)

Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal,
terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari
diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit
diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat
diantisipasi:
1. Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup, terutama
air laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya
mill

scale

mengarah

pada

situasi

anode

kecil

katoda

besar.

2. Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya
seperti stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif, cenderung pembetukan
korosi

sumuran.

3. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung chloride, oleh
karena

itu

sering

terjadi

e.

pada

kodisi

dilingkungan

Korosi

laut.
erosi

Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia
sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi
ini.
Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan
metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan
korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau
mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai,
dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin.
Pada
f.

kasus

ini

lapis
Impingement

protektif

di

hilangkan.
attack

Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan kecepatan
cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana
perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada lengkungan dapat mengakibatkan kerusakan
setempat, bagian lain dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada

setiap situasi dimana ada impingement (timpa bentur,tekan) air yang biasanya
mengandung

gelembung

udara

g.

pada

kecepatan

serendah

Perusakan

m/s.
cavitasi

Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung di
dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan
tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan
terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk dari partial
vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan membebaskan
energi.

Hal

h.

ini

mengarah

Korosi

pada

perusakan

celah

permukaan

paduan

(crevice

logam.

corrosion)

Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian
dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari
formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar crivice lebih
katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja pada daerah
anodic

2.4

yang

kecil

menghasilkan

serangan

korosi

lokal

yang

intensif.

Cara Pencegahan Korosi


Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah terjadinya

korosi,
a.

yaitu:
Cara

pelapisan

(coating)

Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan dalam istilah tonase baja,
untuk mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi paduan logam dari lingkungan
yang korosif. Akan tetapi dalam prakteknya timbul banyak problem dan biasanya
kurang perhatian tentang masalah itu. Tersedia banyak sekali macam pelapis dan yang
paling umum adalah cat.

Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat

menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink
(seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah dengan melapisi besi

dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan jika besi dilapisi dengan cat
atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi (logam yang mempunyai Enol lebih
besar). Yang akan bereaksi dengan udara adalah lapisan luarnya saja sehingga logam
tersebut

bisa

dilindungi

oleh

logam

tersebut.

Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk akan
melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah dapat
digunakan

sebagai

logam

pelapis

untuk

melindungi

besi

dan

korosi.

Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan timah terhadap
besi.
Fe2+

(aq)

Zn2+

(aq)

Sn2+

(aq)

2e

+
+

2e
2e

Fe(s)

Zn(s)
Sn(s)

EO
EO
EO

0,44

volt

=-

0,76

volt

0,14

volt

=-

Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi dengan seng, besi
tidak akan berkarat walaupun lapisan seng tersebut berlubang sekalipun. Besi lebih
mudah dioksidasi daripada timah. Jika besi dilapisi dengan timah, besi tidak akan
berkarat.
b.

Cara

proteksi

katodik

(katode

pelindung)

Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di dalam tanah.
Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain yang bertindak sebagai
anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan untuk melindungi besi
harus yang lebih mudah teroksidasi daripada logam besi, yaitu memiliki potensial
reduksi yang lebih negatif daripada besi. Umumnya digunakan logam Magnesium
(Mg). Logam alkali tidak dapat di gunakan karena reaktif.Logam alumunium(Al) dan
seng (Zn) tidak dapat digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO)
akan menghambat proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan
logam.
Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam tanah harus
dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang logam yang lebih aktif,
seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di dekat pipa dan di

hubungkan dengan kawat, batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg yang
rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga dengan demikian pipa yang
terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi besi ini juga dapat dicegah dengan
menghubungkan

besi

tersebut

dengan

kutub

negatif

sumber

listrik.

Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen baja


jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang
pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion logam
(karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi
lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja
akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan
pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan
kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan
elektron. Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara,
yaitu:
a)

Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron dilakukan

dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada suatu
sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar, misalnya
Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Arus listrik pada sistem ini
dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya
Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari metoda arus
terpasang adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau anoda yang
tahan
b)

karat

seperti

platina

dan

karbon.

Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan

dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain sebagai
anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini terjadi aliran
elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang pancang pipa baja

yang

potensialnya

lebih

tinggi.

Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari korosi namun
sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu akan rusak/habis dan
selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui. Mengganti anoda lebih ringan secara
teknik maupun ekonomis dibanding mengganti tiang pancang pipa baja.
c.

Perancangan

Dari segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan yang baik dan
pembangunan proyek. Ia meliputi pemilihan material dan pemilihan cara
pengendaliannya

dalam

batas

perancangan

keseluruhan.

Perencanaan

dan

perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan pemecahan masalah yang


baik

terhadap

persoalan-persoalan

d.

yang

di

hadapi.

Anoda

karbon

Cara lain untuk mencegah korosi besi adalah dengan menggunakan anoda karbon.
Dengan

membandingkan

Fe2+
Mg2+

+
+

2e
2e

potensial

reduksi

standar

Fe(s)

besi

EO

Mg(s)

dan
=

EO

magnesium.
-0,41

=-2,39

volt
volt

Terlihat bahwa Mg2+ lebih sulit direduksi dibandingkan dengan Fe2+ atau
sebaliknya, Mg(s) lebih mudah dioksidasi daripada Fe(s). Sepotong Mg yang
terhubung dengan besi akan lebih cenderung dioksidasi dibandingkan dengan besi,
dan sekali terpakai oleh oksidasi harus diganti. Metode ini biasanya digunakan untuk
melindungi lambung kapal, jembatan, dan pompa air besi dari korosi. Pelat
magnesium dihubungkan dengan interval yang teratur sepanjang potongan pipa yang
terkubur, dan ini jauh lebih mudah untuk menggantikannya secara periodik dari pada
mengganti
e.

keseluruhan
Pelumuran

dengan

pipa.

Oli

atau

Gemuk

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak
f.

dengan
Pembalutan

air.
dengan

Plastik

Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan

plastik.

Plastic

mencegah

kontak

dengan

udara

dan

air.

Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat


menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan
terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya
korosi diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, pembalutan dan
penggunaan chemical inhibitor.
Proteksi Katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk
memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar
logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang
kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke
dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat. Terlihat disini karena
perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang dan
akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam
tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut Cathodic Protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan
sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga
akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda buatan tersebut
ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lembab) dengan logam
(dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan pipa dihubungkan dengan
kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat mengalir
terus menerus.
Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu
bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi.

Pelapisan dengan semen (concrete coating)


Pelapisan ini digunakan pada pipa yang akan dipasang pada daerah air laut,
dimana ketebalan semen diharapkan akan dapat menghindarkan kontaminasi secara
langsung antara air laut dengan permukaan pipa dan juga selain itu lapisan semen ini
juga digunakan sebagai pemberat pipa yang akan diletakkan didasar laut sehingga
tidak memerlukan lagi pemberat. Namun kelemahan dari pelapisan semen pada
jaringan pipa dasar laut adalah sulit sekali untuk melakukan pemeliharaan atau
melakukan inspeksi dengan peralatan yang sederhana, hal ini disebabkan jaringan
pipa tersebut sudah tertutup Lumpur didasar laut. Untuk keperluan pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan intelegent pig yang dimasukkan dalam jaringan pipa
dan didorong oleh fluida yang mengalir pada jaringan pipa tersebut. Dengan
pekerjaan yang relatif sederhana intelegent pig dapat memberikan informasi tentang
cacat yang ada pada jalur pipa transportasi cukup akurat, baik jenis cacatnya maupun
lokasi dimana cacat itu berada. Sehingga sangat memudahkan bagi kita untuk
memperbaikinya.
Pengecatan (Painting)
Pengecatan untuk subsea pipeline hanya mungkin dilakukan pada awal
instalasi, sehingga untuk pipa yang terendam air pemeliharaan dengan cara
pengecatan tidak mungkin dan tidak dilakukan. Pemeliharaan dengan pengecatan
dilakukan untuk instalasi pipa yang berada pada bagian permukaan.
Dalam pengecatan perlu diperhatikan penggunaan cat yang sesuai dengan
standart dan ketebalan cat perlu diperhatikan, yaitu ketebalan antara primer
coat,intermediate

coat dan top

coat. Sebelum

pipa

dicat

harus

dilakukan

sandblasting terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa tidak ada air atau kotoran
yang dapat menyebabkan korosi setelah dilakukan pengecatan. Untuk subsea
pipeline cara ini tidak dilakukan karena umur cat yang terbatas, sehingga
untuk subsea pipeline cara yang sering digunakan yaitu dengan cara pelapisan dengan
meggunakan semen atau aspal.

Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)


Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut
inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada
permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan yang
sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk
fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena inhibitor tersebut
merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi maka perlu dilakukan
pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya. Material corrosion inhibitor
terbagi 2, yaitu :
a.

Organik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang mengandung
unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik inhibitor antara lain:

Turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamine, diamine, amida, asetat, oleat,
senyawa-senyawa amfoter.

b.

Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung
unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain
kromat, nitrit, silikat, dan pospat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Tanggal 2 April 2012, di Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Alat dan Bahan

1. Satu unit Fluid Mixing Apparatus yang dilengkapi dengan impeller


berbeda dengan baffle dan tanpa baffle
2. Pasir
3. Air
4. Garam
Prosedur Percobaan :
1. Siapkan Fluid Mixing Apparatus tanpa baffle sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
2. Masukkan air, pasir, dan garam kedalam Fluid Mixing Apparatus kemudian
pasang impeller yang dikehendaki.
3. Hidupkan Fluid Mixing Apparatus dan aturlah kecepatan putaran impeller sesuai
petunjuk
4. Amati dan gambarkan pola aliran yang terjadi setiap kenaikan kecepatan putaran
impeller
5. Ukur konduktivitas air dengan ohmmeter setiap 2 menit dan ulangi sampai 6 kali.
6. Ulangi percobaan di atas untuk impeller yang berbeda dan Fluid Mixing
Apparatus dengan Baffle

Anda mungkin juga menyukai