DAFTAR ISI
PERSIAPAN AMBULANS
PEMERIKSAAN AMBULANS
MESIN MATI
MESIN HIDUP
PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN
MENGOPERASIKAN AMBULANS
SYARAT PENGEMUDI AMBULANS
ATURAN DI JALAN
PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)
SIRENE
LAMPU DAN ROTATOR
KECEPATAN DAN KESELAMATAN
KENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDER
JALUR ALTERNATIF
POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN
MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS
STABILISASI
TRANSPORTASI
PENENTUAN TUJUAN
SEBELUM BERANGKAT
SELAMA PERJALANAN
SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN
MENGAKHIRI PANGGILAN
SAAT DI RUMAH SAKIT
DALAM PERJALANAN KEMBALI
TIBA DI TEMPAT
KONDISI KHUSUS
PENOLAKAN PERAWATAN
PERSIAPAN AMBULANS
PEMERIKSAAN AMBULANS
MESIN MATI
1.
2.
MESIN HIDUP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan lakukan
pemeriksaan berikut:
Tes fungsi indikator di dashboard.
Periksa meteran yang terletak di dashboard.
Tes fungsi rem.
Tes fungsi rem tangan.
Tes fungsi setir.
Periksa fungsi wiper.
Tes fungsi lampu.
Periksa fungsi pemanas dan pendingin baik di kompartemen kemudi maupun
kompartemen pasien.
Periksa perlengkapan komunikasi.
MENGOPERASIKAN AMBULANS
SYARAT PENGEMUDI AMBULANS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika digunakan untuk respon
gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat.
Menurut UU No 22 Tahun 2009 Pasal 134, Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama
untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut:
1.1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
1.2. ambulans yang mengangkut orang sakit;
1.3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas;
1.4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
1.5. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi
tamu negara;
1.6. iring-iringan pengantar jenazah; dan
1.7. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat peringatan
(warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No 22 Tahun
2009 Pasal 135: Kendaraan yang mendapat hak utama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau
menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan bunyi sirene.
3. Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki kewaspadaan
tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh.
4. Hak-hak khusus ini meliputi:
4.1. Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang lain dan tidak
merusak hak milik orang lain.
4.2. Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain.
4.3. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak membahayakan
nyawa orang lain.
4.4. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang
tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa
dan harta benda.
4.5. Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah memberi sinyal yang tepat.
PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)
Alat peringatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak
melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30 meter.
SIRENE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 59 Ayat
5, lampu isyarat isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna merah.
2. Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada.
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat
darurat.
KECEPATAN DAN KESELAMATAN
1.
2.
3.
1.
Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena jarak yang terlalu
dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain.
2. Sistem EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulans dengan kendaraan lain
kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
JALUR ALTERNATIF
1.
Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus diketahui dengan
baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur alternatif dapat segera dibuat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari jalur alternatif.
POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN
1.
Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan area bahaya dan
jalur evakuasi.
2. Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda bahaya seperti
nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya, ambulans diparkir
sekurangnya 15 meter.
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.
4. Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di belakang lokasi
kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan kita dapat memperingatkan
kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan.
5.
Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk mencegah
ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.
6. Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada orang lain yang
memandu, karena pengemudi ambulans memiliki keterbatasan pandangan ke arah
belakang.
Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat darurat
jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan ke ambulans.
2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi di tempat, seperti lokasi yang
berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan
terlebih dahulu.
3. Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar harus
terpasang dan pasien diimobilisasi dengan spinal board.
STABILISASI
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
TRANSPORTASI
PENENTUAN TUJUAN
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3.
Pasien kritis atau tidak stabil harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas gawat darurat
terdekat
Termasuk dalam kategori di atas adalah:
Henti nafas atau henti jantung
Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
Kejang berulang atau sedang terjadi
Trauma mayor
Amputasi
Pasien luka bakar
Persalinan iminen
Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat
Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau berdasarkan
keputusan chief ambulans
SEBELUM BERANGKAT
1.
a.
b.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
6.
a.
b.
c.
7.
8.
9.
Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans berhenti. Pastikan
fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.
SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN
1.
2.
a.
b.
c.
3.
4.
Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan pasien,
lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas yang siap mengambil
alih.
Dampingi petugas yang akan mengambil alih
Berikan laporan anda secara lisan
Serahkan barang pribadi pasien
Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula
Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya cari tempat yang
tenang untuk melakukan ini.
MENGAKHIRI PANGGILAN
SAAT DI RUMAH SAKIT
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
1.
Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam perjalanan kembali dan bahwa Anda siap
(atau tidak siap) untuk pengiriman selanjutnya
2. Selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
TIBA DI TEMPAT
KONDISI KHUSUS
PENOLAKAN PERAWATAN
1.
a.
b.
2.
3.
1.
2.
3.
Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum menikah
Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali
Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat mengancam jiwa,
maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan
transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus dicatat dengan baik
4. Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa, mereka
harus dijelaskan dan diyakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap
menolak, bantuan perawatan dan transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus
didokumentasikan
5. Jika orang tua arau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan transportasi dapat
dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak keamanan (Polisi).
PASIEN DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL
1.
2.
1.
Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum ditetapkan, tindakan
resusitasi harus terus dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, termasuk waktu,
tempat dan nama kru yang ada
3. Petugas DVI, medis dan atau polisi harus diberitahu secepatnya
4. Penanganan selanjutnya diserahkan kepada pihak yang berwenang
PASIEN ATAU LOKASI TIDAK DITEMUKAN/TIDAK DAPAT DICAPAI
1.
Kondisi ini harus segera dilaporkan kepada pihak keamanan untuk dilakukan pencarian
atau dicarikan jalur lain yang dapat diaksses
TINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL
1.
2.
1.
Kejadian bencana massal ditetapkan jika sumber daya yang ada tidak mampu mengatasi
kebutuhan
2. Jika belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan RHA,
melaporkannya dan mendirikan lokasi triase awal
3. Sistem komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih berwenang