Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi psikotik merupakan gangguan kronik pada sistem saraf pusat yang
menyebabkan penderita tidak dapat berpikir jernih, mengontrol emosi, dan
menentukan pilihan serta mendengar halusinasi auditorial, suara yang tidak bisa
didengar oleh manusia pada umumnya.

Penderita psikotik pada umumnya

memiliki kepercayaan bahwa orang lain dapat membaca pikiran mereka,


mengendalikan pikiran, mengomentari tindakannya, atau merencanakan tindakan
yang buruk terhadap dirinya (Sadock, 2004).
Psikotik dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat di berbagai
daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama
di seluruh dunia. Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) yang dilakukan
oleh National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur
hidup psikotik 0,6%-1,9%, yang berarti bahwa 1 dari 100 orang akan mengalami
sepanjang masa hidupnya, dengan angka insidensi tahunan psikotik berkisar
antara 0,5-5,0 per 10.000, angka insidensi lebih tinggi ditemukan pada orang yang
lahir di daerah perkotaan di negara maju (Sadock, 2004).
Survey komprehensif secara global menunjukkan bahwa psikotik
merupakan penyebab dari 1,1% total disabilitas global seumur hidup dan 2,8%
disabilitas yang didapat pada sebagian usia kehidupan. Psikotik pada umunya
terjadi pada usia dewasa muda atau masa peralihan remaja-dewasa. Laki-laki
cenderung mengalami onset psikotik lebih awal (onset terjadi pada umur 8-25
tahun untuk laki-laki dan 25-35 tahun untuk perempuan), gejala yang lebh berat
dengan gejala negatif yang lebih banyak, kemungkinan sembuh yang lebih kecil
dan prognosis yang lebih buruk dibandingkan kejadian psikotik pada perempuan.
(Murray, 2007)

Pengobatan pada pasien penderita psikotik secara garis besar dapat


dikelompokkan menjadi terapi farmakologis dan terapi psikologis. Terapi
farmakologis lini pertama untuk penderita psikotik dengan episode awal psikosis
adalah dengan menggunakan menggunakan obat antipsikotik atipikal, seperti
risperidone atau olanzapine. Walaupun beberapa perusahaan farmasi telah
meyakinkan akan efektivitas obat antipsikotik atipikal yang lebih bermakna dan
efek samping yang lebih kecil dari obat antipsikotik tipikal, penelitian terkini
dengan menggunakan Radomised Controlled Trials (RCT) menunjukkan hasil
bahwa obat antipsikotik atipikial tidak memiliki perbedaan dalam tingkat
efektivitas dibandingkan obat tipikal. Hingga saat ini, belum ditemukan
pengobatan yang terbukti efektif dan aman dengan efek samping yang minimal
dalam menghambat progresivitas maupun mengurangi gejala-gejala yang timbul
pada penderita psikotik. (Murray, 2007)
Pohon Gaharu (aquilaria malaccensis) merupakan tanaman dari famili
thymelaeaceae yang ini tumbuh subur di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara
seperti Bangladesh, Bhutan, India, Laos, Myanmar, Filipina, Malaysia dan
Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 40 m, dengan diameter lebih dari 60
cm (Sastrapradja et al, 1980). Pohon Gaharu merupakan sumber utama Gaharu
(agarwood), sebuah produk rempah rempah berbentuk kayu yang menghasilkan
resin beraroma wangi yang sering dipakai sebagai bahan untuk pafum (Broad,
1995).
Selain memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, Gaharu telah diteliti
memiliki berbagai macam khasiat, diantaranya sebagai zat sedatif, neuroprotektif,
antioksidan, antiinflamasi, antihepatotoksik, antiviral, stimulan sel saraf dan
hepatoprotektif. Penelitian terakhir yang dilakukan didapatkan bahwa gaharu
mengandung beberapa senyawa seperti tannin dan flavonoid yang bersifat
neuroprotektif via myelin-protector pathway reaction.
Pohon gaharu telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
parfum dan kosmetik. Sebagai bahan obat gaharu telah banyak dimanfaatkan

sebagai obat asma, obat penurun berat badan, antibakteri serta antioksidan.
Namun pemanfaatannya sebagai antipskiotik belum banyak diteliti dan belum
banyak digunakan (Kementrian Kehutanan, 2014). Penelitian dan pengembangan
tentang tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang dengan
pesat saat ini, terutama dalam bidang khasiat obat maupun analisis zat kimia
berdasarkan tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat
dengan khasiat yang teruji secara empiris. Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih
memantapkan para pengguna tumbuhan obat tentang khasiat maupun kegunaanya
(Dalimartha, 2000).
Pada skrining kandungan fitokimia dalam daun gaharu didapatkan bahwa
daun gaharu mengandung senyawa flavonoid, tannin, polifenol, glikosida dan
terpenoid (Yanti et al., 2013). Penelitian kandungan fitokimia dalam daun gaharu
spesies Aquilaria crassna yang dilakukan oleh Kamonwannasit (2013)
menunjukkan bahwa daun gaharu spesies ini mengandung flavonoid, alkaloid,
saponin, tanin dan glikosida. Penelitian yang dilakukan oleh Liana tahun 2013
menunjukkan daun gaharu (Aquilaria malaccensis) mengandung senyawa fenol,
flavonoid dan terpenoid yang terdapat pada fraksi etil asetat, hal ini menunjukkan
tumbuhan gaharu dari family Thymeliaceae yaitu daun gaharu spesies Aquilaria
malaccensis dan Gyrinops versteegii memiliki kandungan yang sama.
Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam
pelarut polar. Menurut Chusine dan Lamb (2005) senyawa flavonoid merupakan
senyawa potensial sebagai antidepresan yang menunjukkan daya hambat pada
protein monoamin oksidase.
Golongan senyawa lain yang terdapat pada daun gaharu (Aquilaria
malaccensis) adalah terpenoid. Menurut Lutfiyanti et al. (2012) terpenoid
memiliki fungsi sebagai neuroprotektive substance. Senyawa tersebut dapat
melindungi kerusakan dan degenarasi sel otak dengan menekan jumlah IL-17 dan
mensekresikan Nuclear Factor Erythroid-2 Related Factor-2 (NRF2) sebagai
antioxidant inducer.
Luasnya penyebaran, cukup tingginya budidaya, dan banyaknya potensi
Aquilaria malaccensis dalam bidang kesehatan tidak menutup kemungkinan

bahwa tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai agen antipsikotik.. Belum banyak
penelitian yang meneliti bagaimana aktivitas daun gaharu sebagai antipsikotik,
diharapkan daun gaharu dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan
psikotik. Penelitian ini akan menggunakan risperidone sebagai kontrol positif.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun Gaharu
(Aquilaria Mallacensis) dalam mengurangi gejala negatif dan memperbaiki sistem
kognitif pada tikus putih galur Wistar yang diinduksi lir-psikotik.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun gaharu (Aquilaria mallacensis) efektif dalam
mengurangi gejala negatif dan gangguan kognitif yang terjadi pada tikus putih
galur wistar yang diinduksi lir-psikotik ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas ekstrak daun gaharu (Aquilaria Mallacensis) dalam mengurangi
gejala negatif dan memperbaiki fungsi kognitif pada tikus Wistar yang
diinduksi lir-psikotik
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus memiliki tujuan, antara lain :
1. Mengetahui efektivitas ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis)
dalam mengurangi gejala negatif pada tikus putih wistar yang
diinduksi lir-psikotik
2. Mengetahui efektivitas ekstrak daun gaharu (Aquilaria malaccensis)
dalam memperbaiki gangguan kognitif pada tikus putih wistar yang
diinduksi lir-psikotik
3. Mengetahui golongan senyawa yang terkandung pada daun gaharu
(Aquilaria malaccensis)
4. Mengetahui jumlah ekstrak yang efektif dalam memperbaiki gejala
negatif pada tikus Wistar yang diinduksi lir-psikotik

5. Mengetahui jumlah ekstrak yang efektif dalam memperbaiki fungsi


kognitif pada tikus Wistar yang diinduksi lir-psikotik

1.4 Premis
1. Ekstrak etanol daun Gaharu spesies Aquilaria agallocha memperbaiki level
monoamine pada otak mendekati angka normal (Okugawa et al., 1993)
2. Jinkoh-eremol dan agaraospinal pada Ekstrak etanol daun gaharu spesies
Aquilaria agallocha terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan
Sistem saraf pusat dan menghilangkan efek metamphetamin-inducedlocomotion pada tikus (Okugawa et al, 1994)
3.

Ekstrak Benzene dari Aquilaria Malaccensis memiliki efek antidepresan


pada susunan sistem saraf pusat (Okugawa et al., 1993)

4. Penelitian kandungan fitokimia dalam daun gaharu spesies Aquilaria


crassna yang dilakukan oleh Kamonwannasit (2013) menunjukkan bahwa
daun gaharu spesies ini mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, tanin
dan glikosida
5. Flavonoid memiliki efek inhibtor pada reseptor monoamine oxidase
sehingga berperan sebagai anti-depresan dan dapat memperbaiki keadaan
pasien parkinson dan juga memiliki efek sebagai antioxidant yang
mengurangi reaksi sres oksidatif yang dapat merusak otak. (Datta B.K,
2003)
6. Triterpenoid memiliki kemampuan untuk menekan angka IL-17 dan
sitokin pro-infalamasi lainnya, serta mensekresikan NRF2 yang dapat
memicu reaksi neuroprotektif melalui jalur NRF2-dependent-AntioxidantGenes induction (Pareek, 2011)
7. Fraksi aktif Tannin, Phlorotannin-rich-fraction, merupakan zat yang
memiliki potensi yang besar untuk mengobati gangguan neuropsikiatrik
karena memiliki efek depresif pada aktvitas Central nervous system,
sehingga dapat menurunkan hiperaktivitas sel dan memiliki efek

neuroprotektif dengan menghambat aktivitas acetyl cholinesterase dan


butyril cholinesterase (Cho, 2012)
1.5 Kerangka Konsep
Ekstrak etanol daun gaharu
(Aquilaria malaccensis)

Flavonoid

Terpenoid

Tannin

Inhibitor monoamin oxidase

Neuroprotektor
&
Anti-Inflamasi

Depresif pada Sistem Saraf Pusat

Menghambat produksi Dopamin


Inhbiisi Hiperaktivitas Dopamin
Melindungi kerusakan sel otak

Mengurangi dan Mencegah Gejala Psikotik

1.6 Hipotesis

Ekstrak Etanol daun Gaharu spesies Aquilaria Malaccensis memberikan efek


perbaikan terhadap fungsi kognitif pada tikus putih Wistar yang diinduksi lirpsikotik

1.7 Manfaat Penelitian


1.7.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmiah mengenai
efek ekstrak daun gaharu (Aquilaria Mallacensis) terhadap perbaikan
gejala negatif dan fungsi kognitif pada penderita psikotik.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan kajian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, serta bermanfaat untuk penelitian
selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah mengenai efek
anti-psikosis ekstrak daun gaharu (Aquilaria mallacensis)

sehingga

ekstrak daun gaharu (Aquilaria mallacensis) yang semula digunakan


sebagai obat tradisional, nantinya dapat dikembangkan menjadi obat
terstandardisasi.
4. Menambahkan daftar kepustakaan ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya mengenai manfaat tanaman herbal untuk pengobatan, serta
bermanfaat bagi adik-adik tingkat untuk melakukan penelitian di bidang
obat herbal
5. Memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai efek ekstrak
daun gaharu terhadap aktivitas dopamin dalam memperbaiki fungsi
kognitif pada tikus Wistar yang diinduksi lir-Psikotik.
1.7.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan rujukan

bagi masyarakat dan peneliti lain.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus LSK
    Kasus LSK
    Dokumen12 halaman
    Kasus LSK
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • CASE Gizi Buruk
    CASE Gizi Buruk
    Dokumen44 halaman
    CASE Gizi Buruk
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas DR Emma
    Tugas DR Emma
    Dokumen5 halaman
    Tugas DR Emma
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Jaga Koas
    Jaga Koas
    Dokumen12 halaman
    Jaga Koas
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Struktur Gugus Fungsi Keton
    Struktur Gugus Fungsi Keton
    Dokumen3 halaman
    Struktur Gugus Fungsi Keton
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Alkena
    Pengertian Alkena
    Dokumen4 halaman
    Pengertian Alkena
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Belum ada peringkat