PENDAHULUAN
a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan; dan
c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
kekayaan
negara
dan/atau
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan,
tetapi
pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan
peralatan pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung
lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik dan sebagainya.
Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang
cepat dan cepat.
Dari beberapa kasus kita menemukan suatu kenyataan bahwa sering sekali
pasien harus menunggu dalam waktu yang tidak wajar untuk mendapatkan pelayanan
media karena urusan birokrasi, misalnya urusan kartu berobat yang terlalu berbelitbelit. Bahkan bukan merupakan hal yang berlebihan apabila dikatakan bahwa jiwa
pasien yang seharusnya dapat tertolong menjadi melayang sia-sia karena
keterlambatan penanganan akibat birokrasi yang harus dipenuhi pasien atau keluarga
pasien. Biasanya hal ini terjadi bagi pasien yang menggunakan layanan berobat gratis
seperti Jamkesmas, Jamkesda, Askes, maupun layanan gratis lainnya. Misalnya yang
terjadi pada Eko Suhartono (46 tahun) warga Rongkah Gang Buntu II Surabaya yang
harus kehilangan istrinya, Mursiyah (36 Tahun). Mursiyah meninggal dunia karena
sesak nafas yang dideritanya, di RS Soewardhi Surabaya. Persyaratan birokrasi yang
harus dipenuhi oleh Eko agar mendapatkan pelayanan berobat gratis menyebabkan
Mursiyah terlambat ditangani. Pihak rumah sakit meminta persyaratan berupa Kartu
Susunan Keluarga (KKS) yang mana untuk memenuhi persyaratan tersebut
membutuhkan waktu yang cukup lama. Ketika Eko mendapatkan surat tersebut,
nyawa istrinya tidak dapat tertolong lagi. Demikian juga halnya dengan bocah malang
bernama Hendi (4 tahun) yang harus meregang nyawa di RS Sudarso, Pontianak
karena terlambat ditangani secara medis. Hendi juga merupakan pasien yang
menggunakan layanan kesehatan gratis melalui Jamkesmas.
seminar.
Terutama
pelayanan
administrasi
terhadap
pasien
yang
kedokteran juga akan semakin mahal, demikian juga dengan biaya rumah sakit.
Karena itu, manajemen rumah sakit yang tidak baik akan menimbulkan pelayanan
kesehatan yang semakin mahal atau apabila tidak memiliki fasilitas yang memadai
maka rumah sakit tersebut tidak akan dipercaya oleh masyarakat. Dengan menghadapi
dilema ini, rumah sakit dituntut untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik tetapi
dengan biaya yang terjangkau.
2. Permintaan masyarakat yang semakin meningkat dan kompleks.
Masyarakat tidak saja menghendaki pelayanan kedoteran yang baik tetapi juga
semakin meluas. Masalah-masalah yang pada masa lalu tidak menjadi tugas seorang
dokter, saat ini juga menjadi tugas seorang dokter. Dapat dimengerti bahwa karenanya
beban rumah sakit dan dokter juga menjadi semakin berat.
3. Dengan semakin meluasnya bidang kegiatan rumah sakit, diperlukan unsurunsur penunjang medis yang semakin meluas juga, misalnya masalah administrasi,
pengelolaan keuangan, hubungan masyarakat dan aspek-aspek hukum/legalitas.
Ditambah lagi dengan unsur-unsur penunjang non medis lainnya, misalnya
penyediaan sarana penginapan bagi keluarga pasien. Dengan adanya berbagai tuntutan
ini, manajemen rumah sakit dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanannya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
pembenahan yang bukan hanya berkisar pada pelayanan medis rumah sakit, tetapi
juga terkait dengan masalah birokrasi administrasi seperti pengurusan kartu berobat
maupun berkas-berkas lainnya. Pembenahan di bidang administrasi ini meliputi
pembenahan fasilitas administrasi maupun peningkatan kemampuan dan ketrampilan
petugas di rumah sakit tersebut. Misalnya menambah fasilitas komputer dan
membekali petugas dengan ilmu dan ketrampilan agar dapat memberikan pelayanan
yang cepat, tepat dan tetap menjaga etika profesi.
atau pasien di RSU H. Adam Malik Medan adalah pelayanan administratif yaitu
dalam pengurusan berkas-berkas administrasi. Misalnya pengurusan kartu berobat,
registrasi rawat inap, dan pengurusan-pengurusan berkas yang berhubungan dengan
program-program pemerintah di bidang kesehatan seperti Jamkesmas, Askes dan
sebagainya. Dalam bagian administrasi ini, petugas dari Rumah sakit H. Adam Malik
Medan dituntut untuk bisa memberikan pelayanan yang tepat dan cepat sesuai
keinginan masyarakat. Secara singkat, masyarakat membutuhkan pelayanan
administrasi
yang
memuaskan.
Sehingga
masyarakat
Indonesia,
khususnya
masyarakat Kota Medan lebih mempercayai pengobatan dari RSU H. Adam Malik
Medan daripada ke luar negeri karena adanya pelayanan yang memuaskan dalam
berbagai bidang. Untuk itu, peningkatan kualitas pelayanan di bidang administrasi ini
mutlak sangat diperlukan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut ke dalam sebuah penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk thesis
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Magister Studi
Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara. Adapun
judul yang dipilih adalah Evaluasi kualitas Pelayanan Publik (Studi Tentang
Pelayanan Administratif di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan).