Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH KURIKULUM

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM


MENINGKATKAN MINAT BACA PADA ANAK USIA DINI DALAM
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kecerdasan Bahasa
Majemuk

Disusun oleh :
Dodoh Suhedawati

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sesuai dengan Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara (Depdiknas, 2007:2).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14).
PAUD merupakan lembaga pendidikan pra-skolastik atau akademik. Itu
artinya, PAUD tidak mengemban tanggungjawab utama dalam membelajarkan
keterampilan membaca dan menulis. Subtansi pembinaan kemampuan skolastik
atau akademikini haruslah menjadi tanggungjawab utama lembaga pendidikan
dasar (Depdiknas, 2007:1).
Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga
disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk
belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia
dini merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus
dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat
berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik
dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik
motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan
emosional.

Anak usia dini memerlukan banyak sekali informasi untuk mengisi


pengetahuannya agar siap menjadi manusia sesungguhnya. Dalam hal ini
membaca merupakan cara untuk mendapatka an informasi karena pada saat
membaca maka seluruh aspek kejiwaan manusia terlibat dan ikut serta bergerak.
Hasilnya, otak yang merupakan pusat koordinasi pun bekerja keras menemukan
hal-hal baru yang akan menjadi pengisi memori otak sekaligus menjadi bekal
pertumbuhan.
PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang
dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar
dan belajar seraya bermain. Bermain adalah bagian integral dalam kehidupan
setiap anak dan merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan potensi
anak secara optimal. Penggunaan metode bermain disesuaikan dengan
perkembangan anak (keperluan usia anak). Permainan yang digunakan pada
PAUD adalah permainan yang merangsang kreativitas dan menyenangkan (tidak
ada unsur pemaksaan) dan sederhana. Pembinaan pengembangan motorik di sini
merupakan salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan aspek motorik secara
optimal dan dapat merangsang perkembangan otak anak. Pengembangan aspek
motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus,
meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol dan melakukan koordinasi
gerak tubuh, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat
sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat dan terampil.
Melalui pembinaan aktivitas anak (Fisik Motorik) di PAUD diharapkan akan
memberikan dasar pemikiran untuk mengkaji lebih spesifik dalam rangka
pelaksanaan program pendidikan. Dengan memanfaatkan sarana alat bermain,
gambar dan permainan yang tersedia di PAUD serta disesuaikan dengan
perkembangan dan pertumbuhan fisik anak usia PAUD
Kemampuan membaca anak usia dini umumnya masih relatif kurang karena
pedidikan usia dini merupakan awal atau permulaan anak belajar membaca. Anak
usia dini umumnya enggan untuk membaca sesuatu yang bersifat abstrak. Selain
itu tuntutan orang tua yang menginginkan anak cepat bisa membaca. Ditambah

lagi tuntutan dari SD yang mengadakan penerimaan siswa dengan menggunakan


tes baca tulis.
Guru memerlukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu
cara yang dapat digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan media yang
dapat merangsang minat baca anak didik dalam membaca. Media yang dapat
digunakan salah satunya adalah media kartu gambar. Media kartu gambar adalah
media yang berupa gambar yang diserta dengan kata-kata atau kalimat
dibawahnya. Dengan adanya gambar tersebut, maka anak didik akan terangsang
utuk mengetahui maksud gambar tersebut dan mencoba membaca kata-kata atau
kalimat yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis merumuskan
masalah pokok Bagaimana pengaruh penggunaan media Gambar dalam
meningkatkan minat baca pada Anak Usia dini dalam proses pembelajaran di TK
Al-Anshor di Desa Werasari Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat baca melalui media
gambar pada anak usia dini TK Al-Anshor di Desa Werasari Kecamatan
Malausma Kabupaten Majalengka.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Anak didik lebih termotivasi dalam belajar.
b. Meningkatnya minat baca pada anak didik.
2. Bagi Guru
a. Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan minat baca anak didik
melalui kartu gambar.
b. Dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3.

Bagi sekolah
a. Hasil penelitian diharapkan mampu membantu sekolah dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar.

b. Memotivasi kepada guru-guru untuk menerapkan metode yang bervariasi


dalam pengajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Minat

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan


apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat
sesuatu melihat sesuatu akan menguntungkan mereka merasa berminat. Ini
kemudian mendatangkan kepuasaan. Bila kepuasaan berkurang, minat pun
berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan dalam kehidupan anak, walaupun
kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi orang dewasa. Semakin kuat
kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut.
Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan
terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan
dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya,
hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya
Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang
mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi
minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih
sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri
seseorang (www1.bpkpenabur. or.id/jurnal/04/017-035.pdf).
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha
yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih,
serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang anak
memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Berikut merupakan ciri-ciri minat anak menurut Hurlock antara lain adalah
sebagai berikut
a. minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik.
b. minat bergantung pada kesiapan belajar.
c. minat bergantung pada kesempatan belajar.
d. perkembangan minat mungkin terbatas.
e. minat dipengaruhi pengaruh budaya.
Peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat
untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta didik
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi siswa. Beberapa
cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut Sanjaya
(2006 : 28-29), diantaranya:

a) hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta


b)
c)
d)
e)
f)

didik
sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa
ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
berikan penilaian
berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, penghargaan bisa dilakukan

dengan memberikan komentar positif


g) ciptakan persaingan dan kerja sama.
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Menurut Usman (2008:27) kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah
minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yag relatif
menetap pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya
seorang anak menaruh minat terhadap terhadap kesenian, maka ia akan berusaha
untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Pada hakikatnya setiap anak
berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan
minat terhadap belajar.
2.2 Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan
seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh
karena tiu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak
mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi menjadi dua periode, yaitu,
periode Prelinguistik dan periode Linguistik. Periode Linguistik inilah anak mulai
mengucapkan kata-kata pertama. Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode
linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1) Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran
yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan

yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata
benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2) Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak
sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Pada periode
ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya.
Orang tua mulai melakukan Tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun
mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimat sederhana.
3) Fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah
sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan
berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang
mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengungkapkan kata demi kata
sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.
Menurut Brewer dalam Suyanto (2005:73) perkembangan bahasa mengikuti
suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya
diantara anak yang satu dengan anak yang lain, dengan tujuan mengembangkan
kemampuan untuk berkomunikasi. Kebanyakan anak memulai perkembangan
bahasanya dari menangis untuk mengekspresiakan responnya terhadap bermacammacam stimuli. Anak mulai memerang (cooing), yaitu melafalkan bunyi yang
tidak ada artinya secara berulang-ulang, seperti suara burung yang sedang
berkicau. Anak pada umumnya belajar nama-nama benda sebelum kata-kata lain.
Berikut adalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menurut Depdiknas
(2007:5), antara lain adalah:
a. Keterampilan berbahasa, dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku:
menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, mendeskripsikan, melaporkan
kejadian, menyatakan suka/tidak, meminta ijin, bantuan, mengemukakan alas
an, memerintah atau menolak sesuatu.
b. Keterampilan mendengar, dapat ditujukan oleh anak dalam perilaku:
mendengarkan perintah, mendengarkan pertanyaan, mendengarkan orang

yang sedang bercerita dan mendengarkan orang yang sedang member


petunjuk.
c. Keterampilan berbicara, dapat ditujukan oleh anak dalam perilaku:
mengembangkan keterampilan bertanya, menyiapkan kegiatan yang dapat
dilakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang bervariasi.
d. Keterampilan membaca, adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif
(pendengaran) dan visual (pengamatan).
2.3 Membaca
Retorika adalah kiat yang didasarkan atas nengetahuan yang tersusun baik
dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan. Berbahasa merupakan
kegiatan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca merupakan salah satu
ketrampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi, 2007:4).
Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus
dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar
kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat
menggunakan keduanya dengan tepat dan benar jika pembaca mempunyai kiat
dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan
menggunakan model membaca, metode membaca, dan teknik membaca sesuai
kebutuhan.Model-model membaca tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi
merupakan kerja keras dari para ahli yang mengkajinya dalam waktu yang relatif
lama. Dalam menghasilkan suatu model membaca ada suatu tata kerja tersendiri
yang harus ditempuh melalui penelitian. Cara menghasilkan model membaca
dilakukannya secara profesional yang bersifat teknik. Berikut merupakan
pendekatan membaca menurut Haryadi (2007:12-16):
a) Pendekatan Taksonomik
Pendekatan taksonomik dikembangkan oleh Gray. Ia berpendapat bahwa
dalam

membaca

diperlukan

empat

ketrampilan,

yaitu

mengenal

kata,

komprehensif, reaksi, dan asimilasi (Dechant dan Smith, 1977:15). Awal mula
membaca merupakan kegiatan pengenalan simbol-simbol dilakukan pembaca

dalam bentuk penyandian kembali simbol tulis yang berbentuk kata secara
mekanik
b) Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis terdiri atas dua, yaitu:
1) Pendekatan behavioral, dipelopori oleh Skinner. Pendekatan ini berpandangan
bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan oleh luar. Seseorang dikatakan
belajar kalau mendapat stimulus atau rangsangan dari luar, kemudian dari
rangsangan tersebut menghasilkan respon dari orang yang belajar. Menurut
pandangan behavioral, ketrampilan membaca merupakan hasil proses
membaca yang diperoleh dari hubungan antara rangsangan dan reaksi yang
dikenal dengan sebutan S-R yaitu stimulus dan respons.
2) Pendekatan kognitif, dipelopori oleh piaget. Menurut pandangan kognitif,
membaca tidaklah sekedar memperoleh rangsangan simbol-simbol tertulis
melalui mata, tetapi yang lebih penting adalah memproses rabgsangan
tersebut di dalam otak.
3) Pendekatan Proses Informasi. Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses
informasi adalag Smith. Ia menyatakan bahwa keterampilan membaca
merupakan suatu proses informasi. Pendekatan ini berprinsip bahwa
membaca adalah aktivitas komunikasi yang memungkinkan informasi
ditrasformasi dari penulis kepada pembaca.
4) Pendekatan Psikomotorik. Pendekatan ini dikembangkan oleh Holmes dan
Singer . Kegunaan dari pendekatan ini dalam membaca adalah sebagai
pengukur tingkat kenyaringan dan kecepatan baca yang dilakukan pembaca.
c) Pendekatan Linguistik. Pendekatan ini dikembangkan dalam dua periode
yaitu:
1. Bloomfield, Fries, dan lefevre. Bloomfield berpendapat bahwa membaca
merupakan hubungan teratur antara sistem tulisan dan ujaran. Fries
mengatakan bahwa membaca merupakan hubungan antara bunyi-bunyi
bahasa dengan huruf. Sedangkan Lefevre menekankan faktor kebahasaan
dalam membaca, baik yang berkaitan dengan tuturan kata maupun
hubungan antara kata dan kata dalam menghasilkan kalimat.

2. Muncul teori baru yang disebut teori trasformasi. Diperkenalkan oleh


Chomsky yang kemudian dilanjutkan oleh Halle, Goodman, dan Ruddel.
Teori transformasi menekankan perbedaan antara struktur luar dan
struktur dalam. Yang dimaksud struktur luar membaca adalah bunyi-bunyi
atau simbol-simbol tulisan, sedangkan struktur dalam membaca adalah
makna

sintaktik

dan

interpretasi

semantik

(penafsiran

makna

bacaan).Menurut Depdiknas (2007 : 3) kemampuan membaca ditentukan


oleh perkembangan bahasa.
3. Perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4-6 tahun ditandai oleh
berbagai kemampuan sebagai berikut: (a) mampu menggunakan kata
ganti saya dalam berkomunikasi, (b) memiliki berbagai perbendaharaan
kata kerja, kata sifat, kata keadaan,kata tanya, dan kata sambung, (c)
menunjukkan pengertian, dan pemahaman tentang sesuatu, (d) mampu
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan
kalimat sederhana (e) mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu
melalui gambar. Secara umum melalui kegiatan awal membaca dalam
perkembangan berbahasa diharapkan anak dapat membentuk perilaku
membaca, mengembangkan beberapa kemampuan sederhana dan
keterampilan pemahaman dan mengembangkan kesadaran huruf.
2.4 Media Gambar
Ada beberapa konsep mengenai definisi media pengajaran. Menurut Gerlach
(dalam Sanjaya, 2006:161) secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kodisi yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Sudjana (2007,2)
manfaat media pengajaran dalam proses belajar antara lain :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga dapat
menumbuhnya motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para anak didik, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak didik tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya


mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Sedangkan menurut Usman (2008:32), media pendidikan mempunyai manfaat
sebagai berikut:
a) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir. Oleh karena itu,
mengurangi verbalisme,
b) memperbesar perhatian siswa
c) membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan
d) memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri dikalangan para anak didik
e) menumbuhkan pemikiran yang teraturdan bersambung
f) membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa.
Gambar merupakan media untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gambar
berfungsi sebagai stimulasi munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru.
Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berpikir
seperti gambar atau justru muncul ide baru dan menggugah rasa (Pamadhi,
2008:2.8).
Dalam proses belajar mengajar gambar yang digunakan mampu membantu apa
yang akan dijelaskas oleh guru, memliki kualitas yang baik, dalam arti, dalam arti
memiliki tujuan yang relevan, jelas, mengadung kebenaran, autentik, aktual,
lengkap, sederhana, menarik, dan memberikan sugesti terhadap kebenaran itu
sendiri. Menurut Sadiman (2011, 31-33) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh
gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pengajaran:
1) Autentik. Gambar tersebut secara jujur melukiskan situasi seperti kalau
orang melihat benda sebenarnya.
2) Sederhana. Komponen gambar hendaknya cukup jelas dan menunjukkan
poin-poin pokok pembelajaran.
3) Ukuran relatif. Gambar dapat memperbesar atau memperkecil obyek/benda
sebenarnya.
4) Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.

5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Walaupun dari segi mutu kurang, gambar/foto karya siswa sering sekali lebih
baik.
6) Tidak semua gambar yang bagus adalah media yang baik. Gambar hendaknya
bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Pamadhi (2008:2.9) manfaat gambar bagi anak adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.

alat untuk mengutarakan (berekspresi) isi hati, pendapat maupun gagasannya


media bermain fantasi, imajinasi dan sekaligus sublimasi
stimulasi bentuk ketika lupa, atau untuk menumbuhkan gagasan baru
alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi.
Media pendidikan sangat berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan

secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang
menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, maupun sikap. Salah satu media yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa
kertas tebal yang berbentuk persegi dengan disertai gambar baik berupa gambar
orang, hewan tumbuhan dan lain sebagainya.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK Al-Anshor di Desa Werasari
Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka. Pada tahun ajaran 2016/2017.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik kelas O Besar dengan
jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada TK Al-Anshor di Desa Werasari Kecamatan
Malausma Kabupaten Majalengka.

3.2. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, disingkat PTK.
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action
Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang dilakukan terhadap subyek penelitian di kelas
tersebut.
Penelitian tindakan adalah merupakan salah satu penelitian teknikal tindakan
yang mana bertujuan untuk meningkatkan efektifitas atau system dalam
pengelolaan atau tindakan (Zuber dan Skerit, 2000:31)
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan guru sebagai
peneliti, dimana guru terlibat langsung secara penuh dalam proses pelaksanaan
penelitian, mulai dari tahap menyusun perencanaan, melakukan tindakan,
melakukan observasi dan tahap refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian
ini, kalaupun ada, peranannya sangat kecil dan tidak dominan. Penelitian ini
mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.
Ada banyak model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli,
tetapi secara garis besar suatu penelitian tindakan lazimnya memiliki 4 (empat)
tahapan yang harus dilalui, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi.
3.3. Tahapan Penelitian
3.3.1

Tahap Perncanaan Tindakan (planning)


Pada tahap ini peneliti membuat program rencana kegiatan sebagai

berikut: 1) menetapkan anak yang akan dijadikan subjek penelitian; 2) menyusun


instrument untuk panduan observer/kolaborator yang akan dijadikan alat test
disetiap akhir pertemuan disetiap siklus; 3) menyusun lembar program harian
atau satuan kegiatan harian; 4) membuat lembar observasi yang digunakan untuk
mencantum hasil pengamatan; 5) menentukan dan menetapkan waktu
pelaksanaan; 6) membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan; 7)
menyusun absen anak untuk masing-masing siklus; 8) menjelaskan kepada orang

tua/wali murid PAUD Hidayatul Mubtadiin mengenai penelitian yang akan


dilaksanakan.
3.3.2 Tahap Tindakan (action)
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam setiap siklus terdiri dari 6
pertemuan, masing-masing pertemuan dilakukan dalam waktu selama 90 menit,
yaitu 15 menit untuk pembukaan (apersepsi) 60 menit kegiatan inti dan 15 menit
untuk evaluasi dan penutup.
Kegiatan yang disesuaikan dalam waktu belajar yang dijadwalkan di
PAUD Hidayatul Mubtadiin tersebut setelah melaksanakan 1 siklus sebanyak 6
pertemuan, peneliti dan kolaborator melakukan refleksi secara keseluruhan dari
siklus. Selanjutnya akan diadakan siklus II berdasarkan refleksi yang telah
dilakukan lebih lanjut yang akan dilakukan pada setiap siklusnya.
3.3.3

Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan atau observasi dalam setiap siklus pelaksanaannya

adalah bersamaan dengan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.


Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Guru melakukan observasi atau pengamatan terhadap dirinya sendiri dengan
cara mencatat pada format observasi yang sudah disiapkan sebelumnya
tentang tindakan-tindakan yang sudah ataupun yang belum dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran.
2) Melakukan observasi atas aktivitas belajar anak dalam kelompok maupun
dalam kelas dan interaksi belajar di antara mereka maupun dengan guru
dengan cara mencatat pada lembar observasi yang telah disiapkan.
3) Mengamati keterampilan berbicara dan membaca selama

kegiatan

pembelajaran berlangsung melalui penerapan melalui media gambar.


3.3.4

Tahap Refleksi
Pada tahap ini guru melakukan penafsiran, pemaknaan, dan evaluasi atas

segala tindakan yang telah dilakukan dan hasil-hasilnya maupun atas tindakan
yang belum dilaksanakan berikut hambatan-hambatannya sambil memikirkan
kembali upaya perbaikan yang akan dilakukan pada tahap siklus penelitian
berikutnya. Dan jika sekiranya dari tahap refleksi ini sudah bisa disimpulkan
bahwa tindakan perbaikan yang dilaksanakan sudah cukup memenuhi tujuan

pembelajaran yang ditetapkan, maka siklus penelitian berikutnya bisa dihentikan


dan tidak perlu dilaksanakan. Sebaliknya, jika tujuan pembelajaran belum tercapai
dan masih dirasa perlu untuk melakukan revisi atau langkah-langkah perbaikan
tindakan lebih lanjut, maka penelitian berlanjut ke siklus berikutnya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data bahwa
anak-anak usia dini TK Al-Anshor di Desa Werasari Kecamatan Malausma
Kabupaten Majalengka memiliki minat membaca yang rendah. Dari 20 anak 9
atau 45% memperoleh nilai baik, 6 atau 30% anak mendapat nilai cukup dan 5
atau 25% memperoleh nilai kurang.
4.1.1 Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah guru
merumuskan tujuan pembelajaran dengan mengunakan kartu gambar. Membuat
Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang digunakan sebagai skenario atau jalan
cerita pada saat proses bermain dan belajar. Selain itu guru juga menyiapkan kartu
gambar yang semenarik mungkin. Jumlah kartu gambar disesuaikan dengan
jumlah murid.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan guru mengucapakan salam.
Mengabsensi untuk mengetahui kondisi anak. Sebelum pelajaran dimulai, guru

mengecek kesiapan anak seperti, kerapian dalam berpakaian. Guru juga


menjelaskan tujuan utama pembelajaran dengan menggunakan kartu gambar dan
memberikan motivasi kepada anak. Proses bermain dan belajar dimulai dengan
guru menjelaskan materi dengan menggunakan dengan menggunakan kartu
gambar. Kartu gambar adalah kartu yang ada gambarnya berupa binatang yang
dibawahnya terdapat tulisan sesuai dengan nama gambar tersebut. Guru
memperlihatkan gambar-gambar tersebut di depan kekas. Kemudian menyuruh
anak-anak menebak gambar dan memperhatikan huruf demi huruf yang ada
dibawah gambar dan membacanya secara serempak. Gambar-gambar tersebut
bertujuan untuk menarik minat anak dalam membaca. Agar anak-anak lebih
konsentrasi, guru menyuruh anak untuk mencocokkan gambar dengan tulisan
pada kertas yang telah dibagikan. Kemudian menyuruh anak untuk mencari
gambar atau tulisan sesuai dengan perintah guru.
4.1.3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan melibatkan teman sejawat dengan
menggunakan lembar observasi. Pengamatan terhadap kemampuan anak antara
lain: kemampuan anak dalam mengingat materi yang telah di pelajari, kemampuan
anak mengembangkan ide, kemampuan mengenali gambar, kesiapan anak dalam
mengikuti pelajaran, kekondusifan suasana dalam proses bermain dan belajar,
keaktifan anak dalam menebak kartu gambar. Kesiapan anak dalam belajar masih
kurang, ada beberapa anak yang masih terlambat. Kondisi kelas sudah kondusif,
sesuai dengan ukuran pada umumnya. Pada saat proses bermain dan belajar,
kemampuan anak dalam mengingat materi yang lalu cukup baik. Anak-anak
mampu mengenali gambar dengan baik. Pada pertemuan siklus I ini, sebagian
anak masih ada yang belum paham dengan metode yang dipakai. Masih ada anak
yang kurang tertarik dan berminat dalam membaca dengan gambar. Sebagian ada
yang masih belum jelas dengan materi yang dijelaskan oleh guru.
4.1.4 Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk menganalisa hasil kerja anak dalam


kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar anak didik dari pra siklus. Namun hasil tersebut belum
sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Perbaikan yang dilakukan antara lain:
memperbaiki kualitas gambar yang dipakai agar anak lebih tertarik, kondisi ruang
kelas ditata serapi mungkin dan menempelkan gambar-gambar yang menarik, dan
dalam menyampaian materi guru menggunakan bahasa sesederhana mungkin agar
anak-anak lebih mudah memahami.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dengan menggunakan media gambar dalam kegiatan pembelajaran anak
menjadi semakin bersemangat.
2. Dengan menggunakan media gambar anak lebih mudah mengingat hurufhuruf dan memudahkan anak untuk belajar membaca.
3. Dengan menggunakan gambar-gambar yang bermacam-macam dan menarik
anak semakin tertarik untuk belajar membaca.
4. Minat baca anak semakin meningkat dengan penggunaan media gambar pada
kegiatan pembelajaran.
5.2 Saran
1. Bagi Guru, Guru diharapkan selalu meningkatkan kemampuannya dalam
mengajar mampu membuat media pengajaran yang sesederhana mungkin
untuk meningkatkan minat belajar khususnya minat membaca anak.
2. Bagi Anak, Tidak hanya di sekolah, anak-anak diharapkan untuk belajar
membaca dimulai dengan membaca tulisan-tulisan yang ada di lingkungan
sekitar kita.

3. Bagi Sekolah, Pembelajaran dengan media gambar ini bisa dijadikan menjadi
salah satu pilihan untuk meningkatkan minat membaca pada anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA
-

Adi susilo, Taufik.2011.calistung.Jogjakarta.Hak Cipta


Asrori, Mohammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana
Prima.
Depdiknas. 2007. Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan.
Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Di Taman KanakKanak. Jakarta: Depdiknas.
Haryadi. 2007. Retorika Membaca Model, Metode dan Teknik. Semarang:
Rumah Indonesia.
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Usman, M. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai