Anda di halaman 1dari 67

RANCANGAN ISU ISU STRATEGIS

DAERAH
KOTA TANGERANG SELATAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (BAPPEDA)


KOTA TANGERANG SELATAN
2009

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perencanaan daerah disusun atas dasar potensi dan tantangan strategis yang
dihadapi saat ini dan masa datang. Penyusunan dokumen isu-isu strategis merupakan bagian
dari proses teknokratik dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
daerah seperti RPJP, RPJMD. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses
menetapkan arah pengembangan daerah dan target yang hendak dicapai dalam tahun tahun mendatang; bagaimana mencapainya dan langkah-langkah strategis apa yang perlu
dilakukan agar tujuan tercapai. Penyusunan dokumen-dokumen perencanaan tersebut
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dengan berbagai turunan peraturan pelaksanaannya.
Pasal 14 ayat (2) UU No.25 Tahun 2004 mengamanatkan Kepala Bappeda untuk
menyiapkan rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Rancangan awal tersebut selanjutnya dikaji ulang disesuaikan sebagai penjabaran dari visi,
misi dan program Kepala Daerah terpilih. Kepentingannya adalah merumuskan strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan kerangka
ekonomi daerah selaras dengan visi dan misi Kepala Daerah terpilih. Ketentuan tentang
penyampaian visi dan misi kepala daerah pemilihan kepala daerah secara langsung juga
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pemerintahan Daerah pasal 76 ayat (2)
yang mewajibkan pasangan calon Kepala Daerah untuk menyampaikan visi, misi dan program
secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat.
Selain dokumen perencanaan RPJMD, setiap daerah juga diwajibkan menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Sebagai amanat peraturan
perundang-undangan (UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan PP No. 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah) adalah mewajibkan kepada Daerah untuk menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan/kebijakan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
Sebagai daerah otonom baru sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008,
Kota Tangerang Selatan belum memiliki rangkaian dokumen perencanaan yang lengkap yang
diperlukan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunannya. Namun demikian, sebagai

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

bahan masukan dalam merumuskan kerangka kebijakan dan strategi pembangunan Kota
Tangerang Selatan, memandang perlu menyusun dokumen yang berisi isu isu strategis
pembangunan Kota Tangerang Selatan sebagai bahan penyusunan rancangan dokumen
perencanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

1.2

Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan dokumen rancangan isu isu strategis daerah ini adalah
untuk memberikan dasar bagi perumusan kebijakan dan prioritas pembangunan Kota
Tangerang Selatan baik perencanaan dan pembangunan jangka pendek, menengah dan
panjang.
Tujuan penyusunan Rancangan Isu isu Strategis Daerah Pembangunan Kota
Tangerang Selatan tidak dapat dilepaskan dari proses perencanaan pembangunan
sebagaimana yang tercantum dalam UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, yaitu:
a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah;
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan.


1.3

Dasar Penyusunan

Penyusunan dokumen isu isu strategis ini merupakan tahapan awa dari penyusunan
dokumen RPJMD dan RPJPD yang merupakan dokumen resmi dalam perencanaan
pembangunan daerah. Dengan demikian penyusunan dokumen ini berlandaskan pada
landasan hukum sebagai berikut:
1.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2.

Undang-undang No. 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4010)

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional;

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana


telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang-Undang;

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

8.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional;

9.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

10. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan
di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4935)
11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antar Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
13. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004 - 2009;
14. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 Tentang Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP dan RPJM Daerah;
15. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 Propinsi Banten Tentang RPJMD Propinsi
Banten.
16. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009 Nomor 01) sebagaimana telah diubah dengan peraturan Walikota
Tangerang Selatan Nomor 07 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota
Tangerang Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota
Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Nomor 07)

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

1.4 Sistematika Penulisan


Sebagai dokumen publik, Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan memuat arah kebijakan Keuangan Daerah, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program disertai dengan rencana-rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan kerangka kegiatan yang bersifat indikatif. Sesuai dengan Surat
Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ perihal petunjuk penyusunan dokumen RPJP Daerah
dan RPJM Daerah maka sistematika penyusunan dokumen Rancangan RPJMD Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang mengawali naskah RPJMD ini menguraikan secara ringkas
latar belakang, maksud dan tujuan, dasar penyusunan, hubungan RPJMD dengan dokumen
perencanaan lainnya, serta sistematika penulisan.
Bab II Gambaran Umum, isinya menguraikan kondisi geografis, perekonomian
daerah, sosial budaya, infrastruktur, tata ruang dan lingkungan hidup, serta pemerintahan
umum Kota Tangerang Selatan.
Bab III Gambaran Umum Keuangan Daerah, memuat hasil kondisi keuangan daerah
sebagai dasar dalam perumusan arah kebijakan keuangan daerah yang mencakup kebijakan
bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Bab IV Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah, membahas potensi dan permasalahan
strategis Kota Tangerang Selatan yang menjadi bahan utama perumusan strategi dan arah
kebijakan pembangunan daerah Kota Tangerang Selatan.
Bab VI Penutup

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II.1 Geografi
II.1.1 Kondisi Geografis
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara
administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5
(lima) desa dengan luas wilayah 147,19 Km2.
Menurut Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008, luas wilayah
kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan (yang kemudian diambil
sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan) adalah sebesar 150,78 Km2 sedangkan
menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan adalah sebesar
147,19 Km2 dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang
digunakan adalah 147,19 Km2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten.
Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang
- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
Tabel 2.1
Potensi Fisik Dasar
Kota Tangerang Selatan
No
1
2
3

Potensi Fisik Dasar


Letak geografis
Luas Wilayah
Batas-batas
- Sebelah Utara
- Sebelah Timur
- Sebelah Selatan
- Sebelah Barat

Keterangan
Di sebelah timur Propinsi Banten
147,19 Km2 atau 14.719 Ha
Kota Tangerang
Provinsi DKI Jakarta
Kota Depok dan Kabupaten Bogor
Kabupaten Tangerang

Wilayah Pemerintahan
- Kecamatan
7 Kecamatan
- Kelurahan
49 Kelurahan
- Desa
5 Desa
Sumber:
- Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota
Tangerang Selatan (2008)
- Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel 1.2. Kecamatan dengan
wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas
keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah
Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%.
Tabel 2.2
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
No

Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

Persentase terhadap luas kota (%)

Serpong

2,404

16.33%

Serpong Utara

1,784

12.12%

Ciputat

1,838

12.49%

Ciputat Timur

1,543

10.48%

Pamulang

2,682

18.22%

Pondok Aren

2,988

20.30%

Setu

1,480

10.06%

Kota Tangerang Selatan


14,719
100.00%
Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota
Tangerang Selatan (2008)

Luas wilayah masing-masing kelurahan/desa tertera dalam Tabel 1.3. Kelurahan/desa


dengan wilayah di atas empat ratus hektar terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Pondok
Cabe Udik dan Pamulang Barat, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Paku Jaya.
Kelurahan/desa dengan wilayah di bawah seratus lima puluh hektar terletak di Kecamatan
Serpong, yaitu Cilenggang dan Serpong, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Jelupang.
Kelurahan/desa dengan luas wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan luas 483
Ha sedangkan kelurahan/desa dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas
126 Ha.

II.1.2 Keadaan Iklim


Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu
berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari, curah
hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 23,5 - 32,6
C, temperatur maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,9 C dan temperatur
minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 22,8 C. Rata-rata kelembaban
udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Februari, yaitu 486mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun
adalah 177,3mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 21
hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum
12,6 m/detik.

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.3
Luas Wilayah Kelurahan/Desa
Kota Tangerang Selatan
No
Kecamatan
1 Serpong

Kelurahan/Desa

Luas Wilayah (Ha)


1 Buaran
334
2 Ciater
376
3 Rawa Mekar Jaya
235
4 Rawa Buntu
328
5 Serpong
139
6 Cilenggang
143
7 Lengkong Gudang
361
8 Lengkong Gudang Timur
262
9 Lengkong Wetan
226
2 Serpong Utara
1 Lengkong Karya
210
2 Jelupang
126
3 Pondok Jagung
209
4 Pondok Jagung Timur
225
5 Pakulonan
279
6 Paku Alam
281
7 Paku Jaya
454
3 Ciputat
1 Sarua
368
2 Jombang
345
3 Sawah Baru
274
4 Sarua Indah
193
5 Sawah
249
6 Ciputat
172
7 Cipayung
237
4 Ciputat Timur
1 Pisangan
391
2 Cireundeu
308
3 Cempaka Putih
227
4 Pondok Ranji
246
5 Rengas
165
6 Rempoa
206
5 Pamulang
1 Pondok Benda
386
2 Pamulang Barat
416
3 Pamulang Timur
259
4 Pondok Cabe Udik
483
5 Pondok Cabe Ilir
396
6 Kedaung
256
7 Bambu Apus
220
8 Benda Baru
266
6 Pondok Aren
1 Perigi Baru
310
2 Pondok Kacang Barat
252
3 Pondok Kacang Timur
252
4 Perigi Lama
389
5 Pondok Pucung
362
6 Pondok Jaya
233
7 Pondok Aren
217
8 Jurang Mangu Barat
253
9 Jurang Mangu Timur
258
10 Pondok Karya
271
11 Pondok Betung
191
Setu
7
1 Kranggan
205
2 Muncul
361
3 Setu
364
4 Babakan
170
5 Bakti Jaya
174
6 Kademangan
206
Jumlah
14,719
Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang
Selatan (2008)

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

II.1.3 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan
dan permukiman yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan
kebun menempati posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan lahan
paling kecil adalah untuk pasir dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1%.
Tabel 2.4
Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
No

Jenis Penggunaan Lahan

Persentase Luas
(%)
9,941.41
67.54%

Luas (Ha)

Perumahan dan permukiman

Industri / Kawasan Industri

167.61

1.14%

Perdagangan dan jasa

487.08

3.31%

Sawah, ladang, dan kebun

2,794.41

18.99%

Semak belukar dan rerumputan

366.48

2.49%

Pasir dan galian

15.27

0.10%

Situ dan danau / tambak / kolam

137.43

0.93%

Tanah kosong

809.31

5.50%

Jumlah
14,719
100.00%
Sumber : Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Gambar 2.1
Persentase penggunaan lahan
1%
0%

Perumahan dan
permukiman
5%

Industri/Kawasan
Industri

2%

Perdagangan dan jasa

19%

Sawah, ladang dan


kebun
3%
1%

69%

Semak belukar dan


rerumputan
Pasir dan galian
Situ dan
danau/tambak/kolam
Tanah kosong

II.1.4 Penduduk
Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada tahun 2007, dengan
komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 jiwa sedangkan perempuan 518.704
jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,69, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki
sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan (Tabel 3.1.1.).

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai 7.143
orang/Km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 10.396
orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 3.812 orang/Km2.
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2008 menunjukkan
bahwa kelompok umur dengan jumlah penduduk terbesar adalah 0 4 tahun, yaitu sebesar
9,69% sedangkan kelompok umur dengan jumlah penduduk terkecil adalah 60, yaitu
sebesar 3,47%.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kota Tangerang Selatan
Hingga Agustus 2008
No

Kelompok Umur

Jumlah Penduduk

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

0-4
9.69%
5-9
9.32%
10 - 14
8.93%
15 - 19
9.52%
20 - 24
9.37%
25 - 29
8.70%
30 - 34
9.10%
35 - 39
7.27%
40 - 44
5.00%
45 - 49
6.77%
50 - 54
6.37%
55 - 59
6.50%
60
3.47%
Jumlah
100.00%
Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dan data bulanan Kecamatan 2008 dalam
Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Gambar 2.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Komposisi Umur
60
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
6.00

Perempuan (dalam persen)


Laki-laki (dalam persen)

4.00

2.00

2.00

4.00

6.00

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Dilihat dari gambar di atas, tidak ada perbedaan yang signifikan antara komposisi
penduduk perempuan dan lak-laki, terutama untuk usia produktif. Dengan demikian,
perencanaan pembangunan Kota Tangerang Selatan harus berpihak pada perluasan akses
pelayanan dasar dan kesempatan kerja bagi seluruh lapisan masyarakat, tidak memandang
jenis kelamin maupun tingkat ekonomi.
II.2 Ekonomi
II.2.1 Perkembangan PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang
dihasilkan dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor produktif dalam perekonomian
suatu daerah (region) tanpa melihat pelaku ekonominya. Pelaku ekonomi bisa berasal dari
daerah tersebut dan atau dari luar daerah tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Juta atau tumbuh sebesar 11,18%
dibandingkan dari tahun 2006 yang nilainya Rp 4.752.381,60 Juta. Dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun 2007 mencapai 1.042.682 orang. Perkembangan PDRB Kota Tangerang
Selatan cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun demikian juga dengan
PDRB per kapita. Pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah sebesar 6,51%.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang
Selatan jika dibandingkan dengan PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Banten sejak tahun
2007 mempunyai nilai sebesar Rp 112.190,11 Trilyun. Artinya, Kota Tangerang Selatan
mempunyai kontribusi sebesar 4,68% terhadap Provinsi Banten.

II.2.2 Distribusi PDRB


Distrbusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor
dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu
sektor, berarti semakin besar pula kontribusi sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi
suatu daerah.
Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan
didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan
perdagangan hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi
cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%).
Lima sektor lain masing-masing memberikan kontribusi di bawah 10%.

10

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Gambar 2.3
Struktur Ekonomi berdasarkan Distribusi PDRB ADH yang Berlaku Tahun 2007

Pertanian
1.32%

Pertambangan
dan Penggalian
0.03%

Jasa-jasa
17.39%

Bank, persewaan
& jasa perusahaan
15.40%

Industri
Pengolahan
1.07%

Listrik, Gas dan Air


Bersih
6.05%
Bagunan /
Konstruksi
1.63%

Pengangkutan &
Komunikasi
30.29%

Perdagangan,
Hotel dan Restoran
26.81%

Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang Selatan


didominasi oleh sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan
restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi
hampir 90%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi)
memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian)
hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%.
Jika dilihat kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor primer dan
sekunder mengecil kontribusinya secara signifikan sedangkan sektor tersier meningkat
kontribusinya.

11

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.6
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto
A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha
Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Kecamatan

Pertanian

Pertambangan &
Penggalian

Industri
Pengolahan

Listrik, Gas
& Air Bersih

Bagunan /
Konstruksi

Bank,
persewaan & Jasa-jasa
jasa perusahaan

Perdagangan, Hotel Pengangkutan &


& Restoran
Komunikasi

Jumlah

Serpong

0.13%

0.01%

0.14%

1.52%

0.07%

2.94%

3.99%

12.54%

0.57%

21.91%

Serpong Utara

0.00%

0.00%

0.25%

1.05%

1.18%

3.70%

2.75%

0.09%

0.58%

9.59%

Setu

0.03%

0.03%

0.01%

0.09%

0.00%

0.38%

0.69%

0.01%

0.11%

1.35%

Pamulang

0.43%

0.00%

0.20%

0.95%

0.02%

3.29%

5.18%

0.20%

1.21%

11.48%

Ciputat

0.33%

0.00%

0.07%

0.45%

0.02%

4.09%

1.75%

0.03%

3.00%

9.75%

Ciputat Timur

0.01%

0.00%

0.17%

0.69%

0.03%

8.33%

9.93%

2.15%

10.63%

31.93%

Pondok Aren

0.37%

0.00%

0.22%

1.32%

0.31%

4.08%

6.00%

0.40%

1.30%

14.00%

Kota Tangerang Selatan

1.32%

0.03%

1.07%

6.05%

1.63%

26.81%

30.29%

15.40%

17.39%

100.00%

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

Kecamatan yang memberikan kontribusi paling besar adalah Ciputat Timur yaitu
sebesar Rp.1.678.739,29 Trilyun atau 31,93persen dari total PDRB sedangkan yang terkecil
adalah Setu dengan Rp.71.045,74 Trilyun atau 1,35 persen.

Tabel 2.7
Produk Domestik Regional Bruto
A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha
Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Kecamatan

Serpong
Serpong Utara
Setu

Pertambangan &
Industri Listrik, Gas & Bagunan /
Pertanian
Penggalian
Pengolahan Air Bersih Konstruksi

Bank,
Perdagangan,
Pengangkutan & persewaan &
Hotel &
Komunikasi
jasa
Restoran
perusahaan

Jasa-jasa

Jumlah

6,659.97

274.58

7,407.20

79,760.51

3,517.02

154,795.05

209,811.20

659,223.42

30,147.51

1,151,596.46

137.99

13,324.22

54,938.95

62,286.31

194,321.90

144,301.93

4,509.32

30,331.55

504,152.17

623.41

4,751.97

113.11

20,208.66

36,278.95

288.74

5,545.76

71,045.74

1,805.90

1,429.24

Pamulang

22,831.25

10,628.32

49,715.02

1,061.42

172,877.24

272,274.51

10,267.64

63,609.31

603,264.71

Ciputat

17,496.49

30.29

3,907.60

23,393.60

1,018.25

215,245.20

92,184.77

1,452.74

157,568.54

512,297.48

Ciputat Timur

713.35

8,995.89

36,317.67

1,618.12

437,823.58

521,756.56

112,909.27

558,604.85

1,678,739.29

Pondok Aren

19,565.40

16.48

11,350.14

69,231.00

16,298.92

214,291.65

315,468.09

21,124.42

68,440.10

735,786.20

Kota Tangerang Selatan

69,210.35

1,750.59

56,236.78

318,108.72

85,913.15

1,409,563.28

1,592,076.01

809,775.55

914,247.62

5,256,882.05

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

12

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2. 8
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan
Tahun 2004 - 2007 (Juta Rupiah)
Kecamatan
Serpong
Serpong Utara
Setu
Pamulang
Ciputat
Ciputat Timur
Pondok Aren

2004

2005

2006

2007

264,181.58
413,737.45
31,693.49
283,324.39
310,012.46
795,038.10
393,322.90

787,551.15
491,506.96
38,888.39
338,581.94
372,293.53
851,537.68
454,282.72

1,039,550.85
561,546.84
65,657.49
546,091.35
476,991.14
1,379,223.31
683,320.62

1,151,596.46
504,152.17
71,045.74
603,264.71
512,297.48
1,678,739.29
735,786.20

Kota Tangerang Selatan


2,491,310.37
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

3,334,642.37

4,752,381.60

5,256,882.05

II.2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita


PDRB per kapita digunakan sebagai pendekatan data pendapatan per kapita. Karena,
sampai saat ini sangat sulit untuk mendapatkan data pendukung untuk menghitung
pendapatan per kapita. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
PDRB per kapita masih dijadikan sebagai indikator dalam mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat secara makro yang dapat dijadikan cermin kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi PDRB per kapita yang diterima oleh penduduk berarti semakin
tinggi tingkat kesejahteraannya. Sebaliknya, penurunan PDRB per kapita pada suatu daerah
menggambarkan penurunan tingkat kesejahteraan. Perlu diingat pula, bahwa kesejahteraan
penduduk akan meningkat jika peningkatan PDRB per kapita melebihi inflasi yang terjadi.
Akan tetapi, nilai PDRB per kapita tidak dapat dijadikan acuan untuk melihat pemerataan
kemakmuran.
PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan tahun 2007 sebesar Rp 5.041,69 Ribu.
Sedangkan PDRB per kapita Propinsi Banten tahun 2007 sebesar Rp 11.400,59 Ribu.

13

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.9
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan
Tahun 2005 - 2007 (Juta Rupiah)
Kota Tangerang Selatan

2005

PDRB Total
2006

2007

Serpong
Serpong Utara
Setu
Pamulang
Ciputat
Ciputat Timur
Pondok Aren

7.243.076
5.861.079
808.209
1.479.922
2.732.698
6.559.194
1.938.083

10.742.132
7.523.751
1.211.940
2.283.817
3.055.867
8.908.884
2.871.281

11.570.891
6.567.979
1.269.750
2.450.811
3.194.094
10.552.942
3.005.307

Tangerang Selatan

3.437.949

4.688.672

5.041.693

PDRB
3.334.642
4.752.382
Jumlah Penduduk
969.951
1.013.588
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

5.256.882
1.042.682

Kota/Kabupaten

Tabel 2.10
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
Provinsi Banten
Tahun 2005 - 2007 (Ribu Rupiah)
2005

PDRB Total
2006

2007

Kota Tangerang

39.97,92
20.630,14

43.715,48
23.705,99

47.447,94
26.090,04

Kab. Tangerang

7.483,25

8.329,95

8.896,15

Kab. Serang

6.344,25

7.056,02

7.590,35

Kab. Pandeglang

4.635,37

5.241,65

5.660,47

Kab. Lebak

4.209,28

4.595,99

4.982,35

PROVINSI BANTEN

9.372,52

10.610,24

11.400,59

Kota/Kabupaten

Kota Cilegon

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

II.2.4 Industri, Perdagangan dan Koperasi


Industri
Secara mikro, kondisi perekonomian lokal dapat diwakili oleh beberapa UKM yang
menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Ada lima jenis industri kerajinan yang merupakan
UKM terdapat di Kota Tangerang Selatan, yaitu kerajinan kayu berjumlah 165 unit, anyaman

14

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu industri kerajian
tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di dalamnya terdapat 1 kawasan industri. Jadi
keseluruhan industri kecil dan besar yang ada di wilayah Tangerang Selatan mencapai 658
unit yang didominasi oleh industri kecil/rumahan (home industry) yang perlu dkembangkan.

Tabel 2.11
Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar
di Kota Tangerang Selatan

No
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan
Serpong
Serpong Utara
Ciputat
Ciputat Timur
Pamulang
Pondok Aren
Setu

Kerajinan
Kayu
8
7
35
64
33
5
13

Kerajinan
Anyaman
5
0
1
0
4
3
15

Kerajinan
Gerabah
0
0
0
0
0
1
0

Sebaran
Kerajinan
Kain
0
0
6
4
2
281
0

Kota Tangerang Selatan


165
28
1
293
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Industri
Makanan
12
13
18
10
39
3
69
164

Pabrik
0
5
0
0
1
0
1 (kawasan
industri)
7

Perdagangan dan Jasa


Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia berupa pasar, baik modern maupun
tradisional, bank, BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar tradisional yang
terdapat di tanah milik pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu Pasar Ciputat, Pasar
Ciputat Permai, Pasar Jombang, Pasar Bintaro Sektor 2, Pasar Serpong, dan Pasar Gedung
Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar Gedung Hijau. Secara total, luas lahan yang
ditempati oleh pasar-pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan 1.795
pedagang kaki lima.
Berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP), terdapat perseroan terbatas (PT),
comanditer venotschaap / perseroan komanditer (CV), perusahaan perorangan (PO),
koperasi, firma, dan bentuk usaha lain yang keseluruhannya berjumlah 5.146 unit. Yang
paling banyak adalah adalah PT yaitu berjumlah 2.467 unit sedangkan yang paling sedikit
adalah firma yang hanya berjumlah 2 unit.

15

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.12
Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa
di Kota Tangerang Selatan
Sebaran
No

Kecamatan

Pasar
Modern

Pasar
Tradisional

Bank

BPR

KUD /
Koperasi

Kompleks
Ruko

Minimart

1
0

21
4

0
1

0
0

10
5

8
3

Serpong

Serpong Utara

2
1

Ciputat

13

Ciputat Timur

15

13

Pamulang

20

23

Pondok Aren

12

Setu

61

60

71

Kota Tangerang Selatan

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Tabel 2.13
Pasar Tradisional Di Tanah Milik Pemerintah
Di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
No

Nama Pasar

Lokasi

Kondisi

1 Pasar Ciputat

Kec. Ciputat

2 Pasar Ciputat Permai

Kec. Ciputat

3 Pasar Jombang

Kec. Ciputat

4 Pasar Bintaro Sektor 2

Kec. Ciputat
Timur
Kec. Serpong

Cukup
Baik
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Kurang
Baik
Baik

Kec. Serpong
Utara

Cukup
Baik

5 Pasar Serpong
6 Pasar Gedung Hijau

Komoditi Yg Dijual
Sembako, sandang,
perhiasan
Sembako
Sembako, sandang,
perhiasan
Sembako, sandang
Sembako, sandang,
perhiasan
--

JUMLAH

Jumlah Jumlah Pedagang Luas Areal Status


Kios
Los
Kaki Lima
(M2)
Tanah
1,136
386
608
5,670 Milik
Pemkab
12
40
366
1,000 Milik
Pemkab
195
21
188
6,095 Milik
Pemkab
23
95
8
830 Milik
Pemkab
600
323
625
8,730 Milik
Pemkab
---3,396 Milik
Pemkab
1,966
865
1,795
25,721

Ket.
3 Lantai
2 Lantai
2 Lantai
Sedang
dibangun
Dibangun
2007
Tidak
digunakan

Sumber: PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang 2009

Koperasi
Koperasi seluruhnya berjumlah 330 unit yang terdiri dari koperasi karyawan (Kopkar),
koperasi simpan pinjam (KSP), koperasi serba usaha (KSU), dan Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI). Namun, koperasi yang terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Tangerang baru sejumlah 81 unit. Secara keseluruhan, jumlah anggota mencapai
24.553 orang.

16

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.14
Koperasi Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
No
1

Kecamatan

Jumlah Koperasi
113

Ciputat

Ciputat Timur

Serpong

Serpong Utara

Jumlah Anggota
9,605

Keterangan
Kopkar, KSP,
KSU, KPRI

76

11,400

Kopkar, KSP,

Setu

26

650

Kopkar, KSP,

Pamulang

69

1,518

KSU, KPRI

Pondok Aren

46

1,380

Kopkar, KSP, KSU, KPRI

330

24,553

KSU, KPRI

JUMLAH

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang, 2009

Tabel 2.15
Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
No
1

Kecamatan
Ciputat

Bentuk Badan Hukum


PT

CV

PO

Koperasi

Firma

Jumlah
(Unit)

BUL

509

413

241

25

1,193

1,261

575

418

26

2,286

Ciputat Timur
2

Serpong
Serpong Utara
Setu

Pamulang

271

292

177

15

758

Pondok Aren

426

299

167

15

909

2,467

1,579

1,003

81

14

5,146

Jumlah

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang 2009


PT

: Perseroan Terbatas

CV

: Comanditer Venotschaap / Perseroan Komanditer.

PO

: Perusahaan Perorangan

BUL

: Bentuk Usaha Lain

II.2.5 Ketenagakerjaan
Berdasarkan tingkat pendidikan pencari kerja yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Tangerang pada tahun 2007, pencari kerja dengan tingkat pendidikan SLTA
merupakan kelompok pencari kerja terbesar dengan jumlah 9.690 orang dari total 16.426
orang atau sebesar 58,99%. Pencari kerja dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (DI-DII,
DIII dan Sarjana) juga tercatat cukup besar yaitu berjumlah 3.297 orang atau 20,07%. Pencari
kerja tak tamat SD hanya sebanyak 16 orang atau 0,1%.

17

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.16
Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
Tingkat
Pendidikan
Tak Tamat SD

SD

SLTP

SLTA

DI-DII

DIII

Sarjana

Kecamatan
Jenis Kelamin
Laki-laki

Serpong
Utara
-

Perempuan

Jumlah

10

13

Laki-laki

39

16

55

120

Perempuan
Jumlah

54

71

10

160

93

126

11

15

15

15

280

Laki-laki

235

286

120

207

215

86

311

1,460

Perempuan

224

212

232

229

309

177

300

1,683

Jumlah

459

498

352

436

524

263

611

3,143

Laki-laki

1,618

324

956

927

425

106

258

4,614

Perempuan

1,634

254

1,334

1,123

349

120

262

5,076

Jumlah

3,252

578

2,290

2,050

774

226

520

9,690

Laki-laki

57

46

24

30

43

22

32

254

Perempuan

56

59

18

42

28

20

31

254

Jumlah

113

105

42

72

71

42

63

508

Laki-laki

21

34

104

129

51

15

360

Perempuan

29

25

115

143

80

21

419

Jumlah

50

59

12

219

272

131

36

779

Laki-laki

124

24

256

194

71

292

967

Perempuan

133

28

287

137

79

375

1,043

Jumlah
Total

Setu

Pamulang
-

Ciputat
Timur

Kota Tangerang
Selatan

Pondok
Aren
3

Serpong

Ciputat

4
12

257

52

10

543

331

150

667

2,010

Laki-laki

2,094

769

1,113

1,531

1,013

341

918

7,779

Perempuan

2,130

649

1,598

1,801

974

488

1,007

8,647

Jumlah

4,224

1,418

2,711

3,332

1,987

829

1,925

16,426

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

II.3 Sosial dan Budaya


II.3.1 Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi penduduk Kota Tangerang Selatan sebagian
besar merupakan lulusan SLTA yaitu mencapai 29,22%. Penduduk dengan tingkat lulusan
perguruan tinggi meliputi sarjana muda dan sarjana mencapai 29,05%. Pada tingkat
pendidikan dasar, masih terdapat 0,38% penduduk yang belum menyelesaikan sekolah dasar
dan 0,14% masih buta huruf, kedua hal ini terdapat di Kecamatan Setu. Penduduk dengan
tingkat pendidikan perguruan tinggi di kecamatan lain di Kota Tangerang Selatan melebihi
angka 29%, namun di Kecamatan hanya sebesar 15,10%.

18

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.17
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
2008

No

Pendidikan

Kecamatan
Ciputat
Ciputat
Timur
8.71%
8.71%

8.71%

Serpong
Utara
8.71%

2 Sarjana Muda

21.02%

21.02%

21.02%

3 SLTA

29.03%

29.03%

29.03%

4 SLTP

Serpong

1 Sarjana

Pamulang

Kota
Tangerang
Setu
Selatan
7.05%
8.63%

Pondok Aren

8.71%

8.69%

21.02%

21.02%

20.97%

8.05%

20.42%

29.03%

29.03%

29.08%

32.85%

29.22%

25.03%

25.03%

25.02%

25.03%

25.02%

25.43%

14.42%

24.64%

5 SD

5.20%

5.20%

5.21%

5.20%

5.21%

5.23%

23.08%

6.02%

6 TK

11.01%

11.01%

11.01%

11.01%

11.01%

10.59%

3.06%

10.55%

7 Drop Out SD

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

8.35%

0.38%

8 Buta Huruf

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

3.13%

0.14%

Jumlah

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

Sumber: Hasil Olah Data dari Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Untuk bangunan sekolah, Kota Tangerang Selatan memiliki total unit sekolah sebanyak
667 unit, yaitu sebanyak 236 sekolah negeri, 5 madrasah negeri, 292 sekolah swasta dan 134
madrasah swasta. Di antara unit sekolah tersebut masih ada beberapa unit ruang kelas yang
mengalami kerusakan. Sebanyak 213 ruang atau 18,22% dari total ruang kelas SD negeri di
Kota Tangerang Selatan (1.169 ruang) mengalami kerusakan. Sedangkan untuk tingkat
pendidikan menengah, ruang kelas yang mengalami kerusakan sebanyak 5,56% untuk SMP
negeri, dan sebanyak 5,45 % untuk SMA negeri.
Tabel 2.18
Jumlah Sekolah, Ruang Kelas dan Ruang Kelas Rusak
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
Kota
Uraian *)

Tangerang

Serpong

Serpong Utara

Pamulang

Ciputat

Ciputat Tim ur

Pondok Aren

Setu

Selatan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Jumlah SD
Jumlah total ruang kelas SD
Jumlah ruang kelas rusak SD

207

109

25

17

17

12

40

27

40

18

26

47

28

12

1,169

1,198

144

136

122

144

249

308

176

270

128

42

282

290

68

213

26

12

49

10

36

58

39

2 Jumlah MI
Jumlah total ruang kelas MI
Jumlah ruang kelas rusak MI
3 Jumlah SMP
Jumlah total ruang kelas SMP
Jumlah ruang kelas rusak

76

15

16

21

158

28

34

12

14

29

32

13

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

18

24

15

26

486

1,191

90

216

40

70

95

240

30

150

115

150

86

350

30

15

27

43

NA

Jumlah ruang kelas rusak

NA

NA

NA

NA

11

33

312

255

17

19

15

6 Jumlah MA
Jumlah total ruang kelas MA

NA

Jumlah ruang kelas rusak MA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

Jumlah total ruang kelas SMK

NA

104

NA

7 Jumlah SMK

NA

17

NA

Jumlah ruang kelas rusak

8
-

Jumlah total ruang kelas MTs

Jumlah total ruang kelas SMA

12

4 Jumlah MTs

5 Jumlah SMA

19

NA

NA

NA
8

3
NA
NA

3
3
NA

NA

3
7

NA

NA

6
9

NA

NA

NA

NA

6
4

NA

NA

NA

NA

11

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

24

32

60

56

82

32

76

65

30

70

40

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

46

11

624

103

39

179

75

120

99

19

NA

Jumlah ruang kelas rusak


Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

1
9
-

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.19
Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
2008
SD
SMP
APK
APM
APK
APM
1 Serpong
118.40
98.59 120.83
83.62
2 Pamulang
80.17
66.92 58.96
36.46
3 Ciputat
109.45
91.21 109.42
82.47
4 Pondok Aren
71.62
59.17 52.72
36.41
5 Serpong Utara
88.51
71.09 80.31
70.17
6 Ciputat Timur
58.44
49.01 60.69
58.84
7 Setu
85.85
71.13 60.17
59.05
Jumlah Rata-rata
87.49
72.45 77.59
61.00
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, 2009
No

SMA
APK
APM
38.17
28.94
18.97
13.22
39.32
27.90
20.52
14.46
24.96
20.43
35.47
25.48
33.24
23.16
30.09
21.94

Kecamatan

SMK
APK
APM
41.84
32.85
43.43
36.92
40.43
26.11
10.73
7.75
35.60
29.48
44.18
36.42
20.76
17.91
33.85
26.78

II.3.2 Kesehatan
Pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan telah dilayani oleh 10
puskesmas tersebar di 7 kecamatan yang didukung oleh 8 puskesmas pembantu, 10 unit
kendaraan puskesmas keliling dan 192 tenaga kesehatan. Walaupun demikian belum ada
Rumah Sakit Umum Daerah untuk melayani masyarakat Kota Tangerang Selatan. Jumlah
rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 9 unit seluruhnya merupakan
milik swasta.
Tabel 2.20
Jumlah Prasarana Kesehatan Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
Kota
Tangerang
Selatan

Kecamatan
No.

Jenis

Serpong

Serpong
Pamulang
Utara
1
1

Ciputat
Timur
1

Pondok
Aren
2

Ciputat

Setu

1 Puskesmas

2 Puskesmas Pembantu

3 Tempat tidur Puskesmas Perawatan

14

14

4 Balai Pengobatan Swasta


5 Praktek Dokter Umum Swasta
6 Praktek Dokter Gigi Swasta
7 Praktek Dokter Spesialis
8 Praktek Bidan Swasta
9 Laboratorium Klinik Swasta

10

30

22

44

14

31

24

11

176

113

131

167

71

93

65

20

660

42

46

81

28

36

28

267

26

31

11

30

112

40

29

80

48

41

22

16

276

30

10 Optik

15

42

11 Apotik

10

25

18

75

12 Toko Obat Berijin

13 Industri Kecil Obat Tradisional

17

16

48

14 Rumah Bersalin Swasta

10

33

15 Pengobatan Tradisional

31

16 Puskesmas Keliling

10

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

20

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.21
Jumlah Tenaga Kesehatan pada 10 (Sepuluh) Puskesmas
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
Tenaga Kesehatan
No

Puskesmas

Dokter
Umum

Dokter
Gigi

Bidan

Perawat Ahli Gizi

Ahli
Sanitasi

Ahli Kesehatan
Masyarakat

Jumlah

1 Serpong

13

20

2 Pondok Jagung

10

24

3 Pamulang

24

4 Ciputat

14

5 Kampung Sawah

19

6 Jombang

18

7 Ciputat Timur

15

8 Pondok Aren

22

9 Jurang Mangu Timur

13

12

23

22

23

87

45

192

10 Setu
Kota Tangerang Selatan

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

Selain didukung oleh keberadaan Puskesmas dan tenaga kesehatan, keberadaan


Posyandu dan Posbindu di tengah-tengah lingkungan masyarakat Kota Tangerang Selatan
juga telah membawa dampak penting bagi perbaikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Hingga tahun 2009 tercatat terdapat 771 Posyandu (klasifikasi pratama, madya, purnama dan
mandiri) dan 108 Posbindu, yang didukung oleh 4.127 kader posyandu aktif atau mencapai
97,8% dan 501 kader posbindu aktif atau mencapai 100%.
Tabel 2.22
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
Di Wilayah 10 (Sepuluh) Puskesmas Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
Posyandu
No

Puskesmas

Pratama Madya Purnama

Kader
Mandiri

Jumlah

Posbindu

Posyandu
Total
Aktif

Dasawisma

Posbindu
Total Aktif

1 Serpong

10

12

42

10

74

19

420

420

1,158

72

72

2 Pondok Jagung

17

22

24

68

351

351

351

21

21

3 Pamulang

31

46

38

16

131

24

820

820

970

42

42

4 Ciputat

22

35

216

216

216

25

25

5 Kampung Sawah

29

47

79

404

404

404

42

42

6 Jombang

32

12

51

300

300

300

51

51

7 Ciputat Timur

69

34

10

118

11

708

708

708

55

55

8 Pondok Aren

16

41

18

82

10

366

366

700

80

80

9 Jurang Mangu Timur

10

23

60

93

469

375

575

77

77

10 Setu

Kota Tangerang Selatan

40

40

167

167

167

36

36

104

336

278

53

771

108

4,221

4,127

5,549

501

501

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

21

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Hingga tahun 2007, rata-rata balita di Kota Tangerang Selatan berada pada kondisi gizi
baik yaitu mencapai 92,70% dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 82.098 orang. Selain
itu dari jumlah tersebut, 0,37% gizi buruk, 5,18% gizi kurang dan 1,74% gizi lebih.

Tabel 2.23
Jumlah dan Persentase Keadaan Gizi Balita Yang Ditimbang Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
No.

Jumlah
Balita
7,319

Kecamatan

1 Serpong
2 Serpong Utara

Keadaan Gizi (Orang)


Baik
Buruk Kurang
Lebih
6,785
24
454
56

6,304

3 Setu
4 Pamulang

5,746

34

357

167

Jumlah
Balita
107.87%

Keadaan Gizi (%)


Baik
Buruk Kurang
100.00% 0.35%
6.69%

109.71%

100.00%
-

6.21%

2.91%

21,200

19,392

71

1,368

369

109.32%

100.00%

0.37%

7.05%

1.90%

29,454
-

28,030
-

130
-

1,003
-

291
-

105.08%
-

100.00%
-

0.46%
-

3.58%
-

1.04%
-

17,821

16,154

48

1,072

547

110.32%

100.00%

0.30%

6.64%

3.39%

Kota Tangerang Selatan


82,098
76,107
307
4,254
1,430
107.87% 100.00%
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

0.40%

5.59%

1.88%

5 Ciputat
6 Ciputat Timur
7 Pondok Aren

0.59%

Lebih
0.83%

Selain melayani masyarakat mampu, Puskesmas juga melayani masyarakat yang kurang
mampu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, tercatat hingga tahun 2009 Rumah Tangga
Rawan Gakin yang dilayani di 10 Puskesmas mencapai 31.543 RT dengan jumlah peserta
Jamkesmas sebanyak 104.558 orang. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel II.3.2.5
Tabel 2.24
Data Terkait Kesehatan Keluarga Miskin pada 10 (Sepuluh) Puskesmas
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
Rumah Tangga
Rawan Gakin
(RT)
2,911

Jiwa Peserta
Jamkesmas
(Orang)
9,311

2 Pondok Jagung

2,872

6,485

17

NA

3 Pamulang

7,877

22,047

116

NA

4 Ciputat

5,420

4,817

20

5 Kampung Sawah

1,693

6,570

67

6 Jombang

1,678

5,391

26

280

13

12,551

79

325

96

No

Puskesmas

1 Serpong

7 Ciputat Timur

NA

Anak Umur 0-11


Anak Umur 11-59 Bumil Gakin
Bulan Gakin
Bulan Gakin (Orang)
(Orang)
(Orang)
34
186
54
39
189
51
NA

53
117

8 Pondok Aren

4,246

12,431

56

9 Jurang Mangu Timur

4,846

11,407

31

486

49

13,548

29

21

104,558

475

1,328

731

10 Setu
Kota Tangerang Selatan

NA
31,543

NA

100

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

22

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

II.3.3 Kesejahteraan Keluarga


Kondisi masyarakat Kota Tangerang Selatan sangat beragam, baik menurut agama,
suku, pekerjaan maupun menurut tingkat kesejahteraan. Berdasarkan tingkat kesejahteraan,
jumlah keluarga dengan tingkat kesejahteraan Pra Sejahtera adalah sebesar 8.789 Keluarga
atau 3,65% dari total 24.700 keluarga, sedangkan tingkat kesejahteraan KS I adalah sebesar
39.319 Keluarga atau 16,34%. Sisanya, yaitu sebanyak 192.592 Keluarga atau 80,01% adalah
Keluarga Sejahtera Tahap II, Tahap III dan Tahap III Plus (tabel II.3.3.1). Berdasarkan validasi
data Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2008, jumlah rumah
tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak
19.104 RT. Jumlah penerima paling banyak di Kecamatan Pamulang yaitu sebanyak 5.963
rumah tangga, sedangkan paling sedikit di Kecamatan Ciputat Timur yaitu sebanyak 1.685
rumah tangga (tabel II.3.3.2).

Tabel 2.25
Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
No

Kecamatan

1 Serpong
2 Serpong Utara
3 Setu
4 Pamulang
5 Ciputat
6 Ciputat Timur
7 Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan

Pra
Sejahtera
1,157

4,538

9,439

6,876

Tahap III
Plus
4,444

647

2,547

8,961

5,290

2,990

20,435

KS I

Tahap II

Tahap III

Jumlah
26,454

348

3,478

2,575

3,840

1,300

11,541

4,155

8,609

19,621

14,596

7,784

54,765

678

7,213

5,115

7,310

13,618

33,934

236

6,204

10,334

10,946

8,621

36,341

1,568

6,730

23,401

15,931

9,600

57,230

8,789
39,319
79,446
64,789
48,357
240,700
Sumber: Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang dalam
Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Keterangan:
Pra Sejahtera: Keluarga Pra Sejahtera
KS I
: Keluarga Sejahtera I
Tahap II
: Keluarga Sejahtera II
Tahap III
: Keluarga Sejahtera III
Tahap III Plus : Keluarga Sejahtera III Plus

23

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.26
Jumlah Rumah Tangga
Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
No

Kecamatan

Rumah Tangga
Hasil Verifikasi PPLS
Penerima BLT
'08
2,463
2,420

Serpong

Serpong Utara

1,742

1,590
1,817

Setu

1,993

Pamulang

5,963

5,299

Ciputat

2,438

1,848

Ciputat Timur

1,685

918

2,820

2,411

Pondok Aren
19,104
16,303
Kota Tangerang Selatan
Sumber: Bappeda Kabupaten Tangerang (2008) dan BPS Kabupaten Tangerang (2009)

Walaupun sebagian besar masyarakat Kota Tangerang Selatan termasuk Keluarga Sejahtera
II, masih terdapatnya keluarga fakir miskin sebanyak 37.538 keluarga, anak terlantar
sebanyak 1.141 orang, korban bencana alam setahun lalu sebanyak 6.312 orang dan
pemulung sebanyak 234 orang menjadi permasalahan kesejahteraan sosial yang harus
dihadapi Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Sehingga dalam perencanaan pembangunan
bidang sosial perlu menjadikan permasalahan ini sebagai sasaran utama untuk diselesaikan.

24

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.27
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Jenis
Balita Terlantar
Anak Terlantar
Anak Nakal
Anak Jalanan
Anak 5-21 th Korban Kekerasan
Wanita 22-59 th Korban Kekerasan
Wanita Rawan Sosial
Lansia >60 th Terlantar
Lansia >60 th Korban Kekerasan
Anak Cacar Usia 5-21 th
Penyandang Cacat
Penyandang Cacat Eks TBC
Penyandang Cacat Eks Kusta
Mantan Napi
Pekerja Seks Komersial
Waria
Pengemis
Pemulung
Gelandangan
Eks Korban NAPZA
Pengidap HIV/AIDS
Eks HIV/AIDS yg ditangani Dinsos
Korban Bencana Sosial/Pengungsi
Korban Bencana Alam setahun Lalu

25 Penduduk di daerah Rawan Bencana


Alam
26 Keluarga Fakir Miskin
27 Yang Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni
28 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi
29 Keluarga Rentan Sosial Ekonomi

Serpong

Serpong
Utara

78
147
5
103
119
152
1
13
-

278
4
68
36
80
-

9
101
24
65
74
56
3
3
3
14
4
43

29

3,301
177

3,548
-

4,245
76

Setu

1
125
5
95
59
12
10
16
11
21
8
15
1,326

163
16
5
52
46
18
129
39
9
20
1
1
70
2
9
1,172

Kota
Tangerang
Selatan
101
1,141
94
20
7
2
406
586
291
598
91
39
115
78
14
32
234
37
61
6,312

117

252

398

9,308 5,750
76
136

3,102
70

8,284
159

37,538
694

Pamulang Ciputat
7
6
76
251
30
15
8
7
2
2
194
50
186
55
63
114
55
38
20
74
18
23
15
8
164
35
15
18
1,880 1,891
-

Ciputat Pondok
Timur
Aren

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Panti sosial yang terdapat di Kota Tangerang Selatan adalah panti asuhan anak
sejumlah 14 panti dan tresna werdha sejumlah 5 panti dan bina grahita sejumlah 1 panti.
Selain itu, potensi dan sumber daya kesejahteraan sosial di antaranya adalah tenaga
kesejahteraan masyarakat, organisasi masyarakat, karang taruna dan panti sosial.

25

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.28
Jumlah Panti Sosial Menurut Jenis dan Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jenis

Serpong

Petirahan Anak
Taman Penitipan Anak
Panti Asuhan Anak
Bina Remaja
Tresna Werdha
Bina Daksa
Bina Netra
Bina Rungu
Bina Grahita
Bina Laras
Bina Pasca Laras Kronis
Marsudi Putra
Pamardi Putra
Karya Wanita
Bina Karya

Jumlah

1
-

Serpong
Utara
-

Setu

Pamulang Ciputat
-

1
1
-

4
2
-

3
1
-

Ciputat Pondok
Timur
Aren
5
1
1
-

Kota Tangerang
Selatan
14
5
1
-

20

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Tabel 2.29
Jumlah Potensi dan Sumberdaya Kesejahteraan Sosial Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
Potensi dan Sumberdaya Kesejahteraan Sosial
No

Kecamatan

Tenaga
Kesejahteraan
Masyarakat
14

Organisasi
Masyarakat

Panti Sosial

Anggota
PKK

LSM
Perempuan

Serpong

Serpong Utara

12

Setu

10

Pamulang

42

Ciputat

14

15

Ciputat Timur

Pondok Aren

Kota Tangerang Selatan

Karang
Taruna

15

111

34

30

19

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Berdasarkan data keluarga di wilayah Tangerang Selatan tahun 2007, sebagian besar
pasangan usia subur yaitu 63,37% merupakan peserta KB aktif yang didukung oleh 48 orang
petugas KB yang merupakan dokter dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di
wilayah ini memandang bahwa pengaturan kehamilan dan jumlah anak merupakan hal yang
penting, apalagi jika dikaitkan dengan kegiatan masyarakat perkotaan yang sebagian besar
bekerja di luar rumah. Namun hal ini belum didukung oleh keberadaan petugas penyuluh
lapangan keluarga berencana yang selayaknya memberikan penyuluhan kepada keluarga
peserta KB secara proaktif.

26

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


Tabel 2.30
Jumlah Peserta KB Aktif Berdasarkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
Kecamatan
Metode

Serpong

Serpong
Utara

MKJP
IUD
MOP
MOW
IMP
Jumlah

3,264
329
298
570
4,461

2,803
219
298
409
3,729

Non MKJP
Suntik
Pil
Kondom
Ovag
Jumlah

4,560
2,634
31
0
7,225

3,283
1,910
21
0
5,214

Pamulang

Ciputat

364
78
67
215
724

10,570
470
605
527
12,172

5,924
292
743
231
7,190

6,854
294
408
325
7,881

7,681
294
607
392
8,974

37,460
1,976
3,026
2,669
45,131

1,994
1,159
12
0
3,165

13,735
7,750
72
0
21,557

7,260
4,006
61
0
11,327

6,982
4,080
82
0
11,144

9,595
5,592
131
0
15,318

47,409
27,131
410
0
74,950

Setu

Pondok
Aren

Kota
Tangerang
Selatan

Ciputat
Timur

Total Peserta KB Aktif


11,686
8,943
3,889
33,729
18,517
19,025
24,292
120,081
Total Pasangan Usia
Subur
18,451
17,419
8,817
43,030
29,893
26,631
45,262
189,503
Persentase
63.34%
51.34%
44.11%
78.38%
61.94%
71.44%
53.67%
63.37%
Sumber: Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang
Dalam Angka 2007/2008

Tabel 2.31
Jumlah Petugas Keluarga Berencana Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
No.

Kecamatan
1 Serpong
2 Serpong Utara
3 Setu
4 Pamulang
5 Ciputat
6 Ciputat Timur
7 Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan

PPLKB
-

PLKB/PKB
-

Dokter
3
4
2
5
3
1
6

Bidan
3
4
2
5
3
1
6

Jumlah
6
8
4
10
6
2
12

24
24
48
Sumber: Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten
Tangerang Dalam Angka 2007/2008
Keterangan:
PPLKB
PLKB/PKB

: Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana


: Petugas Lapangan Keluarga Berencana / Penyuluh Keluarga Berencana

II.4 Infrastruktur, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup


II.4.1 Fisik Dasar dan Pemanfaatan Lahan
Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai
Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Posisi Kota Tangerang Selatan

27

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

yang berbatasan dengan DKI Jakarta karena pada awalnya memang dijadikan sebagai kota
satelit bagi DKI Jakarta maka penduduknya lebih banyak yang bekerja di Jakarta tapi tinggal di
Kota Tangerang Selatan. Hal ini terlihat dari banyaknya perumahan-perumahan yang tumbuh
dan berkembang di Kota Tangerang Selatan. Laju pertumbuhan penduduk terus meningkat,
sebagian besar bersifat non-alamiah, seiring dengan tumbuhnya kawasan-kawasan
perumahan, mulai dari yang berskala kecil-menengah hingga berskala besar, seperti: Bumi
Serpong Damai (BSD) seluas 6.000 ha, Bintaro Jaya seluas 1.500 ha, dan Perumahan Alam
Sutera. Akhirnya mengakibatkan sektor perdagangan dan jasa menjadi berkembang sesuai
kebutuhan disertai juga dukungan sektor transportasi yang cukup memadai karena banyak
akses menuju DKI Jakarta baik melalui jalan tol Serpong Pondok Indah atau jalan regional
yang sudah tersebar dan tersambung langsung.

Gambar 2.3
Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan

28

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Topografi (Ketinggian dan Kemiringan)


Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah, dimana
sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan memiliki topografi yang relatif datar dengan
kemiringan tanah rata-rata 0 3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0 25 m dpl.
Untuk kemiringan garis besar terbagi dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Kemiringan antara 0 3% meliputi Kecamatan Ciputat, kecamatan Ciputat Timur,
Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara.
2. Kemiringan antara 3 8% meliputi Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu.

Klimatologi
Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dengan
kelembaban tinggi. Temperatur udara berdasarkan penelitian di stasiun Geofisika klas I di
Tangerang rata-rata berkisar antara 21,2-33,7C, suhu maksimum tertinggi rata-rata terjadi
pada bulan Oktober yaitu 36,6C dan suhu minimum terendah pada bulan Juni yaitu 19,2 C .
Rata-rata kelembaban udara 78,0 % dan rata-rata intensitas matahari 56,8 %. Keadaan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan pada bulan September hanya satu kali hujan,
sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 108,4 mm. Hari hujan tertinggi pada
bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 26 hari. Keadaan ini terjadi pada hampir seluruh
wilayah Kota Tangerang Selatan.
Geologi
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Adapun beberapa
Kecamatan ada yang lahannya bergelombang seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu
dan kecamatan Pamulang serta sebagian di kecamatan Ciputat Timur. Kondisi geologi Kota
Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung,
lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berdasarkan klasifikasi dari United Soil
Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau workability yang
baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota
Tangerang Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.

29

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Hidrologi
Sistem hidrologi di Kota Tangerang Selatan terdiri atas :
Air permukaan yaitu diartikan sebagai air yang mengalir atau muncul di permukaan. Aliran
air permukaan yang terdapat di wilayah ini berupa aliran sungai Cisadane, Sungai Angke
dan sebagian wilayah dilewati sungai Pesanggrahan. Ada juga saluran-saluran alam yang
dialiri air sepanjang tahun sebagai penampung drainase lokal. Saluran semacam ini
cenderung meluap pada musim hujan.
Kedua Air Tanah, air tanah di wilayah Kota Tangerang Selatan secara kualitas dalam
kondisi baik, hal ini menyebabkan banyak penduduk yang masih menggunakannya sebagai
air bersih. Potensi air tanah Kota Tangerang Selatan, Berdasarkan laporan studi potensi
dan pengembangan sumberdaya air tersebar di Kabupaten Tangerang, Dinas PU
kabupaten Tangerang tahun 2002 diketahui bahwa potensi air sungai dan situ/rawa
merupakan potensi air permukaan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan Satuan Wilayah
Sungai (SWS) menunjukkan potensi sebagai berikut :
Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane Ciliwung, sebesar 2,551 m/dt diwakili
oleh pengukuran Sungai Cidurian, stasiun Parigi dalam tahun 1995, sedang debit
terbesar rata-rata bulanan sebesar 115,315 m/dt, diukur di Sungai Cisadane, stasiun
Batu Beulah dalam periode 1991 sampai 1998.
Mata air jumlahnya ada 3 yang semuanya berlokasi di Kecamatan Ciputat dengan total
debit 210 liter/detik.
Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukkan bahwa
Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota Tangerang Selatan mengalami defisit air
pada bulan Maret sampai bulan November (8 bulan) sementara surplus air hanya
terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari (3 Bulan).
Air tanah dangkal, debit air tanah di Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota
Tangerang Selatan berkisar antara 3 10 liter/detik/km. Air tanah ini cenderung
diambil secara berlebihan di sepanjang jalan-jalan utama terutama oleh industri/pabrik.

Untuk di permukiman warga rata-rata kedalaman air tanah mencapai 5 10 meter.


Terdapat juga penggunaan air tanah dalam, melalui pompa deepwell pada kawasan-kawasan
perumahan baru yang dikelola pengembang swasta.

30

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Mengenai gambaran kualitas air sungai dan air tanah di Kota Tangerang Selatan bila
mengacu kepada gambaran kualitas air sungai Cisadane sebagai sungai yang terbesar maka
didapatkan pencemaran yang cukup bervariasi yang ditunjukkan oleh beberapa parameter.
Tabel 2.32
Gambaran Kualitas Air Sungai Cisadane

Jenis Tanah
Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang
Selatan sebagian besar terdiri dari batuan endapan hasil gunung api muda dengan jenis
batuan kipas aluvium dan aluvium/alivial. Sedangkan dilihat dari sebaran jenis tanahnya,
pada umumnya di Kota Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat
kemerahan. Oleh karena itu secara umum lahan cocok untuk pertanian/ perkebunan. Jenis
tanah yang sangat sesuai dengan kegiatan pertanian tersebut makin lama makin berubah
penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk
sebagian wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang
mengandung pasir khususnya untuk daerah yang dekat dengan Sungai Cisadane.

II.4.2 Penggunaan Lahan


Perkembangan penduduk yang cepat yang dilihat dari semakin menjamurnya
permukiman di wilayah Tangerang Selatan mengakibatkan banyak terjadinya perubahan
fungsi guna lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah beralihnya lahan pertanian atau
bahkan kawasan lindung menjadi kawasan perumahan ataupun untuk kegiatan perdagangan
dan jasa, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian khusus antara lain mengenai
keseimbangan fungsi kawasan tak terbangun dan kawasan terbangun.
Karakter perkembangan kawasan terbangun (perumahan, industri, perdagangan dan
jasa) pada Kota Tangerang Selatan tidak lepas dari keberadaan perlintasan pergerakan antar

31

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

wilayah serta adanya jaringan jalan regional yang menghubungkan kota-kota utama seperti
DKI Jakarta, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Sehingga konsekuensinya
perkembangan kawasan terbangun mengikuti pola jaringan jalan utama.
Tabel 2.33
Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
Persentase
Luas (%)
1
Perumahan dan permukiman
9,941.41
67.54%
2
Industri / Kawasan Industri
167.61
1.14%
3
Perdagangan dan jasa
487.08
3.31%
4
Sawah, ladang, dan kebun
2,794.41
18.99%
5
Semak belukar dan rerumputan
366.48
2.49%
6
Pasir dan galian
15.27
0.10%
7
Situ dan danau / tambak / kolam
137.43
0.93%
8
Tanah kosong
809.31
5.50%
Jumlah
14,719
100.00%
Sumber : Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
No

Jenis Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Gambar 2.4
Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kota Tangerang Selatan

32

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Pola pengembangan fisik / tata guna lahan saat ini berupa pola ekstensifikasi dan
intensifikasi. Pola ekstensifikasi banyak dijumpai di daerah pinggiran, sedangkan intensifikasi
banyak dijumpai di daerah yang menjadi pusat kegiatan. Bila dilihat berkembangnya
perumahan baik skala besar ataupun skala kecil mengakibatkan bertambahnya jumlah
penduduk ataupun aktifitas penduduk di Kota Tangerang Selatan ini sendiri. Bila peningkatan
jumlah ataupun aktifitas penduduk tidak dibarengi dengan peningkatan sarana dan prasarana
yang memadai akan menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan satu dengan yang
lainnya.

Perumahan dan Permukiman


Kawasan perumahan dan permukiman berfungsi sebagai hunian bagi masyarakat Kota
Tangerang Selatan. Berdasarkan penghitungan pada peta diketahui luas penggunaan lahan
untuk perumahan dan permukiman sebesar 9.941,41 Ha dari keseluruhan Kota Tangerang
Selatan. Untuk Kota Tangerang Selatan terdapat tiga pengembang perumahan skala besar
yaitu BSD, Bintaro dan Alam Sutera. Selain itu ketiga kawasan ini didukung dengan adanya
prasarana transportasi seperti kereta api dan jalan tol. Saat ini pengembangan perumahan di
Kota Tangerang Selatan banyak menggunakan pola cluster dengan tipe rumah beragam (tipe
kecil hingga tipe besar). Banyak lahan perkampungan yang sudah berubah fungsi dan
kepemilikannya biasanya mayoritas pemilik lahan perkampungan adalah para pendatang.
Berdasarkan tampilan tabel dan peta penggunaan lahan di atas, dapat dilihat bahwa
sebesar 67,54% lahan di wilayah Kota Tangerang Selatan digunakan sebagai kawasan
perumahan dan permukiman dan sebesar 18,99% merupakan lahan sawah, ladang dan
kebun.

Industri / Kawasan Industri dan Pergudangan


Dilihat dari data penggunaan lahan di wilayah Kota Tangerang Selatan, industri/kawasan
industri bukan sektor yang signifikan mempengaruhi tata letak ruang wilayah. Luas lahan
industri dan kawasan industri yaitu sebesar 167,61 Ha atau 1,14% dari keseluruhan luas
wilayah Kota Tangerang Selatan. Walaupun demikian pengembangan industri yang
kegiatannya tidak mencemari lingkungan (clean industry) menjadi sektor yang potensial
sebagai faktor pendukung pertumbuhan ekonomi kota.

33

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Kegiatan perdagangan dan jasa


Luas lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa ini sebenarnya tersebar hampir di
seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun yang lebih banyak menonjol adalah kegiatan
perdagangan dan jasa yang terjadi saat ini dapat diidentifikasi berada disepanjang koridor
jalan-jalan utama seperti Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro Utama
Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya Pamulang
Ciputat Jalan Raya Pamulang Pondok Cabe dan Jalan Raya Ir. H. Juanda (Ciputat Raya).
Luas kegiatan perdagangan dan jasa ini adalah sebesar 487,08 Ha.

Sawah ladang dan kebun


Luas penggunaan lahan sawah dan ladang oleh petani pengarap mencapai 2.794,41 Ha
atau sebesar 18,99%. Sebagian besar lahan digunakan untuk pengembangan produksi
palawija, sayuran dan tanaman budidaya karena sebagian besar luas lahan merupakan lahan
kering (117 Ha).

Semak belukar dan rerumputan


Semak belukar yang dimaksud disini adalah tanah kosong yang tidak dikelola/diurus
oleh pemiliknya namun bukan berarti tidak ada pemiliknya adapun luasnya hanya 366,48 Ha.

Pasir dan galian


Mempunyai luas yang sangat kecil karena bukan penggunaan yang dominan dan hanya
ada di Kecamatan Setu yaitu dengan luas 15,27 Ha.

Situ dan danau/tambak/kolam


Dari hasil interpretasi peta udara diketahui banyak danau /situ yang sudah tidak ada
lagi di peta oleh karena itu luas penggunaannya untuk situ/danau/kolam/tambak ini hanya
sebesar 137,43 Ha.

Tanah Kosong

34

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tanah kosong disini termasuk juga lapangan olahraga seperti lapangan bola dan
halaman rumah adapun luasnya hanya 809,31 Ha.

II.4.3 Prasarana Transportasi


Jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting sebagai salah satu faktor daya tarik
investasi di suatu daerah. Semakin banyak akses jalan ke luar wilayah, maka semakin tinggi
pula tingkat perkembangan daerah tersebut. Jalan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan
Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) memiliki total
panjang 115,81 Km dengan 70,36% dari panjang total tersebut dalam kondisi baik, 18,37%
dalam kondisi sedang dan 11,28% dalam kondisi rusak. Data ini berbeda dengan data Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan yang menyatakan bahwa total panjang jalan kota
adalah 137,773 Km dan diperkirakan 5% rusak ringan, 5% rusak sedang dan 20% rusak berat.
Dari jumlah ruas jalan yang ada, tingkat pelayanan jaringan jalan masih perlu
ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh masih terdapatnya titik-titik kemcaetan di beberapa
daerah. Titik rawan kemacetan utamanya terdapat pada 12 titik yang umumnya terdapat
pada sekitar persimpangan jalan atau pasar. Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah
dan tersebar di tiga kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Titik rawan
kemacetan dan titik lokasi stasiun KRL didapatkan dari Kompilasi Data untuk Penyusunan
RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) sedangkan nama lokasi, desa dan kecamatan diperoleh
berdasarkan informasi dari Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006
karya Gunther W. Holtorf.

Tabel 2.34
Kondisi Jalan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008

No.

Nama Jalan / Ruas Jalan

Jl. Raya Serpong - Pahlawan


Seribu
Jl. Letnan Sutopo (BSD) - Ciater
Jl. Kapten Subianto (BSD) Rawa Buntu
Jl. Ciater Raya - Bukit Indah
Jl. Astek - Jombang
Jl. Jombang Raya - Aria Putra

2
3
4
5
6

Status Jalan

Panjang
Jalan
(Km)

Arteri Sekunder

5.88

5.88

Kolektor Sekunder

3.96

3.96

Arteri Sekunder

3.67

3.67

Kolektor Sekunder
Kolektor Sekunder
Kolektor Sekunder

2.54
3.55
3.63

Kondisi Jalan
Baik

Sedang

Rusak

2.54
3.55
3.63

35

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan


7
8

Jl. Aria Putra - Pasar Ciputat


Kolektor Sekunder
3.06
3.06
Jl. Otista - Dewi Sartika - Pasar
Arteri Sekunder
1.94
1.94
Ciputat
9
Jl. Pamulang Raya - Pajajaran
Arteri Sekunder
2.18
2.18
10 Jl. Setiabudi - Cabe Raya
Kolektor Sekunder
2.15
2.15
11 Jl. Cabe Raya - Cireundeu
Kolektor Sekunder
7.00
7.00
12 Jl. Ir. H. Juanda - Pasar Jum'at
Arteri Sekunder
3.52
3.52
13 Jl. Tegal Rotan - Cenderawasih
- Ki Hajar Dewantara - Pasar
Kolektor Sekunder
5.16
5.16
Ciputat
14 Jl. Rempoa - Gintung
Kolektor Sekunder
2.65
15 Jl. Menteng Raya (Bintaro) Kolektor Sekunder
3.41
3.41
Bintaro Utama
16 Jl. Pondok Betung Raya - WR.
Kolektor Sekunder
6.02
6.02
Supratman (IAIN Ciputat)
17 Jl. Ceger Raya - Pondok Betung Kolektor Sekunder
5.31
18 Jl. Pondok Kacang - Parigi
Kolektor Sekunder
4.15
4.15
19 Jl. Elang (Bintaro) - Menteng
Kolektor Sekunder
1.99
1.99
Raya (Bintaro)
20 Jl. Graha Bunga - Parigi
Kolektor Sekunder
6.25
6.25
21 Jl. Bhayangkara - Mas Mansyur Kolektor Sekunder
3.95
22 Jl. Sutera Utama (Alam Sutera) Kolektor Sekunder
4.58
4.58
23 Jl. Raya Puspitek - Pamulang
Arteri Sekunder
2.78
2.78
24 Jl. Tol Serpong - Bintaro
Arteri Primer
11.07
11.07
25 Jl. German Center - Muncul
Arteri Sekunder
7.14
26 Jl. Rawa Buntu - Viktor
Arteri Sekunder
2.15
27 Jl. Lingkar Selatan
Arteri Sekunder
2.71
2.71
28 Parakan - Ciater Raya
Kolektor Sekunder
3.41
Jumlah
115.81
81.48
Persentase
70.36%
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

2.65

5.31

3.95

7.14
2.15

21.27
18.37%

3.41
13.06
11.28%

36

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.35
Titik Rawan Kemacetan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
No.

Titik Rawan Kemacetan

1 Jalan Serpong Raya sekitar PT Pratama Abadi Industri hingga Gading Serpong
2 Jalan Serpong Raya sekitar Rumah Sakit Ashshobirin
3 Jalan Pahlawan Seribu di sekitar Pasar Serpong (lintasan Kereta Rel Listrik)
4 Perempatan Jalan Pahlawan Seribu menuju Kampus ITI
5 Perempatan Puspiptek Pasar Jengkol
6 Pasar Jombang sekitar Jalan Tol
7 Pertigaan Jalan Pondok Betung Raya sekitar Kantor Kelurahan Pondok Betung
8 Perempatan Bintaro - Jalan Pondok Betung Raya
9 Perempatan Jalan Ir. H. Juanda - Jalan Pahlawan, Rempoa
10 Pertigaan Jalan WR Supratman - Jalan Ir. H. Juanda, Ciputat
11 Pertigaan Pasar Ciputat
12 Perempatan Pondok Cabe Jalan Setiabudi - Jalan RE Martadinata
Sumber:
- Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf

Tabel 2.36
Stasiun Kereta Rel Listrik di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
No.

Nama Stasiun Kereta Rel Listrik

Kelurahan/Desa

Kecamatan

1 Stasiun Serpong
Serpong
Serpong
2 Stasiun Rawabuntu
Rawabuntu
Serpong
3 Stasiun Sudimara
Jombang
Ciputat
4 Stasiun Tegal Rotan
Sawah
Ciputat
5 Stasiun Pondok Ranji
Pondok Ranji
Ciputat Timur
Sumber:
- Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf

II.4.4 Prasarana Telekomunikasi dan Energi


Selain prasarana transportasi, prasarana dan sarana terkait energi dan telekomunikasi
juga sangat penting. Di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga kantor PLN, yaitu di Serpong,
Ciputat dan Pamulang. Gardu listrik berjumlah 71 unit dengan 195.352 sambungan listrik. Di

37

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

setiap kecamatan terdapat lebih dari 15.000 sambungan listrik kecuali di Setu yang hanya
berjumlah 9.686 sambungan.
Kantor Telkom berjumlah 5 buah dan tersebar di 5 kecamatan. Tower GSM/BTS
berjumlah 83 unit sedangkan sambungan telepon berjumlah 108.529 sambungan.
Sambungan telepon paling banyak terdapat di Pamulang dengan 26.447 sambungan
sedangkan paling sedikit terdapat di Setu dengan 5.381 sambungan.

Tabel 2.37
Sebaran Gardu Listrik, Kantor PLN
Menara Telekomunikasi/BTS dan Kantor Telkom/STO
di Kota Tangerang Selatan

No
1

Kecamatan
Serpong

Gardu
Listrik
14

SPBU
12
6

Telekomunikasi
Tower
Kantor Telkom Sambungan
GSM/BTS
/ STO
Telepon
12
10,282
1
10
8,425

Serpong Utara

Ciputat

10

28,375

15,764

Ciputat Timur

11

28,944

16,080

Pamulang

20

47,604

13

24

26,447

Pondok Aren

47,070

26,150

Setu

9,686

12

5,381

71

195,352

83

108,529

Kota Tangerang Selatan

Energi
Kantor Sambungan
PLN
Listrik
1
18,508
15,165

52

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

II.4.5 Utilitas
Terkait dengan pengelolaan limbah baik limbah padat (sampah) maupun limbah cair,
terdapat 21 tempat pembuangan sementara (TPS) yang sebagian besarnya menurut Dinas
Kebersihan dan Pertamanan adalah TPS liar. Selain itu juga terdapat 5 unit water treatment
plant (WTP) yang seluruhnya dibangun oleh pengembang, tersebar di Serpong, Serpong
Utara dan Pondok Aren.
Ada dua makam pahlawan yang terdapat di Pondok Aren dan Setu, sedangkan tempat
pemakaman umum (TPU) berjumlah 26 unit dengan jumlah terbanyak terdapat di Ciputat
yaitu sebanyak 6 unit. Di Serpong Utara dan Pondok Aren masing-masing hanya terdapat 2
unit TPU.

38

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.38
Sebaran Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Water Treatment Plant (WTP)
di Kota Tangerang Selatan

No

Sebaran

No

TPS

WTP

Serpong

Serpong Utara

Ciputat

Ciputat Timur

Pamulang

Pondok Aren

Setu

21

Kota Tangerang Selatan

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Tabel 2.39
Makam Pahlawan dan Tempat Pemakaman Umum (TPU)
di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008

No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7

Makam Pahlawan

TPU
Jumlah

Serpong
0
5
0
2
Serpong Utara
0
6
Ciputat
0
3
Ciputat Timur
0
5
Pamulang
1
2
Pondok Aren
1
3
Setu
Kota Tangerang Selatan
2
26
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Luas
5.6
2.5
10.6
4.5
5.0
4.0
3.5
35.7

II.4.6 Rawan Bencana


Bencana banjir merupakan masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan di
lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin. Lokasi rawan banjir terdapat di sepanjang
beberapa sungai yang mengalir di Kota Tangerang Selatan, di antaranya Kali Angke, Kali

39

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Serua, Kali Pasanggrahan, Kali Ciputat dan Kali Kedaung. Titik-titik lokasi rawan banjir
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.4.1.
Di Kota Tangerang Selatan terdapat 9 situ, yang tersebar di 5 kecamatan. Situ-situ
tersebut adalah Situ Pondok Jagung / Rawa Kutup, Situ Parigi, Situ Bungur, Situ Antak, Situ
Rompang, Situ Gintung, Situ Legoso, Situ Pamulang / Pondok Benda, dan Situ Ciledug /
Kedaung. Namun, ada 4 situ yang sudah tidak tertera pada peta, yaitu Situ Bungur, Situ
Antak, Situ Rompang, dan Situ Legoso.

Tabel 2.40
Situ di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
No

Nama Situ

Kecamatan

Luas Situ (Ha)

Situ Pondok Jagung / Rawa Kutup

Serpong Utara

8.2

Situ Parigi

Pondok Aren

5.1

Situ Bungur

Ciputat

Situ Antak

Ciputat

Situ Rompang

Ciputat Timur

Situ Gintung

Ciputat Timur

29.3

Situ Legoso

Ciputat

Situ Pamulang / Pondok Benda

Pamulang

27.0

Situ Ciledug / Kedaung

Pamulang

9.7

Kota Tangerang Selatan

79.3

Tabel 2.41
Lokasi Rawan Banjir
di Kota Tangerang Selatan
No

Lokasi

Sungai

Kecamatan

Kali Angke
Pondok Aren
1 Kompleks Sekretariat Negara
Kali Serua
Pondok Aren
2 Perumahan Maharta
Kali Pasanggrahan
Pondok Aren
3 Taman Mangu
Kali Ciputat
Ciputat
4 Graha Permai, Bintaro
Kali Serua
Pondok Aren
5 Perumahan Bintaro Sektor 9, Bintaro
Kali Pasanggrahan
Ciputat
6 Kompleks Inhutani
Kali Ciputat
Ciputat
7 Perumahan Pondok Hijau
Kali Pasanggrahan
Ciputat
8 Perumahan Graha Hijau
Kali Angke
Pamulang
9 Perumahan Reni Jaya
Kali Kedaung
Pamulang
10 Perumahan Bukit Pamulang Indah
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

40

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

II.5

Pemerintahan

II.5.1 Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan


Selama periode 2002-2008 berbagai tuntutan terhadap pembentukan daerah otonom
baru (pemekaran wilayah) berkembang di lingkungan masyarakat. Wacana serta tuntutan
pembentukan daerah otonom baru hendaknya tidak sekedar mempertimbangkan aspek
politis dan kemauan sebagian kecil elite daerah tapi merupakan aspirasi dan harapan yang
perlu direspon untuk dinilai terhadap ketepatan dan kelayakannya secara normatif maupun
teknis. Pembentukan Kota Tangerang Selatan yang merupakan pemekaran dari wilayah
induknya yaitu Kabupaten Tangerang telah memenuhi kaidah peraturan perundangan
maupun teknis pada tahun 2008 dapat direalisasikan, yang dituangkan dalam Undandundang Nomor 51 tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan.
Pembentukan pondasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
diawali dengan ditunjuknya Penjabat Walikota Tangerang Selatan oleh Gubernur Banten.
Selanjutnya Penjabat Walikota menyusun formasi perangkat daerah, guna membantu dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Ditetapkan perangkat daerah yang
terdiri dari Sekretariat Daerah (3 Asisten Daerah, 9 Bagian), Sekretariat DPRD, Inspektorat, 6
Badan, 11 Dinas dan 1 Satuan, dimana legalitas atas kedudukan serta tugas pokok dan
fungsinya diatur dalam peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan.
Dalam

implementasinya,

beberapa

permasalahan

yang

dihadapi

dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi seluruh perangkat daerah antara lain seperti belum
efektifnya penetapan struktur kelembagaan perangkat daerah, masih dirasakannya tumpang
tindih tugas pokok dan fungsi antar perangkat daerah, belum optimalnya penetapan dan
pemilahan

tugas

pokok

dan

fungsi

perangkat

daerah

berdasarkan

kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta belum optimalnya hubungan kerja


antar lembaga, termasuk antara pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
masyarakat, dan organisasi non pemerintah.
Pada awal penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, belum didukung
dengan produk hukum daerah (perda, dll), jadi sementara masih menggunakan regulasi
wilayah induk. Sehingga permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kewenangan daerah
masih banyak yang belum maksimal. Hal ini mengakibatkan berbagai kendala antara lain

41

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

dalam hal pelaksanaan kewenangan, pengelolaan APBD, pengelolaan suatu kawasan atau
pelayanan tertentu, serta pengaturan pembagian hasil sumberdaya alam dan pajak, dan
lainnya.
II.5.2 Prasarana dan Sarana Pemerintah Daerah
Sebagian besar pelaksanaan tugas dan fungsi perangkat daerah juga masih
diselenggarakan pada bangunan-bangunan yang berstatus sewa, dengan kapasitas ruang
yang tidak memadai dengan keberadaan pegawai, sehingga mengurangi efektifitas dan
kenyamanan kerja. Sementara itu, berdasarkan informasi dari berbagai perangkat daerah,
dukungan sarana dalam menunjang pelaksanaan operasional kantor maupun operasional
lapangan belum sepenuhnya terpenuhi.
II.5.3 Penyelenggaraan Koordinasi
Koordinasi dalam bidang

pemerintahan hakikatnya merupakan upaya yang

dilaksanakan oleh Kepala Daerah guna mencapai keselarasan dan keterpaduan baik
perencanaan maupun pelaksanaan tugas semua instansi baik antar dinas. lembaga teknis
daerah, pemerintah kecamatan, desa dan kelurahan, maupun dengan instansi vertikal agar
tercapai hasil yang optimal. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah serta Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 18 Tahun 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 1988.
II.5.3.1 Penyelenggaraan Koordinasi Horisontal dengan Unsur Muspida
Kualitas penyelenggaraan forum kemuspidaan yang prinsip dan penting yang dilakukan,
mengikuti pola aturan :
Terhadap permasalahan yang bersifat mendesak dan memerlukan waktu yang segera,
forum diselenggarakan secara insedentil di luar ketentuan vang ada;
Terhadap permasalahan yang telah disepak-ati oleh Forum Muspida ditindaklanjuti oleh
perangkat masing-masing instansi dan bila dipandang perlu dilakukan secara Tim
Terpadu yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebijakan yang telah
digariskan.

42

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

II.5.3.2 Penyelenggaraan Koordinasi Vertikal dengan Instansi/Dinas Daerah


Penyelenggaraan koordinasi vertikal antara instansi/dinas daerah dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu dan berkelanjutan meliputi pelaksanaan pelaporan, pengawasan,
dan koordinasi pembinaan.
1) Koordinasi Perencanaan
Walikota

akan

meminta

program/rencana

kegiatan

dari

masing-masing

komponen/instansi vertikal serta membahasnya di daerah;


2)

Koordinasi Pelaksanaan
Walikota selaku Kepala Daerah meminta laporan pelaksaan tugas dari masing-masing
instansi vertikal mengenai hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan kegiatannya. Apabila terdapat hambatan dan permasalahan, maka
Walikota memberikan petunjuk alternatif pemecahannya;

3) Koordinasi Pelaporan
Masing-masing Kepala Dinas/Komponen dan Instansi Vertikal wajib menyampaikan
laporan kegiatan bulanan secara periodik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan pelaksanaan tugasnya, laporan tahunan setiap akhir tahun anggaran
serta laporan insidentil terhadap hal-hal yang perlu segera mendapat penyelesaian.
4) Koordinasi Pengawasan
Hasil pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan Departemen dan
Lembaga Pemerintahan Non Departemen di bawah koordinasi Kepala BPKP disampaikan
ke Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan dan ditembuskan kepada Walikota
sebagai informasi kepada Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan.
5) Koordinasi Pembinaan
Walikota memberikan pertimbangan terhadap pengangkatan /pemindahan serta
pelantikan dan pengambilan sumpah Kepala Instansi Vertikal dalam wilayah Kota
Tangerang Selatan. Selain koordinasi secara formal seperti tersebut di atas, juga
dilakukan koordinasi secara informal seperti pada setiap kesempatan pertemuan, olah
raga maupun kegiatan lainnya.

43

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

II.5.3.3 Hubungan Pemerintah Kota dengan DPRD


Hubungan antara Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan DPRD dilaksanakan melalui
forum-forum pertemuan, sidang, hearing, kunjungan kerja bersama serta pembahasan
terhadap suatu Rancangan Peraturan Daerah dan produk kebijakan daerah. Keharmonisan
hubungan

dibangun

melalui

mekanisme

pelaksanaan

tugas

masing-masing

yang

menempatkan pihak eksekutif dan legislatif sebagai mitra kerja yang saling mengisi dan saling
mendukung.
1.

Kelembagaan Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi


Perangkat Daerah Tugas penyusunan dan pengaturan di bidang kelembagaan ini
dilaksanakan oleh Bagian Hukum dan Organisasi pada Sekretariat Daerah.
Susunan kelembagaan daerah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sekretariat Daerah terdiri dari 1 orang Sekretaris Daerah, 3 orang Asisten
Sekretaris Daerah dan 9 Bagian, yaitu:
1.

Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat;

2.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan;

3.

Asisten Administrasi Umum;

4.

Bagian Pemerintahan;

5.

Bagian Kesejahteraan Sosial;

6.

Bagian Pertanahan;

7.

Bagian Perekonomian;

8.

Bagian Pembangunan;

9.

Bagian Pengelolaan Teknologi Informasi;

10. Bagian Hukum dan Organisasi;


11. Bagian Umum dan Perlengkapan;
12. Bagian Humas dan Protokol.
b. Sekretariat DPRD terdiri dari 1 orang Sekretaris DPRD dan 3 orang Kepala Bagian,
sebagai berikut :
1.

Sekretaris DPRD

44

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

2.

Bagian Perlengkapan

3.

Bagian Humas dan Hukum

4.

Bagian Persidangan dan Risalah

5.

Bagian Tata Usaha

c. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 1 Inspektorat, 1 Satuan dan 6 Badan, sebagai
berikut:
1.

Inspektorat;

2.

Satuan Polisi pamong Praja;

3.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

4.

Badan Kepegawaian Daerah;

5.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu;

6.

Badan Lingkungan Hidup Daerah;

7.

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

8.

Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga


Berencana.

d. Dinas Daerah terdiri dari 11 Dinas, sebagai berikut :


1.

Dinas Pendidikan;

2.

Dinas Kesehatan;

3.

Dinas Pekerjaan Umum;

4.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

5.

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman;

6.

Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

7.

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;

8.

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;

9.

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

10. Dinas Pertanian dan Perikanan;


11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
2. Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan
Implementasi kebijakan otonomi daerah telah mendorong dan memacu terjadinya
perubahan baik secara struktural, fungsional maupun kultural dalam tatanan

45

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang mendasar


adalah menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya
merupakan perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 berubah statusnya menjadi perangkat
daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah yang diangkat
oleh kepala daerah kabupaten/kota, maka Camat dalam menjalankan tugasnya
mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada kepala
daerah. Hal ini mengandung pengertian bahwa tanpa pelimpahan sebagian
kewenangan dari kepala daerah maka tugas seorang camat menjadi tidak jelas
sehingga dapat berpengaruh pada pelaksanaan tugas dan fungsinya di lapangan.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka upaya pemberdayaan
kecamatan guna percepatan otonomi daerah, maka dengan merujuk pada Undangundang Nomor 22 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman
Organisasi

Kecamatan.

Pemerintah

Kota

Tangerang

Selatan

mencoba

memformulasikan suatu kebijakan tentang pengaturan organisasi kecamatan di


daerah ini. Langkah ini diawali dengan upaya melimpahkan sebagian kewenangan
yang dimiliki oleh pemerintah daerah kepada Camat dalam rangka efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.

Tabel 2.42
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan

No

1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan

Serpong
Serpong Utara
Ciputat
Ciputat Timur
Pamulang
Pondok Aren
Setu
Kota Tangerang Selatan

Luas Wilayah (Ha)

Persentase Terhadap
Luas Kota
(%)

2,404
1,784
1,838
1,543
2,682
2,988
1,480

16.33%
12.12%
12.49%
10.48%
18.22%
20.30%
10.06%

14,719

100.00%

46

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.43
Jumlah Kelurahan dan Desa per Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009

No

1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan

Jumlah
Kelurahan

Jumlah
Desa

Jumlah
Rukun Warga (RW)

Jumlah
Rukun Tetangga
(RT)

9
7
7
6
8
11
1
49

5
5

69
65
92
75
129
113
29
572

337
272
460
416
690
677
144
2,996

Serpong
Serpong Utara
Ciputat
Ciputat Timur
Pamulang
Pondok Aren
Setu
Jumlah

Tabel 2.44
Luas Wilayah Kelurahan/Desa
Kota Tangerang Selatan
No
1

Kecamatan
Serpong

Serpong Utara

Ciputat

Ciputat Timur

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4

Kelurahan/Desa
Buaran
Ciater
Rawa Mekar Jaya
Rawa Buntu
Serpong
Cilenggang
Lengkong Gudang
Lengkong Gudang Timur
Lengkong Wetan
Lengkong Karya
Jelupang
Pondok Jagung
Pondok Jagung Timur
Pakulonan
Paku Alam
Paku Jaya
Sarua
Jombang
Sawah Baru
Sarua Indah
Sawah
Ciputat
Cipayung
Pisangan
Cireundeu
Cempaka Putih
Pondok Ranji

Luas Wilayah (Ha)


334
376
235
328
139
143
361
262
226
210
126
209
225
279
281
454
368
345
274
193
249
172
237
391
308
227
246

47

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Pamulang

Pondok Aren

Setu

5
6
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
5
6

Rengas
Rempoa
Pondok Benda
Pamulang Barat
Pamulang Timur
Pondok Cabe Udik
Pondok Cabe Ilir
Kedaung
Bambu Apus
Benda Baru
Perigi Baru
Pondok Kacang Barat
Pondok Kacang Timur
Perigi Lama
Pondok Pucung
Pondok Jaya
Pondok Aren
Jurang Mangu Barat
Jurang Mangu Timur
Pondok Karya
Pondok Betung
Kranggan
Muncul
Setu
Babakan
Bakti Jaya
Kademangan

165
206
386
416
259
483
396
256
220
266
310
252
252
389
362
233
217
253
258
271
191
205
361
364
170
174
206

II.5.3.4 Hukum, Politik serta Ketenteraman dan Ketertiban Umum


Disamping itu munculnya berbagai bentuk asosiasi masyarakat sipil baik dalam bentuk
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat maupun forum-forum lainnya,
merupakan bentuk pencapaian dalam mewujudkan proses demokratisasi.
Munculnya

berbagai

aspirasi

dan

respon

masyarakat

terhadap

kebijakan

pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik yang bersifat mendukung ataupun
memberikan kritik membangun, disampaikan langsung ataupun melalui lembaga perwakilan
(legislatif), merupakan cerminan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat akan politik
dan nilai-nilai demokrasi.
Kondisi keamanan ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan kemasyarakatan di
wilayah Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu 2003-2008 secara umum masih dalam
kondisi yang stabil dan terkendali. Upaya pembinaan dan penanganan ketentraman dan

48

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

ketertiban wilayah dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan proporsional sesuai tugas
dan fungsi masing-masing instansi.
Ruang lingkup kerjasama dalam rangka Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban
umum serta Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ini meliputi :
a. Penyelenggaraan/pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan
dan ketertiban masyarakat di Kota Tangerang Selatan;
b. Penegakan Peraturan Daerah (Perda) dan penegakan hukum sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. Pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di Kota
Tangerang Selatan;
d. Pengembangan sumber daya manusia dan sarana prasarana untuk mendukung
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan ketertiban
masyarakat di Kota Tangerang Selatan.
e. Penilaian eskalasi gangguan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan
ketertiban masyarakat di Kota Tangerang Selatan untuk menentukan langkah-langkah yang dipandang perlu, baik yang bersifat pencegahan maupun
penanggulangan.
Selain itu pembinaan keamanan dan ketertiban diarahkan untuk menciptakan
kondisi tenteram, serasi dan teratur serta mantapnya stabilitas keamanan di Kota Tangerang
Selatan. Upaya yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan kegiatan tersebut adalah
melalui kegiatan koordinasi antara instansi terkait secara terpadu.
Di bidang keamanan yang berkaitan dengan tindak pidana umum dilaksanakan
melalui upaya represif dan preventif oleh pihak Kepolisian untuk membantu menciptakan
rasa tenteram dan tertib di masyarakat, antara lain dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat di bidang pengamanan swakarsa dengan menggiatkan siskamling.
Berbagai

kerentanan

dan

kerawanan

sosial

merupakan

sumber-sumber

permasalahan masyarakat yang masih dihadapi yang dapat berdampak pada terjadinya
gangguan ketenteraman dan ketertiban umum. Banyaknya keluarga penyandang masalah

49

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

kesejahteraan sosial (PMKS) hingga tahun 2007 sebesar 48.889 jiwa, yang didominasi oleh
keluarga fakir miskin berjumlah 37.538 jiwa (76,78%) dan anak terlantar sebanyak 1.141 jiwa
(2,33%). Keberadaan PMKS tersebut merupakan potensi terhadap bertumbuhkembangnya
ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku masyarakat.
Kasus gelandangan dan pengemis serta pekerja seks komersial (PSK) semalin
merebak terutama pada pusat-pusat kota, pasar, terminal serta daerah hiburan merupakan
salah satu potensi permasalahan yang dapat menganggu ketentraman dan ketertiban umum
di wilayah Kota Tangerang Selatan. Berbagai upaya pencegahan terhadap berkembangnya
gelandangan,

pengemis dan PSK ini tengah dipersiapkan dan akan dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota tanerang Selatan.


Demikian halnya dengan penyalahgunaan NARKOBA/NAPZA (Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif) yang semakin berkembang dikalangan remaja, bahkan telah memasuki
kawasan-kawasan pendidikan (sekolah).
Kejadian luar biasa (KLB) merupakan suatu kondisi tak terduga yang dapat
mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum. Berbagai kasus bencana banjir dan
kekeringan sampai dengan tahun 2008 diketahui masih terjadi. Sedangkan kasus wabah
penyakit yang terjadi di wilayah Kota Tangerang Selatan akhir-akhir ini meliputi : Muntaber,
DBD, Polio dan Flu Burung. Kasus flu burung merupakan wabah penyakit yang melanda
wilayah nasional yang penanganannya belum tuntas hingga saat ini. Di tahun 2009 terjadi
bencana alam dengan jebolnya tanggul Situ Gintung yang merupakan bencana nasional,
dimana kejadian ini dikenal dengan tragedi Situ Gintung.
II.5.3.5 Kerjasama Pembangunan
Kerjasama Wilayah Perbatasan
Sesuai dengan amanat dalam Pasal 195 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada efisiensi dan
efektifitas pelayanan publik.
Belum terintegrasinya rencana-rencana pembangunan, keterbatasan dan lemahnya kapasitas
pengelolaan sumber daya di kawasan perbatasan, seperti diantaranya dalam penataan ruang

50

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

dan pembangunan prasarana wilayah serta perencanaan pembangunan lainnya, telah


disadari sebagai suatu permasalahan yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakserasian
dan ketimpangan pembangunan di wilayah perbatasan.
Oleh karenanya kerjasama pembangunan antar daerah yang didasarkan pada pertimbangan
efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan publik yang saling menguntungkan, merupakan hal
yang perlu mendapatkan perhatian bersama.
Sejalan dengan kepentingan tersebut, Pemerintah Provinsi Banten telah melaksanakan
kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi lain yang berbatasan dalam rangka kerjasama
pembangunan di wilayah perbatasan seperti dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
sebagaimana hal ini telah ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat
dan Gubernur Banten Nomor 69 Tahun 2002 dan Nomor 35 Tahun 2002 tanggal 4 Desember
2002, tentang Kerjasama Pembangunan Wilayah Perbatasan. Sebagai implementasi tindak
lanjut kerjasama pembangunan perbatasan yang telah disepakati bersama, diselenggarakan
forum koordinasi kerjasama pembangunan antar kedua daerah yang dilaksanakan melalui
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perbatasan (MUSRENBANGTAS) Banten-Jawa
Barat yang diselenggarakan secara periodik setiap dua tahun sekali.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan akan menjadikan surat Keputusan Bersama tersebut
sebagai dasar dalam pelaksanaan kerjasama antar daerah dan kemungkinan untuk
menuangkannya ke dalam regulasi daerah.
Kerjasama Antar Daerah
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang
lebih besar kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan dan mengelolah pembangunan
di daerah berdasarkan kondisi dan kebutuhannya masing-masing. Namun demikian dalam
pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan di daerah seringkali dihadapkan kepada
permasalahan yang tidak dapat diatasi sendiri, tetapi memerlukan kerjasama antar daerah
yang memiliki kepentingan bersama.
Sejalan dengan semangat yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, perlu disikapi secara komprehensif dan
langkah strategis untuk melakukan kerjasama antar daerah yang sinergis dengan

51

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

perencanaan pembangunan guna mewujudkan keselarasan, keserasian dan keterpaduan


perencanaan pembangunan antar wilayah dan antar sektor.
Sementara itu, di lain pihak bahwa tekanan pertumbuhan penduduk dan
perekonomian yang terkonsentrasi di Ibukota negara Jakarta dan wilayah sekitarnya dalam
wilayah Jabotabek maupun secara umum pada wilayah Pulau Jawa dan Bali telah
menyebabkan tingginya tuntutan dalam peningkatan pelayanan dan pembangunan yang
dirasakan semakin kompleks. Sehingga dapat dipahami apabila di wilayah Jabotabek serta
wilayah Jawa-Bali perlu mendapatkan perhatian secara lebih intensif untuk melakukan
koordinasi dalam rangka penanganan bersama terhadap permasalahan pembangunan dan
persoalan lainnya yang bersifat lintas wilayah dan lintas sektor.
Dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan pembangunan sesuai Instruksi Presiden
Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek telah dilakukan kerjasama
wilayah Jabotabek yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bersama Pemerintah Provinsi
Daerah tingkat I Jawa Barat dan DKI Jakarta Nomor 1/DP/040/PD/1976 dan Nomor 3 Tahun
1976 tentang Kerjasama Dalam Rangka Pembangunan Jabotabek yang selanjutnya dibentuk
Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek berdasarkan Keputusan Bersama
Pemerintah Provinsi Daerah tingkat I Jawa Barat dan DKI Jakarta Nomor D.IV-8201/d/II/1976
dan Nomor 197/Pem.121/sk/1976.
Kerjasama tersebut telah ditindaklanjuti dan ditingkatkan dengan terbentuknya Kota
Depok, Provinsi Banten dan keikutsertaan Kabupaten Cianjur yang diwujudkan dalam
Kesepakatan Bersama Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten Bupati
Bogor, Walikota Bogor, Walikota Depok, Bupati Tangerang, Walikota Tangerang, Bupati
Bekasi, Walikota Bekasi dan Bupati Cianjur tanggal 16 Juni 2005.
Memperhatikan kompleksitas permasalahan pembangunan regional yang terjadi saat
ini di wilayah Jawa-Bali dan sejalan dengan makna yang termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005, maka merupakan langkah
yang sangat strategis diselengarakannya forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Regional (MUSRENBANGREG) Se Jawa-Bali, yang hal ini merupakan kesepakatan bersama
yang telah direkomendasikan agar keberadaannya semakin dapat diperkokoh dan
dikembangkan eksistensinya dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan nasional.

52

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Dilatarbelakangi berbagi pengalaman memecahkan permasalahan antar daerah


secara legal formal, membangun silaturahmi dan membangun satu persepsi dan
pemahaman, pada tahun 1988, Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat mempelopori
terbentuknya forum kerjasama antar daerah Dwi Praja sebagai cikal bakal forum Mitra Praja
Utama (MPU) yang sekarang anggotanya terdiri dari 10 Provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur,
Provinsi Bali, Provinsi Lampung, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Banten dan Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Prinsip kerjasama dalam forum MPU dibangun dalam semangat kebersamaan,
kemitraan, saling menguntungkan, berbagi tanggungjawab dan berkelanjutan dalam upaya
berpadu daya mengatasi permasalahan kesejahteraan antar daerah secara bersama-sama.
Dalam setiap tahunnya diadakan Rapat Kerja Gubernur yang menyepakati usulan
program/kegiatan kerjasama untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya, terdiri dari bidang
Pemerintahan, bidang Ekonomi, bidang Kesos dan Tenaga Kerja, serta bidang Lingkungan dan
Pariwisata
Pembentukan forum Koordinasi Kerjasama pembangunan wilayah perbatasan ini
sangat penting untuk memperkuat koordinasi antar Pemerintah Daerah dalam mengatasi
persoalan ketidakintegrasian dalam berbagai kepentingan pembangunan dan pemerintahan
antar daerah, agar rencana-rencana pembangunan yang akan dilaksanakan antar daerah
khususnya di wilayah perbatasan dapat terselenggara dengan sinergi dan terintegrasi dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan.

53

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

BAB III
GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH
3.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Pada Tahun 2007
Kota Tangerang Selatan baru terbentuk pada akhir tahun 2008, karena itu belum ada
pengukuran indikator ekonomi makro kota tersebut secara khusus. Namun demikian,
gambaran perekonomian Kota Tangerang Selatan, dapat diwakili oleh gambaran agregat 7
kecamatan (Serpong, Serpong Utara, Setu, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok
Aren) yang tadinya masih menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang. Data yang disajikan
berikut ini diperoleh dari hasil pengolahan data PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007
(BPS, 2008).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Juta Rupiah, sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan adalah sebesar Rp.2.768.787,17 Juta Rupiah (Gambar 2.1). Angka
tersebut jauh di bawah angka PDRB Kabupaten Tangerang dengan 29 kecamatan yang
melebihi angka Rp.25 Trilyun untuk PDRB adh Berlaku dan melebihi angka Rp.16 Trilyun
untuk PDRB adh Konstan tahun 2000.
35.000.000
30.000.000
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
0

Kab. Tangerang 36
Kecamatan

Kota Tangsel 7
Kecamatan

Kab. Tangerang 29
Kecamatan

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku


(Jutaan rupiah)

30.898.750,66

5.256.882,05

25.641.869

PDRB Atas Dasar Harga Konstan


Tahun Dasar 2000 (Jutaan
rupiah)

18.789.457,30

2.768.787,17

16.020.670

Laju Pertumbuhan Ekonomi / LPE


(%)

6,90%

6,51%

6,97%

7,10%
7,00%
6,90%
6,80%
6,70%
6,60%
6,50%
6,40%
6,30%
6,20%

Gambar 3.1 Perbandingan PDRB Kota Tangerang Selatan (7 kecamatan) dengan Kabupaten
Tangerang awal dengan 36 kecamatan dan Kabupaten Tangerang dengan 29
kecamatan pada Tahun 2007 (Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS
2008).

54

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun 2007 mencapai 1.042.682 orang, PDRB
per kapita adalah sebesar Rp.5.041.692,53. Angka tersebut di bawah PDRB per kapita
Kabupaten Tangerang dengan 29 kecamatan, yang dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun sebesar 2.430.589 orang, mencapai Rp. 10.549.652,21.

PDRB (Milyar
3,000
Rupiah)
2,500
2,000
1,500

PDRB Konstan 2000

1,000
500
0

2004

2005

2006

2007

Gambar 3.2 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Tangerang
Selatan 2004 - 2007 (Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).

Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan menunjukkan kecenderungan


meningkat dari tahun ke tahun (Gambar 2.2). Pada tahun 2007, Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE) mencapai angka 6,51%, masih lebih rendah dibandingkan LPE Kabupaten Tangerang
yang mencapai 6,97%.
Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan
didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan
perdagangan hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi
cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%).
Lima sektor lain masing-masing memberikan kontribusi di bawah 10%. (Gambar 2.3)
Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang selatan
didominasi oleh sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan
restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi
hampir 90%. Sektor tersier (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi)
memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian)
hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Struktur ekonomi tersebut berbeda dengan

55

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

struktur ekonomi Kabupaten Tangerang yang didominasi oleh sektor sekunder yang berasal
dari sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sangat besar.
Pertambangan
dan Penggalian
0.03%

Pertanian
1.32%

Industri
Pengolahan
1.07%

Listrik, Gas dan Air


Bersih
6.05%

Jasa-jasa
17.39%

Bagunan /
Konstruksi
1.63%

Bank, persewaan
& jasa perusahaan
15.40%

Perdagangan,
Hotel dan Restoran
26.81%

Pengangkutan &
Komunikasi
30.29%

Gambar 3.2 Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007
(Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).

3.2 Perkiraan Ekonomi Makro Pada Tahun 2010


Berdasarkan kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp 7.095.983,99 Juta Rupiah, sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan diperkirakan sebesar Rp.3.422.271,07 Juta Rupiah. Target PDRB per
kapita diharapkan mencapai Rp.6.028.590. Pada tahun 2010, Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) diharapkan mencapai angka 6,8 %.
Perkiraan tersebut didasarkan pada kecenderungan peningkatan PDRB pada 7
(tujuh) kecamatan Kabupaten Tangerang yang saat ini menjadi Kota Tangerang Selatan
sejak tahun 2004 hingga 2007 (Tabel 2.1).
Tingkat

pengangguran

Kota

Tangerang

Selatan

masih

dalam

proses

penghitungan, namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran


Kabupaten Tangerang yang pada tahun 2007 adalah sebesar 9,56% (BPS, 2008) karena
ingkat urbanisasi yang diasumsikan lebih tinggi.

56

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel. 3.1
Perkembangan Realisasi PSRB 2004-2007 dan
Perkiraan PDRB Tahun 2008-2010
No.
1

3
4

Tahun

Indikator
Makro
Ekonomi
PDRB ADH
Berlaku
(Juta rupiah)
PDRB ADH
Konstan
2000 (Juta
rupiah)
Jumlah
Penduduk
PDRB per
Kapita

2004

2005

Realisasi
2006

2007

2008

Perkiraan
2009

2010

2.491.310.37

3.334.642.37

4.752.381.60

5.256.882.05

5.869.916.03

6.482.950.01

7.095.983.99

1.730.192.27

2.028.385.15

2.599.601.42

2.768.787.17

2.986.615.14

3.204.443.11

3.422.271.07

965.493.00

969.951.00

1.013.588.00

1.042.682.00

1.087.473.14

1.132.264.28

1.177.055.42

2.580.351

3.437.949

4.688.672

5.041.693

5.397.757

5.725.651

6.028.590

3.3 Pendapatan, Penerimaan dan Pembiayaan Daerah Tahun 2009


Tahun Anggaran 2009, pendapatan daerah hanya berasal dari lain-lain pendapatan
daerah yang sah, yaitu dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah
daerah lainnya, dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Hal
tersebut disebabkan pendapatan asli daerah, baik pajak maupun retribusi, masih masuk ke
dalam pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan juga
belum mendapatkan dana perimbangan baik berupa bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak,
dana alokasi umum maupun dana alokasi khusus, karena peraturan mengenai dana
perimbangan ditetapkan sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Dalam perkembangannya,
pendapatan asli daerah sudah dapat diterima langsung oleh Pemerintah Kota Tangerang
Selatan, tidak lagi seperti asumsi awal yang harus masuk ke dalam kas Pemerintah
Kabupaten Tangerang.
Dari segi pembiayaan, tidak ada kebijakan untuk mendapatkan penerimaan dari
penerimaan pembiayaan. Belum ada sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun 2008,
pencairan dana cadangan, serta penerimaan piutang daerah karena Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2009 merupakan perubahan dari rencana penganggaran pertama yang disusun
Pemerintah Kota Tangerang Selatan yaitu APBD Tahun Anggaran 2009. Pada tahun 2009 ini
juga belum ada rencana penerimaan pembiayaan dari penerimaan pinjaman daerah dan
obligasi daerah.

57

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Sebagaimana tertera dalam Tabel 2.1, besar target pendapatan daerah semula pada
tahun 2009 adalah sebesar Rp.162.832.859.180,00, yang seluruhnya berasal dari lain-lain
pendapatan daerah yang sah, yaitu dari pendapatan hibah sebesar Rp.15.000.000.000,00,
bagi

hasil

pajak

dari

provinsi

dan

Rp.127.832.859.180,00, dan bantuan keuangan

pemerintah
dari

daerah

lainnya

sebesar

provinsi atau pemerintah daerah

lainnya sebesar Rp.20.000.000.000,00. Pendapatan hibah seluruhnya berasal dari


Pemerintah Kabupaten Tangerang, sedangkan bantuan keuangan

dari

provinsi atau

pemerintah daerah lainnya adalah bantuan dana dari Pemerintah Propinsi Banten sebesar
Rp.5.000.000.000,00. Besar hibah dan bantuan keuangan tersebut sesuai dengan yang
ditetapkan dalam UU No. 51 Tahun 2008. Selain itu, Pemerintah Propinsi Banten juga
memberikan bantuan khusus pendidikan (specific grant) sebesar Rp. Rp.15.000.000.000,00.
Karena adanya penerimaan dari pendapatan asli daerah, pendapatan diperkirakan
meningkat menjadi sebesar Rp.191.699.005.762,00. Target pendapatan dari pendapatan asli
daerah adalah sebesar Rp.25.367.150.025,00, yang berasal dari pajak daerah sebesar
Rp.15.397.425.025,00, retribusi daerah Rp.9.219.725.000,00, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah Rp.750.000.000,00. Target lain-lain pendapatan daerah yang sah berubah
dari semula sebesar Rp.162.832.859.180,00 bertambah sebesar Rp.3.498.996.557,25
menjadi sebesar Rp.166.331.855.737,00 dari bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah
daerah lainnya. Tidak ada target pendapatan dari dana perimbangan.
Tabel 3.2 juga menunjukkan bahwa tidak ada perubahan target penerimaan dari
penerimaan pembiayaan daerah.

58

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 3.2
Target pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran 2009
Pendapatan dan Penerimaan
Pembiayaan Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Pajak Daerah
Hasil Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Pendapatan
Penerimaan Pembiayaan Daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Daerah Tahun 2008
Pencairan Dana Cadangan
Penerimaan Pinjaman Daerah dan
Obligasi Daerah
Penerimaan piutang daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Jumlah Dana Tersedia

Target APBD T.A.


2009
-

Target Perubahan
APBD T.A. 2009
25,367,150,025.00
15,397,425,025.00
9,219,725,000.00
-

Penambahan /
(Pengurangan)
25,367,150,025.00
15,397,425,025.00
9,219,725,000.00
-

Persentase
Perubahan
100.00%
100.00%
100.00%
-

750,000,000.00

750,000,000.00

100.00%

162,832,859,180.00
15,000,000,000.00
127,832,859,180.00

166,331,855,737.00
15,000,000,000.00
131,331,855,737.00

3,498,996,557.00
3,498,996,557.00

20,000,000,000.00

20,000,000,000.00

162,832,859,180.00

191,699,005,762.00

0.00%
2.15%
0.00%
2.74%

0.00%

0.00%

28,866,146,582.00

17.73%

162,832,859,180.00

191,699,005,762.00

28,866,146,582.00

17.73%

Besar alokasi belanja pada APBD Tahun Anggaran 2009 semula adalah sebesar
Rp.162.832.859.180,00 yang dialokasikan untuk belanja di 28 SKPD Kota Tangerang Selatan.
Dengan adanya perkembangan asumsi baik dari sisi pendapatan maupun belanja, besar
belanja

pada

Perubahan

APBD

Tahun

anggaran

2009

meningkat

sebesar

Rp.28.866.146.582,00 menjadi sebesar Rp.191.699.005.762,00. Besar belanja langsung


sebesar Rp.103.749.407.900,00 dan meningkat sebesar Rp.33.313.484.161,00 menjadi
sebesar Rp.137.062.892.061,00, sedangkan besar belanja tidak langsung sebesar
Rp.59.083.451.280,00 dan menurun sebesar Rp.4.447.337.579,00 menjadi sebesar
Rp.54.636.113.701,00.

59

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tabel 3.2
Ringkasan Rencana Perubahan Belanja
Tahun Anggaran 2009
Jenis Belanja
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi /
Kabupaten / Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi / Kabupaten / Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga

Rencana APBD T.A.


2009
59,083,451,280.00
43,159,187,441.20
8,853,787,000.00
6,070,476,838.80
-

Rencana Perubahan
APBD T.A. 2009
54,636,113,701.00
38,001,849,862.20
8,853,787,000.00
6,780,476,838.80
-

Penambahan /
(Pengurangan)

Persentase
Perubahan (%)

(4,447,337,579.00)
(5,157,337,579.00)
710,000,000.00
-

-7.53%
-11.95%
0.00%
0.00%
0.00%
11.70%
0.00%

0.00%

0.00%

1,000,000,000.00

1,000,000,000.00

Belanja Langsung

103,749,407,900.00

137,062,892,061.00

33,313,484,161.00

32.11%

Jumlah Belanja

162,832,859,180.00

191,699,005,762.00

28,866,146,582.00

17.73%

Dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2009, plafon anggaran sementara terbesar adalah
untuk Dinas Pekerjaan Umum yaitu sebesar Rp.40.768.006.500,00 yang meningkat sebesar
Rp.6.211.086.100,00 dari nilai semula Rp.34.556.980.400,00. Dinas Pendidikan menempati
urutan kedua dengan plafon sementara sebesar Rp.8.519.811.343,00 yang meningkat
sebesar Rp.630.000.000,00 dari nilai semula Rp.7.889.811.343,00. Dinas Kesehatan berada di
urutan ketiga dengan plafon sebesar Rp. 10.855.446.050,00 yang meningkat sebesar
Rp.5.550.632.250,00 dari nilai semula Rp.5.555.446.050,00. Alokasi yang besar untuk SKPDSKPD tersebut disebabkan SKPD-SKPD tersebut melaksanakan urusan-urusan prioritas yaitu
pekerjaan umum, pendidikan, dan kesehatan.

60

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

BAB IV
ISU ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH

Yang dimaksud dengan isu strategis suatu daerah adalah permasalahan


aktual/penting yang dihadapi masyarakat dan pemerintah daerah, yang diidentifikasi dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (teknokratik) memakai analisis data dan informasi dalam
lingkup upaya pencapaian visi dan misi daerah. Pencapaian sasaran strategis akan berhasil
bila komponen faktor penentunya yang merupakan isu-isu strategis dapat dikelola secara
efektif. Selain masalah (existing atau potential) yang dapat menghambat atau mendorong,
ada juga kendala yang membatasi. Pengenalan komponen strategis tersebut dan komponen
lain merupakan hal yang harus dilakukan dalam perencanaan.
4. 1 Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Banten
Sebagai daerah otonom yang baru dibentuk pada tahun 2008 sesuai dengan
amanat Undang undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota
Tangerang Selatan, urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan menjadi
urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Adapun sebagai dasar perumusan kebijakan pembangunan Kota Tangerang Selatan
dapat menggunakan kebijakan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Banten dan
pemerintah induk yaitu Kabupaten Tangerang.
Kebijakan Pemerintah Pusat sebagaimana tertuang dalam RPJM 2004 2009
dirumuskan berdasar pada permasalahan pokok negara yaitu :
1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi
2. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah
3. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat masih rendah
4. Tingginya laju pertumbuhan dan kuantitas penduduk
5. Kesejahteraan sosial masyarakat relatif masih rendah
6. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan
7. Rendahnya kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
8. Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar
9. Rendahnya pelayanan dan penyediaan infrastruktur
10. Rendahnya kualitas pelayanan umum kepada masyarakat

61

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Sehingga rencana kegiatan pembangunan pemerintah mengacu pada pengentasan


permasalahan pokok tersebut.
Sedangkan kebijakan Provinsi Banten sebagaimana tertuang pada RPJMD
Provinsi Banten tahun 2007 2012 dibangun atas dasar isu isu strategis yang menjadi
agenda pembangunan Provinsi Banten seperti berikut :
a. Tata kelola pemerintahan, bertujuan meningkatkan perilaku birokrasi yang efisien
dan efektif dengan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang
profesional dan akuntabel.
-

Kinerja kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan

Sarana dan prasarana pemerintahan daerah

Aparatur pemerintah daerah

Otonomi daerah dan kerjasama pembangunan

Stabilitas politik, ketentraman dan ketertiban umum

Keuangan daerah

b. Sumberdaya manusia, bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan


serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
-

Kemiskinan

Pengangguran

Layanan pendidikan dan kesehatan

Kependudukan, Keluarga Berencana, gender dan perlindungan anak

c. Ekonomi, bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui


pengembangan pertanian dan pariwisata, mewujudkan iklim investas yang semakin
sehat serta meningkatkan kapasitas dan daya saing industri sehingga dapat
menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
-

Revitalisasi pertanian

Ketahanan pangan daerah

Kelembagaan sosial ekonomi masyarakat

Perkembangan perekonomian daerah

Pengembangan kawasan ekonomi khusus dan megapolitan/megacity

d. Pengembangan kawasan dan wilayah, bertujuan untuk mengembangkan potensi


unggulan yang dimiliki masing2 kawasan dan wilayah secara terintegrasi.
-

Sarana dan prasarana dasar wilayah

Sumberdaya alam dan lingkungan hidup

62

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Pembangunan desa kota

Penataan ruang daerah

4. 2 Isu Strategis Kota Tangerang Selatan


Prioritas pembangunan daerah didasarkan pada lima (5) masalah dan tantangan
pokok daerah sebagaimana disebutkan di bawah ini :
1. Belum optimal penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini berkaitan dengan
kondisi pemerintahan Kota Tangerang Selatan saat ini. Dari aspek hardware, selain
kualitas dan kuantitas sarana perkantoran yang masih terbatas, jumlah pegawai juga
masih minim untuk pengelolaan suatu pemerintahan. Dari aspek software,
mekanisme perencanaan pembangunan dan penganggaran juga belum terlaksana
secara optimal karena keterbatasan waktu dan sumber daya. Selain itu sebagai kota
penyangga ibukota, Tangerang Selatan tidak akan bisa lepas dari pengaruh
pertumbuhan ekonomi dan pergerakan penduduk dari Jakarta (backward and
forward linkages). Dengan demikian, Kota Tangerang Selatan dibangun atas dasar
kerjasama dengan daerah lain demi kepentingan bersama termasuk kota-kota
sekitarnya.
2. Mendesaknya peningkatan kualitas infrastruktur dasar. Hal ini didorong oleh
beberapa infrastruktur dasar yang perlu pengadaan/pembangunan dan pemeliharaan
seperti ruang jalan di wilayah ini yang harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.
Walaupun berdasarkan data 70,36% kondisi jalan tergolong dalam kondisi baik,
namun sistem jaringan jalan yang ada belum terstruktur sehingga menimbulkan
tingkat kemacetan yang tinggi di beberapa ruas jalan atau persimpangan. Selain itu,
sarana penampungan sampah dan ketersediaan air bersih harus menjadi perhatian
penting dalam perencanaan pembangunan di masa yang akan datang. Hingga tahun
2009, Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). Saat ini penanganan sampah masih dibantu oleh Kabupaten Tangerang.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang Selatan menuntut
kebutuhan akan sarana permukiman. Jika tidak ditata dan dikelola dengan
perencanaan terpadu, hal ini akan berdampak kepada menurunnya daya dukung
lingkungan yang berakibat terjadinya masalah lingkungan, misalnya banjir. Ada 3
(tiga) kecamatan yang menjadi kawasan rawan bencana banjir, yaitu Kecamatan

63

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, dan Kecamatan Pamulang. Dengan demikian


sebagai daerah otonom baru, Kota Tangerang Selatan harus menata kawasannya
melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) paling lambat tiga tahun
sejak terbentuknya Kota Tangerang Selatan sebagai alat pengendali sesuai amanat
Undang-undang No 51 Tahun 2008.
3. Pelayanan pendidikan yang masih belum optimal. Kualitas sumber daya manusia
berkaitan dengan kemudahan akses masyarakat kepada pelayanan pendidikan, dan
kesehatan. Sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan merupakan lulusan dan
siswa SMA, namun ironisnya sebagian besar pencari kerja juga merupakan lulusan
SMA. Jadi masih banyak lulusan SMA yang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar
akan tenaga kerja. Selain itu prasarana pendidikan seprti gedung/bangunan sekolah
mash perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Berdasarkan data dinas
pendidikan Kota Tangerang Selatan tahun 2009, masih terdapat 257 ruang kelas yang
perlu diperbaiki. Dari segi kualitas tenaga pendidik, masih banyak guru yang belum
bersertifikat sesuai kompetensinya.
4. Pelayanan kesehatan yang masih belum optimal. Berdasarkan data tahun 2007,
sebanyak 307 kasus gizi buruk atau sebesar 0,37% ditemukan di wilayah Kota
Tangerang Selatan. Pada tahun 2009 ditemukan kasus gizi buruk di Kecamatan
Serpong. Dengan demikian, kasus gizi buruk merupakan hal yang harus dicegah
secara berkesinambungan salah satunya dengan memperluas akses pelayanan
kesehatan terutama untuk keluarga tidak mampu yang rentan terkena gizi buruk.
Selain itu penyebaran penyakit menular merupakan hal lain yg penting untuk
dieleminasi kasusnya, seperti kasus penyebaran penyakit filariasis, demam berdarah,
dan penyakit menular lainnya. Masih ditemukan beberapa penderita filariasis yang
belum optimal pelayanan kesehatannya.
5. Belum meratanya kesejahteraan masyarakat. Di Kota Tangerang Selatan masih
terdapat 31.543 Rumah Tangga miskin yang di dalamnya terdapat anak-anak antara 0
11 bulan dan ibu hamil dari keluarga yang berkategori miskin. Peningkatan
angkatan pengangguran juga perlu diwaspadai, mengingat imbas krisis global belum
berakhir sedangkan masih banyak para pencari kerja di Kota Tangerang Selatan
sebagian besar merupakan usia produktif. Potensi produksi industri di Kota

64

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Tangerang Selatan yang sebagian besar merupakan industri kecil dan menegah perlu
dikembangkan lagi untuk mengurangi angka pencari kerja usia produktif.

65

Rancangan Isu isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

BAB V
PENUTUP
Dokumen ini disusun sebagai langkah awal dari suatu penyusunan dokumen
perencanaan baik jangka pendek, menengah maupun panjang di Kota Tangerang Selatan
berdasarkan potensi dan tantangan yang dihadapi Kota Tangerang Selatan saat ini dan masa
depan. Pelaksanaan arah pembangunan ini harus didukung keterpaduan dan sinkronisasi
antar kegiatan, baik diantara kegiatan dalam satu program maupun kegiatan antar program,
dalam satu SKPD dan antar SKPD, dengan tetap memperhatikan tugas pokok dan fungsi yang
melekat pada SKPD se-Kota Tangerang Selatan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

66

Anda mungkin juga menyukai