DISUSUN OLEH:
DISUSUN OLEH:
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
nyaman
dalam
membimbing
serta
memfasilitasi
demi
vi
karya
tulis
ilmiah
ini
dapat
bermanfaat
untuk
Surakarta,
Mei 2015
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
iii
iv
viii
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
5
5
16
20
22
23
24
24
24
24
26
28
B. Pengkajian ................................................................................
28
viii
BAB V
33
34
36
41
PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...............................................................................
43
48
C. Intervensi .................................................................................
51
D. Implementasi ............................................................................
54
E. Evaluasi ...................................................................................
57
59
B. Saran ........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Usulan Judul
Lampiran
Surat Pernyataan
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Jurnal Utama
Lampiran
Asuhan keperawatan
Lampiran
log Book
Lampiran
Pendelegasian
Lampiran
Lembar Observasi
DAFTAR GAMBAR
20
20
21
22
25
26
30
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan
setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit,
akibat peningkatan Tekanan Intrakranial (Sunardi, 2011). Di seluruh dunia
prevalensi stroke ada 7,1 juta pada tahun 2000 dan akan terus meningkat.
Data di negara berkembang seperti Indonesia menunjukkan insidensi
234 per 100.000 penduduk (Misbach, 2001).Menurut data Riskesdas
Depkes RI, 2007 dalam laporan nasionalnya mendapatkan bahwa
penyebab kematian utama untuk semua umur adalah stroke(15,4%), TB
(7,5%), hipertensi (6,8%). Berdasarkan data rekam medik RSUD
Klungkung 2012 Stroke Non Hemoragik (SNH) didapatkan hasil jauh
lebih tinggi hingga mencapai 85%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
RSDM Surakarta jumlah pasien stroke yang datang ke RS. Dr. Moewardi
Surakarta pada tahun 2014-2015 sebanyak 287 pasien.
Stroke Non Hemoragik (SNH) terjadi karena penurunan aliran darah
ke otak, sehingga suplai darah tidak ke otak, iskemia menyebabkan perfusi
otak menurun akhirnya terjadi stroke (Rasyid & Soertidewi, 2007).Pada
pasien stroke didapatkan peningkatan intra kranial dengan tanda klinis
berupa nyeri kepala yang tidak hilang dan semakin meningkat.
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan pemberian posisi kepala flat (0) dan
posisi elevasi kepala (30) terhadap TIK pada Tn. K dengan SNH.
2.
Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. K dengan SNH.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. K
dengan SNH.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.
K dengan SNH.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. K dengan
SNH.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. K dengan SNH.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian posisi kepala flat
(0) dan posisi elevasi kepala (30) terhadap TIK pada Tn. K
dengan SNH.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit stroke
non hemoragik penatalaksanaanya dan aplikasi riset melalui proses
keperawatan memberikan posisi kepala flat(0) dan elevasi(30) pada
pasien dengan SNH.
2. Bagi Pendidikan
Sebagai referensi dan wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan gangguan sistem persarafan dimasa yang akan datang dan acuan
bagi pengembangan laporan kasus sejenis.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan kontribusi terbaru pengembangan pada pasien khususnya
keperawatan gawat darurat pada pasien gangguan sistem persarafan.
4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada
pasien stroke dengan kolaborasi pemberian posisi flat(0) dan
elevasi(30).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Stroke Non Hemoragik (SNH)
a. Pengertian
Stroke Non Hemoragik (SNH), yaitu aliran darah ke otak terhenti
karena
penompokan
kolesterol
pada
dinding
pembuluh
darah
c. Manifestasi Klinis
Pada SNH, gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologist
secara mendadak atau subakut, di dahului gejala prodomal, terjadinya
pada waktu istirahat atau bangun pagi, Menurut (Rendy, 2012) stroke
akut dapat berupa :
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (hemiparesis yang timbul
mendadak)
2) Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemaparasik)
3) Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma)
4) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, memahami ucapan)
5) Disartia (bicara pelo atau cadel)
6) Vertigo, mual dan muntah
d. Etiologi
1) Trombosis yaitu bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau
leher
2) Embolisme selebral yaitu bekuan darah atau material lain yang
dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain
3) Iskemia adalah penurunan aliran darah ke area otak
4) Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
c) Cegah hipertermi
4) Blader
Perhatikan baik-baik kemungkinan adanya retensio maupun
inkontinensia urine dan bila perlu pasang kateter
5) Bowel
Jaga jumlah kalori dan berikan cairan yang cukup dan hindari
obstipasi (Muhibbi, 2006)
f. Patofisiologi
Setroke Non Hemoragik (SNH) terjadi akibat penyumbatan aliran
darah arteri yang lama ke bagian otak. SNH dapat terjadi akibat trombus
(bekuan darah di arteri serebril) atau embolus (bekuan darah yang
berjalanke otak dari tempat lain di tubuh). Stroke trombotik terjadi akibat
oklusi aliran darah, karena aterosklerosis berat. Individu mengalami satu
atau lebih serangan iskemik sementara Transient Iskemik Attack (TIA)
sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA adalah gangguan
fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebral. TIA mungkin
terjadi ketika pembuluh darah aterosklerotik mengalami spasme, atau saat
kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak
dapat di
g. Pathway
Trombus
Embolus
Defisit neurologi
Transient Iskemik
Reversible/irrevesible
Attack (TIA)
Ganguan ekstermitas
Hambatan
komunikasi verbal
Hambatan mobilitas
fisik
Gambar 2.1. Pathway
Nyeri
10
h. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan, dan keperawatan pasien (Rendy, 2012).
a) Identitas diri klien
(1) Pasien: Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku bangsa, Tanggal masuk
RS, No. CM, Alamat.
(2) Penanggung jawab: Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
b) Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan tingkat kesadaran
yang di kenal sebagai glascow coma scale (GCS) untuk
mengamamati kelopak mata, kemampuan bicara, dan reflek
motorik (gerakan), (Muttaqin, 2008).
(1) Membuka mata
Membuka spontan
:4
:3
:2
:1
:5
11
:4
:3
:2
Tidak bersuara
:1
:6
:5
:4
:3
:2
:1
12
paralisissaraf
Pada
beberapa
trigenimus,
keadaan
didapatkan
stroke
menyebabkan
penurunan
koordinasi
13
respon
saat
di
rangsang nyeri,
kesulitan
dalam
14
15
16
17
b. Manifestasi Klinis
Tanda paling dini peningkatan TIK adalah letargi, lambatnya bicara
dan respon verbal. Perubahan secara tiba-tiba seperti pasien menjdi
tampak gelisah (tanpa penyebab yang nyata). Pada peningkatan TIK yang
sangat tinggi pasien hanya bereaksi pada suara keras dan stimulus nyeri.
Respon motorik abnormal, ditandai posisi dekortikasi, deserebrasi dan
flaksid (Rosjidi, 2014)
Gejala yang muncul pada peningkatan TIK menurut (Rosjidi, 2014):
1) Pemburukan derajat kesadaran
Peringkat
sensitif
dan
dapat
dipercaya
untuk
mengenali
18
19
20
21
22
B. Kerangka Teori
Stroke:
1.
2.
3.
4.
Stroke Non
Trombosis
Embolisme
Iskemia
Hemoragi serebral
Hemoragik
klasifikasi
1. Stroke trombotik
2. Stroke embolik
3. Hipoperfusion
sistemik
Peningkatan TIK
1.
2.
3.
4.
5.
Penatalaksanaan
1. Mengatur posisi kepala flat (0) dan elevasi
(30)
2. Mengusahakan tekanan darah yang optimal
3. Menghilangkan rasa cemas dan nyeri
Gambar 4. Kerangka teori
4. Menjaga suhu tubuh
23
C. Kerangka Konsep
Pemberian posisi kepala
Menurunkan
tekanan intrakranial
24
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
D. Prosedur Tindakan
Memposisikan Tn. K pada posisi telentang atau supinasi tanpa
menggunakan bantal dan ditempat tidur yang datar, memposisikan pasien
tidur telentang dengan kepala menggunakan bantal dengan posisi 30.
24
25
Setiap 30 menit pasien diubah posisi kepala dan diobservasi untuk skala
nyeri, nilai GCS dan TTV.
Tabel 3.1. prosedur tindakan
No
1
Timdakam
Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Menanyakan kesiapan pasien
Fase kerja
a. Mencuci tangan
b. Observasi keadaan pasien
c. Pasang pengaman pada tempat tidur pasien
d. Memeriksa tanda-tanda vital awal pasien
e. Memberikan posisi kepala elevasi(30) dengan cara
memberikan satu bantal dibawah kepala pasien dengan sudut
30selama 30 menit
f. Memeriksa tanda-tanda vital pasien
g. Memberikan posisi kepala flat(0) dengan cara membaringkan
pasien sejajar dengan tempat tidur kepala pada posisi sejajar
dengan badan selama 30 menit
h. Memeriksa tanda-tanda vital
i. Lakukan tindakan peberian posisi kepala secara bergantian dan
berulang
j. Mencatat hasil pemeriksaan kelembar observasi
k. Merapikan pasien
l. Mencuci tangan
Fase terminasi
a. Mengevaluasi tindakan
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut
c. Mengucapkan salam
26
E. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah lembar TTV, skala GCS dan Skala
Nyeri.
1. GCS (Glaslow Coma Score)
Tabel 3. 2: Ukur GCS
GCS
SCORE
Membuka mata
Spontan
Terhadap rangsang suara
Terhadap rangsang nyeri
Tidak ada
4
3
2
1
Verbal
Orientasi baik
Orientasi terganggu
Kta-kata tidak jelas
Suara tidak jelas
Tidak ada respon
5
4
3
2
1
Motorik
Mampu bergerak
Melokalisasi nyeri
Fleksi menari
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak ada respon
6
5
4
3
2
1
TOTAL
15
2. Skala Nyeri
27
3.
Tanda-tanda Vital
Tabel 3. 3. Tanda-tanda vital
Jenis Pengukuran
Nilai Normal
Tekanan Darah
36 sampai 38 C
Nadi
60-100 kali/menit
Respirasi
12 sampai 20 kali/menit
Suhu
120/180 mmHg
28
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 66 tahun dengan inisial
Tn. K beragama Islam dan bertempat tinggal di Majenang Sukondono
berpendidikan DIII, dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik,
pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 9 Maret 2015, selama dirumah
sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. K adalah Tn. E berusaha 32
tahun pekerjaan swasta bertempat tinggal di Majenang Sukondono,
hubungan dengan pasien adalah anak.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015 jam 11.45 WIB
dengan metode Autoanamnesadan Allowanamnesa. jalan nafas pasien
tampak paten, pola nafas tidak teratur dan tidak menggunakan otot bantu
nafas, kesadaran pasien didapatkan hasil respon mata 4, respon motorik 6,
dan respon verbal 3 didapatkan nilai Glaslow Coma Scale (GCS) adalah
13, pasien di IGD mengalami kejang dan tempat tidur pasien sudah
dipasang pengaman agar pasien tidak terjatuh.
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada bagian leher
belakang terasa seperti tertindih dan tertusuk-tusuk, sebelum pasien datang
ke IGD RS dr. Moewardi, keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh
28
29
lemas selama 3 minggu, pasien berbicara kurang jelas dan menjadi pelupa,
pasien oleh keluarga diperiksakan ke dokter terdekat dan keluarga juga
membawa pasien ke fisioterapi, Setelah dilakukan penanganan pada pasien
tidak ada perubahan, pasien dibawa ke RSJD Surakarta untuk
memeriksakan kondisi psikis pasien, saat menunggu di ruang tunggu
pasien mengalami kejang kurang lebih 20 menit, pasien dirujuk ke IGD
RS dr. Moewardi untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Di
IGD pasien mengatakan nyeri di bagian leher belkang, pasien mengalami
kejang selama kurang lebih 15 menit, pasien tampak gemetar.
Riwayat penyakit dahulu keluarga pasien mengatakan 2 tahun yang
lalu pasien pernah masuk ke rumah sakit dengan riwayat penyakit
Hipertensi.
Hasil pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan umum dengan
kesadaran klien compomentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital sebagai
berikut, dengan tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 90 kali permenit,
respirasi 24 kali permenit, suhu 35,5 Celsius, MAP 130 mmHg. Bentuk
kepala mesochepal, kulit kepala bersih bersih dan tidak ada ketombe
dengan rambut beruban. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra tida
edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
diameter kanan dan kiriri simetris, reflek cahaya positif dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Pemeriksaan hidung tidak ada secret,
tidak ada polip dan tampak bersih. Pemeriksaan mulut membran mukosa
kering dan bibir sedikit perot. Hasil dari pemeriksaan gigi didapatkan tidak
30
terpasang gigi palsu dan gigi tampak bersih, pemeriksaan telinga didapat
kan hasil bentuk simetris dan tidak ada serumen yang keluar dari telinga.
Pemeriksaan leher didapatkan hasil tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan dada paru: didapatkan hasil inspeksi bentuk dada
simetris, palpasi vocal premitus kanan dan kiri sama, perkusi vesikuler di
seluruh lapang paru dan auskultasi tidak ada suara nafas tambahan dan
vesikuler di seluruh lapang paru.
Pemeriksaan dada jantung: didapatkan hasil inspeksi ictus cordis
tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di intercosta 3, perkusi pekak
diseluruh lapang dada, auskultasi bunyi jantung I-II murni, reguler dan
lup-dup.
Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil tidak ada jejas, bentuk datar
dan umbilikus bersih pada saat di inspeksi,pada saat di auskultasi bising
usus terdengar 30 kali permenit, perkusi bunyi timpani di kuadran 3, dan
tidak ada nyeri tekan pada saat di palpasi.
Pada pemeriksaan genetalia, bersih dan tidak terpasang kateter. Pada
saat pemeriksaan ekstermitas atas kanan dan kiri mampu melawan
gravitasi, kekuatan otot penuh, capilary refile kurang dari 2 detik dan pada
ekstermitas bawah kanan dan kiri mampu melawan gravitasi, kekuatan
otot penuh, capilary refile kurang dari 2 detik.
Riwayat penyakit keluarga, pasien merupakan anak pertama dari 3
bersaudara dimana ayah dan dan keluarga lain tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
31
genogram:
Tn. K
66 th
Gambar. 4. 1. genogram
Keterangan:
: meninggal
: garis keturunan
: laki-laki
: pasien
: perempuan
: tinggal serumah
32
(132-145), kalium darah 3,9 normal (3,7-5,4), clorida darah 107 mmcl/L
normal (98-106).
Pemeriksaan CT-scan pada tanggal 17 Maret 2015, tampak lesi solid
batas tegas tepi licin di intradural extraaxial entratentorial regio CPA kiri
ukuran 42 mm x 48 mm x 50 mm yang tampak dibatasi CSF vasculer cleft
disekitarnya, dural tail (+), exostosis (-), area necrotic central (+), ice
cream cone sign (-), yang pada T1W1 dan T2W1 tampak isoentense, pada
post contras tampak homogen strong contrast echacement, pada DW1
tampak restricted difusion area pada lesi. Lesi tampak menekan nervus VI
kiri dan mendesak ventrikel IV ke superior kanan serta menyebabkan
dilatasi ventrikel III dan ventrikel lateralis kanan kiri sistem sangat baik.
Pons dancerebellum di luar lesi tak tampak kelainan,Tampak devisiasi
midlin ke kanan sejauh 1,5 cm,Mastoid dan sinus paranasalis kanan kiri
diluar lesi tampak baik, DWI: tampak water restricted disfusion area di
daerah lesi, MR Spectroscopy: tampak peningkatan ratio cholin atau
creatine dan tampak pealakanin 1,5 ppm.
Kesan yang didapat dari pemeriksaan, yaitu:
1. Lesi solid intradural extraaxial infratentorial regio CPA kiri
cenderung suatu meningioma
2. Hidrocephalur obstruktif
3. Herniasi intrabentorial kanan sejauh 1,5 mm
33
merupakan
perubahan
bentuk
dari
epileptogenic
34
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 maret 2015
penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan
35
36
E. Implementasi
Tindakan
keperawatan
dilakukan
untuk
mengatasi
masalah
37
Implementasi
pada
jam
12.10
membimbing
pasien
untuk
mengulangi
permintaan,
pasien
mengatakan
bersedia
untuk
38
tekanan darah 190/120 mmHg, frekuensi nadi 90 kali per menit, frekuensi
pernafasan 22 kali per menit, MAP 143 mmHg. Mengkaji skala nyeri
pasien mengatakan nyeri saat duduk di leher bagian belakang seperti
tertindih, skala nyeri 4 dari 10, nyeri terasa terus menerus dan pasien
tampak meringis kesakitan. Mengkolaborasikan dengan tim dokter untuk
pemberian terapi obat aspilet 80 mg/12 jam, fenitoin 150 mg/12 jam,
ranitidine 250 mg/12 jam, vit B1 250 mg/12 jam, pasien mengatakan
bersedia untuk di berikan obat oral dan injeksi obat masuk melalui vena
dan oral.
Tindakan keperawatan pada jam 13.05 merubah posisi kepala
menjadi 30 pasien bersedia untuk merubah posisi kepalanya dan pasien
tampak merasa sedikit lebih rileks. Jam 13.30 melakukan observasi
terhapan TTV pasien dan mengontrol tanda-tanda peningkatan TIK, pasien
bersedia untuk diperiksa tekanan darah 190/100 mmHg, frekuensi nadi 88
kali per menit, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, MAP 136 mmHg.
Mengkaji skala nyeri pasien mengatakan nyeri terasa di leher bagian
belakang seperti tertindih sekala nyeri 4 dari 10, nyeri terasa saat duduk
dan terus menerus, pasien tampak merimgis kesakitan. Memberikan posisi
kepala 0 pasien bersedia untuk merubah posisi dan pasien tampak nyaman
dengan posisi 0.
Tindakan keperawatan pada jam 14.00 mengobservasi TTV dan
mengetahui tanda peningkatan TIK, pasien bersedia untuk diperiksa
tekanan darah 180/110 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi
39
pernafasan 20 kali per menit, MAP 133 mmHg. Mengkaji skala nyeri
pasien mengatakan nyeri terasa di leher bagian belakang seperti tertindih
sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus menerus, pasien
tampak merimgis kesakitan.Merubah posisi kepala menjadi 30 pasien
bersedia untuk merubah posisi kepalanya dan pasien tampak merasa
sedikit lebih tenang.
Tindakan keperawatan pada jam 14.30 mengobservasi TTV dan
mengetahui tanda peningkatan TIK, pasien bersedia untuk diperiksa
tekanan darah 180/120 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi
pernafasan 20 kali per menit, MAP 140 mmHg. Mengkaji skala nyeri
pasien mengatakan nyeri terasa di leher bagian belakang seperti tertindih
sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus-menerus, pasien
tampak sedikit rileks.Memberikan posisi kepala 0 pasien bersedia untuk
merubah posisi dan pasien tampak rileks.
Tindakan keperawatan pada jam 15.00 mengobservasi TTV dan
mengetahui tanda peningkatan TIK, pasien bersedia untuk diperiksa
tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, frekuensi
pernafasan 20 kali per menit, MAP 126 mmHg. Mengkaji skala nyeri
pasien mengatakan nyeri terasa di leher bagian belakang seperti tertindih
sekala nyeri 3 dari 10, nyeri terasa saat duduk dan terus-menerus, pasien
tampak nyaman pada posisi 0.Merubah posisi kepala menjadi 30 pasien
bersedia untuk merubah posisi kepalanya dan pasien tampak merasa
sedikit lebih rileks.
40
41
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 5 Maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien
mengatakan nyeri leher bagian belakang terasa saat duduk dan hilang
timbul nyeri seperti tertindih dengan skala nyeri 3 dari 10. Dengan data
objektif pasien tampak sedikit rileks dengan tekanan darah 170/100
mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi pernafasan 86 kali per
menit, maka dapat disimpulkan masalah nyeri akut teratasi sebagian yaitu
skala nyeri berkurang menjadi 3 dari 10, pasien tampak rileks, tekanan
darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi
pernafasan 86 kali per menit, MAP 123mmHg, intervensi keperawatan
dilanjutkan ke bangsal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 5 Maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif keluarga
pasien mengatakan komunikasi pasien kurang baik atau kurang jelas.
Dengan data objektif pasien tampak mengerti isyarat perawat dengan
menggelengkan kepala jika bilang tidak dan mengangguk jika bilang
iya, pasien mengucapkan kata-kata kurang jelas, pasien berbicara atau
menjawab pertanyaan orang lain dengan singkat, maka dapat disimpulkan
masalah hambatan komunikasi verbal teratasi sebagian yaitu pasien dapat
menginterprestasikan
komunikasi
verbal
dan
non verbal
dengan
42
43
BAB V
PEMBAHASAN
hipotesis
Monro-Kellie:
Merupakan
jumlah
volume
darah
intrakranial, jaringan otak, cairan otak yang bersifat tetap, karena berada dalam
ruang tengkorak yang bersifat kaku, tekanan tersebut menjalar ke setiap sisi
ruangan di dalam tengkorak (Bahrudin, 2008).
Stroke Non Hemoragik (SNH) terjadi karena tersumbatnya pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pem buluh darah
ke otak (Pudiastuti, 2013).
Pada BAB V karya tulis ini, penulis akan menguraikan tentang
pembahasan perbandingan maupun persamaan posisi kepala flat (0) dan elevasi
(30) terhadap tekanan intrakranial dari hasil pengelolaan asuhan keperawatan
dengan jurnal dan teori yang mendasari dengan kasus yang terjadi di lapangan.
BAB V ini dibagi dalam lima pokok bahasan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
43
44
45
kurang begitu jelas, hal ini menandakan bahwa Tn. K mengalami defisit
verbal dan kognitif.
Hasil pengkajian ABCD pasien menunjukkan jalan nafas paten, pasien
tidak sesak, tekanan darah 190/100 mmHg mengalami peningkatan.
Pengkajian disability nilai GCS 13 dengan adanya gangguan pada verbal.
Pengkajian primary survey ABCD pada pasien dalam kondisi gawat
darurat
46
47
48
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mencerminkan masalah kesehatan yang dapat
diatasi oleh perawat yang memberikan arahan untuk intervensi keperawatan
(Dermawan, 2012). Secara teori diagnosa yang mungkin muncul, pertama
nyeri yang berhubungan dengan agen cidera biologis. Kedua, gangguan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan sistem saraf pusat.
Ketiga, kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler, cedera otak, dan kehilangan keseimbangan (Nugroho, 2011).
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. K dengan stroke non
hemoragik di ruang IGD RS Dr. Moewardi Surakarta, dapat diambil masalah
49
frekuensi
jantung,
perubahan
frekuensi
pernafasan,
sensasi
ketidaknyamanan
yang
dimanifestasikan
sebagai
50
orang
lain.
Batasan
karakteristik
pada diagnosa ini adalah sulit untuk bicara, tampak perot, ketidaktepatan
verbalisasi, kesulitan memahami pola komunikasi yang biasa
(Ed. Heather, 2012).
Sedangkan yang dialami pasien, didapatkan data subjektif antara
lain keluarga pasien mengatakan pasien bicara kurang jelas, pasien
menjadi pelupa dan data obyektif diperoleh pasien tampak pelo saat
diajak bicara, nilai GCS verbal 3, pembicaraan pasien tidak terarah dan
bibir pasien tampak sedikit perot.
Yang dialami oleh pasien sudah sesuai dengan batasan
karakteristik dalam NANDA tahun 2012-2014, hal ini dikarenakan untuk
memenuhi komunikasi verbal dengan orang lain pasien masih kesulitan.
51
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan suatu keputusan awal tentang suatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan
dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Intervensi atau
perencanaan yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan
kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
dilakukan dengan SMART (Spesifik, Measurable, Acceptance dan
Timing(Dermawan, 2012).
Penambahan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan
tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
52
53
peningkatan
resiko
penurunan
tekanan
perfusi
serebral
dan
selama
1x6
jam
pasien
dapat
menunjukkan
54
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan,
2012)
Untuk diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera
biologis
implementasi
yang
dilakukan
penulis
adalah
55
56
diagnosa
kedua
yaitu
hambatan
komunikasi
verbal
57
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil (Dermawan, 2012).
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan SOAP, Subjctive, Objective, Analisa, Planning
(Demawan, 2012).
Pada hari senin, tanggal 5 Maret 2015 pada jam 16.30 WIB pada
diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis didapatkan data
subyektif pasien mengatakan nyeri leher bagian belakang terasa saat
duduk dan hilang timbul nyeri seperti tertindih dengan skala nyeri 3 dari
10. Dengan data objektif pasien tampak sedikit rileks dengan tekanan
darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 86 kali permenit, frekuensi
pernafasan 86 kali permenit, MAP 123 mmHg, maka dapat disimpulkan
masalah nyeri akut teratasi sebagian yaitu skala nyeri berkurang menjadi
3 dari 10, pasien tampak rileks, tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi
nadi 86 kali per menit, frekuensi pernafasan 86 kali permenit, intervensi
keperawatan dilanjutkan ke bangsal.
58
objektif
pasien
tampak
mengerti
isyarat
perawat
dengan
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di susun dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian terhadap Tn. K dengan stroke non hemoragik
didapatkan adanya keluhan nyeri pada leher belakang, pasien berbicara
kurang jelas, menjadi pelupa, pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil
perubahan tanda-tanda vital, dengan tekanan darah meningkat,
nadidalam batas normal, respirasi meningkat, suhudalam batas normal.
Pada hasil CT-Scan gambaran Lesi solid intradural extraaxial
infratentorial
regio
CPA
kiri
cenderung
suatu
5957
60
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat disusun pada kondisi Tn. K
dengan SNH adalah pemberian posisi kepala flat (0) dan posisi elevasi
kepala (30), pengkajian nyeri, relaksasi nafas dalam, membimbing
komunikasi satu arah, mendorong komunikasi secara berlahan dan
mengulangi permintaan, mendengar aktif atau komunikasi dekat dengan
pasien, dan pemberian terapi farmakologi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada Tn. K dengan SNH adalah
pemberian posisi kepala flat (0) dan posisi elevasi kepala (30)
pengkajian nyeri, relaksasi nafas dalam, membimbing komunikasi satu
arah, mendorong komunikasi secara berlahan dan mengulangi
permintaan, mendengar aktif atau komunikasi dekat dengan pasien, dan
pemberian terapi farmakologi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Tn. K dengan SNH selama 6 jam mengelola, Tn. K
dengan SNH tidak tanpak tanda-tanda hambatan mobilitas fisik, tidak
terdapat kelemahan aktivitas dari pasien, pasien dapat mobilisasi di
tempat tidur.
6. Analisa Aplikasi Jurnal dengan Kasus
Setelah dilakukan tindakan tersebut dapat di evaluasi bahwa
tanda-tanda peningkatan TIK yang terjadi pada Tn. K menurun.
Menunjukkan bahwa aplikasi pemberian posisi kepala flat (0) dan
61
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. K dengan
SNH penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khusunya dibidang kesehatan antara lain:
1. Bagi Penulis
Seetelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien SNH
dengan pemberian posisi kepala flat (0) dan posisi elevasi kepala (30)
diharapkan penulis dapat lebih mengetahui cara mengontrol dan
mencegah terjadiny peningkatan TIK .
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih
berkualitas
sehingga
dapat
menghasilkan
perawat
yang
62
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid.A & Soeti dewi, L (2007). Unit Stroke; Manajemen Stroke Secara
Komprehensif, Jakarta : FKUI
Rendi. C,M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Dalam, Catatan
Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.
Solehati, T. 2015. Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Perawatan Maternitas . PT
Refilika Aditama. Bandung
Suiraoka. IP. 2012. Penyakit Degeneratif, Nuha Medika . Yogyakarta.
Sunardi. Nelly. 2011. Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Terhadap Tekanan Intra
Kranial Pasien Stroke Iskemik di RSCM Jakarta, Jurnal Publikasi dan
Komunikasi Karya Ilmiah Bidang Kesehatan.0216. 7042 : 1-5. di akses pada
tanggal 5 maret 2015.
Sunaryo U. 2007. Diagnosis Epilepsis. Wijaya Kusuma, 1(1) 49-56.
Tamsuri A. 2012. Konsep daqn Penatalaksanaan Nyeri, EGC. Jakarta.
Wilkison, J.M. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa, Esti Wahyuningsih Edisi 9. EGC.
Jakarta.