Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia termasuk daerah yang subur. Terutama di daerah pegunungan. Namun
sering sekali kita temuai kekayaan itu tidak tersalurkan karena terbatas akan kendaraan atau
transportasi. Dilihat dari keadaannya, benar kalau begitu sulitnya kendaraan berkunjung
kesana. Dan begitupun sebaliknya, begitu sulitnya orang di atas gunung membawah hasil
panen kebunnya ke daratan.
Nah, masalah yang tidak pernah dipermasalahkan kini penyusun mencoba
mencarikan solusinmya. Dan pada modul ini, penyusun mempormulasikan 2 alat, dimana
yang satu terdengar modern dan yang satunya lagi terhitung sederhana. Kedua alat ini
terpikirkan dimana sebelumnya sudah mempertimbangkan akan adanya keterbatasan yang
akan menghalangi terjalinnya alat ini.
Untuk berkunjung di daerah yang berbukit bahkan tanjakannya yang begitu tajam, itu
tidaklah mudah. Padahal sangat disayangkan dengan banyaknya keindahan dan aneka macam
buah yang subur di daerah tersebut. Nah karena itulah muncul dalam fikiran penyusun untuk
menyelesaikan masalah ini yaitu kereta sederhana dan bingkisan katrol.
Bingkisan katrol, penyusun terpikir karena selain memudahkan untuk mengangkut
hasil panen ini juga akan mengurangi kurangnya plus, karena alat ini hanaya bermodalkan
kain tebal dengan kapasitas yang ditentukan. Alat ini digunakan secara manual. Namun pada
katrolnya di desain hingga memiliki sistem control dengan tujuan kecepatan pada katrol
tersebut dapat ditentukan. Alat ini di khususkan untuk daerah yang benar-benar tidak
memungkinkan kendaraan untuk mendakinya.
Kereta sederhana ini memumungkinkan untuk menyangkut bila mana ada pengunjung
ke daerah pegunungan tersebut, selain itu alat ini juga dapat memudahkan masyarakat di atas
gunung menyalurkan atau mengangkut hasil panennya ke dataran. Dimana kereta ini didesain
sedemikian rupa hingga memungkinkan untuk menanjak, rolling, berbelok maupun pada
permukaan datar..

Kendaraan untuk mengangkut buah atau hasil panen dari masyarakat setemapat yaitu
berupa kereta sederhana. Persyaratan teknis kereta sederhana ini tidak terlalu menuntut
kecepatan dan kenyamanan. Kontruksi yang dibuthkan adalah untuk menjaga agar barang di
angkut utuh dan tidak rusak sampai tujuan. Upaya untuk mendapatkan berat muat yang
optimal itu menjadi ukuran yang baru diperkirakan atau baru mau ditentukan.
Dengan demikian, alat-alat ini akan cukup menarik, karena hasil panen tidak ada lagi
yang rusak karena kurangnya pengongsumsi atau bahkan juga dapat menjadi sumber
penghasilan bagi masyarakat setempat.
B. Tujuan
Tujuan dari rancangan ini yaitu untuk mencarikan dan menemukan solusi masalah
yang selama ini tidak pernah terdengar dipermasalahkan yaitu alat atau sarana yang dapat
digunakan untuk menyalurkan hasil panen dari daerah pegunungan ke daratan. Pada kereta
derhana, selain hasil panen, juga dapat mengankut orang walaupun terbatas. Dan pada katrol
bingkis, alat ini hanya dikhususkan mengangkut hasil panen.
C. Manfaat
Manfaat dari alat yang penyusun rancang ditinjau dari alat kereta sederhana, pada
kereta sederhana, sarana ini dapat memudahkan petani pada daerah pegunungan untuk
menyalurkan hasil panennya ke dataran, dan juga dapat mengangkut pengunjung jikalau
ingin berkunjung ke pegunungan begitupun dengan sebaliknya. Dan pada katrol bingkis ini
juga merupakan alat manual yang memiliki manfaat yang sama dengan kereta sederhana,
namun pada alat ini, dia tidak dapat mengangkut selain berupa benda atau buah-buahan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kereta Sederhana
a. Rangka Kereta
Rangka kereta merupakan satu kesatuan konstruksi baja yang dilas, salah satunya
ialah rangka dasar yang terdiri dari bagian penyangga badan kereta (bolster), balok ujung
(end sill), balok samping (side sill), balok melintang (cross beam) dan penyangga
peralatan bawah lantai. Lantai memanjang dilas terhadap balok melintang . Biasanya,
rangka kereta terbuat dari baja rol SS 50 dengan kekuatan tarik minimum 409 N/mm2
dan kandungan komposisi kimia untuk pospor dan belerang kurang dari 0,04 %.
Sedangkan jenis material yang digunakan adalah baja dengan E = 210000 N/mm2, G =
80000

N /mm

, Poisson Ratio = 0,32, tegangan luluh = 320 N /mm


4

massa = 7,83 . 10 N / mm

dan kerapatan

Dengan kecepatan yaitu:


v=

s
t

Keterangan:
V = kecepatn (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu tempuh (s)
b. Jalan Rel Kereta Api
Rel digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan atau memandu kereta
api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama
panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada
bantalan dengan menggunakan paku rel,sekrup penambat, atau penambat e (seperti
penambat Pandrol).
1. Penentuan Panjang Minimum Rel Panjang

Permasalahan yang ditimbulkan dalam rel panjang adalah penentuan


panjang minimal rel panjang yang diakibatkan oleh dilatasi pemuaian
sebagaimana dituliskan dalam persamaan berikut :
l=l 0 T
Dimana :

= Pertambahan panjang (m)

l0

= Panjang rel (m)

= Koefisien muai panjang ( C -1)

T = Kenaikan temperature ( C)
2. Hubungan jalan rel dengan stabilitas, elastisitas dan gaya gesek.
a) Hubungan stabilitas dengan jalan rel
Jalan rel yang stabil dapat mempertahankan struktur jalan pada posisi yang
tetap/semula (vertikal dan horisontal) setelah pembebanan terjadi. Untuk ini
diperlukan balas dengan mutu dan kepadatan yang baik, bantalan dengan
penambat yang selalu terikat dan drainasi yang baik.
b) Hubungan elastisitas dengan jalan rel
Elastisitas diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga
patahnya as roda, meredam kejut, impact, getaran vertikal. Jika struktur jalan
rel terlalu kaku,misalnya dengan pemakaian bantalan beton, maka untuk
menjamin keelastisitasannya struktur dapat menggunakan pelat karet (rubber
pads) di bawah kaki rel.
c) Hubungan gaya gesek dengan jalan rel
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Gaya gesek dari benda yang bergerak di atas suatu papan
permukaan.
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus
berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya
gesek antara dua buah benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan
kinetis, sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya
Stokes.

Gaya gesek dapat merugikan atau bermanfaat. Panas pada poros yang
berputar, engsel pintu yang berderit, dan sepatu yang tipis bawahnya adalah
contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya
gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya
akan menggelincir di atas lantai. Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil
dengan jalan,mobil hanya akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak.
Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut.
Gaya Gesek Statis
Gaya Gesek Statis bekerja pada saat kedua permukaan benda yang
bersentuhan relatif diam satu sama lain atau ketika benda hampir bergerak.
Sehingga jika di jabarkan dengan hukum Newton, jumlah gaya yang
bekerja adalah 0. Dimana kita ketahui bahwa sesuai dengan hukum
Newton, jumlah gaya yang bekerja sama dengan massa dikalikan dengan
percepatan (F = m.a). Karena benda hampir bergerak (belum bergerak),
berarti benda tidak memiliki kecepatan dan dengan begitu benda tidak
memiliki percepatan atau perlambatan, sehingga jumlah gayanya adalah 0.
Jadi, besar maksimalnya gesekan statis adalah ketika benda tepat hampir
bergerak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya gaya gesek statis
adalah antara 0 sampai dengan maksimalnya (0 <fs < fsmaks).Besarnya gaya
gesek statis dapat dicari dengan rumus:
f s= s N
dengan:
fg = Gaya Gesek
s = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal
Gaya Gesek Kinetis
Gaya Gesek Kinetis bekerja pada saat ada gerak relatif antara kedua
permukaan yang bersentuhan. Gaya gesek kinetis bekerja pada benda yang
sedang melaju dengan sebuah kecepatan terminal. Dimana yang dimaksud
dengan kecepatan terminal itu adalah kecepatan tanpa percepatan atau
perlambatan, bisa juga disebut kecepatan konstan. Karena benda bergerak
dengan kecepatan konstan, maka sesuai dengan Hukum Newton, bahwa
jumlah

gaya

yang

bekerja

adalah

massa

dikalikan

dengan

percepatan/perlambatan (F = m.s), jumlah gaya yang bekerja pada benda


adalah 0. Besarnya gaya gesek statis dapat dicari dengan rumus:
f k =k N
dengan:
fg = Gaya Gesek
k = Koefisien Gesek Kinetis
N = Gaya Normal
Besarnya koefisien gesek statis adalah tangen sudut dari kemiringan ketika
benda tepat ingin bergerak. Berikut adalah penjabaran rumus untuk
mendapatkan besarnya koefisien gesek statis,
Fy = N W.cos A = 0, sehingga N = W.cos A
Fx = W.sinA fs = 0, sehingga fs = W.sin A
kemudian dengan rumus
persamaannya, sehingga

gaya

gesek

diatas

kita

subtitusikan

s = fs : N
s = W.sin A : W.cos A
s = sin A: cos A
s = tan A
Dengan:
fs = Gaya Gesek Statis
Fy = Jumlah gaya yang bekerja pada sumbu y
Fx = Jumlah gaya yang bekerja pada sumbu x
W = Gaya Berat Benda
A = Sudut Kemiringan Benda
s = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal
Gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda tidak bergerak disebut gaya
gesekan statis. Gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda bergerak
disebut gaya gesekan kinetis. Besar gaya gesekan statis lebih besar dari gaya
gesekan kinetis
c. Gerbong

Kendaraan untuk angkutan barang disebut gerbong. Persyaratan teknis gerbong


tidak terlalu menuntut kecepatan dan kenyamanan. Konstruksi yang diperlukan adalah
untuk menjaga agar barang yang diangkut utuh dan tidak rusak sampai tujuan. Upaya
untuk mendapatkan berat muat yang optimal menjadi ukuran keberhasilan rancang
bangun gerbong.
Yang menjadi perhatian dalam membuat gerbong adalah muatan optimal dan
bongkar muat dapat dilakukan dengan cepat. Untuk mendapatkan muatan yang optimal
konstruksi gerbong harus dibuat seringan mungkin namun tetap harus menggunakan
bahan yang tepat agar biaya investasi tidak menjadi terlalu besar.
Penguat merupakan bahan balok yang berfungsi menahan plat wadah (body).
Besar gaya berat yang diterima oleh wadah didistribusikan melalui penguat dan
diteruskan ke rangka dasar. Sedangkan wadah merupakan plat yang dibentuk sedemikian
rupa agar dapat menampung muatan. Karena berkontak langsung dengan muatan, maka
rentan terjadi defleksi dan tegangan yang diakibatkan oleh massa muatan. Maka dari itu
ketebalan plat wadah sangat mempengaruhi umur gerbol.
TABEL 1. SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG
No
1
2
3
4

Spesifikasi teknis
Tinggi gerbong
Lebar gerbong
Panjang gerbong
Volume

Besaran
2639.5 mm
2605 mm
12500 mm
3
25 m

5
6

Berat kosong
Kapasiotas kosong

18 ton
35 ton

Kapasitas muatan

25 ton

Pembebanan dilakukan pada dua model yaitu wadah dan struktur keseluruhan
gerbong. Pada analisa pembebanan pada wadah dilakukan untuk mengetahui kekuatan
wadah terhadap beban muatan, beban muatan yang dikenakan dikalikan 5 kali lipat
secara bertahap terhadap gaya gravitasi untuk mewakili analisa getaran yang tidak
dibahas dalam karya ilmiah ini. Beban utama yang diterima pada struktur gerbong
tersebut dapat dibagi menjadi 2 kondisi yaitu off the road dan on the road.

d.

Batu Ballast
Batu ballast biasanya digunakan dalam pembangunan jalan rel, jalan raya, jembatan,
maupun bangunan lainnya. Penggunaan gerbong pengangkut batu ballast dituntut
kemudahan dalam loading maupun unloading muatan agar mempersingkat waktu
maupun tenaga. Muatan batu ballast pun harus sesuai dengan tekstur yang diijinkan,
yaitu berdiameter antara 5 sampai 7 cm.

B. Katrol bingkis
a. Katrol
Pada katrol dipastikan jenis besi yang benar-benar kuat menahan beban. Dengan
penerapan rumus
W =m. g
Prinsip kerja pada katrol bingkis sama dengan prinsip kerja Pesawat sederhana. Ada
berbagai jenis pesawat sederhana antara lain bidang miring, tuas, dan katrol. Sebelumnya
kita sudah sering bertemu dengan istilah keuntungan mekanis (KM). Keuntungan
mekanis merupakan efek dari penggunaan pesawat sederhana yang menyebabkan gaya
yang kita keluarkan untuk mengangkat beban sama dengan berat beban dibagi dengan
keuntungan mekanisnya.
F=K=

W
KM
Keterangan :
F atau K = gaya/kuasa yang kita keluarkan (N)
W

= berat benda yang kita angkat (N)

KM

= keuntungan mekanis

= massa benda (kg)

= percepatan grafitasi = 10 m/s2 atau 9,8 m/s2

Jadi semakin besar KM maka gaya yang kita keluarkan untuk mengangkat beban
semakin kecil.

Hal ini berkaitan dengan usaha/kerja yang kita lakukan. Sebenarnya, katrol bingkis
tidak mengurangi total usaha/kerja yang kita keluarkan untuk mengangkat beban.
walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal ini
dapat dikurangi dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit terhadap jarak yang lebih
jauh.
W =F . s
Keterangan:
W = usaha (J)
F

= gaya (N)

= jarak tempuh (m)

Dengan kata lain, walaupun usaha yang kita keluarkan sama peningkatan jarak
akan mengurangi gaya yang dibutuhkan. Lambang berat benda (w) hampir sama
dengan usaha (W) lambang berat dengan huruf kecil dan usaha dengan huruf kapital.

BAB III
RANCANGAN ALAT
A. Alat Dan Bahan
a. Kereta sederhana
1. Kerangka kereta

2. Jalan Rel Kereta Api


3. Gerbong
4. Batu Ballast
b. Katrol bingkis
1. Kain tebal yang telah didesain khusus
2. Katrol kontrol
3. Tali besi
4. Pengait
5. Tiang beton
B. Langkah Kerja
a. Kereta sederhana
1. Cukup dengan menaikkan muatan di bagian gerbon dan kemudian menyalakan kereta
seperti kereta yang pada umumnya. Di mana pada bagian kerangka (depan) kereta
terdapat beberapa kursi yang dapat ditempati para penumpang. Meskipun terbatas.
b. Katrol bingkis
1. Setelah barang atau hasil panen sudah tersedia dalam kemasan (karun), pasanglah
ketiga ujung kain tebal yang sudah di desain secara khusus dan sudah di uji kapasitas
massanya ke pengait katrol.
2. Masukkanlah hasil panen tersebut ke dalam kain tersebut sesuai dengan kapasitas
3.
4.
5.
6.

kain tersebut melalui ujung yang satunya yang belum tergantung,


Setelah muatan sudah diatas semua, barulah digantung juga ujung yang terakhir.
Aturlah kecepatan rata-rata pada katrol
Bingkisan tersebut siap diterjunkan.
Namun pada tempat yang akan mendarat, diusahakan ada teman yang menanti

tibanya muatan tersebut.


7. Dan setelah alat diluncurkan dan sudah sampain pada daratan, alat atau kain tersebut
bias digunakan kembali (ingat pada proses kerja ini, apa bila banyak buah atau hasil
panen yang akan di luncurkan, diusahakan katrol yang beroperasi tidak hanya satu,
tapi lebih dari itu. Jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya hasil panen, dan begitu
pula pada kain pengait)

C. Gambar

Gambar 1. Kereta
sederhana

Gambar 2 gerbong Kereta


sederhana

Gambar 3. Kain
bingkis

Gambar 4.pengait

Gambar 5. Katrol kontrol

Gambar 6. Posisi tian


betong
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kereta sederhana yang dapat digunakan untuk mengangkut hasil panen dari daerah
tinggi ke daerah rendah dapat dioperasikan sesuai dengan kereta pada dasarnya. Alat ini
terdengar sangat modern untuk daerah pegunungan dan terhitung sangat sulit untu diterapkan
pada daerah tersebut, namun alat ini benar terhitung dapat membantu bagi masyarakat
khususnya masyarakat yang di daerah pegunungan dengan memudahkan untuk mengangkut
hasil panen buah-buhan yang terdapat pada daerah tersebut.
Selain kereta api sederhana, ada juga alat yang sederhana yang dapat digunakan untuk
mengangkut hasil panen masyarakat pada daerah pengunungan untuk disalurkan ke daerah
dataran rendah. Katrol kontrol yang digunakan pada katrol bingkis yang dapat diatur
disesuaikan dengan perkiraan beban yang dibawahnya. Dimana kain (bingkis) tersebut
setelah diluncurkan kain tersebut dapat dilipad dan digunakan kembali.
Prinsip kerja pada katrol bingkis sama dengan prinsip kerja Pesawat sederhana. Ada
berbagai jenis pesawat sederhana antara lain bidang miring, tuas, dan katrol.
B. Saran
Pada kereta sederhana, peroperasiannya ini, besar massa muatnya harus disesuaikan
dengan kapasitas angkutnya. Untuk mendapatkan muatan yang optimal konstruksi gerbong
harus dibuat seringan mungkin namun tetap harus menggunakan bahan yang tepat agar biaya
investasi tidak menjadi terlalu besar.
Dan pada alat katrol bingkis, alatnya ini harus lebih dari satu, disesuakan oleh
banyaknya barang yang akan dimuat. Namun alat ini terhitung. Sederhana karena
pemasangannya itu manual. Dan itu cukup memudahkan para petani. Demikian halnya
dengan katrol pengaitnya. Karena manual, maka ini juga memudahkan untuk proses
peluncuran barang dengan tidak memakan waktu yang singkat.

DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, putra. 2009. Zamrud SMA.putra nugraha. Surakarta: jawa tengah

Anda mungkin juga menyukai