Case Ektima
Case Ektima
Dengan judul/topik
Pada hari/tanggal
Waktu Presentasi
Tempat Presentasi
Nama Pendamping
Nama Wahana
Demikian berita acara ini dibuat dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
Pendamping,
Kepala Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih
NIP. 198612162014031002
BAB I
1
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama Pasien (Inisial)
: Ny. RA
Umur
: 33 tahun
: Purwekerto,
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SMP
Status perkawinan
: Menikah
Alamat
Tanggal berkunjung
: 20 April 2016
Sistem pembayaran
: Umum
II. Anamnesis
Telah dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 20 April 2016 di poli umum Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih
Keluhan Utama
Nyeri saat berkemih sejak 4 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
-
Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dengan keluhan nyeri
saat berkemih sejak 4 hari yang lalu, keluhan disertai dengan rasa panas pada saat berkemih dan
urine menjadi sangat keruh namun tidak disertai dengan darah ataupun berbuih. Pasien juga
mengeluh ia berkemih menjadi tidak lampias dan sering bolak balik ke kamar mandi untuk
berkemih, namun dalam jumlah yang sedikit. Pasien mengaku masih dapat menahan pada saat
berkemih. Pancaran urin berhenti dan keluar dengan perubahan posisi disangkal oleh pasien.
Kencing berpasir,keluar nanah atau pus disangkal oleh pasien.
Pasien juga mengeluhkan demam
mendadak tinggi dan dirasakan terus menerus. Keluhan demam tidak sampai muka menjadi
kemerahan, keluhan demam berkurang dengan meminum obat anti piretik, namun beberapa jam
kemudian panas naik kembali. Pasien mengaku terakhir kali mengukur suhu tubuh kemarin
malam dengan suhu 37,9oC. Keluhan menggiigil, mengigau, gangguan defekasi, mimisan, gusi
berdarah, bintik perdarahan, muntah berdarah ataupun buang air besar berdarah disangkal oleh
pasien.
Pasien juga mengatakan sering merasa mual tetapi tidak sampai muntah, perut terasa
begah, nyeri pada ulu hati. Setiap makan dan minum pasien merasa mual sehingga pasien tidak
nafsu makan. Pasien sedang datang bulan hari ke-3. Keluhan nyeri pinggang ataupun nyeri
sekitar kemaluan disangkal oleh pasien
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan atau penyakit yang sama seperti yang
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat dan pasien hanya mengkonsumsi obat anti piretik, yaitu paracetamol
selama 2 hari namun tidak ada perubahan.
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 56 kg
Tinggi badan
: 165 cm
BMI
: 20,6
Status Gizi
: Baik
Vital Sign
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
Pernapasan
: 19 kali/menit
Suhu
: 37,80C
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
: normotia, liang telinga lapang, serumen +/+ minmal, nyeri tekan (-)
: simetris, deformitas (-), deviasi septum (-), mukosa vestibulum hiperemis
Tenggorok : arkus faring simetris, uvula di tengah, dinding faring tidak hiperemis, tonsil
T1-T1
Mulut
: bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab, oral hygiene baik, tidak ada
ulkus
Thoraks
-
Inspeksi
: Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), cicatrix (-), ictus cordis
tidak tampak.
-
Palpasi
: Vokal fremitus (+/+) kesan normal, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-), bunyi jantung I/II Murni
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
epigastrium (+), Nyeri tekan suprapubik (-), Nyeri ketok costovertebrae (-),
Balotemen -/-, tidak teraba pembesaran ginjal.
Ekstremitas : akral hangat, turgor baik, capillary refill time < 2 detik, edema (-),
deformitas (-), sianosis (-), pucat (-), eritema palmaris (-).
IV.Pemeriksaan Laboratorium
Item
Urinalisa Urin lengkap
Warna
Kejernihan
Berat Jenis
Ph
Protein
Glukosa
Keton
Billirubin
Darah samar
Nitrit
Urobilinogen
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal
Bakteri
Hasil
Satuan
Kuning
Keruh
1.015
7.0
0.2
8 10
10 - 15
+1
Gepeng 1+
+1
Nilai Rujukan
Kuning
Jernih
1.005 1.030
5.0 7.0
0.1 1.0
/ LPB
/ LPB
0-5
1
-
V. Diagnosis
VI.
Diagnosis kerja
Diagnosa banding
Pemeriksaan anjuran
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien, jika diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan :
VII.
BNO-IVP
Pengobatan
Medikamentosa
Paracetamol 3 x 500 mg
Non Medikamentosa
-
Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab
Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi
atau ember. Pakailah shower atau keran.
Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan
VIII.
Prognosis
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: ad Bonam
: ad Bonam
: Dubia ad bonam
pasien perempuan berusia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri saat berkemih sejak 4 hari
yang lalu, disertai rasa panas saat berkemih, buang air kecil tidak lampias, lebih sering buang
air kecil namun dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan akibat dari iritasi dan
spasme otot polos vesika urinaria.
Pasien juga mengeluhkan demam
mendadak tinggi dan dirasakan terus menerus. Keluhan nyeri pinggang, kencing berpasir,
kencing yang tiba-tiba tersendat, keluar nanah atau darah disangkal oleh pasien. Hal tersebut
dapat menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi pada ginjal ataupun batu saluran kemih
Dari gejala gejala dan tanda tanda klinis diatas mengarah kepada Infekasi Saluran Kemih
bagian bawah yang meliputi :
1. Frekuensi BAK lebih sering
2. Disuria
3. Polakisuria
4. Dapat terdapat demam
Dari riwayat psikososial dan kebiasaan diketahui pasien sering menahan kencing ketika
sedang bekerja. Saat BAB, menyekanya dari arah belakang ke depan. Pasien juga mengaku
jarang minum air putih. Hal ini merupakan faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: suhu subfebris, nyeri tekan pada supra pubik dan
nyeri ketok CVA (-). Hal ini menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi pada ginjal.
Pada pasien ini juga didapatkan pada pemeriksaan laboratorium urinalisa didapatkan :
sedimen leukosit : 8-10/LPB, pada urin normal leukosit tidak ditemukan dalam urin. Jika
ditemukan dalam urin menandakan adanya infeksi saluran kemih, demam, penyakit ginjal,
lupus nefritis, ataupun penyakit ginjal. Didapatkan juga eritrosit: 10-15/LPB pada urin normal
eritrosit tidak ditemukan dalam urin. Jika ditemukan dalam urin menandakan adanya sistitis,
batu ginjal, pielonefritis, batu ginjal atau dapat juga kontaminasi menstruasi, sedangkan
berdasarkan anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa pasien sedang menstruasi hari ke-3. Epitel
(+) yang menandakan adanya reaksi peradangan pada kandung kemih
Penatalaksanaan pada kasus infeksi saluran kemih bagian umummnya tidak memerlukan
rawat inap, prinsip dari terapi infeksi saluran kemih :
Intake cairan yang banyak, seperti pada pasien ini diberikan edukasi untuk banyak
minum minimal 2 liter per hari
Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab
Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi
atau ember. Pakailah shower atau keran.
Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung
permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan
Terapi simptomatik :
Pada pasien ini terdapat demam maka diberikan paracetamol 3 x 500 mg,
Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati, mual dan pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan pada epigastrium yg merupakan gejala dispepsia maka diberikan terapi ranitidin 2
x 150 mg sebelum makan
Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan maka diberikan vitamin B complex untuk
merangsang nafsu makan.
BAB II
9
TINJAUAN PUSTAKA
I.
10
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian paling
superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian
lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang
masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke
kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung
kemih.
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari
ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).
Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra
membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya
2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora
kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris.
.
II. Definisi
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
12
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria
patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria >10 per
lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik(4)
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap invasi
mikroorganisme pada urothelium(3,6)
a. Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan
di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan lakilaki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi(1)
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK
selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada
perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 %
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai
30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi(1)
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik
umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara
seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun 5. Insiden ISK pada laki-laki yang belum
disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah disirkumsisi
(0,11%)(3)
13
Tabel 2.1 Epidemiologi infeksi saluran kemih berdasarkan umur dan jenis kelamin
b. Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:(1)
Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan ISK
simtomatik maupun asimtomatik
Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak
laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase negatif
Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca
kateterisasi
14
Gambar. 4 gambaran bakteri E.coli, berbentuk basil dan adanya fimbrae atau pili
Sumber: http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf
15
c. Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik tergantung dari
patogenitas bakteri sebagai agent, status pasien sebagai host dan cara bakteri masuk ke
saluran kemih (bacterial entry) (1,3)
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan asending,
tetapi asending lebih sering terjadi.
1. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh
rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara
mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat
adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar
secara hematogen adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida
sp., dan Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli
karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan
sebagai berikut :
a. Adanya bendungan total aliran urin
b. Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya
presipitasi obat intratubular, misalnya sulfonamide
16
17
pertahanan
mukosa
ini
diduga
ada
hubungannya
dengan
19
Alur
Adhesi
Pembentuk jaringan ikat (scarring)
Kapsul antigen K
Proinflamatori
20
Kelasi besi
Antibiotika resisten
Membran protein lainnya
Kemungkinan perlengketan
Hemolysin
Sumber: Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, hal.1010
4. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
Menurut penelitian, status saluran kemih merupakan faktor risiko pencetus ISK. faktor
bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi
bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi)
bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih
termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan
proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi.(1)
Selain itu urin juga memiliki karakter spesifik (osmolalitas urin, konsentrasi urin,
konsentrasi asam organik dan pH) yang dapat menghambat pertumbuhan dan kolonisasi
bakteri pada mukosa saluran kemih. Menurut penelitian urin juga mengandung faktor
penghambat perlekatan bakteri yakni Tamm-Horsfall glycoprotein, dikatakan bahwa
bakteriuria dan tingkat inflamasi di saluran kemih meningkat pada defisit THG. THG
membantu mengeliminasi infeksi bakteri pada saluran kemih dan berperan sebagai salah
satu mekanisme pertahanan tubuh(3)
Retensi urin, stasis, dan refluks urin ke saluran cerna bagian atas juga dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri dan infeksi. Selain itu, abnormalitas anatomi dan
fungsional saluran kemih yang dapat menganggu aliran urin dapat meningkatkan
21
kerentanan host terhadap ISK(1,3). Keberadaan benda asing seperti adanya batu, kateter,
stent dapat membantu bakteri untuk bersembunyi dari mekanisme pertahanan host(3,9)
Tabel 2.4 Faktor predisposisi (pencetus) ISK
Faktor predisposisi (pencetus) ISK
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit Sickle-cell
Senggama
Kehamilan
dan
peserta
KB
dengan
tablet
progesteron
Kateterisasi
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, halaman 1009
d. Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi menjadi
pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis lebih sering
dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak pernah
ditemukan di klinik(4)
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler
glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan
radiologic(3,4). PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering
ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA biasanya disertai
hipertrofi prostat(4)
22
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri (immediate
atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan radiologi.
PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif. Bakteriuria yang ditemukan
pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria
tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah
yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis
PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal
dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri.
Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang
peranan penting dalam patogenesis PNK(4) Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering
ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim(1)
Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis, serta
sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan biasanya
berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis, prostatitis,
epidimitis, dan uretritis(1)
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang selaput
mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya ringan dan
sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut).
Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut yang
sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi
(complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya(4)
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang (recurrent
attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran kemih
bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan
pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi(4)
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi
23
Sistemik
Disuria
Polakisuria
Stranguria
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nocturnal
Hematuria
Prostatismus
Piuria
Inkontinesia
Chylusuria
Nyeri uretra
Pneumaturia
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 37
Panas
badan
sampai
menggigil
Perubahan urinalisis
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
Desakan yang kuat untuk berkemih
Rasa terbakar pada saat berkemih
Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
Adanya darah pada urin (hematuria)
24
Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda tanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa
sakit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat
urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) meliputi:
1. rasa sakit pada punggung
2. adanya darah pada urin (hematuria)
3. adanya protein pada urin (proteinuria)
4. urin yang keruh
5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6. demam
7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8. tidak nafsu makan
9. lemah dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis)
meliputi:
a. kedinginan
b. demam tinggi dan gemetar
c. mual
d. muntah (emesis)
25
26
Uji Biokimia(4)
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari
bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji
saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe
bakteriuria.
Mikrobiologi(4)
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin. Indikasi
CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut selama pemberian
27
antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria asimtomatik selama
kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan lurang dari 2 jam pada
suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin
tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >10 5 (2x)
berturut-turut dari UTK, CFU per ml >10 5 (1x) dari UTK disertai lekositouria > 10 per ml
tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau CFU per ml
>105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per ml >105 (3x)
berturut-turut dari UTK.
-
g. Terapi
-
28
h. Komplikasi(1)
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe
berkomplikasi (complicated).
-
infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis emfisematosa
disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan klostridium tidak
jarang dijumpai pada pasien DM. Pembentukan gas sangant intensif pada parenkim ginjal
dan jaringan nekrosis disertai hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai
syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis (41%),
dan obstruksi ureter (20%).
29
Risiko Potensial
Pielonefritis
Bayi prematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
Cerebral palsy
Fetal death
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2009, hal. 1012
i. Prognosis(4)
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100%
secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat
faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat
menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat
dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila
terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang
sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila
diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan
diberantas.
30
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
2. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and
Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition. Newyork:
Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
3. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. & McAninch
J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. 2008: 193-195
4. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar E.
Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK UNPAD. 2006: 29-72
5. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition. Philadelpia: FA
Davis Company. 2007: 420-432
6. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology. California:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
7. Ronald A.R & Nicoll L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W, ed.
Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams &
Wilkins Publishers. 2001: 1687
8. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In In Schrier
R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2007: 817-826
9. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential Urology,
A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189
10. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallachs Interpretation of
Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a Wolters Kluwer Publishers.
2011: 730-731
11. Meyrier,
A.
Urinary
Tract
Infection.
Available
from:
31
32