PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diakui bahwa bangsa Indonesia saat ini adalah bangsa yang sangat terpuruk
diantara bangsa bangsa lain di dunia. Satu satunya kemajuan yang mungkin bisa
sedikit mengurangi nilai keterpurukan total bangsa Indonesia adalah perubahan di
bidang politik. Di Bidang politik inilah bangsa Indonesia cukup berhasil melakukan
beberapa perbaikan yang berarti.
Tetapi, meskipun serangkaian bentuk perubahan politik telah terjadi, tetap
masih perlu dipertanyakan apakah bangsa Indonesia sudah mendekati bentuk
demokrasi yakni refomasi politik yang matang? Atau dengan kata lain, sudah
cukupkah alasan untuk mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia sudah
menjalankan agenda penting reformasi guna menjadikan republik ini sebagai sebuah
bangsa dan negara yang menegakkan demokrasi secara penuh ? Dari gambaran ini
tentunya dapat diketahui secara bersama bahwa demokrasi di Indonesia ibarat
teater politik yang ditentukan oleh para aktor merangkap sutradara. Mayoritas
rakyat bagaikan penonton yang tak kuasa mengubah jalan cerita. 1 Nilai-nilai
demokrasi seakan-akan dihempas oleh angin yang tak tau dibawa kemana arah dan
tujuanya.
Proses demokratisasi di Indonesia saat ini ibarat masakan nasi yang masih
setengah matang tetapi telah terlanjur dihidangkan dan langsung dikeroyok beramai
ramai. Atas nama demokrasi, kini banyak orang yang ingin makan sekenyang
1
kenyangnya, dan atas nama demokrasi pula banyak orang melakukan apa saja untuk
mengalahkan orang lain dalam kompetisi politik. Hal ini tentunya bertentangan
dengan nilai-nilai demokrasi. Perlu diketahui demokrasi bukan hanya kompetisi
politik bebas dengan menggunakan segala cara untuk merebut jabatan pemerintahan,
tetapi demokrasi adalah menghormati harkat martabat hidup manusia dalam
membangun sistim politik, ekonomi dan sosial yang berkeadilan.
Berdasarkan hal tersebut, secara teoritis bangsa Indonesia barangkali telah
memasuki era demokrasi, Larri Diamond menyebutkan bahwa demokrasi bukanlah
tujuan, melainkan sekedar alat dalam rangka mewujudkan agenda reformasi seperti
tegaknya supremasi sipil, terbentuknya pemerintah yang bersih dari korupsi, dan
tegaknya keadilan serta supremasi hukum. Ironisnya, hampir semua agenda reformasi
cenderung berhenti sebagai retorika. para elite politik dalam mempertahankan dan
atau merebut posisi politik di legeslatif dan eksekutif, baik di tingkat pusat maupun
di daerah.2
Tampaknya, semua itu merupakan biaya politik yang harus dibayar bangsa ini
yang cenderung para politisi sipil berselingkuh secara politik dengan sisa sisa rezim
ototriter orde baru.
Dalam konteks ini dapatlah di katakan bahwa dewasa ini kekuatan masyarakat
sesungguhnnya memegang momentum atau mempunyai giliran mengelola Negara
dengan mempercayakan tugas itu kepada partai. Hal ini bahkan merupakan sesuatu
yang hakiki dalam demokrasi, berakhirnya kekuasan rezim otoriter, secara otomatis
meminta kehadiran yang sebesar besarnya peran partai partai politik. potensi yang
2
Arfani Riza Noer, Demokrasi Indonesia Kontemporer, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 84.
MD. Maruto dan WMK. Anwari, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat : Kendala dan
Peluang Menuju Demokrasi, (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 2002), h. 25.
4
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, (Bandung :
PT. Citra Umbara, 2008), h.2.
5
Ibid, h. 1.
publik.
Partai politik sebagai institusi inti rezim demokratik kini tersandra oleh para
elitnya yang memonopoli akses terhadap sumber sumber kekuasan. Dalam hal ini,
Robert Agger maengatakan bahwa secara politis, sinisme politik menampilkan diri
dalam perasaan bahwa politik adalah urusan kotor politisi tidak dapat dipercaya,
kekuasaan diselenggarakan oleh orang orang tanpa muka dan ujung-ujungnya
hanyalah berada di genggaman segelintir elit politik belaka dari para aktor politik
untuk menuju panggung kekuasaan.
Deretan beberapa contoh membuktikan ketidakpercayaan mayoritas masyarakat
terhadap partai dan sistem kepartaian di Indonesia. Tingginya angka golongan putih
(golput) dalam berbagai pilkada, pemilihan legislatif dan pilpres bahkan pemilu
menjadi indikasi fundamental bahwa memang masyarakat semakin tidak percaya
terhadap pelaku pelaku partai yang hanya manis di bibir dan lain di hati . Dalam
keadaan kritis seperti itu sebenarnya publik tidak lagi berharap banyak kepada para
elit politik di negeri yang kita kenal dengan Indonesia ini. Logika sederhananya
adalah para elit politik melanggar etika politik, itulah persoalannya.
Kondisi ini juga dinilai berbagai kalangan menimpa PKS (Partai Keadilan
Sejahtera), dimana para elit partainya telah memunculkan isu-isu kontroversial yang
yang seakan-akan mencoba merubah haluan gerak politik partai. Hal ini dapat dilihat
pada perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) yang berlangsung diHotelTheRitz
CalrtonJakarta padatahun2010lalu.Adabeberapaisukontroversialmunculdalam
pelaksanaankegiatanini.YangpertamaadalahpemilihanHotelTheRitzCalrton
sendiridanyangpalingpentingadalahdeklarasimenjadipartaiterbuka.Isuisu
inimenjadiijtihadpolitikbagiPKS,yangkemudianbanyakmendapatsorotanbaik
darikaderdansimpatisanPKSmaupunumatIslamdanmasyarakatsecaraumum.
GagasanmenjadipartaiterbukamemangmengagetkanumatIslam.Banyak
pihak yang mempertanyakan mengapa PKS harus meninggalkan idealismenya
sebagaipartaidakwahdemitujuanpragmatismeraihsuaradi pemilu2014nanti.
Kalangan yang mempertanyakan keputusan ini menganggap bahwa PKS telah
menyimpangdari khittahpartaipadasaatpendiriannyasebagaipartaidakwah.
Jikapartai dakwahditinggalkan,makaPKStidakmemilikilagikekhasannyadan
akan sama dengan partai Islam lainnya yang bersifat terbuka. Mereka juga
mengaitkanhaltersebutdenganprosespembinaanmelaluitarbiyahyangmenjadi
basisperekrutankadersekaligusinternalisasiideologipartai.Jikaadakalangan
nonmuslim bagaimana mungkin hal tersebut dijalankan ? Bukankah ini adalah
kesalahan dalam memilih strategi ? Mereka juga kahwatir bahwa kebijakan ini
justruakanmenjauhkan kaderkader yang berlatar belakangtarbiyahdariPKS
sendiri.
Keraguan ini dijawab oleh para elitnya dengan mengatakan bahwa kondisi
politik terkini memaksa partai untuk membuka diri. Artinya PKS mutlak harus
bersifatinklusifuntukmemperbesarkonstituenpartai.KegagalandiPemilu2009dan
pemilukadadibeberapadaerahsepertiBantendanJakartamenjadipelajaranbagi
PKS. Posisi PKS sebagai partai Islam dikeroyok oleh partaipartai sekuler.
KekhawatiranPKSakanditinggalkankadernyadibantahTifatulSembiringdengan
mengatakanbahwaPKStetapberasasIslamdanmenjunjungpluralisme.Syariah
Islamtetapmejadi pedomanpribadi bagai kaderpartai. DengandemikianPKS
mengambilduakepentingansekaligus,yaknimenjunjungtinggiidealismepartai
denganasasIslambagipribadikaderkadernyasekaligusmenyuarakanketerbukaan,
daninklusifismeuntukmemperbesarperolehansuaradalampemilu.6
Sepertiyangdisampaikan olehKetuaDewanSyuroPKSHilmiAminuddin,
inklusifismeadalahbagiandaripelaksanaanajaranIslam.PelaksanaanajaranIslam
harus menerima pluralitas sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Menurut
Aminuddin,inklusifinibukantaktikataustrategi,tapipelaksanaanajaranIslamyang
hakiki.Selanjutnyapernyataanyanglebihambisius disampaikanolehSekjenPKS
AnisMatayangmenyatakan bahwakami(PKS)harusmengadakanlompatanbesar
untukmasukmenjaditigabesarpadapemilu2014,danParpolIslamharustidaklagi
menampilkancitrayangkaku,eksklusifdanideologis,melainkanjustrutampilsegar,
ringan,pluralis.7
Atas dasar inilah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) paska Musyawarah Nasional
(Munas) diHotelTheRitzCalrtonJakarta, tampil dengan model gerakan baru hingga
saat ini, mulai dari pusat hingga ke cabang-cabangnya di daerah, termasuk di Kota
Ambon. Sama dengan di daerah atau kota lainnya, maka Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) di Kota Ambon, menggunakan beberapa model gerakan di antaranya adalah
gerakan sosial dan gerakan dawah melalui syiar keagamaan. Gerakan ini di pakai
dengan tujuan untuk bisa menarik simpati masyarakat terhadap PKS di Kota Ambon.
6
http://alinur.wordpress.com/2008/02/24/ijtihad-politik-pks-menjadi-partai-terbuka/. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011
7
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/segalanya-berakhir-di-the-ritz-carlton.htm. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011
Dengan semangat inilah PKS terlibat secara aktif dalam kegiatan kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk kegiatan apapun. Dari gerakan-gerakan ini
diharapkan minat dan kepercayaan masyarakat muslim di kota Ambon terhadap
partai ini lebih baik lagi.
Terkait gerakan politik PKS ini, maka tidak terlepas juga dari visi dan misi PKS
itu sendiri. Dimana visi umum PKS sebagai partai dawah penegak keadilan dan
kesejahteraan dalam bingkai persatuan ummat dan bangsa, sedangkan visi khusus
nya adalah menjadi partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi
maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani. Dari visi ini
akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :
1. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan
kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.
3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai
kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang
rahmatan lil 'alamin.
4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.
Selanjutnya untuk mewujudukan visi tersebut maka partai PKS mempunyai
misi sebagai berikut :
1. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir
taghyir.
http://tomysmile.wordpress.com/defenisi-politik-dalam-perspektif-islam.2%/ulimidin. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011
Adapun definisi politik dari sudut pandang Islam adalah pengaturan urusanurusan (kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan
hukum-hukum Islam. Pelakunya bisa negara (khalifah) maupun kelompok atau
individu rakyat. Rasulullah saw bersabda : Adalah Bani Israel, para Nabi selalu
mengatur urusan mereka. Setiap seorang Nabi meninggal, diganti Nabi berikutnya.
Dan sungguh tidak ada lagi Nabi selainku. Akan ada para Khalifah yang banyak
(HR Muslim dari Abu Hurairah ra). Hadits ini dengan tegas menjelaskan bahwa
Khalifahlah yang mengatur dan mengurus rakyatnya (kaum Muslim) setelah nabi
saw. hal ini juga ditegaskan dalam hadits Rasulullah : Imam adalah seorang
penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.
Jadi, esensi politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat
yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara politik dan
Islam secara tepat digambarkan oleh Imam Al-Ghazali: Agama dan kekuasaan
adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah
penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala
sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap.9
Hal ini berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan
kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik. Akibatnya
yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi
rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat ahli politik di barat, yaitu
Loewenstein yang berpendapat politic is nicht anderes als der kamps um die
Macht (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan).
Ibid.
10
Karena itu berpolitik adalah kewajiban bagi setiap muslim baik itu laki-laki
maupun perempuan. Adapun dalil yang menunjukkan itu antara lain :
Pertama, dalil-dalil syara telah mewajibkan bagi kaum Muslim untuk mengurus
urusannya berdasarkan hukum-hukum Islam. Sebagai pelaksana praktis hukum syara,
Allah SWT telah mewajibkan adanya ditengah-tengah kaum Muslim pemerintah
Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan hukum syara. Firman Allah SWT
yang artinya .Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan
oleh Allah SWT dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (QS. Al-Maidah :48)
Kedua, syara telah mewajibkan kaum Muslim untuk hirau terhadap urusan
umat sehingga keberlangsungan hukum syara bisa terjamin. karenanya dalam Islam
ada kewajiban untuk mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Kewajiban ini
didasarkan kepada Firman Allah SWT yang artinya: ... Dan hendaklah ada diantara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang
maruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung
(QS. Ali Imran : 104).
Dengan demikian, hubungan Islam dan politik adalah jelas. Melalaikan diri dari
aktivitas politik Islam juga jelas bahayanya bagi kaum Muslim. Inilah saatnya kaum
Muslim bangkit dari tidurnya yang panjang, berjuang secara politik untuk melawan
penjajah yang selama ini telah menindas mereka. Dan disinilah letak penting bagi
kaum Muslim mempelajari lebih jauh politik Islam. Dan tentu saja setelah itu, terjun
langsung dalam masalah politik, tidak hanya diam dan menunggu datangnya
pertolongan Allah SWT.
11
12
dapat memberikan gambaran tentang apa yang akan diuraikan pada pembahasan
berikutnya :
Gerakan adalah suatu perubahan tempat atau perpindahan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan sebuah titik referensinya (titik orientasi). 10 Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak,
usaha, atau kegiatan dalam lapangan sosial (politik dan sebagainya).11
Politik adalah pengetahuan tentang seluk beluk ketatanegaraan. 12 Politik
merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khusus dalam Negara. Politik
sangat erat kaitanya dengan masalah kekuasan, pengambilan keputusan, kebijakan
publik, dan alokasi atau distribusi.
Menurut Robert Politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat
manusia. Sedangkan menurut Ibnu Aqil politik adalah hal-hal praktis yang lebi
mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak
di gariskan oleh Rasulullah Saw.13
PKS, (Partai Keadilan Sejahtera) adalah sebuah partai politik yang berbasis
Islam di Indonesia. Partai ini dulunya bernama Partai Keadilan (disingkat PK),
didirikan di Jakarta pada tanggal 20 juli 1998 dan kemudian dirubah menjadi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), didirikan di Jakarta pada tanggal 20 april 2002.14
Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang
sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan caracara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang menjadi
10
11
233.
12
13
Ibid, h. 489.
Budiardjo Miriam,Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 1972),
h. 8.
14
13
sesama
Muslim
dengan
saudaranya
sesama
manusia,
beserta
16
15
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. I, Jakarta : Balai Pustaka,
2002), h.460.
16
Ahmad Azhar Basjir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta :
Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1990), h.1.
17
H. Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Cet.I, Jakarta :
Bumiaksara, 2006), h. 22
14
18
19
1-15
h.
15
20
Maruto MD dan Anwar WMK, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat, Kendala dan
Peluang Menuju Demokrasi (Jakarta : LP3ES Indonesia, 2002), h. 108-127.
21
Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca Orde
Baru
22
Bima Arya Sugiarto, Op.cit, h. 37
23
Riza Noer Arfani, Terima Kasih Indonesia Kontemporer (Jakarta : PT. Radja Grafindo
Persada, 1996), h. 26.
16
hukum Islam. Jika di kemudian hari terdapat karya yang sama pem-bahasannya,
diharapkan dapat menambah bobot dari skripsi ini.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam penulisan ini, maka tipe
penelitian yang di gunakan adalah kualitatif deskriptif, yakni melihat realita yang
tejadi di masyarakat terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang di ambil
serta menggambarkan kondisi riil yang terjadi di lapangan. 24 Pendekatan dilakukan
dengan metode metode syari, sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam
skripsi ini. Maka penulis menggunakan pendekatan syari, yakni pendekatan yang
melihat dari segi hukum Islam.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan setelah proposal penelitian in telah
selesai diseminarkan, dan tempat penelitian pada Kantor DPRD Provinsi Maluku,
DPRD Kota Ambon, dan Kantor Sekretariat PKS Kota Ambon/
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif,
dimana data kualitatif adalah data yang berbentuk kata kata, kalimat kalimat,
narasi narasi.25
24
25
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Cet. Ke-2, Bandung : CV. Alfabeta, 2000)
Rahmat Kriyanto,, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007 ), h. 41.
17
b. Sumber data
Sebagaimana penjelasan dalam jenis data di atas, maka sumber data yang di
butuhkan dalam penelitian ini terdiri dari; data primer, dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama
di lapangan. Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh dari anggota
DPRD PKS Kota Ambon, Ketua, Sekretaris PKS (Provinsi dan Kota),
fungsionaris PKS dan simpatisan PKS. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.26
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, pengumpulan data dilakukan
melalui tiga instrumen, yakni :
a. Wawancara (Interview )
Metode wawancara merupakan sebuah metode yang sangat efektif dalam
penelitian kualitatif. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berstruktur, yaitu dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
tertulis terlebih dahulu sebagai pedoman akan tetapi unsur kebebasan masih
dipertahankan, sehingga kewajaran masih dicapai secara maksimal untuk
memperoleh data secara mendalam. Dengan adanya variasi-variasi pertanyaan
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi tersebut bertujuan untuk
memperoleh keterangan rinci dan mendalam mengenai pandangan informan dan
memperoleh informasi mengenai suatu peristiwa, situasi, dan keadaan tertentu.
26
Ibid, h.43.
18
19
yang berupa laporan kegiatan PKS, platform PKS dan lain-lain dari Sekretariat
DPD PKS Kota Ambon.
dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.
Tahap analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap
sebagaimana versi Miles dan Huberman (1992:15) yaitu:
a. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan yang
dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada dilapangan dengan
menggunakan berbagai metode.
b. Reduksi
data,
yaitu
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
mengarahkan,
membuang
yang
tidak
perlu
dan
mengorganisasikan data. Dengan cara demikian harapannya kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
20
Gambar 1.
Analisis data versi Miles dan Huberman (1992: 20)
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana politik PKS dalam menjalankan gerakan
sosialnya di Kota Ambon ?
21
22
dakwah PKS, Dakwah, Politik dan Demokrasi di PKS, PKS dan plurarisme berbasis
syariat, dan Gerakan sosial PKS di Kota Ambon
Bab Keempat menguraikan tentang Analisis Hukum Islam Terhadap Gerakan
Politik PKS dalam Menjalankan Gerakan Sosial di Kota Ambon yang kemudian
penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya Politik dalam Perspektif Islam,
Pemikiran Politik Islam Versus Pemikiran Islam Politik, dan Analisis Gerakan Politik
PKS ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam.
Bab Kelima merupakan bab Penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Cet. Ke-2, Bandung : CV. Alfabeta, 2000)
S.S. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,( Surabaya : Penerbit Apollo,
1997)
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,
(Bandung : PT. Citra Umbara, 2008)
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. I, Jakarta : Balai
Pustaka, 2002)
Rahmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007 ).
Rahman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah Penelitian Pendidikan. Ambon : IKIP
Semarang Press
25
DRAFT SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam
Jurusan Jinayah Siyasah (JS) Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Ambon
Oleh :
ELI LAWATAKA LATAR
NIM : 050 101 4015
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON
2011
26
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing II,
27
KOMPOSISI BAB
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Dan Batasan Masalah
C. Pengertian Judul
D. Tinjauan Pustaka
E. Metode Penelitian
F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
G. Garis-Garis Besar Isi Skripsi
BAB II .
BAB III
BAB IV.
BAB V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
28