Anda di halaman 1dari 17

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Benjolan dekat selangkangan kanan kadang sampai ke kantong kemaluan sejak 1


tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien mengangkat beban berat, kadang setelah
buang air besar. Benjolan hilang jika pasien tidur. Tidak terasa nyeri.

Demam tidak ada.

Mual tidak ada, muntah tidak ada

Nafsu makan biasa

Batuk tidak ada, pilek tidak ada

Sesak napas tidak ada

Buang air kecil jumlah dan warna biasa.

Buang air besar konsistensi dan warna biasa

Pasien tidak ada riwayat pengobatan terhadap keluhan ini

Riwayat trauma disangkal

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

2. Objektif :
a. Vital sign

KU

: sakit sedang

Kesadaran

: CMC

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Frekuensi nadi : 84 x/menit

Frekuensi nafas : 20 x /menit

Suhu

: 36,8 0C

Berat badan

: 62 kg

Tinggi badan

: 165 cm

sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)

b. Pemeriksaan sistemik

Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis,

Kepala : Bentuk normal, rambut hitam

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm,
refleks cahaya +/+ Normal

Telinga : Kelainan bawaan (-), sekret (-), serumen (+), nyeri tekan (-), bengkak
daerah mastoid (-)

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Mulut: Mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorok : Tonsil T1 T1 tidak hiperemis

Faring : tidak hiperemis

Leher : JVP 5-2 cmH2O


Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks
Paru : Inspeksi

: normochest

Palpasi

: fremitus kiri=kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat


Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: batas jantung dalam batas normal

Auskultasi: irama teratur, bising tidak ada

Abdomen
Inspeksi

: tidak membuncit

Palpasi

: distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan - di epigastrium

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Alat kelamin : tidak ada diperiksa

Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, sianosis (-),

Status lokalis: Regio inguinalis dan skrotalis dextra


Inspeksi : benjolan (+) pada region inguinalis, pada scrotum (-)

Palpasi : nyeri tekan pada benjolan dan skrotum (-), finger test didapatkan teraba
massa pada ujung jari pada saat pasien mengedan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin :
Hb

: 13 gr/dl

Leukosit : 7.400/mm3
Ht

: 39 %

Trombosit : 329.000/mm3
GDR

: 103 mg/dl

3. Assesment (penalaran klinis) :


Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien laki-laki berumur 24 tahun dengan
diagnosis kerja : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra. Dasar diagnosis pada pasien adalah dari
anamnesis didapatkan benjolan yang muncul pada daerah dekat selangkangan yang hilang
timbul, dan kadang benjolan muncul juga di daerah skrotum. Benjolan tidak terasa sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada region inguinal sementara tidak ditemukan
benjolan pada skrotum, pada finger test, ujung jari pemeriksa teraba massa saat pasien disuru
mengedan. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Penatalaksanaan pasien ini secara defenitif ialah melalui tindakan operatif, seperti
herniotomi atau herniorafi.
4. Plan :
Diagnosis : Hernia Inguinalis lateralis dextra
Pengobatan :
Penanganan pasien di ruang rawatan
IVFD RL 8jam/kolf
Inj. Cefotaxim 2x 1gr (IV)
Inj. Ketorolac 2x1 amp (IV)
Inj. Ranitidin 2x1 amp (IV)
Pasien direncanakan menjalani operasi herniorafi

Rencana Pemeriksaan Selanjutnya :

Kontrol Keadaan Umum, Kesadaran, Vital Sign

Pendidikan :
Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakit hernia. Berbagai factor
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia seperti kondisi meningkatnya
tekanan intraabdominal. Mengangkat beban berat pada pasien ini merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya hernia, disamping kemungkinan adanya kelainan
anatomis bawaan.
Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis bedah apabila pasien mengalami nyeri
yang muncul mendadak, karena dapat terjadi strangulasi yang memerlukan tindakan
operatif segera. Jika tidak ada masalah, tindakan operatif dapat dilakukan secara
terjadwal.

TINJAUAN PUSTAKA

1.

ANATOMI

Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk.
Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut. Bila
isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati defek
fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical,
dan paraumbilikal. Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke
dalam canalis inguinalis. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan.

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis
dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia
inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1,
dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan yang
timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis. Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik
yang melewati bagian bawah dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan strukturstruktur yang melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini
dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain itu, saluran ini dilewati
nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus
inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis
terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus, annulus inguinalis interna
terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis inguinalis
pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat
pertumbuhan.
Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis,
terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis
pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen
rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbachs triangle)
pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica.
Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri

epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior
adalah ligamen inguinalis.
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan inferior.
Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang diperkuat
pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis. Seluruh panjang dinding
posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat cojoint tendon di
1/3

medial. Cojoint

tendon adalah

gabungan

tendon

insersi m.

obliquus

internus

abdominisdan m. transversus abdominis yang melekat pada crista pubica dan linea pectinea.
Dasar atau dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinalis, sedangkan
atapnya dibentuk oleh m. obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis.

Gambar 1. Hesselbachs triangle


Hernia inguinalis dapat langsung (direk) dan dapat pula tidak langsung (indirek). Kantong dari
hernia inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis profunda, lateral terhadap pembuluh
epigastrika inferior, dan akhirnya kearah skrotum. Kantong dari hernia inguinalis direk menonjol
secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis, medial terhadap pembuluh epigastrika inferior,
dan jarang turun kearah skrotum. Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang
irredusibel, meskipun kantongnya makin kososng, karena lemak dam kelenjar limfe dari kanalis
femoralis melingkari kantong. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia
femoralis dengan sangat cepat.

Kantong hernia indirek sebenarnya adalah suatu proses vaginalis yang berdilatasi secara
persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti selubungnya ke
skrotum. Pada anulus profunda, kantong mengisi sisi anterolateral dari korda. Lemak
properitoneal sering kali berkaitan dengan kantong indirek dan dikenal sebagai lipoma dari
korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum dan ureter dapat tergelincir
ke dalam kantong indirek. Dalam kantong itu, organ-organ tersebut menjadi bagian dari dinding
kantong dan rentan terhadap cedera selama perbaikan.
Kantong hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga
Hesselbach; menonjol secara langsung dan kantong hernia ini tidak mengandung aponeurosis
otot obliqus eksternus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian besarnya
sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung
kemih sering menjadi komponen kosong dari kantong hernia direk.
Kantong hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi
medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe,
yang tersebar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis
oleh suatu penonjolan peritoneal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi.

Gambar 2. Canalis Inguinalis

2. DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia.
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang
abnormal. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.
Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam
skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan

3. EPIDEMOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis
dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia
inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1,
dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah. Selain yang disebutkan di
depan orang yang memiliki peluang yang besar menggalami hernia yaitu orang orang yang
pernah mengalami operasi.

4. ETIOLOGI
Hernia terjadi karena dinding otot yang melemah atau membran yang secara normal
menjaga organ tubuh pada tempatnya melemah atau mengendur. Hernia kebanyakkan diterita
oleh orang yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut otot otot mulai melemah dan
mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk terjadi hernia. Pada wanita sebagian besar
hernia diakibatkan karena obesitas ( berat badan yang berlebih ).
Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di hubungkan
dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital atau
sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada semua usia, lebih banyak
pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu
yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia ini hanya
beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang patent bukan
merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain,
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki lebih
sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat
pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat
mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki
dengan berat badan 1000 gr atau kurang.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia

transversa yang kuat yang menutupitrigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis,
antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis yang terbuka (baik
kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan
hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.

5. KLASIFIKASI
5.1 Hernia inguinalis medialis
Hernia inguinalis direk ini hamper selalu disebabkan oleh factor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Oleh karena itu ,
hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada lelaki tua.Hernia ini jarang , bahkan hampir
tidak pernah , mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang
mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang dtemukan defek kecil di m.oblikus
internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering
menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk di Afrika.

Gambar 3. hernia inguinalis direk


5.2 Hernia inguinalis lateralis
Hernia ini disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis
inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hessebach
dan dsebut sebagai hernia direk.Pada pemeriksaan herna leteralis , akan tampak tonjolan
berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak ,
hernia latelaris disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis
peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi di
sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon
asendens, sedangkan yang di kiri berisi sebagian kolon desendens.

Gambar 4. Hernia inguinalis indirek.

6. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan , batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring. Pada bayi dan anak-anak , adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua . Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah , banyak
menangis , dan kadang-kadang perut kembung , harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulate.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjlan hernia
, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi . Setelah
benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak , kadang cincin
hernia dapat diraba berupa anulus ingunalis yang melebar.

Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam
kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat
adanya benjolan pada waktu menangis , batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan
palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan anda
sarung tangan sutera.

7. DIAGNOSIS
Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel
keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri,batuk, bersin , atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. keluhan nyeri jarang
dijumpai ; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis latelaris muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung
isinya , pada palpasi mungkin teraba usus ,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau jari kelingking , pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan
kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi , pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus,pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia , berarti hernia
ingunalis letelaris, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya,berarti hernia inguinalis
medialis. Isi hernia pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya
terdiri atas ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau , jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke
cranial melalui annulus eksternus.
8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi ini
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap
sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika
reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tdak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak
dianjurkan karena menimbulkan komplkasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini
dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh
darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan . Prinsip dasar operasi hernia
terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh is hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu
besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser). Disini tidak timbul
kejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi strangulata yang menimbulkan gejala obtruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat
terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis,
atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi
inkarserasi retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu
segmen lainya berada dalam rongga peritoneum
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan
transsudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia
makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringn terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia
terdiri atas usus, dapat terjadi perporasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel,
atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rogga perut.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila terjadi
stranggulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran
klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukan kembali disertai
nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal.
Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat
pertolongan segera.

10. PROGNOSIS
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya
komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan
recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata
atau strangulasi

Anda mungkin juga menyukai