Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Teori Positif


Teori positif adalah teori yang mencoba menjelaskan fenomena yang diamati (Schroeder, dkk,
2009). Menurut Henderson, Peirson, dan Brown, teori positif dimulai dari beberapa asumsi dan
melalui deduksi logis, memungkinkan beberapa prediksi tentang bagaimana sesuatu nantinya.
Jika prediksi cukup akurat ketika diuji terhadap observasi realitas, maka itu dapat menyediakan
penjelasan mengapa sesuatu terjadi (Deegan,2000). Teori positif dikembangkan berdasarkan
observasi dan dapat terus-menerus diuji dan dipertajam melalui observasi yang lebih mendalam.
Hasil dari penelitian direplikasi pada setting yang berbeda sehingga meningkatkan
generalisabilitas dari teori tersebut.
Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa Teori Akuntansi Positif (atau Positive Accounting
Theory, selanjutnya disingkat PAT) berhubungan dengan menjelaskan praktik akuntansi
(Deegan,2000). PAT didesain untuk menjelaskan dan memprediksi perusahaan mana yang akan
dan mana yang tidak akan menggunakan metode tertentu, tetapi PAT tidak mengatakan metode
mana yang harus dipakai. Watts dan Zimmerman menyatakan bahwa mereka mengadopsi label
positif dari ilmu ekonomi yang digunakan untuk membedakan penelitian bertujuan untuk
menjelaskan dan memprediksi dengan penelitian yang tujuannya adalah ketentuan (prescription).
PAT berpusat pada hubungan antara beraneka individu yang terlibat dalam penyediaan sumber
daya untuk perusahaan dan bagaimana akuntansi digunakan untuk memfungsikan hubungan ini.
Contohnya adalah hubungan antara pemilik (sebagai penyedia modal ekuitas) dan manajer
(sebagai penyedia tenaga kerja manajerial), atau antara manajer dan penyedia utang. Hubungan
sebagaimana tersebut dalam contoh di atas, adalah hubungan keagenan, yaitu kontrak dimana
satu orang atau lebih (prinsipal) menyewa orang lain (agen) untuk melaksanakan beberapa jasa
demi kepentingan prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas pembuatan
keputusan kepada agen (Jensen &Meckling,1976). Ketika kekuasaan pembuatan keputusan
didelegasikan, hal ini dapat membawa pada beberapa kerugian efisiensi dan biaya konsekuensi.
Setiap kerugian potensial dari laba yang diakibatkan oleh kinerja manajer yang berada di bawah
performa dianggap sebagai biaya yang timbul dari delegasi pembuatan keputusan dalam
hubungan keagenan (disebut biaya keagenan).
PAT didasarkan pada asumsi berbasis ekonomi sentral bahwa semua tindakan individu
dikendalikan oleh kepentingan pribadi dan bahwa individu akan bertindak dalam cara yang
oportunistis sejauh tindakan tersebut akan meningkatkan kesejahteraan mereka.Dengan berdasar
pada asumsi ini, PAT memprediksi bahwa organisasi akan mencari mekanisme yang
menyejajarkan kepentingan manajer perusahaan (agen) dengan kepentingan pemilik perusahaan
(principal). Beberapa metode penyejajaran kepentingan akan didasarkan pada output sistem
akuntansi (seperti pembagian laba perusahaan bagi manajer).
Dengan menujukan masalah keagenan yang timbul dalam organisasi, mungkin terdapat berbagai
biaya bonding dan monitoring yang terjadi. PAT mengasumsikan bahwa tidak semua tindakan
oportunistik agen dapat dikendalikan dengan perjanjian kontraktual atau sebaliknya, akan selalu
ada biaya residual berhubungan dengan penunjukan agen.
Menurut Watt Zimmerman (dalam Januarti, 2004), pendekatan positif telah memberikan
sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi, yaitu :
1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik.
2. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
3. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
4. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi
pilihan akuntansi.
5. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta penjelasan
terhadap fenomena

1.

Asal Mula dan Perkembangan Teori Akuntansi Positif


Penelitian positif dalam akuntansi mulai menonjol sekitar pertengahan tahun 1960-an dan
menjadi paradigma penelitian yang dominan pada 1970-an dan 1980-an. Sebelum waktu ini, tipe
penelitian yang dominan adalah penelitian akuntansi normatif.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif.
Watts memberikan wawasan tren penelitian akuntansi yang terjadi pada 1950-1970-an. Dia
menyatakan bahwa pengenalan penelitian positif dalam akuntansi pada pertengahan tahun 1960an merepresentasikan pergeseran paradigma. Dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi
dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat.
Watts dan Zimmerman (Dalam Januarti,2004) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan mendasar
terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu:
Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan
pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

2.

Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian
yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali
bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Dalam Deegan (2000), Watts berargumen bahwa pergeseran paradigma juga berhubungan
dengan sekolah bisnis di AS pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Argumentasi lainnya yaitu
bahwa pada pertengahan tahun 1960-an dan selama 1970-an fasilitas menghitung berkembang
dengan nyata sekali, sehingga menjadi lebih praktis untuk melaksanakan analisis statistik skala
besar, sebuah pendekatan yang digunakan dalam paradigma penelitian positif.
Salah satu perkembangan dari tahun 1960-an yang penting terhadap pengembangan PAT adalah
karya teoretikus seperti Fama, yang secara khusus berhubungan dengan pengembangan EMH
(the Efficient Market Hypothesis/Hipotesis Pasar Efisien). Fama menyajikan tiga bentuk utama
dari efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi yang
sekarang sedang dipublikasikan, dan informasi privat (Hartono,2008). Ketiga bentuk tersebut
adalah efisiensi pasar bentuk lemah, efisiensi pasar bentuk setengah kuat, dan efisiensi pasar
bentuk kuat.
EMH didasarkan pada asumsi bahwa pasar modal bereaksi dalam cara yang efisien dan tidak
bias terhadap informasi yang tersedia secara publik. Istilah efisien mengacu pada bagaimana
informasi tercermin dalam harga sekuritas dan pasar mengacu pada pasar
sekuritas (Porwal,2001). Kondisi pasar disebut efisien jika pasar bereaksi dengan cepat dan
akurat untuk mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang
tersedia (Hartono,2008). Dalam EMH harga sekuritas sekarang mencerminkan semua informasi
yang tersedia di pasar sehingga semua kesempatan laba yang tidak terungkap
dihilangkan (Mishkin,2006).
Akan tetapi, EMH tidak dapat menjelaskan mengapa metode akuntansi tertentu dipilih pada
tempat pertama. Yaitu, penelitian tidak menyediakan hipotesis untuk memprediksi dan
menjelaskan pilihan akuntansi, bahkan penelitian yang ada hanya mempertimbangkan reaksi
pasar terhadap pengungkapan utama.
Kebanyakan penelitian yang berdasarkan pada EMH mengasumsikan tidak ada biaya kontrak
dan biaya informasi, selain itu juga mengasumsikan bahwa pasar modal dapat secara efisien
meng-undo implikasi manajemen memilih metode akuntansi yang berbeda. Contohnya jika
entitas memilih untuk mengganti asumsi arus biaya persediaan dan ini akan menyebabkan
kenaikan laba yang dilaporkan, maka pasar diasumsikan dapat melihat perubahan ini, dan apabila
tidak ada implikasi arus kas yang jelas (misalnya melalui perubahan pajak), tidak akan ada reaksi
harga saham. Oleh karena itu, jika metode akuntasi tertentu tidak memiliki implikasi perpajakan
langsung, terdapat ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa sebuah metode akuntansi lebih
dipilih daripada lainnya.
Namun, bukti mengindikasikan bahwa manajer perusahaan menggunakan segala sumber daya
yang memungkinkan untuk melobi regulator dalam hal metode akuntansi khusus. Bagi mereka,
pilihan metode akuntansi adalah penting.
Kunci untuk menjelaskan pilihan manajer terhadap metode akuntansi khusus datang dari Teori
Keagenan. Teori ini berfokus pada hubungan antara principal dan agen (contohnya hubungan
antara pemegang saham dan manajer perusahaan), sebuah hubungan yang menciptakan
ketidakpastian karena banyaknya asimetri atas informasi. Teori Keagenan menerima adanya
biaya transaksi dan biaya informasi.
Asumsi dari teori keagenan adalah bahwa principal akan mengira bahwa agen (seperti juga
principal) akan dikendalikan oleh kepentingan pribadinya, dan karenanya principal akan
mengantisipasi bahwa manajer, kecuali dibatasi untuk bertindak sebaliknya, akan melaksanakan
aktivitas untuk memenuhi kepentingannya sendiri yang dapat merugikan/mengganggu
kesejahteraan ekonomi principal. Agen kemudian diasumsikan akan terdorong untuk melakukan
perjanjian kontraktual yang dapat mengurangi kemampuan mereka melaksanakan tindakan yang
merugikan kepentingan principal.
Watts dan Zimmerman memikirkan bagaimana atribut khusus suatu organisasi mungkin
mempengaruhi apakah manajer suatu organisasi mendukung, atau menolak, persyaratan
akuntansi khusus. Watts dan Zimmerman (1990) mengidentifikasi tiga hipotesis kunci yang
kemudian sering digunakan dalam literatur teori akuntansi positif untuk menjelaskan dan
memprediksi apakah suatu perusahaan akan mendukung atau menolak metode akuntansi tertentu.
Ketiga hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis rencana bonus. Dalam kondisi ceteris paribus, hipotesis ini memprediksi bahwa
jika seorang manajer diberi reward atas ukuran kinerja seperti laba akuntansi, manajer tersebut

akan cenderung meningkatkan laba dengan maksud agar bonus yang diperolehnya pun akan
meningkat.
2. Hipotesis Hutang. Hipotesis ini memprediksi bahwa semakin tinggi rasio hutang/ekuitas pada
suatu perusahaan, semakin cenderung manajer menggunakan metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas, semakin ketat batasan dalam
perjanjian hutang. Semakin ketat batasan dalam perjanjian, semakin besar kemungkinan
pelanggaran perjanjian dan semakin besar kemungkinan biaya yang dikeluarkan karena
kegagalan teknis. Manajer kemudian mengeluarkan kebijakan dengan memilih metode akuntansi
yang meningkatkan pendapatan untuk mengurangi batasan hutang dan biaya yang timbul karena
kegagalan teknis.
3. Hipotesis Biaya Politis. Hipotesis ini menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan pihak
luar yang meskipun tidak terikat kontrak langsung dapat membebani perusahaan dengan
berbagai transfer kekayaan. Watts dan Zimmerman (1978) beranggapan bahwa manajer lebih
cenderung untuk memilih metode akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah karena
faktor pajak dan pertimbangan politik. Akan tetapi untuk perusahaan kecil dengan biaya politik
yang rendah cenderung tetap memilih standar akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih
besar.
D. Perspektif Oportunistik dan Efisiensi
Holthausen dalam Gumanti (2002) menyebutkan bahwa ada tiga perspektif yang saling tumpang
tindih dalam konteks pilihan akuntansi (accounting choices) dan yang sejauh ini mendapat
perhatian para peneliti akuntansi. Ketiga perspektif dimaksud adalah perilaku oportunis (the
opportunistic behavior), kontrak efisien (the efficient contracting), dan perspektif
informasi (the information perspective). Khusus untuk kontrak efisien dan perilaku
oportunis, keduanya berkembang berdasarkan pada fungsi dari kontrak yang mengacu pada
angka-angka akuntansi. Artinya, kontrak-kontrak yang disepakati antar pihak yang terkait, dalam
hal ini adalah manajer (agent) dan pemegang saham (owners atau shareholders), sangat
ditentukan oleh keberadaan angka-angka akuntansi.
Dalam Perspektif efisiensi, peneliti menjelaskan bagaimana berbagai mekanisme kontrak dapat
digunakan untuk meminimalkan biaya keagenan perusahaan, yaitu biaya yang terkait dengan
persetujuan penyerahan kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Perspektif efisiensi
ini sering disebut sebagai perpektif ex ante (ex ante artinya sebelum fakta) yang
mempertimbangkan mekanisme apa yang dilakukan di awal, dengan tujuan meminimalkan
masalah keagenan di masa depan dan biaya kontrak.
Dalam perspektif (ex ante) efisiensi ini, praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan
seringkali merupakan metode yang secara tepat mencerminkan kinerja keuangan suatu entitas.
Dengan adanya ukuran kinerja yang secara tepat merefleksikan kinerja perusahaan, investor dan
pihak lain tidak perlu mengumpulkan informasi tambahan dari sumber lain. Konsekuensinya, hal
ini akan menghemat biaya.
Di sisi lain, perspektif oportunistik melihat pada perjanjian kontraktual yang telah dinegosiasikan
dalam perusahaan, dan berusaha menjelaskan dan memprediksi perilaku oportunistik tertentu
yang akan terjadi setelah perjanjian kontraktual tersebut. Perspektif oportunistik disebut juga
sebagai perspektif ex post (ex post artinya setelah fakta) karena mempertimbangkan tindakan
oportunistik yang dilaksanakan setelah perjanjian kontraktual dibuat.
Dalam perspektif oportunistik, manajer diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan
kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa
besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (cash bonus), risiko ketenagakerjaan yang
muncul dari adanya kemungkinan dilakukan pengambilalihan atau kegagalan atau kebangkrutan
perusahaan, dan nilai saham perusahaan di pasar (Gumanti:2002).
Teori akuntansi positif berasumsi bahwa principal telah memprediksi bahwa manajer akan
berperilaku oportunistik, sehingga principal seringkali mensyaratkan (dalam perjanjian
kontraktual) penggunaan metode akuntansi tertentu untuk tujuan tertentu. Namun, akan
membutuhkan banyak biaya untuk mensyaratkan setiap aturan akuntansi yang digunakan pada
setiap kondisi sehingga akan selalu ada ruang/celah bagi manajer untuk secara oportunistik
memilih metode akuntansi tertentu yang lebih disukai.
E. Kontrak Pemilik/Manajer
PAT mengadopsi asumsi sentral bahwa semua aksi individual dikendalikan oleh kepentingan
pribadi, dan bahwa kepentingan utama dari individual adalah memaksimalkan kesejahteraan
mereka sendiri. Tindakan manajerial terpisah dari apa yang disyaratkan untuk memaksimalkan
pengembalian pemegang saham (Donaldson&Davies,1991). Asumsi ini sering disebut asumsi
rational economic person (orang ekonomis secara rasional).

Dalam perusahaan, muncul masalah keagenan. Masalah ini muncul disebabkan karena adanya
asimetri informasi antara agen dan principal, di mana agen lebih banyak mempunyai
informasi dibandingkan principal sehingga dapat menyebabkan adanya perilaku menyimpang.
Biaya dari perilaku menyimpang timbul sebagai hasil dari hubungan keagenan disebut biaya
keagenan.
Dengan mengasumsikan bahwa kepentingan pribadi mengendalikan tindakan manajer, maka
perusahaan perlu menempatkan skema remunerasi yang menilai manajer cara setidaknya
sebagian dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat, reward yang
dibayarkan pada manajer juga akan meningkat. Skema bonus yang terkait dengan kinerja
perusahaan akan menyelearaskan kepentingan manajer dan pemilik, misalnya sebagai berikut :
1. Skema bonus secara umum, manajer diupah sejalan dengan laba perusahaan, penjualan,
atau return on assets. Remunerasi mereka didasarkan pada output dari sistem akuntansi.
Manajer juga dapat diupah sejalan dengan harga pasar dari saham perusahaan, bisa melalui
kepemilikan kepentingan ekuitas (saham) dalam perusahaan atau dengan bonus kas yang secara
eksplisit terkait dengan pergerakan nilai sekuritas perusahaan.
2. Rencana bonus berdasarkan akuntansi, yaitu karena jumlah yang dibayar kepada manajer yang
terkait secara langsung dengan angka akuntansi, maka perubahan dalam metode akuntansi yang
digunakan organisasi akan berdampak pada bonus yang dibayar. Perubahan dalam metode
akuntansi akan membawa pada perubahan arus kas, dan mengakibatkan perubahan nilai
organisasi. Hal ini bertentangan dengan pandangan pendukung awal EMH yang berpendapat
perubahan metode akuntansi tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan kecuali efek
langsungnya terhadap beban misalnya pajak. Dalam mempertimbangkan biaya
penerapan skema insentif berdasarkan output akuntansi, sesuai perspektif
oportunistik, terdapat kemungkinan manajer yang didasarkan pada laba
akuntansi, akan terpengaruh untuk memanipulasi angka akuntansi terkait
untuk
meningkatkan
kinerja
yang
terlihat
dan
tentunya
akan
meningkatkan reward mereka. Healy (dalam Deegan:2000) menyediakan
sebuah ilustrasi ketika manajer memilih untuk memanipulasi angka
akuntansi secara oportunistik karena adanya skema bonus berdasarkan
akuntansi. Ia menemukan bahwa ketika skema yang ada yang menghadiahi
manajer setelah level earning yang telah ditentukan sebelumnya tercapai,
manajer akan mengadopsi metode akuntansi yang konsisten dengan
memaksimalkan bonus.
3. Skema bonus berdasarkan pasar. Dalam industri yang memiliki laba akuntansi yang sangat
fluktuatif, teoretikus PAT menyatakan bahwa lebih sesuai memberi hadiah kepada manajer
berdasarkan nilai pasar sekuritas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasarkan bonus
kas pada peningkatan harga saham atau dengan menyediakan saham atau opsi bagi saham bagi
manajer dalam perusahaan. Jika nilai saham perusahaan naik, baik manajer dan pemilik akan
diuntungkan. Hal yang terpenting, manajer akan diberikan insentif untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Akan tetapi, pemberian hadiah ini memiliki beberapa permasalahan, yaitu (1) harga
saham akan dipengaruhi tidak hanya oleh faktor yang dikendalikan oleh manajer, tapi juga dari
luar, faktor pasar-luas, sehingga harga saham tidak serta merta menunjukkan kinerja manajer, (2)
insentif yang terkait pasar hanya sesuai bagi manajemen senior karena hanya mereka yang
memiliki kemungkinan untuk memiliki efek signifikan pada arus kas perusahaan dan berakibat
pada nilai sekuritas perusahaan.
F.

Kontrak Utang
Ketika satu pihak meminjamkan dana kepada organisasi lain, penerima dana mungkin
melakukan aktivitas yang mengurangi atau bahkan menghilangkan kemungkinan dana akan
dibayar kembali. Pemberi pinjaman akan mengantisipasi perilaku menyimpang ini.
Kemungkinan lain, organisasi akan mengambil level utang tambahan dan berlebihan, yang dapat
menyebabkan pemberi pinjaman baru akan bersaing dengan pemberi utang sebelumnya untuk
mendapatkan pembayaran.
Selain itu, perusahaan mungkin berinvestasi dalam proyek yang sangat berisiko. Strategi ini tidak
akan menguntungkan bagi kreditor, yaitu karena jika perusahaan mendapatkan laba tinggi,
mereka tidak menerima pengembalian yang lebih besar (karena klaimnya tetap), sedangkan jika
proyek gagal, kreditor tidak akan memperoleh apa-apa.
Dengan demikian, pemberi utang akan mengasumsikan bahwa manajemen akan mengambil
tindakan yang tidak selalu berada pada kepentingan kreditor, dan sebagai hasilnya, mereka akan
meminta perusahaan untuk membayar biaya bunga yang lebih tinggi sebagai kompensasi bagi
kreditor terhadap paparan risiko yang tinggi.

Jika perusahaan setuju untuk tidak membayar dividen yang berlebihan, tidak mengambil level
utang yang tinggi, dan tidak berinvestasi dalam proyek yang berisiko tinggi, maka diasumsikan
bahwa perusahaan akan mampu menarik modal utang pada biaya yang lebih rendah dari yang
mungkin. Dengan keuntungan dari biaya bunga yang lebih rendah melebihi biaya yang mungkin
berkaitan dengan pembatasan bagaimana manajemen dapat menggunakan dana yang tersedia,
manajemen akan memilih untuk mengadakan perjanjian yang membatasi tindakan mereka
selanjutnya.
Cotter (Dalam Deegan,2000) menyatakan bahwa perjanjian pengungkit seringkali digunakan
dalam kontrak pinjaman bank, dengan pengungkit (leverage) paling banyak mengukur rasio total
utang terhadap aset berwujud (tangible assets). Biaya perjanjian tambahan yang membatasi
jumlah utang yang aman biasanya dimasukkan dalam term perjanjian utang pada perusahaan
besar, yang ditetapkan berdasarkan persentase terhadap total aset berwujud.
PAT mengasumsikan bahwa eksistensi kontrak utang menyediakan manajemen dengan insentif
lanjutan (ex post) untuk memanipulasi angka akuntansi, dengan insentif untuk memanipulasi
peningkatan angka. Sebagai contoh, jika perusahaan secara kontrak setuju bahwa rasio utang
pada total aset berwujud harus dijaga dibawah nilai tertentu, maka jika nilai tersebut terlampaui
(menyebabkan kegagalan teknikal dari perjanjian pinjaman), manajemen akan memiliki
insentif baik untuk menaikkan aset atau menurunkan kewajiban.
Kontrak utang kadangkala membatasi teknik akuntansi yang dapat digunakan oleh perusahaan.
Dalam akuntansi, manajemen biasanya memiliki sejumlah cara alternatif yang tersedia untuk
menghitung item tertentu. Manajemen memiliki berbagai cara untuk meminimalisir efek dari
pembatasan berdasarkan akuntansi yang telah ada. Oleh karena itu, kreditor menetapkan dari
awal semua metode akuntansi yang harus digunakan manajemen. Namun untuk tujuan praktik,
hal ini tidak memungkinkan untuk menulis secara lengkap dalam kontrak. Sebagai
konsekuensinya manajemen memiliki kemampuan secara bebas untuk menentukan yang
memungkinkan mereka untuk melonggarkan efek dari batasan yang dinegosiasikan dengan
kreditor.
G. Biaya Politis
Perusahaan (terutama yang besar) kadang-kadang berada dalam pengawasan berbagai kelompok,
seperti pemerintah, kelompok karyawan, kelompok konsumen, kelompok lingkungan, dan
sebagainya. Contohnya, ukuran suatu perusahaan seringkali digunakan sebagai indikasi kekuatan
pasar dan dengan sendirinya dapat menarik perhatian lembaga regulator.
Pemerintah dan kelompok kepentingan mungkin mengemukakan pandangan bahwa organisasi
tertentu (terutama yang besar) menghasilkan laba yang berlebihan dan tidak membayar bagian
yang wajar kepada segmen lain dari masyarakat, contohnya, upah yang dibayar terlalu rendah,
harga produk terlalu tinggi, pembayaran pajak terlalu rendah, dan sebagainya.
Untuk mengurangi kemungkinan adanya perhatian politis yang merugikan dan biaya yang
meliputinya, perusahaan yang sensitif secara politis (biasanya perusahaan besar) akan
mengadopsi metode akuntansi yang membawa pada pengurangan dari laba yang dilaporkan.
Pandangan bahwa rendahnya laba yang dilaporkan akan membawa pada rendahnya pengawasan
politis (dan pada akhirnya membawa pada rendahnya transfer kekayaan keluar perusahaan)
mengasumsikan bahwa pihak yang terlibat pada proses politis tidak dapat atau tidak siap untuk
membongkar implikasi pilihan berbagai akuntansi manajer. Maksudnya, manajer dapat
membodohi mereka yang terlibat dalam proses politis dengan hanya mengadopsi metode
akuntansi tertentu.
H. Beberapa Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif
1. PAT tidak menyediakan preskripsi dan oleh karenanya tidak dimaksudkan untuk meningkatkan
praktik akuntansi. Peningkatan praktik akuntansi tidaklah cukup bila hanya dengan menjelaskan
dan memprediksi praktik akuntansi.
2. PAT tidak bebas nilai sebagaimana yang dinyatakannya. Akademisi akuntansi menunjukkan
bahwa memilih suatu teori untuk diadopsi dalam penelitian (seperti PAT) didasarkan pada
pertimbangan nilai, apa yang akan diteliti juga didasarkan pada pertimbangan nilai, mempercayai
bahwa semua tindakan individu dikendalikan oleh kepentingan pribadi juga didasarkan pada
pertimbangan nilai, dan seterusnya. Oleh karena itu, tidak ada penelitian, sekalipun itu PAT atau
bukan, yang bebas nilai.
3. Asumsi fundamental bahwa semua tindakan dikendalikan oleh suatu keinginan untuk
memaksimalkan kekayaan seseorang dianggap terlalu negatif dan merupakan perspektif yang
terlalu menyederhanakan manusia. Menurut Gray, Owen dan Adam (dalam Deegan,2000), PAT
mempromosikan pandangan kebangkrutan moral dunia.

4.

5.
6.

Sejak permulaan PAT pada 1970, isu yang dibahas tidak menunjukkan perkembangan yang
besar. Sejak awal, PAT menggunakan tiga hipotesis (hipotesis utang, hipotesis bonus, dan
hipotesis biaya politis) dan telaah mengenai literatur PAT yang terbaru mengindikasikan bahwa
hipotesis ini masih terus diuji dalam lingkungan yang berbeda dan dihubungkan dengan isu
kebijakan akuntansi yang berbeda, bahkan setelah 20 tahun.
PAT cacat secara ilmiah karena hipotesis yang dihasilkan menurut PAT (seperti hipotesis utang,
hipotesis bonus, dan hipotesis biaya politis) seringkali tidak didukung (tetapi dipalsukan),
sehingga secara ilmiah PAT harus ditolak.
Peneliti akuntansi positif mengabaikan banyak hubungan spesifik organisasi dan informasi yang
dikumpulkan hanyalah informasi yang relevan menurut peneliti, yaitu karena peneliti akuntansi
positif percaya bahwa mereka dapat menghasilkan hukum dan prinsip yang diharapkan dapat
beroperasi pada situasi yang berbeda, dan ada satu kebenaran yang mendasari yang dapat
ditentukan oleh pihak independen, pengamat netral yang tidak terpengaruh oleh persepsi,
keistimewaan dan bias individu. Maksudnya, perspektif yang nampak adalah bahwa realitas
muncul secara objektif dan pandangan satu pengamat mengenai realitas akan sama dengan
pandangan semua orang

Anda mungkin juga menyukai