Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Jenis Pajak Kenderaan Bermotor

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang terletak diujung barat

pulau sumatera dan merupakan batas paling barat Indonesia. Batas-batas wilayah

Provinsi Aceh yaitu sebelah utara berbatasan dengan Teluk Banggala dan Timur

berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Sumatera

utara, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Aceh

mencapai 58.375,63 km2 yang didomisili oleh daratan dan sebagian kecil berupa

pulau.

Tuntutan untuk menjalankan pembangunan yang terjangkau dan merata

menjadikan aceh mengalami pemekaran wilayah administrasi. Sampai diakhir

2016 jumlah kabupaten/kota di provinsi aceh mencapai 23 kabupaten/kota. Untuk

menjalankan pembangunan maka dibutuhkan pembiayaan/penerimaan yang

digunakan di suatu daerah untuk membiayai pembangunan tersebut. Sumber

penerimaan yang digunakan oleh pemerintah daerah adalah pendapatan yang

bersumber dari daerah itu sendiri atau pendapatan asli daerah (PAD).

Pajak merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD) terbesar di

Pemerintah Aceh. Sumber pajak daerah terbesar di Provinsi Aceh adalah Pajak

Kenderaan Bermotor (PKB).


Berdasarkan Qanun nomor 2 tahun 2012 Pajak Kenderaan Bermotor di

Provinsi Aceh di bagi dalam 10 jenis yaitu:

1. A-1 untuk Sedan, Jeep, Star Wagon (pribadi)

2. A-2 untuk Sedan, Jeep, Star Wagon (umum)

3. B-1 untus Bus, Micro Bus (pribadi)

4. B-2 untus Bus, Micro Bus (umum)

5. C-1 untuk Truck, Pick up (pribadi)

6. C-2 untuk Truck, Pick up (umum)

7. D-1 untuk kenderaan khusus (pribadi)

8. D-2 untuk kenderaan khusus (umum)

9. E untuk sepeda motor, dan

10. F untuk becak bermotor.

Berdasarkan data yang diperoleh dari DPKA jenis kenderaan bermotor di

Provinsi Aceh berbeda-beda. Jumlah kenderaan bermotor dengan jenis A-1 untuk

sedan, Jeep, Star Wagon (pribadi) sebanyak 99.557 unit, dan A-2 untuk Sedan,

Jeep, Star Wagon (umum) sebanyak 78.450 unit. Selanjutnya untuk jenis B-1 Bus,

Micro Bus (pribadi) sebanyak 71, 126 dan B-2 untus Bus, Micro Bus (umum)

sebanyak 55.456 unit. Sedangkan untuk jenis C-1 Truck, Pick up (pribadi) dan C-

2 untuk Truck, Pick up (umum) jumlah kenderaannya sangat minim sebanyak

29.765 unit untuk C1 dan 25.453 unit untuk jenis C2 dibandingkan dengan jumlah

unit kenderaan laiinya.


Kemudian untuk jenis kenderaan bermotor D-1 kenderaan khusus (pribadi)

sebanyak 81.645 unit dan D-2 untuk kenderaan khusus (umum) sebanyak 70.321

unit. Selanjutnya untuk jenis E untuk sepeda motor jumlah kenderaannya

meningkat dari jumlah kenderaan lainnya yaitu sebanyak 216.764 unit , dan F

untuk becak bermotor sebanyak 65.981 unit.

Hingga tahun 2015 ini, jumlah kenderaan bermotor di provinsi Aceh

sebesar 1.673.450 unit dengan didomisili oleh sepeda motor roda dua sebesar

70.854 unit dan roda empat sebesar 80.568 unit, dengan peningkatan pajak akan

mendorong tercapainya target penerimaan PKB. Jumlah kenderaan bermotor yang

menunggak atau tidak membayar pajak , paling banyak dari jenis kenderaan

bermotor roda dua mencapai 565.507 unit dan untuk kenderaan roda empat

sebanyak 89.432 unit. Ini merupakan jumlah yang sangat besar, oleh Pemerintah

Aceh perlu melakukan pengawasan terhadap wajib pajak kenderaan bermotor

yang menunggak pajak.

Dalam proses pemungutan PKB dilaksanakan melalui sistem administrasi

dibawah satu atap (SAMSAT) yang ada di setiap kabupaten/kota. Prosedur

pembayaran di setiap SAMSAT dimulai dengan pendaftaran pada loket I, setelah

itu dilakukan penetapan berapa PKB yang harus dibayar diloket II, dan melakukan

pembayaran PKB diloket III. Uamg pembayaran PKB tersebut masuk ke rekening

bendahara penerimaan yang ada di setiap SAMSAT, kemudian bendahara

penerimaan mengirim penerimaan PKB yang diterima disetiap kabupaten/kota ke

rekening kas daerah yang ada di dinas pendapatan dan kekayaan aceh. Pengiriman
penerimaan PKB disetiap kabupaten/kota dilakukan setiap hari kerja dalam waktu

24 jam. Tetapi bukti penerimaan PKB dikirim perminggu atau perbulan.

4.1.2 Tarif Pajak Kenderaan Bermotor

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan pada pasal 8 Qanun Nomor 2

tahun 2012 adalah:

a. Tarif Pajak Kenderaan Motor pribadi sebesar :

1. Kepemilikan pertama 1,5% (satu koma lima persen)

2. Kepemilikan kedua 2% (dua persen)

3. Kepemilikan ketiga 2,5% (dua koma lima persen)

4. Kepemilikan keempat 3% (tiga persen)

5. Kepemilikan kelima 3,5% (tiga koma lima persen)

6. Kepemilikan keenam 4% (empat persen)

7. Kepemilikan ketujuh 4,5% (empat koma lima persen)

8. Kepemilikan kedelapan 5% (lima persen)

9. dan seterusnya dengan kenaikan 0,5% (nol koma lima persen) untuk setiap

kepemilikan sampai dengan 10% (sepuluh persen)

b. kepemilikan kenderaan bermotor didasarkan atas nama dan alamat yang sama

c. perhitungan terhadap kepemilikan kenderaan bermotor yaitu kepemilikan lebih

dari 1 (satu) kenderaan bermotor untuk jenis yang sama.

d. Tarif pajak kenderaan bermotor angkutan umum, ambulance, pemadam

kebakaran, sosial keagamaan, Pemerintah TNI/POLRI, Pemerintah Daerah dan

kenderaan lain ditetapkan sebesar 0.75% (nol koma tujuh lima persen)
e. Tarif pajakkenderaan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan

sebesar 0,2% (nol koma dua persen)

4.2 Efektivitas Penerimaan PKB

Efektivitas penerimaan PKB menggambarkan kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan PKB yang direncanakan dibandingkan dengan target

yang ditetapkan. Efektivitas penerimaan PKB provinsi acehdigambarkan dengan

menggunakan perbandingan antararealisasi penerimaan PKB dengan target

penerimaan PKB yang ditetapkan.

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil presentase efektivitas penerimaan

PKB di provinsi aceh secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Target dan Realisasi penerimaan pajak kenderaan bermotor di Provinsi
Aceh Tahun 2013-2015

Tahun Target PKB Realisasi PKB Persentase Kriteria


2013 221.969.651.177 258.019.742.851 116,24 % Sangat efektif
2014 258.376.842.922 279.072.993.463 108,01 % Sangat efektif
2015 332.095.021,139 302.530.897.102 91,07 % Efektif
Rata rata 105.10% Sangat Efektif
Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas tingkat efektivitas penerimaan pajak

kenderaan bermotor rata-rata dari tahun 2013-2015 adalah sebesar 105.10

berdasarkan pada kriteria dalam persentase tersebut adalah sangat efektif.

Pada tahun 2013 presentase penerimaan PKB yang di dapat sebesar

116,24% dengan targer penerimaan PKB Rp 221.969.651.177 dan realisasi yang

di dapat sebesar Rp 258.019.742.851. Ini menunjukkan efektivitas PKB dapat


dikatakan sangat efektif dimana realisasi penerimaan melebihi target yang telah

ditetapkan.

Namun pada tahun 2014 terjadi kenaian yang cukup signifikan dari tahun

sebelumnya yaitu target PKB mencapai 108,01% dengan target penerimaan PKB

sebesar 258.376.842.922 dan realisasi yang didapat sebesar 279.072.993.463

sehingga efektivitas PKB pada tahun 2014 dapat dikatakan sangat efektif.

Pada tahun 2015 terjadi penurunan yang cukup signifikan dimana

persantase penerimaan PKB yang diperoleh hanya sebesar 91,07% dari target

yang ditetapkan sebesar 332.095.021,139 namun hanya terealisasi sebesar

302.530.897.102, sehingga efektivitas pada tahun 2015 dapat dikategorikan

efektif. Secara dari keseluruhan dapat dilihat dari tahun ke tahun penerimaan

pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak kenderaan bermotor

menunjukkan kriteria dinilai sangat efektif.

4.3 Kontribusi Penerimaan PKB

Pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah baik kebijakan maupun

program-program yang berkesinambungan sangat bergantung berkaitan erat

dengan pendapatan dan pembiayaan yang tersedia, hal ini dipertegas kembali

dalam undang-undang No. 23 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa tolak ukur

keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah terletak pada kemampuan daerah

dalam mengelola dan menggali sumber-sumber pendapatn daerah nya sendiri.

Pengelolaan yang baik akan menempatkan pembangunan sebagai prioritas utama

agar saran-saran yang ingin dicapai dapat terwujud dengan sempurna.


Kontribusi penerimaan PKB merupakan seberapa besar penerimaan PKB

terhadap PAD provinsi Aceh. Kontribusi PKB terhadap pendapatan asli daerah

provinsi aceh di hitung dengan membandingkan jumlah realisasi penerimaan PKB

dengan jumlah realisasi penerimaan pendapatan asli daerah.

Kontribusi penerimaan PKB akan dinilai berdasarkan kriteria yang telah

disusun, apabila presentase kontribusi diatas 50% dikategorikan sangat baik,

40,10%-50% adalah baik, 30,10%-40% adalah cukup baik, 20,10%-30% adalah

sedang, 10,10%-20% adalah kurang dan 0,0%-10% adalah sangat kurang.

Besarnya kontribusi penerimaan PKB terhadap pendapatan asli daerah di

provinsi aceh selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Kontribusi Pajak Kenderaan Bermotor pada PAD di Provinsi Aceh Tahun
2013-2015

Tahun Realisasi PKB Realisasi PAD Persentase Kriteria


(Rp) (Rp)
2013 258.019.742.851 1.396.095.430.738 18,48 % Kurang
2014 279.072.993.463 1.779.626.321.281 15,68 % Kurang
2015 302.530.897.102 1.914.345.718.874 15,80 % Kurang
Rata rata 16.65 % Kurang

Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas kontribusi pajak kenderaan bermotor terhadap

Pendapatan Asli Daerah rata-rata dari tahun 2013-2015 adalah sebesar 16.65%,

jika berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut diatas maka penilaiannya

adalah kurang baik.

Pada tahun 2013 kontribusi Pajak Kenderaan Bermotor terhadap

Pendapatan Asli Daerah sebesar 18,48% dari total Pendapatan Asli Daerah yang
mencapai sebesar Rp 1.396.019.742.851 dengan kontribusi dari PKB sebesar Rp

258.019.742.851 sehingga kontribusi pada tahun 2013 dikategorikan kurang.

Pada tahun 2014 terjadi penurunan kontribusi yaitu sebesar 15,68% dari

tahun sebelumnya yang mencapai 18,48%. Tetapirealisasi PKB pada tahun 2014

meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 279.072.993.463 dan

Pendapatan Asli Daerah juga terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar

258.019.742.851. walaupun terjadi peningkatan namun kontribusi pada tahun

2014 tetap dikategorikan kurang.

Kontribusi penerimaan PKB pada tahun 2015 kembali terjadi peningkatan

walaupun tidak terlalu besar dibandingkatn tahun sebelumnya yaitu sebesar

15,80% dengan penerimaan PKB meningkat menjadi Rp 302.530.897.102 dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 1.914.345.718.874. kontribusi pada

tahun 2015 masih dikategorikan masih kurang.

Secara keseluruhan PKB mengalami kenaikan dari tahun ketahun, tetapi

pesentase kontribusi penerimaan PKB tidak teratur tahun 2013 meningkat

kemudian pada tahun 2014 menurun dan terjadi peningkatan kembali pada tahun

2015.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Efektivitas Penerimaan PKB

Kemampuan suatu daerah dalam memajukan perekonomian daerahnya

terlihat dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah yang positif disisi

penerimaannya dan peranannya dari tahun ketahun yang semakin meningkat.


Pendaptan Asli Daerah merupakan salah satu sumber utama keuangan daerah

untuk membiayai biaya administrasi umum dan biaya operasi pemeliharaan

disamping penerimaan lainnya berupa bagi hasil pajak/bukan pajak, bantuan

pembangunan serta pinjaman daerah. Keuangan daerah merupakan salah satu

faktor terpenting dalam menganalisa potensi dan kebutuhan daerah.

Untuk mengetahui efektivitas penerimaan PKB pemerintah Aceh dalam

pemungutan PKB dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah terget PKB

daerah yang sudah terealisasi dan target PKB daerah yang telah tercantum dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) setiap tahunnya. Semakin tinggi

nilai perbandingan tersebut maka semakin efektif pengumpulan PKB yang

dilakukan oleh Provinsi Aceh. Untuk melihat efektivitas pendapatan asli daerah

pada Provinsi Aceh dapat dijelaskan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1
Efektivitas Penerimaan Pajak Kenderaan Bermotor Provinsi Aceh
Tahun 2013-2014

140
120
100
80
60 Evektifitas
40
20
0
2013 2014 2015

Sumber:Data diolah (2016)


Gambar 4.1 menggambarkan bahwa efektivitas PKB di Provinsi Aceh dari

tahun 2013 sampai 2015 bersifat fluktuatif. Pada tahun 2013 persentase efektifitas

PKB di Provinsi Aceh sebesar 116,24% jika dilihat dari jumlah kenderaan

bermotor yang ada di Provinsi Aceh pada tahun 2013 yaitu sebanyak 1.458.130

unit, maka target yang ditetapkan sebesar Rp 221.969.651.177 pada tahun 2013

terlalu kecil sehingga pemerintah daerah tidak bisa dikatakan telah berhasil dan

efektif dalam pemungutan PKB.

Hal ini terjadi karena Provinsi Aceh menetapkan target yang terlalu kecil

sehingga terlihat realisasi yang melebihi sebesar Rp 258.019.742.851. Penetapan

target PKB dilakukan berdasarkan realisasi tahun lalu ditambah dengan prediksi

untuk tahun yang akan datang yang dijelaskan dalam qanun anggaran yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Penurunan efektivitas terjadi pada tahun 2014 dimana efektivitas PKB

yang dicapai sebesar 108,01%. Jumlah kenderaan bermotor yang ada pada tahun

2014 di Provinsi Aceh naik menjadi 1.5556.429 unit. Dengan target yang di

tetapkan Rp 258.376.842.922 dan realisasi yang dicapai sebesar Rp

279.272.993.463. Penurunan efektivitas ini terjadi karena banyak wajib pajak

yang menunggak PKB. Berdasarkan data yang diperoleh dari DPKA tunggakan

PKB dari tahun 2013-2015 meningkat. Tunggakan pajak kenderaan bermotor

tahun 2013 sebanyak 73.912 unit dari jumlah yang membayar PKB sebesar

771.786 unit. Selanjutnya pada tahun 2014 tunggakan PKB kembali terjadi

peningkatan walaupun tidak terlalu besar yaitu sebanyak 93.572 unit dari jumlah
yang membayar PKB sebesar 797.283, dan pada tahun 2015 tunggakan PKB

terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak

157.484 unit dari jumlah yang membayar PKB sebesar 733.963.

Tunggakan pajak ini disebabkan kurangnya kesadaran wajib pajak atau

masyarakat untuk taat membayar PKB karena seperti yang telah kita ketahui

bahwa pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak tersebut nantinya juga akan

dinikmati oleh masyarakat, dengan demikian maka pajak kenderaan bermotor

harus dikelola dengan baik agar penerimaan dari sektor pajak tersebut maksimal

sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan realisasi penerimaan

daerah dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan. Penyebab

lainnya yang menjadi tunggakan PKB ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi

yang melemah sehingga wajib pajak terlambat untuk membayar pajak kenderaan

bermotor.

Dalam hal ini Pemerintah Aceh perlu melakukan pengawasan terhadap

wajib pajak kenderaan bermotor yang menunggak pajak seperti melakukan

sidak/razia rutin dalam jangka waktu tertentu sampai kekecamatan karena selama

ini banyak wajib pajak yang menunggak berasal dari daerah terpencil dan jarang

adanya razia oleh pihak kepolisian, dan kuranya memberikan sosialisasi tentang

kewajiban wajib pajak untuk membayar Pajak Kenderaan Bermotor sehingga

kesadaran wajib pajak dalam membayar Pajak Kenderaan Bermotor meningkat,

agar potensi penerimaan daerah dari pajak kenderaan bermotor tidak terjadi

penunggakan kembali.
Hal yang sama terjadi pada tahun 2015 mengalami penurunan efektivitas

PKB yang mencapai 91,07% dengan jumlah kenderaan bermotor yang ada

padatahun 2015 di Provinsi Aceh meningkat menjadi 1.673.450 unit. Dengan

target yang ditetapkan Rp 332.095.021.139 namun realisasi yang dicapai hanya

sebesar Rp 302.530.897.102. Hal ini terjadi karena Pemrintah Aceh kurang

mengontrol perencanaan dan realisasi PKB sehingga perlu adanya evaluasi dalam

menetapkan target penerimaan PKB. Mekanisme penetapan target penerimaan

PKB ini dilakukan dengan salah satu cara yaitu mengkoordinasikan dengan pihak

SAMSAT Aceh sehingga dalam penetapan target penerimaan kedepannya bisa

disesuaikan dengan jumlah kenderaan bermotor yang beredar agar penerimaan

PKB bisa lebih dimaksimalkan lagi.

4.2.2 Kontribusi Penerimaan PKB

Untuk mengetahui kontribusi penerimaan PKB terhadap PAD provinsi

Aceh adalah dengan membandingkan jumlah realisasi penerimaan PKB dan

jumlah realisasi PAD di Provinsi Aceh. Semakin tinggi nilai kontribusinya maka

semakin besar pula sumbangan untuk PAD.

Gambar kontribusi penerimaan PKB untuk PAD di Provinsi Aceh

selengkapnya dapat dilihat di gambar 4.2


Gambar 4.2
Kontribusi Pajak Kenderaan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Aceh Tahun 2013-2015

19
18.5
18
17.5
17
16.5
Kontribusi
16
15.5
15
14.5
14
2013 2014 2015

Sumber : Data diolah,(2016)

Berdasarkan gambar 4.2 diatas kontribusi PKB terhadap PAD pada tahun

2013 sampai dengan 2015 persentase kontribusi bersifat fluktuatif. Pada tahun

2013 kontribusi PKB menjadi 18,48%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

kontribusi pajak kenderaan bermotor terhadap PAD pada tahun 2013 adalah

kurang. Selanjutnya pada tahun 2014 terjadi penurunan persentase kontribusi atas

PKB sebesar 15,68% masih di kategorikan kurang.

Hal yang sama kembali terjadi pada tahun 2015 dimana kontribusi

penerimaan PKB sedikit meningkat dari tahun 2014 menjadi 15,80%. Peningkatan

kontribusi PKB ini terjadi karena adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dimana para wajib pajak yang menunggak pajak hanya diwajibkan

membayar pajak pada tahun tersebut tanpa membayar pajak yang tertunggak.
Peningkatan kontribusi penerimaan PKB sejalan dengan meningkatnya realisasi

dari PKB setiap tahunnya.

Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya dan kebijakan yang dilakukan

oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kontribusi PKB terhadap PAD,

dengan memberikan kemudahan dalam meregistrasi ulang kenderaan bermotor

baik dari segi proses registrasi maupun dari segi biaya yang dikeluarkan untuk

registrasi ulang.Selanjutnya melakukan upaya untukpeningkatan kinerja pelayanan

kepada wajib pajak melalui SAMSAT keliling, meningkatnya kinerja aparatur

yang terintegrasi dalam kantor SAMSAT dan melakukan peningkatan kualitas

sarana dan prasarana jalan yang menghubungkan antara provinsi, kabupaten/kota

serta memberikan kemudahan pembelian kendaraan bermotor kepada konsemun

secara kredit.
BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Efektivitas penerimaan Pajak Kenderaan Bermotor di Provinsi Aceh

adalah sangat efektif dengan perolehan rata-rata persentase sebesar

105,10%. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Aceh

dalam hal ini Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh dinilai sangat baik

dalam mengelola penerimaan pajak kenderaan bermotor.

2. Kontribusi pajak kenderaan bermotor terhadap pendapatan asli daerah

Provinsi Aceh adalah kurang, dengan perolehan rata-rata persentase

sebesar 16,65%. Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi

Aceh dalam hal ini Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh kurang dalam

mengidentifikasi, dan mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan yang

tergolong dalam objek pajak kenderaan bermotor, sehingga kontribusinya

terhadap PAD kurang memuaskan. Untuk meningkatkan kontribusi perlu

adanya upaya-upaya dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah untuk meningkatkan kontribusi PKB terhadap PAD, seperti

melakukan kemudahan dalam meregistrasi ulang kenderaan bermotor

baik dari segi proses registrasi maupun dari segi biaya yang dikeluarkan

untuk registrasi ulang.Selanjutnya melakukan upaya untukpeningkatan


kinerja pelayanan kepada wajib pajak melalui SAMSAT keliling,

meningkatnya kinerja aparatur yang terintegrasi dalam kantor SAMSAT

dan melakukan peningkatan kualitas sarana dan prasarana jalan yang

menghubungkan antara propinsi, kabupaten/kota serta memberikan

kemudahan pembelian kendaraan bermotor kepada konsemun secara

kredit.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan

pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Adapun keterbatasan yang

dihadapi adalah penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yaitu data yang

diperolah dari DPKA Aceh dan dari BPS Provinsi Aceh. Seharusnya bisa

ditambah dengan data primer seperti dengan kuisioner.

5.3 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat

ditemukan beberapa sana sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan tingkat efektivitas pajak kenderaan bermotor di

Provinsi Aceh, maka diharapkan kepada pemerintah melalui pihak terkait

agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi wajib pajak dengan tetap

meningkatkan sosialisai mengenai pajak dan mekanisme pelayanannya,

sehingga penerimaan pajak kenderaan bermotor dapat melebihi target yang

ditetapkan, dengan demikian penerimaan PKB akan menjadi lebih efektif.


2. Hendaknya lebih memperhatikan dalam penertiban wajib pajak yang

belum membayar pajak kenderaan bermotor dengan melakukan pendataan

jumlah kenderaan bermotor yang ada, dan melakukan razia kenderaan

bermotor di semua UPTD yang ada di Kabupaten/Kota yang di Provinsi

Aceh.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan besarnya pengaruh jumlah

realisasi penerimaan pajak kenderaan bermotor terhadap pencapaian target

PAD, maka diharapkan kepada masyarakat wajib pajak agar tetap

mendaftar ulang kenderaannya untuk membayar pajak tahunan agar

mempercepat pembangunan daerah demi kepentingan bersama.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang

lebih luas, mengingat masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi

pencapaian target terhadap pendapatan asli daerah dengan persentase yang

cukup besar, maka didiharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat

menggali spesifikasi potensi pencapaian target terhadap pendapatan asli

daerah dari pajak kenderaan bermotor sehingga benar-benar dapat

memberikan hasil penelitian yang lebih kuat dan memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai