Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

GANGGUAN PSIKOTIK LIR-SKIZOFRENIA AKUT


Penyaji :
1.
2.
3.
4.

Fauziah Della Amalia


Yuliawati
Eko Sutrisno
Eriani Puspita Sari

(Universitas Malahayati)
(Universitas Malahayati)
(Universitas Malahayati)
(Universitas Malahayati)

Pembimbing

: dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ

Hari / Tanggal

:19 April 2016

Tempat

: RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai

I.

PENDAHULUAN
Prodromal skizofrenia merupakan gejala yang dapat berlangsung beberapa

minggu sampai

beberapa tahun sebelum gejala-gejala tersebut cukup untuk

didiagnosis sebagai psikotik/skizofrenia.1


Tanda gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah, merasa di
teror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap dengan pasien skizofrenia
menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, nyeri kepala,
nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan. Perkembangan
dengan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.2
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu.
Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi berapa
fase yang di mulai dari prodromal, fase aktif dan keadaan residual.2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

DEFINISI
Prodromal skizofrenia merupakan gejala yang dapat berlangsung beberapa

minggu sampai

beberapa tahun sebelum gejala-gejala tersebut cukup untuk

didiagnosis sebagai psikotik/skizofrenia.1


Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan social budaya.3
2.2. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1%, yang
berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama
masa hidupnya. Study Epidemiologic Catchment Area (ECA) yang disponsori
National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup
sebesar 0,6 sampai 1,9%. Menurut DSM-IV-TR, insidensi tahunan skizofrenia
berkisar antara 0,5 sampai 5,6 per 10.000 dengan beberapa variasi geograpik (cth.,
insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di perkotaan di Negara maju).
Skizofrenia ditemukan di semua masyarakat dan area geografis dan angka
insidens serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia. Di A.S kurang
lebih 0,05% populasi total menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun
dan hanya sekitar setengah dari semua pasien skzofrenia mendapatkan
pengobatan, meskipun ini termasuk berat.4
Prevalensi skizofrenia pada populasi spesifik.4
Populasi

Prevalensi (%)

Populasi umum
1,0
Saudara kandung bukan kembar pasien 8,0
skizofrenia
12,0
Anak dengan salah satu orang tua
penderita skizofrenia
12,0
Kembar digizotik pasien skizofrenia
40,0
Anak yang kedua orang tuanya
47,0
menderita skizofrenia
Kembar monozigotik pasien skizofrenia

2.3. ETIOLOGI
a. Hipotesis dopamine
Hipotesis dopamine tentang skizofrenia menyatakan bahwa skizofrenia
tembul akibat aktipitas dopamine nergik yang berlebihan tiori berkembang
berdasarkan dua pengamatan. Pertama, antaganis reseptor doman berkolerasi
dengan kemampauanya sebangai antagonis reseptor dopamine D2. Kedua, obat
meningkatkan dopamine nergik yang bersifat psikotomimetik.4
Dopamine dalam patofisiologi skizofrenia sejalan dengan studi yang
mengukur konsentrasi plasma utama dopamin, asam homovanilat. Studi
melaporkan adanya korelasi positip antara konsentrasi asam homovanilat pra
pengobatan yang tinggi dan dua faktor: keparahan gejala spikotik dan respon
pengobatan terhadap obat psikotik.4
b. Serotonin
Obat antagonis

serotonin-dopamin

(SDA)

(contomya,

klozapin,

resperidon, restindol) memiliki aktifitas terkait serotonin yang poten.


Antagonis pada reseptor 5-HT2 serotonin ditekankan sebangai sesuatu yang
penting dalam mengurangi gejala spikotik dan meredakan timbulnya ganguan
pergerakan terkait antagonisme-D2.4
c. Hipotesis gamma-aminobutiryc acid (GABA)
Neurotransmiter asam amino inhibitorik, asam -aminobutirat (GABA)
juga dianggap terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia
sejalan dengan hipotesis bahwa sejumlah pasien skizofrenia mengalami
kehilangan neuro GABA nergik di hipokampus. Hilangnya neuron GABA
nergik inhibitorik secara teoritis dapat mengakibatkan hiperaktifitas neuron
dopaminergik dan noradrenergik.4
d. Glutamat
Hipotesis yang diajukan tentang glutamat mencakup hiperaktivitas,
hipoaktivitas, dan neuro toksisitas terinduksi glutamat. Glutamat dilibatkan
karena ingesti akut fensiklidin, suatu antagonis glutamat, menimbulkan
sindroma yang menyerupai skizofrenia.4
e. Elektrofisiologi

Studi elektroensefalografik mengindikasikan bahwa pasien skizofrenia


memiliki rekaman abnormal, peningkatan sensitivitas terhadap prosedur
aktivasi (contohnya, kekerapan aktivitas lonjakan (spike) setelah kurang tidur),
penurunan aktivitas alfa, peningkatan aktivitas delta dan theta aktivitas
epileptiform yang mungkin lebih banyak dari biasanya dan abnormalitas sisi
kiri yang mungkin lebih banyak dari pada yang lazim. Juga terdapat
ketidakmampuan pasien skizofrenia menyaring suara yang tidak relevan dan
menjadi sangat sensitif terhadap bunyi latar. Kebanjiran suara yang timbul
membuat sulit berkonsentrasi dan mungki menjadi salah satu faktor timbulnya
halusinasi auditorik. Sensitivitas terhadap suara ini dapat dikaitkan dengan
suatu defek genetik.4
f. Psikoneuroimunologi
Apnormalitas imunologi telah dikaitkan dngan pasien yang mengalmi
skizifrenia. Abnormalis terbut meliputi penunan produsi interleukin-2 sel T,
berkurangnya jumlah dan responsivitas limposit perifer, reaktivitas selular dan
humoral yang abnormal terhadap neuron, serta adanya antibodi yang memiliki
target otak (antiotak). Data ini dapat di interpretasikan dengan berbagai cara
sebagai cermin efek virus neurotoksik atau gangguan autoimun endogen.
Sebagian besar penyelidikan yang mencari bukti adanya infeksi virus
neurotoksik yang dilakukan dengan sangat teliti menunjukkan hasil negatif,
meski data epidemiologi menunjukkan danya insidens tinggi skizofrenia
setelah pajanan

prenatal terhadap influenza selama beberapa kali epidemi

penyakit tersebut.4
g. Psikoneuroendokrinologi
Banyak laporan yang menjabarkan adanya perbedaan neuroendokrin
antara kelompok pasien skizofrenia dengan kelompik subjek kontrol. Sebagai
contoh, uji supresi deksametason dilaporkan abnormal pada berbagai
subkelompok pasien skizofrenia, meski nilai prediktif atau praktis uji tersebut
terhadap skizofrenia telah di pertanyakan. Namun, satu laporan yang dilakukan

dengan seksama menghubungkan nonsupresi persisten dalam uji supresi


deksametason pada skizofrenia dengan hasil akhir jangka panjang yang buruk.4
Sejumlah data, menyiratkan adanya penurunan konsentrasi hormone FSHLH, mungkin berhubungan dengan usia saat awitan dan lamanya sakit. Dua
abnormalitas tambahan yang dilaporkan mungkin berhubungan dengan
timbulnya gejala negative : menumpulkannya pelepasan prolaktin dan hormone
pertumbuhan (GH) pada stimulus hormone pelepasan gonodotropin ( GnRH)
atau hormone pelepasan tirotropin (TRH) serta menumpulnya pelepasan
hormone pertumbuhan (GH) pada stimulasi apomorfin.4
2.4.

TANDA DAN GEJALA PRAMORBID DAN PRODROMAL


Dalam rumusan teoritis mengenai perjalanan skizofrenia, tanda dan gejala

pramorbid muncul sebelum fase prodromal penyakit. Pembedannya menyiratkan


bahwa tanda dan gejala pramorbid telah ada sebelum proses penyakit muncul
dan bahwa tanda dan gejala prodromal merupakan bagian gangguan yang sedang
berkembang. Pada riwayat pramorbid skizofrenia yang tipikal namun bukan
tanpa pengecualian, pasien telah memiliki kepribadian skizoid atau skizotipal
yang ditandai dengan sifat pendiam, pasif, dan introvert; sebagai anak hanya
memiliki beberapa teman. Remaja praskizofrenik mungkin tidak memiliki teman
dekat dan pacar serta menghindari olahraga kelompok. Mereka mungkin
menikmati menonton film dan televisi atau mendengarkan musik hingga
menghindari aktivitas sosial sejumlah pasien remaja dapat menunjukkan awitan
akut perilaku obsesif-kompulsif sebagai gambaran prodromal.4
Kesahihan tanda dan gejala prodromal, yang hampir selalu dikenali setelah
diagnosis skizofrenia ditegakkan, bersifat tidak pasti; sekali skizofrenia
didiagnosis, kenangan retrospektif tanda dan gejala akan terpengaruh. Meski
demikian, walaupun rawat inap yang pertama sering dianggap menandai
dimulainya gangguan, tanda dan gejala mungkin telah ada selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Tanda itu dapat dimulai dengan keluhan gejala somatik,
seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan, dan masalah
perencanaan. Diagnosis awalnya dapat berupa kepura-puraan (malingering) atau
gangguan somatisasi. Keluarga dan teman pada akhirnya dapat menyadari bahwa
5

orang tersebut telah berubah dan tidak lagi berfungsi baik dalam aktivitas
personal, sosial, dan okupasional. Pada stadium ini, pasien dapat mulai
menumbuhkan minat pada ide abstrak, filosofi, ilmu ghaib, atau pertanyaan
religius. Tanda dan gejal prodromal tambahan dapat mencakup perilaku sangat
aneh, afek abnormal, cara bicara tidak biasa, ide bizar, dan pengalaman
perspeptual yang aneh.4

2.5.

PERJALANAN PENYAKIT SKIZOFRENIA


Skizofrenia merupakan sekumpulan fenomena mental dan perilaku yang

bergabung menjadi sindroma klinis sehingga pada akhirnya menjadi salah satu
gangguan psikiatri. Gambaran klinisnya termasuk antara lain: abnormalitas
persepsi dalam bentuk halusinasi, pertimbangan yang kurang baik sehingga
memiliki keyakinan yang salah di luar kewajaran namun dianggap sebagai suatu
kebenaran yang disebut dengan waham, pikiran yang terdistorsi yang dapat dilihat
pada gangguan berbahasa. Untuk kriteria lengkapnya dapat dilihat pada PPDGJIII atau DSM-IV.5
Gambar 1 Perjalanan Prodromal.5

Gambar di atas memperlihatkan perkembangan perjalanan gangguan


skizofrenia. Secara praktis perjalanan gangguan dibagi menjadi 4 fase
(berdasarkan gambar di atas). Fase I, keadaan normal. Pada fase ini belum terlihat
adanya gejala-gejala psikotik dan belum dijumpai adanya hendaya (impairment)

pada penderita. Fase II, fase prodromal. Terlihat pada grafik terjadi penurunan
fungsi tidak lagi 100% karena mulai terdapat hendaya (biasanya fungsi sosial
terlihat lebih dulu). Pada fase ini gejala psikotik belum terlihat dengan jelas atau
belum muncul, namun gejala negatif sudah ada (asosial, afek datar, apatis, abulia,
anhedonia dll). Fase III, fase aktif. Di sini gejala psikotik jelas dan menonjol,
didominasi dengan gejala positif (biasanya waham dan halusinasi) sedangkan
gejala negatif tetap ada tetapi tidak menonjol. Dijumpai pula hendaya pada 4
fungsi (fungsi peran, fungsi sosial, fungsi perawatan diri dan fungsi penggunaan
waktu luang). Pada fase inilah biasanya pasien dibawa ke rumah sakit karena
keluarga beranggapan bahwa keadaan ini membahayakan baik bagi diri penderita
sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya. Yang terakhir adalah fase IV, fase
residual. Pada fase terakhir ini, gejala psikotik tidak menonjol dan gejala positif
ada minimal, sedangkan gejala negatifnya tetap ada. Gejala pada fase residual ini
mirip dengan gejala pada fase prodroma, yaitu sama-sama ada gejala negatif.5

2.6.

PEDOMAN

DIAGNOSIS

GANGGUAN

PSIKOTIK

LIR-

SKIZOFRENIA AKUT PADA DIAGNOSIS JIWA DI INDONESIA


EDISI KE III (PPDGJ-III)
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala-gejala psikotik yang secara
komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-)
tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan
instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan
dalam psikosis polimorfik akut (F23.0).6
Pedoman diagnostik
Untuk diagnosis pasti :
a.
Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari suatu keadaan
b.

nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik).6


Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia harus sudah ada
untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang

c.

jelas psikotik. 6
Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi. 6

Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk waktu lebih dari 1 bulan


lamanya, maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-). 6
2.7.

PEDOMAN DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA

Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
a.

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).3
Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal : isi
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

b.

umum mengetahuinya.3
Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of influence : waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of
passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu
kekuatan dari luar. Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

c.

mukjizat.3
Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara). jenis suara

d.

halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh.3


Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini
yang harus selalu ada secara jelas.3

e.

Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

f.

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.3


Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

g.

neologisme.3
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan

h.

stupor.3
Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika.3


Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.3
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir (self absorbed
atitude), dan penarikan diri secara sosial.3

2.8.

DIAGNOSIS BANDING
Meskipun diagnosis banding utama adalah gangguan psikotik akut dan

skizofrenia, awitancepat psikosis akut dapat menjadi titik diagnostik penting pada
perjalanan penyakit pasien. Dokter harus berfokus pada masa 6 bulan sebelumnya,
melakukan anamnesis detail mengenai fungsi pekerjaan dan sosial, pola awitan,
ada atau tidaknya perubahan mood, penyalahgunaan zat dan alkohol, serta
penyakit lain dan obat-obat yang di resepkan. Yang harus diperhatikan adalah
setiap riwayat keluarga yang mengalami penyakit psikiatri, gangguan mood, atau

terutama gangguan skizofreniform. Studi terkini memperlihatkan prevalensi tinggi


gangguan kepribadian setelah pulih dari psikosis. Dapat hipotesiskan bahwa
gangguan kepribadian merupakan predisposisi seseorang mengalami psikosis,
terutama bila dalam keadaan stress.7
Membedakan gangguan mood dengan gambaran psikotik dari gangguan
skizofreniform awitan cepat dapat menyulitkan dan menguji keterampilan klinisi.
Gejala negatif seperti alogia, avolition, dan afek tumpul sulit dibedakan dengan
hilangnya minat dan kesenangan seperti yang terjadi pada episode depresif mayor.
Gejala yang berhubungan dengan selera makan, tidur, dan neurovegetatif lain
dapat juga terjadi pada kedua keadaan tersebut. Adanya gambaran psikotik pada
penyakit, tanpa gangguan mood akan membantu klinisi membuat diagnosis
gangguan skizofreniform, tetapi hal ini memerlukan waktuuntuk terbentuk.7
2.9.
PENATALAKSANAAN
2.9.1. Farmakoterapi
Sediaan obat anti psikosis dan dosis anjuran.8
No.

1.

Nama generik

Chlorpromazine

Nama dagang
LARGACTIL
(aventis Pharma)
PROMACTIL
(combiphar)
MEPROSETIL
(meprofarm)
CEPEZET

2.

Haloperidole

(mersifarma)
SERENACE
(pfizerpharmacia)
HALDOL
(jansen)
GOVOTIL
(guardian
pharmatama)
LODOMER

Sediaan

Dosis anjuran

Tab 25 mg
100 mg
Tab 100 mg
Tab 100 mg
Tab 100 mg

150-600 mg/h

Tab 0,5 mg
1,5 & 5 mg
Liq 2 mg/ml
Amp 5 mg/ml
Tab 2 mg
Tab 5 mg
Tab 2 mg
Tab 5 mg
Tab 2 mg
Tab 5 mg
Amp 50 mg/ml

5.15mg/h

10

(mersi farma)
HALDOL
DECANOAS

3.

Perphenazine

4.

Fluphenazine
Fluphenazinedecanoate

5.

Levomepromazine

6.

Trifluoperazine

7.

Thioridazie

8.

Sulpiride

9.

Pimozide

(jansen)
TRILAFON
(schering)
ANATENSOL
(b-m-squibb)
MODECATE
(b-m-squibb)
NOZINAN
(aventis pharma)
STELAZINE
(glaxo-smithkline)
MELLERIL
(novantis)
DOGMATIL
FORTE
(delagrange)
ORAP
FORTE
(jansen)
RISPERDAL
(jansen)
NERIPROS
(phatos)
NOPRENIA

10.

Risperidone

Tab 2 mg
4 & 8mg

12.24mg/h

Tab 2,5 mg
5 mg
Vial 25 mg/ml

10-15 mg/h
25 mg/2-4

Tab 25 mg

25.50g/h

Tab 1 mg
5 mg

10-15 mg/h

Tab 50 mg
100 mg

150-600 mg/h

Amp 50 mg/ml
Tab 200 mg

300-600 mg/h

Tab 4 mg
Tab
Tab
Tab
Tab
Tab
Tab

minggu

2.4 mg/h

1,2,3 mg
1,2,3 mg
1,2,3 mg
1,2,3 mg
1,2,3 mg
1,2,3 mg

(novell)
PERSIDAL

Tab 2-6 mg/h

(mersifarma)
RIZODAL
(guardian
pharmatama)
ZOFREDA (kalbe

11.

Clozapine

farma)
CLOZARIL
(novartis)

Tab 25 mg
100 mg

25.100mg/h

11

12.

Quetiapine

13.

Olanzapine

SEROQUEL
(astra zenaca)
ZYPREXA
(eli lilly)

Tab 25 mg
100mg
200 mg
Tab 5 mg
10 mg

50.400/h
10-20 mg/h

Pengaturan dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu


Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paru : 12-24 jam (pemberian obat 1-2 kali per hari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.8
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 23 hari

sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran sindrom

psikosis)

di evaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan

optimal

di pertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

setiap 2 minggu

dosis maintenance

diturunkan

di pertahankan 6 bulan sampai 2

tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu)


diturunkan tiap 2-4 minggu)

dosis

tapering off (dosis

stop.8

Risperidon

Farmakodinamik
Risperidon yang merupakan derivat benzixosazole mempunyai afinitas

yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktifitas menengah


terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamine. Aktifitas psikosis diperkiraan melalui hambatan terhadap reseptor
serotonin dan dopamine.9

Indikasi

12

Untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala negative atau positif. Di


samping itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar, depresi ciri psikosis dan
Tourette syndrome.9

Kontraindikasi
-

Penyakit hati (hepato-toksik).

Penyakit darah (hemato-toksik).

Epilepsi (menurunkan ambang kejang).

Kelainan jantung (menghambat irama jantung).

Febris yang tinggi (thermoregulator SSP).

Ketergantungan alcohol (penekanan SSP meningkat).

Peningkatan SSP (Parkinson, tumor otak,dll)

Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depressant (kesadaran makin


memburuk). 8

Efek samping
Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping

yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,


peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstra pyramidal
terutama tardiv diskinesia. Efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan
disbanding antipsikosis tipikal.9
2.9.2 Terapi lainnya

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)


Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau


membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.10
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
13

dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia.10
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan
rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi
praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan,
dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk
mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.10
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang
dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini
diperkenalkan oleh Ugo cerleti (1887-1963). Mekanisme penyembuhan
penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan
adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita
menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150
Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.10
Pada pelaksanaan terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut :

Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.


Penderita harus puasa
Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan
Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan
Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak
keras.
Bagian kepala yang akan dipasang elektroda (antara os prontal dan os
temporalis) dibersihkan.
Diantara kedua rahang diberi bahan lunak dan di suruh agar pasien
menggigitnya.10

Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi :

2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari

14

2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan


Maintenance tiap 2-4 minggu
Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak
dianut lagi.10

Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit.4
Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh
dapat diturunkan.4
Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.4
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap
kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

15

persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan


sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.4
Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. 4
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.4
Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok
yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.4
2.10. PROGNOSIS
Gangguan skizofrenia merupakan psikotik yang berlangsung lebih dari 1
bulan dan kurang dari 6 bulan. Sebagian besar progres menjadi skizofrenia

16

berkisar 60-80%. Beberapa akan mengalami episode ke 2 atau ke 3 selama orang


tersebut akan mengalami kemunduran dan masuk kedalam keadaan skizofrenia
yang lebih kronik.4 Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.11
Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam
skizofrenia.10
Prognosis Baik
Onset lambat
Faktor pencetus jelas
Onset kuat
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan

Prognosis Buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat social, seksual dan pekerjaan

pramorbid yang baik


Gejala gangguan mood (terutama

pramorbid yang buruk


Perilaku menarik diri, aulistik
Tidak menikah, bercerai, atau

gangguan depresi)
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
System pendukung yang baik
Gejala positif

janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neuroligis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

17

III. LAPORAN KASUS


1. Identitas Pasien
Laki-laki, 45 tahun, kristen, pendidikan terakhir SMA, petani, alamat rumah
Lau Tepu, datang ke poli klinik psikiatri RSUD DR. RM. Djoelham Binjai
pada tanggal 11 april 2016 diantar oleh istri, kesan terhadap keterangan dapat
di percaya.
2. Sebab utama (diperoleh alloanamnesis)
OS sering merasa gelisah, gampang emosi, susah tidur, dan OS sering
mendengar bisikan dan ketika bisikan itu muncul OS belari dan membawa
benda tajam.
3. Keluhan Utama
OS sering merasa gelisah, gampang emosi, susah tidur, dan OS sering
mendengar bisikan. Ketika bisikan itu muncul OS berlari dan pernah
membawa benda tajam. Keluhan ini di alami OS sejak 2 bulan terakhir.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini dialami OS sejak 2 bulan yang lalu. diawali dengan menggigil
kemudian demam tinggi. OS melakukan pemeriksaan laboratorium dan
hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pada leukosit. Gejala demam tak
menentu, saat timbul demam OS merasa adanya bisikan dan OS berlari
dengan membawa senjata tajam. Menurut keterangan istri OS, setelah
beberapa menit kemudian OS tersadar. Keluhan tersebut timbul kembali saat
OS di rawat inap di rumah sakit sejak 2 bulan yang lalu. Di konsulkan dari
penyakit dalam.
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
- Tidak ada
6. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat sewaktu di dalam kandungan dan dilahirkan : Baik
b. Kesehatan fisik dan mental ibu sewaktu mengandung : Baik
c. Riwayat masa bayi dan anak-anak
Pertumbuhan fisik
: Baik
Minun ASI
: ( + ) sampai usia 1,5 tahun

19

Usia mulai jalan


: 1 tahun 6 bulan
Usia mulai berbicara
: 1 tahun 3 bulan
Simtom-simtom sehubungan dengan masalah perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak: Tidak ada
Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak: Pendiam
d. Riwayat Pendidikan
- Prestasi sewaktu sekolah dari SD sampai SMA baik.
- Sikap terhadap teman sedang dan sikap terhadap guru baik.
e. Riwayat berhubungan dengan polisi atau penegak hukum
- Tidak ada
7. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua
Identitas
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Suku
Hubungan OS
Kepribadian

Ayah
Jenda muli
68 tahun
Petani
SMA
Kristen
Karo
Akrab
Banyak teman

Ibu
Kapit
65 tahun
Petani
SMA
Kristen
Karo
Akrab
Banyak teman, bertanggung jawab

b. Saudara-saudara OS
OS anak keempat dari tujuh bersaudara.
1. Laki-laki, hubungan dengan OS akrab.
2. Laki-laki, hubungan dengan OS akrab.
3. Laki-laki, hubungan dengan OS akrab.
4. OS
5. Laki-laki, hubungan dengan OS akrab.
6. Perempuan, hubungan dengan OS akrab.
7. Laki-laki, hubungan dengan OS akrab.
8. Riwayat anggota keluarga yang menderita gangguan mental emosional
- Tidak ada
9. Stressor psikososial
- Tidak ada masalah dengan primary support group
- Masalah ekonomi (OS bekerja sebagai petani)

20

10. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita OS yang ada kaitannya dengan
kejiwaan
- Tidak Ada
11. Riwayat bunuh diri
- Tidak ada
12. Riwayat penyalahgunaan zat adiktif

- Tidak ada

PEMERIKSAAN PSIKIATRI KHUSUS


1.

Gambaran Umum
a. Penampilan : Seorang laki-laki, sesuai umur, cara berpakaian biasa, sikap
tubuh biasa, kesan dapat mengurus diri.
b. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor : Normoaktif, cara berjalan biasa.
c. Sikap terhadap pemeriksa
: Kooperatif tetapi sedikit berpurapura.

2.

3.

4.

Pembicaraan
a. Isi Pembicaraan
b. Arus pembicaraan
c. Produktivitas
d. Perbendaharaan bahasa

: Relevan.
: Biasa.
: Biasa.
: Cukup.

Afek, mood dan emosi lainnya


a. Afek
b. Mood

: Inappropriate.
: Disforik.

c.emosi lain

: Cemas (+)

Pikiran
a. Gangguan bentuk pikiran
- Umum
- Spesifik
Isi pikiran

: RTA (+), terganggu


: thought of insertion
: Tidak dijumpai.
21

5.

Mimpi
Fantasi

6.

Persepsi

7.

: Tidak ada.
: Tidak ada.

a. Halusinasi

: Sulit dinilai.

b. Depersonalisasi

: Tidak ada.

Sensorium
a. Alertness
b. Orientasi
- Orientasi waktu
- Orientasi tempat
- Orientasi personal
menemaninya).
c. Konsentrasi
7)
d. Kalkulasi
e. Daya Ingat
- Daya ingat jauh
- Daya ingat agak lama
kemerdekaan)
- Daya ingat baru saja
- Daya ingat segera
135786)
f. Pengetahuan Umum
g. Pikiran abstrak

: Compos mentis.
: Baik (OS tahu hari apa saat diwawancarai).
: Baik (OS tahu sedang berada di RS).
:Baik
(OS
kenal
dengan
yang
: Baik (OS mampu menghitung 100-7-7-7-7: Baik (OS tahu perkalian 3x2)
: Baik (OS ingat nama sekolah waktu SD)
: Baik (OS ingat kapan hari
: Baik (OS ingat sarapan apa tadi pagi)
: Baik (OS ingat bisa mengulangi angka
: Baik (OS tahu nama Presiden RI sekarang)
: Baik (OS tahu beberapa peribahasa) Besar

pasak dari pada tiang


8.

Insight

: III (OS Sadar bahwa mereka adalah sakit

tetapi melemparkan kesalahan kepada orang lain, pada faktor eksternal atau
pada faktor organik).
9.

Judgment
a. Sosial

: Baik (OS membantu jika ada gotong

royong di lingkungan).
b. Tes

: Baik (OS akan mengembalikan dompet

10.

sesuai identitas dalam dompet jika menemukan dompet yang terjatuh).


Kemampuan mengendalikan rangsangan diri dalam diri sendiri:

22

- Terganggu
PEMERIKSAAN MEDIS
1.

b.

c.

Pemeriksaan Interna
a. Status Presents
Vital sign
- Sensorium
- Tekanan darah
- Frekuensi Nadi
- Frekuensi Napas
- Suhu tubuh
- Berat badan

:
:
:
:

Compos mentis
:
100/70 mmHg
76 x / menit
20 x / menit
Afebris
43 kg

Pemeriksaan fisik
- Kepala
- Leher
- Dada
- Abdomen
- Ekstremitas

:
:
:
:

:
Dalam batas normal.
Dalam batas normal.
Dalam batas normal.
Dalam batas normal.
Dalam batas normal.

Pemeriksaan neurologis

Dalam batas normal.

Tidak dilakukan pemeriksaan.

d. Pemeriksaan lain

RESUME
Laki-laki usia 44 tahun, sudah menikah, datang dengan istrinya dengan
sebab yang diawali dengan menggigil kemudian demam tinggi. OS melakukan
pemeriksaan laboratorium dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pada
leukosit. Gejala demam tak menentu. Saat timbul demam, OS merasa adanya
bisikan dan berlari dengan membawa senjata tajam. Menurut keterangan istri OS,
setelah beberapa menit kemudian OS tersadar. Keluhan tersebut timbul kembali
saat OS di rawat inap di rumah sakit sejak 2 bulan yang lalu. Di konsulkan dari
penyakit dalam.
Dari hasil pemeriksaan psikiatri khusus tampak tingkah laku dan aktivitas
psikomotor normoaktif, cara berjalan biasa, isi pembicaraan relevan, arus
pembicaraan biasa, produktivitas cukup, perbendaharaan baik. Afek inappropriate,
mood disforik, gangguan bentuk pikiran umum RTA (+) terganggu, thought of

23

insertion, konsentrasi baik dan kalkulasi baik, judgment sosial baik, pikiran
abstrak baik, insight III.
DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut
2. Skizoafektif
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
-

Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

:
:
:
:
:

Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut.


Gangguan kepribadian skizoid.
dispepsia suspek febris
Masalah ekonomi.
GAF 50-41 (gejala berat (serious), disabilitas berat.

PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
- Risperidone 2 mg 2 x tablet / hari / oral
- Trihexifenidyl 2 mg 2 x tablet / hari / oral
- Neurodex 1 x 1 tablet / hari / oral
2. Nonfarmakologi
- Edukasi kepada keluarga dan pasien
PROGNOSIS
Ragu-ragu menuju buruk
IV.

DISKUSI
Telah diperiksa seorang laki-laki usia 45 tahun, sudah menikah, kristen,

pendidikan terakhir SMA, petani, tempat tinggal di jalan Lau Tepu.


Pada aksis I didiagnosis dengan gangguan psikotik lir-skizofrenia akut
karena memenuhi kriteria diagnostik berdasarkan buku PPDGJ-III yaitu pada
kasus ini adanya gangguan psikotik akut dengan gejala-gejala psikotik yang
secara komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia
(F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. 3 Namun Kesahihan
tanda dan gejala prodromal, yang hampir selalu dikenali setelah diagnosis

24

skizofrenia ditegakkan, bersifat tidak pasti; sekali skizofrenia didiagnosis,


kenangan retrospektif tanda dan gejala akan terpengaruh. Meski demikian,
walaupun rawat inap yang pertama sering dianggap menandai dimulainya
gangguan, tanda dan gejala mungkin telah ada selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Tanda itu dapat dimulai dengan keluhan gejala somatik, seperti
nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan, dan masalah perencanaan.
Diagnosis awalnya dapat berupa kepura-puraan (malingering) atau gangguan
somatisasi.4
Pada aksis II Ciri-ciri kepribadian skizoid. Karena pasien memiliki skizoid
seperti emosi, kurang teman, perasaan hangat atau lembut pada orang lain,
pemalu dan sering melamun. Pada riwayat pramorbid skizofrenia yang tipikal
namun bukan tanpa pengecualian, pasien telah memiliki kepribadian skizoid atau
skizotipal yang ditandai dengan sifat pendiam, pasif, dan introvert; sebagai anak
hanya memiliki beberapa teman. Remaja praskizofrenik mungkin tidak memiliki
teman dekat dan pacar serta menghindari olahraga kelompok. Mereka mungkin
menikmati menonton film dan televisi atau mendengarkan musik hingga
menghindari aktivitas sosial sejumlah pasien remaja dapat menunjukkan awitan
akut perilaku obsesif-kompulsif sebagai gambaran prodromal.4
Pada aksis III dispepsia suspek febris. Karena pasien masih dirawat inap dan
mengkonsumsi obat dari penyakit dalam.
Pada aksis IV adanya masalah ekonomi (bekerja sebagai petani).3
Pada aksis V GAF 50 41 gejala berat (serious), disabilitas berat. Pada OS
sudah memerlukan penanganan dan dukungan keluarga. Os juga tidak dapat
mengurus diri dan menganggu pekerjaannya 3
Secara praktis perjalanan prodromal dibagi menjadi 4 fase (berdasarkan
gambar di atas). Fase I, keadaan normal. Pada fase ini belum terlihat adanya
gejala-gejala psikotik dan belum dijumpai adanya hendaya (impairment) pada
penderita. Fase II, fase prodromal. Terlihat pada grafik terjadi penurunan fungsi
tidak lagi 100% karena mulai terdapat hendaya (biasanya fungsi sosial terlihat
lebih dulu). Pada fase ini gejala psikotik belum terlihat dengan jelas atau belum
muncul, namun gejala negatif sudah ada (asosial, afek datar, apatis, abulia,

25

anhedonia dll). Fase III, fase aktif. Di sini gejala psikotik jelas dan menonjol,
didominasi dengan gejala positif (biasanya waham dan halusinasi) sedangkan
gejala negatif tetap ada tetapi tidak menonjol. Dijumpai pula hendaya pada 4
fungsi (fungsi peran, fungsi sosial, fungsi perawatan diri dan fungsi penggunaan
waktu luang). Pada fase inilah biasanya pasien dibawa ke rumah sakit karena
keluarga beranggapan bahwa keadaan ini membahayakan baik bagi diri penderita
sendiri maupun bagi orang lain di sekitarnya. Yang terakhir adalah fase IV, fase
residual. Pada fase terakhir ini, gejala psikotik tidak menonjol dan gejala positif
ada minimal, sedangkan gejala negatifnya tetap ada. Gejala pada fase residual ini
mirip dengan gejala pada fase prodroma, yaitu sama-sama ada gejala negatif.5
Diagnosis banding yaitu gangguan psikotik lir skizofrenia akut karena
pasien ini dijumpai thought of insertion, mood disforik, dan cemas. Namun gejala
pada pasien ini hanya berlangsung dua bulan tapi tidak dijumpai waham atau
halusinasi. Maka tidak dapat ditegakkan skizoafektif dikarenakan tidak dijumpai
waham menetap atau halusinasi.3
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu secara farmakologi Risperidon dan
Trihexyphenidyl. Risperidon merupakan derivat benzixosazole mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktifitas menengah
terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamine. Aktifitas psikosis diperkiraan melalui hambatan terhadap reseptor
serotonin dan dopamine. Obat anti-psikosis yang kuat sering menimbulkan
gejala ekstrapiramidal/sindrom Parkinson, tindakan mengatasi dengan tablet
trihexyphenidyl.7
Dan non-farmakologinya yaitu edukasi keluarga, karena terapi ini sangat
berguna pada pasien skizofrenia yang seringkali dipulangkan dalam keadaan
remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap
hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam
terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.
Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak
saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu

26

cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan


tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.4
Prognosis pada pasien ini ragu-ragu menuju buruk karena semakin lama
fase prodromal maka semakin buruk prognosisnya, tidak ada faktor pencetus,
dan gejala negatif.8

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Darmabrata W, Nurhidayat AW. Psikiatri Forensik. Jakarta : EGC. 2003.
Diunduh:

http://books.google.co.id/book?

id=pOkDFpwj8E4C=PA103&dq=fase+skizofrenia&hl=id&sa=X&ved=0ahU
KwjY74Dx6lvMAhXJOJQKHbOeBncQwUIGJAA
2. Utami KA. Skizofrenia dan Gangguan Skizoafektif. Surakarta. 2012.
Diunduh: Digilib.uns.ac.id>dokumen>download
3. Maslim R. Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham. Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III Edisi ketiga.
Jakarta: PT Nuh Jaya, 2003. Hal: 46,53-54,5.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Skizofrenia. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC. 2010. Hal: 147-148, 150-153,160.
5. Hilary.
Skizofrenia.

Diunduh:

https://hil4ry.wordpress.com/2007/10/01/schizophrenia/
6. WHO. Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia Akut. PPDGJ III- ICD 10. 2001.
Hal: 105,128.
7. Sadock BJ, Sadock VA. Gangguan Psikotik Lain. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC. 2010. Hal: 170
8. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi 3.
Jakarta : 2002. Hal: 14-21
9. Arozal W, Gan S. Psikotropik. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Hal:167
10. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Edisi ketujuh jilid satu.
Jakarta. Hal: 709,724
11. Agusjati.
Skizofrenia.

2008.

diunduh:

http://agusjati.blogspot.co.id/2008/02/skizofrenia.html?m.id

28

Anda mungkin juga menyukai