Anda di halaman 1dari 38

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
G1P0A0, 25 tahun, Umur Kehamilan 38 Minggu, Janin Tunggal Hidup Intra Uteri,
Presentasi Kepala, Punggung Kiri, Inpartu Kala 1 Fase Laten, IUGR dengan ibu
menderita periodontitis

Disusun oleh :
Andhini D.

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat
mengikuti ujian kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.

Purwokerto, Maret 2012


Pembimbing:

dr. Adi Setyawan, Sp.OG (K-FER)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus. Penulisan tugas ini
merupakan salah satu syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di bagian
Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan,
pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai
pihak yang berkepentingan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. dr. Adi Setyawan,Sp.OG(K-FER) selaku dokter pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas ini
2. Rekan-rekan profesi serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
referat ini.
Penulis sadar bahwa tugas ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari para penelaah sangat
diharapkan demi proses penyempurnaan.

Purwokerto,

Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
.
B. Tujuan penulisan
.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
.
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
A. Definisi
..
B. Klasifikasi PJT
..
C. Faktor risiko PJT
..
D. Etiologi
..
E. Diagnosis
..
F. Cara diagnosis
..
G. Pemantauan fungsional janin
..
H. Profil Biofisik
..
I. Dampak PJT
..
J. Manajemen
..
Periodontitis
A. Definisi
..
B. Etiologi
..
C. Manifestasi klinis
..
D. Pemeriksaan
..
E. Diagnosis
..
F. Penatalaksanaan
..
BAB III KASUS
..
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ..
BAB V KESIMPULAN
..
DAFTAR PUSTAKA
..

4
5
6
6
6
7
8
10
11
11
12
14
15
16
16
16
17
18
19
21
33
39
40

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan
kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut 5 persentil atau
Femur Length (FL)/Abdominal Circumference (AC) > 24 yang dapat diukur
menggunakan ultrasonografi (USG). Prevalensi pertumbuhan janin terhambat
adalah 3 10 % di dunia. Di Indonesia, pada penelitian pendahuluan pada tahun
2004-2005, prevalensinya adalah 4,4 %. Morbiditas dan mortalitas perinatal
kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat lebih tinggi daripada kehamilan
normal. Mortalitas perinatal bayi bayi dengan pertumbuhan janin terhambat 7 -8
kali lebih tinggi daripada bayi normal. Kirakira 26% kejadian lahir mati
berhubungan dengan pertumbuhan janin terhambat (Mandruzzato, 2008;
Manning, 2011).
Pertumbuhan janin terhambat disebabkan oleh faktor fetal, faktor
plasenta,dan faktor maternal. Faktor fetal adalah kelainan kromosom, malformasi
kongenital,kehamilan multipel. Faktor maternal adalah malnutrisi, infeksi
maternal, gangguan aliran uteroplasenta, riwayat obstetrik jelek, hipoksia kronis,
faktor

uterin,

kelainan

ginjal,

sindrom

antifosfolipid,

dan

lingkungan

(Wiknojosastro, 2005).
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa periodontitis berkaitan
dengan efek merugikan pada ibu. Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri anaerob gram negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan
kerusakan pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal mempunyai
potensi bakterimia terutama pada orang yang mempunyai plak, kalkulus dan
peradangan gingiva. Penyakit periodontal memudahkan proses patogenitas, dan
produk-produk

radang

berperan

dalam

mengganggu

pertumbuhan

dan

perkembangan janin melalui peredaran darah serta berpengaruh pada sistem


kardiovaskuler dan jaringan plasenta sehingga diduga menjadi salah satu

penyebab terjadinya pertumbuhan janin terhambat (Haritha et al, 2011). Berikut


ini akan disajikan sebuah kasus seorang ibu yang mengalami periodontitis kronis
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan janin terhambat (IUGR) serta berat
badan lahir rendah (BBLR).
B. Tujuan penulisan
Untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang periodontitis
yang terkait dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR) dan BBLR, dalam
aplikasi teori dan praktisi pada pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) /Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
A. Definisi
Pertumbuhan janin terhambat adalah janin dengan berat badan kurang dari
atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan 5
persentil atau FL/AC > 24. Biometri tidak berkembang setelah 2 minggu
(Mandruzzato, 2008).
Janin kecil masa kehamilan (KMK) adalah janin yang berat badannya sama
atau kurang dari 10 persentil atau yang lingkaran perutnya sama atau kurang dari 5
persentil (Damanik, Sylviati, 2004).
Empat puluh persen pertumbuhan janin terhambat (PJT) karena perfusi
plasenta yang menurun atau insufisiensi utero-plasenta. Dua puluh persen
hambatan pertumbuhan karena potensi tumbuh yang kurang karena kelainan
genetik atau kerusakan lingkungan. PJT tidak selalu KMK dan begitu sebaliknya
KMK yang disebabkan oleh PJT hanya mencapai 15 persen (Damanik, Sylviati,
2004)..
B. Klasifikasi PJT
a. Tipe I Simetris
Ukuran badannya secara proporsional kecil, gangguan pertumbuhan
terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan sering disebabkan oleh
kelainan kromosom atau infeksi. Jika terjadi pada awal kehamilan saat
hiperplasia, jumlah sel berkurang secara permanen dan memiliki prognosis
buruk. Penampilan klinisnya proporsional dengan gangguan yang sama pada
panjang dan beratnya sehingga indeks ponderal normal (Wiknojosastro, 2005).
b. Tipe II Asimetris
Ukurannya badannya tidak proporsional, gangguan pertumbuhan janin
terjadi pada kehamilan trimester III, dan sering disebabkan oleh insufisiensi
plasenta. Jika gangguan terjadi pada kehamilan lanjut saat hipertrofi, ukuran
selnya berkurang, dan prognosis lebih baik. Lingkaran perut janin dengan

gangguan ini berukuran kecil dengan skeletal dan kepala normal sehingga
indeks ponderal abnormal (Wiknojosastro, 2005).
C. Faktor Risiko PJT
1. Lingkungan sosioekonomi rendah
2. Riwayat PJT dalam keluarga
3. Riwayat Obstetri yang buruk
4. Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan rendah
5. Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
6. Komplikasi medik dalam kehamilan (Oxorn, 2003).
Faktor-faktor risiko PJT yang terdeteksi sebelum hamil:
1. Riwayat PJT sebelumnya
2. Riwayat Penyakit Kronis
3. Riwayat APS (Antiphospholipid Syndrome)
4. Indeks Massa Tubuh rendah
5. Maternal Hipoksia (Oxorn, 2003).
Faktor Faktor risiko PJT yang terdeteksi selama kehamilan
1. Peninggian MSAFP/Hcg
2. Riwayat makan obat-obatan tertentu (Coumarin, hydantoin)
3. Perdarahan pervaginam
4. Kelainan plasenta
5. Partus prematurus
6. Kehamilan ganda
7. Kurangnya pertambahan berat badan selama kehamilan (Oxorn, 2003).

D. Etiologi
a. Maternal : hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung sianosis, DM kelas
lanjut, hemoglobinopati, penyakit autoimun, malnutrisi, merokok, narkotik,
kelainan uterus, trombofili.
b. Plasenta dan tali pusat : sindroma twin-twin transfusion, kelainan plasenta,
solusio plasenta kronik, plasenta previa, kelainan insersi tali pusat, kelainan
tali pusat, kembar.
c. Infeksi : HIV, cytomegalovirus, rubella, herpes, toksoplasmosis, sifilis.
d. Kelainan Kromosom/ genetic : trisomi 13, 18, dan 21, triploidi, sindrom
turner, penyakit metabolik (Wiknojosastro, 2005; Mandruzzato, 2008).
IUGR atau PJT dicurigai atau didiagnosis jika terdapat janin kecil
namun, sehat atau merupakan konsekuensi dari berbagai kondisi. Kondisi
abnormal tersebut antara lain dapat berupa kondisi maternal seperti hipertensi
7

kronik, pre-gestasional diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyalahgunaan


senyawa tertentu, kondisi autoimun, dan lain-lain. Kondisi fetal dapat berupa
infeksi, malformasi, aberasi kromosom, dan lain-lain. Kondisi plasenta dapat
berupa chorioangioma, plasenta sirkumvalata, confined placenta mosaicsm,
vaskulopati obliteratif pada pijakan plasenta, dan lain-lain. Etiologi tersering
adalah berasal dari kondisi plasenta (Mandruzzato, 2008). Adapun yang
merincinya lebih banyak yaitu menurut Peleg et al. (1998) pada tabel 1.

Tabel 1. Etiologi Intrauterine Growth Restriction


Etiologi PJT atau IUGR
Insufisiensi Plasenta
Peningkatan kadar alpha- fetoprotein maternal
Idiopatik
Preeklampsia
Penyakit Kronik Maternal
Pneyakit kardiovaskuler
Diabetes
Hipertensi
Plasentasi Abnormal
Abruptio placentae
Placenta previa
Infark
Circumvallate placenta
Placenta accreta
Hemangioma
Kelainan Genetik
Riwayat keluarga
Trisomi 13, 18 and 21
Triploidi

Turner's syndrome (beberapa kasus)


Malformasi janin
Imunologik
Antiphospholipid syndrome
Infeksi
Cytomegalovirus
Rubella
Herpes
Toxoplasmosis
Metabolik
Phenylketonuria
Malnutrisi
Penyalahgunaan obat (obat, rokok, alkohol)
Multiple gestation
Status Ekonomi rendah

(Dikutip dari : Plege et al., 1998).

E. Diagnosis
Diagnosis suspek PJT dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di
bawah ini:
a. TFU 3 cm atau di bawah normal
b. Pertambahan berat badan < 5 kg pada UK (usia kehamilan) 24 minggu atau <
c.
d.
e.
f.
g.

8 kg pada UK 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)


Estimasi berat badan < 10 persentil
HC/AC > 1
AFI (amniotic fluid index) 5 cm atau kurang
Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3
Ibu merasa gerakan janin berkurang (Damanik, Sylviati, 2004 ; Manning,
2011).
Diagnosis PJT dapat dilihat dari berat badan yang kurang dari 10 persentil.

Hal ini dapat diajukan pada grafik pertumbuhan janin pada gambar 2 (Peleg,
1998).

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Janin (Dikutip dari: Peleg et al.,


1998).
F. Cara Diagnosis
a. Palpasi : akurasi pemeriksaan ini terbatas dan membutuhkan pemeriksaan
biometri janin
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) akurasi pengukuran untuk mendeteksi
janin KMK terbatas dengan sensitivitas 56-86 persen dan spesifisitas 80-93
persen. Pengukuran TFU serial dapat meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas pengukuran TFU.
c. Estimasi berat janin atau estimation of fetal weight (EFW) dan abdominal
circumference (AC) lebih akurat untuk diagnosis KMK.
d. Pengukuran volume air ketuban, Doppler, kardiotokografi (KTG) dan
(biopyhisic score) BPS lemah dalam mendiagnosis PJT (Damanik, Sylviati,
2004).
G. Pemantauan Fungsional Janin
a. Penilaian volume air ketuban
Penilaian ini menggunakan USG secara semikukuantitatif dengan skor
4

kuadran

atau

pengukuran

diameter

vertikal

kantong

amnion

terbesar.Volume normal tidak menyingkirkan PJT. PJT yang disertai


oligohidramnion akan meningkatkan angka kematian perinatal 50 kali lebih
tinggi yang dianggap sebagai indikasi terminasi kehamilan pada janin viabel.
b.
c.

AFI < 5 cm dan diameter kantong < 2 cm memiliki


Penilaian kesejahteraan janin
Kesejahteraan janin dinilai dengan mengukur profil biofisik
Pengukuran Doppler Velocimetry
10

d.
e.

Pemeriksaan pembuluh darah arteri (Doppler)


Pemeriksaan pembuluh darah vena (Doppler) (Himpunan Fetomaternal

f.

POGI, 2006).
Non stress test (Manning, 2011).
Non stress test dapat dilakukan jika terjadi perubahan pola gerak atau

gerakan janin yang tidak biasa, saat plasenta dicurigai tidak berfungsi adekuat,
dan dalam keadaan risiko tinggi. Tes ini menggunakan kardiotokografi. Cara
melakukannya adalah dengan memasangkan sabuk untuk mendengar denyut
jantung janin (Djj) dan satu buah lagi untuk mengukur kontraksi. Gerakan,
denyut jantung, dan reaktivitas jantung dari adanya gerakan diukur dalam 20-30
menit. Jika janin tidak bergerak, tidak selalu terdapat masalah, mungkin janin
tidur. Penggugah dapat dilakukan pada janin untuk membangunkan janin.Tes ini
umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas (Manning,
2011).
H. Profil Biofisik (biophysic score)
Kesejahteraan janin dapat dinilai dengan menggunakan skor biofisik.
Pemeriksaan ini menggunakan alat bantu ultrasonografi. Skor biofisik memiliki 4
komponen yaitu : gerakan napas janin, gerakan anggota tubuh janin dan tonus
otot janin, denyut jantung janin reaktif dengan NST, dan pengukuran volume
cairan amnion semikuantitatif. Penilaian ini dilakukan dalam 20-30 menit. Skor
yang dapat dihasilkan memiliki rentang 0-10 (Manning, 2011).
Gerakan janin dinilai dari gerakan satu episode fleksi dan ekstensi anggota
gerak atau gerakan tulang belakang. Gerakan napas dinilai dari gerakan dada
dalam inspirasi dan ekspirasi atau gambaran mengembang dan menguncup badan
janin (rongga dada). Volume cairan amnion atau amniotic fluid volume secara
semi kuantitatif adalah dengan mengukur jarak vertikal kantong gestasi ke fetus
di keempat kuadran uterus kemudian dijumlahkan. Umbilicus menjadi tolak ukur
pembagi uterus. Jika jumlahnya kurang dari 5 cm, hasilnya merupakan
oligohidramnion (Manning, 2011). Pemeriksaan ini dapat dinilai dengan
ketentuan pada tabel 2 berikut ini.

11

Tabel 2. Skor Biofisik Janin


Variabel Biofisik
FBM (fetal body
movement)/gerakan
napas janin

Normal (skor=2)
Sedikitnya 1 episode (inspirasi dan
ekspirasi) gerakan napas selama 30
detik dalam observasi selama 30 menit

Abnormal (skor=0)
Tidak ada gerakan atau episode
yang > 30 detik dalam 30 menit

Gross
Body
movement / gerakan
tubuh janin

Sedikitnya 3 gerakan tubuh atau


anggota gerak terpisah dalam 30 menit
(gerakan aktif berlanjut dianggap sama
dengan gerakan-gerakan tunggal)

Dua atau kurang dari episode


tubuh/anggota gerak dalam 30
menit

Tonus janin

Sedikitnya 1 episode ekstensi aktif dan


kembali ke fleksi dari anggota-anggota
gerak janin atau trunkus; gerakan
membuka dan menutup tangan juga
dianggap

Baik ekstensi lambat dengan


pengembalian setengah fleksi atau
gerakan anggota gerak dengan
ekstensi penuh; tidak adanya
gerakan janin

Denyut jantung janin


reaktif (DJJ) reaktif
atau reactive fetal
heart
rate
(NST
reaktif)
Volume
Cairan
Amnion
Kualitatif
atau amniotic fluid
volume qualitative

Sedikitnya 2 episode akselerasi >15 kali


per menit dan sedikitnya 15 detik saat
terdapat gerakan janin dalam 30 menit

Kurang dari 2 episode akselerasi


dari DJJ atau akselerasi < 15 kali
per menit

Sedikitnya 1 jarak kantong yang diukur


minimal berjarak 2 cm pada 2 bidang
perpendikuler

Baik tidak ada gambaran jarak


kantong atau jarak kantong < 2 cm
pada 2 bidang perpendikuler

(Dikutip dari: Manning, 2011).


BPS atau tes biofisik ini dilakukan untuk menentukan adanya kemungkinan
asfiksia janin. BPS dilakukan tergantung indikasi ibu maupun janin. Tes ini dilakukan
hanya jika telah mencapai usia kehamilan yang mungkin diintervensi atau pada pusatpusat yang memungkinkan penanganan janin setelah lahir, umumnya setelah janin
berusia 26 minggu. Tes ini umumnya tidak dilakukan hingga terdapat gambaran klinis
baik dari maternal (seperti pre-eclampsia) atau janin (seperti IUGR). Pada kehamilan
dengan diabetes, tes ini dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu (diabetes kelas I)
dan pada usia 32 minggu (diabetes gestasional) meskipun tidak ada tanda komplikasi.

12

Tabel 3 menerangkan berbagai interpretasi hasil tes biofisik janin beserta


rekomendasi manajemen kasus tersebut (Manning, 2011).

Tabel 3. Interpretasi Skor Profil Biofisik Janin dan Rekomendasi Manajemen


Klinis
Skor Hasil Tes
10/10; 8/10 (cairan
normal); 8/8 tanpa
NST
8/10 (cairan
abnormal)

Interpretasi
Sangat jarang risiko
asfiksia janin

Manajemen
Intervensi pada obstetri saja dan
faktor ibu, tidak ada indikasi janin

Kemungkinan kelainan
kronis pada janin

6/10 (cairan cukup)

Equivocal test, ada


kemungkinan janin
asfiksia
Mungkin janin asfiksia

Tentukan adanya kelainan fungsi


jaringan ginjal dan keintakan
ketuban; Jika ya, lahirkan sesuai
indikasi janin
Jika usia janin matang, lahirkan;
jika imatur, ulangi tes dalam 24
jam, jika <6/10, lahirkan
Lahirkan karena indikasi janin

6/10 (cairan
abnormal)
4/10
2/10
0/10

Kemungkinan asfiksia
lebih besar
Hamper pasti asfiksia
Janin pasti asfiksia

Lahirkan karena indikasi janin


Lahirkan karena indikasi janin
Lahirkan karena indikasi janin

(Dikutip dari : Manning, 2011)


I. Dampak PJT
Morbiditas perinatal yang mungkin terjadi antara lain prematuritas,
oligohidramnion, DJJ yang abnormal, peningkatan angka seksio sesaria, asfiksia
intrapartum, skor APGAR rendah, hipoglikemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia, hipotermia, apneu, kejang, dan infeksi. Mortalitas perinatal
dapat terjadi dengan pengaruh beberapa faktor antara lain derajat keparahan PJT,
saat terjadinya PJT, umur kehamilan dan penyebab dari PJT. Pola kecepatan
pertumbuhan bayi KMK bervariasi. Pertumbuhan tinggi badan dan berat bayi
preterm KMK yang PJT lebih tertinggal dibandingkan dengan bayi preterm
appropriate for gestasional age (AGA) yang tidak PJT.

13

J. Manajemen PJT

Gambar 2.

Pengelolaan PJT (Dikutip dari : Peleg et al., 1998).

14

PERIODONTITIS
A. Definisi
Periodontitis adalah peradangan pada jaringan yang menyelimuti gigi dan akar
gigi. Secara umum periodontitis terbagi atas 2 jenis yaitu:
1. Periodontitis marginal
Periodontitis marginali berkembang dari gingivitis (peradangan atau
infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah
bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan
periodontal (Haritha et al, 2010).
2. Apikal periodontitis
Periodontitis apikalis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan
sekitar apeks gigi yang biasanya merupakan lanjutan dari infeksi atau
peradangan pada pulpa (Haritha et al, 2010).
B. Etiologi
Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis
biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini
melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak
yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di
atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga
terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis (Stefano et al, 2010).
Keadaan gigi yang tidak beraturan, ujung tambahan yang kasar dan alatalat yang kotor berada di mulut (alat ortodontik, gigi tiruan) dapat mengiritasi
gusi dan meningkatkan faktor resiko. Serta kesalahan cara menyikat gigi juga
yang dapat mempengaruhinya (Stefano et al, 2010).
C. Manifestasi klinis
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan

15

2. Poket
3. Resesi gingival
4. Mobilitas gigi
5. Nyeri
6. Halitosis dan rasa tidak enak (Haritha et al, 2010).
D. Pemeriksaan
1.

Inflamasi gingiva dan pendarahan


Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada statu
kebersihan mulut; bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi
pendarahan waktu penyikatan atau bahkan pendarahan spontan. Bila
penyikatan gigi pasien cukup baik, plak cukup terkontrol tetapi ada deposit
subgingiva karena skaling yang kurang adekuat, adnya penyakit periodontal
mungkin tidak ditemukan pada pemeriksaan superfisial.bila dilakukan
pemeriksaan riwayat dengan cermat pasien sering melaporkan riwayat
pendarahan dimasa lalu yang berhenti ketika ia makin rajin membersihkan
giginya (Haritha et al, 2010).

2.

Poket
Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari
diagnosis periodontal tetapi harus tetap diinterpretasikan bersama dengan
inflamasi gingiva dan pembengkakan. Teoritis, bila tidak ada pembengkakan
gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke
apikal dari epiteluim krevikular, tetapi pembengkakan inflamasi sangat sering
mengenai individu muda usia sehingga poket sedalam 3-4mm dapat
seluruhnya merupakan poket gingiva atau poket palsu (Stefano et al, 2010).

3.

Resesi gingival
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat meyertai periodontitis kronis
tetapi tidak selalu merupakan tanda dari penyakit. Bila ada resesi, pengukuran
kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari kerusakan
periodontal seluruhnya (Stefano et al, 2010).

16

4. Mobilitas gigi
Beberapa mobilitas gigi pada bidang labiolingual dapa terjadi pada
gigi yang sehat, berakar tunggal, khususnya pada gigi insisivus bawah yang
lebih kecil mobil daripada gigi berakar jamak (Haritha et al, 2010).
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang
bersangkutan dengan alat atau ujung jari dengan ujung jari lainnya pada sisi
gigi yang berseberangna dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik
pedoman sehingga gerakan realtif dapat diperiksa. Cara lain untuk memeriksa
mobilitas (walaupun tidak megukurnya) adalah dengan pasien mengoklusikan
gigi-geliginya (Haritha et al, 2010).
5. Derajat mobilitas gigi dapat dikelompokkan ke dalam 3 grade yaitu :
a. Grade 1. Hanya dirasakan
b. Grade 2. Mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mm
c. Grade 3. Pergeseran labiolingual lebih dri 1 mm, mobilitas dari gigi ke
atas dan kebawah pada arah aksial (Stefano et al, 2010).
6. Nyeri
Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi
aktif dari jaringan penopang, yang paling akut bila ada pembentukan abcess
dimana gigi sangan sensitif terhadap sentuhan. Sensitivitas terhadap dingin
atau panas dan dingin kadang ditemukan bila ada resesi gingiva dan
terbukanya pulpa (Stefano et al, 2010).
E. Diagnosis
Diagnosis periodontitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran
klinik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan gejala berupa
gusi mudah berdarah, gigi goyang. Dari pemeriksaan penunjang untuk
memastikan bakteri penyebab dapat dilakukan kultur, dan untuk pemeriksaan
radiologis, gambaran radiologik pada gigi yang mengalami kelainan

17

periondontium biasa memperlihatkan kehilangan tulang yang menyeluruh


baik vertikal maupun horizontal sepanjang permukaan pada ketinggian yang
berbeda-beda atau tampak gambaran destruksi processus alveolaris berbentuk
V (cup like resorption) (Ulfah et al, 2010).
F. Penatalaksanaan
1. Skaling dan root planning
Skaling subginggiva adalah metode paling konservatif dari reduksi
poket dan bila poket dangkal, merupakan satu-satunya perawaan yang perlu
dilakukan. Meskipun demikian, bila kedalaman poket 4 mm atau lebih,
diperlukan perawatan tambahan. Hal yang paling sering adalah root planing
dengan atau tanpa kuretase subginggiva (Haritha et al, 2010).
Skaling adalah suatu tindakan pembersihan plak gigi,kalkulus dan
deposit-deposit lain dari permukaan gigi. Penghalusan akar dilakukan untuk
mencegah akumulasi kembali dari deposit-deposit tersebut. Tertinggalnya
kalkulus

supragingival

maupun

kalkulus

subgingival

serta

ketidak

sempurnaan penghalusan permukaan gigi dan akar gigi mengakibatkan mudah


terjadi rekurensi pengendapan kalkulus pada permukaan gigi (Ulfah et al,
2010).
2. Antibiotik
Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi
dan jaringan di bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri
juga sangat penting. Obat pilihan adalah tetrasiklin, tetapi akhir-akhir ini obat
yang mengandung metronidazol dibuktikan sangat efektif terhadap bakteri
patogen periodontal. Pengalaman klinik menunjukkan bahwa metronidazol
dikombinasikan

dengan

amoksisilin

sangat

efektif

untuk

perawatan

periodontitis lanjut dan hasilnya memuaskan (Ulfah et al, 2010).


3.

Antiseptik kumur
Terutama yang sering digunakan pada saat sekarang adalah
chlorhexidin atau heksitidin yang telah terbukti efektif dalam meredakan

18

proses peradangan pada jaringan periodontal dan dapat mematikan bakteri


patogen periodontal serta dapat meghambat terbentuknya plak (Ulfah et al,
2010).
4. Bedah periodontal
Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan
akan jauh lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman
poket tidak berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang
disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius
lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan
perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur
yang meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran
dan jaringan yang meradang di bawahnya (Ulfah et al, 2010).
5. Ektraksi gigi
Bila kegoyangan gigi parah atau didapatakan gangren pulpa, maka
dilakukan ektraksi gigi (Ulfah et al, 2010).

19

BAB III
KASUS
A. Identitas
Nama

: Ny. R

Usia

: 25 tahun

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Suku/bangsa

: Jawa

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Margasana RT 02/RW02 Jatilawang, Banyumas

Nama Suami

: Tn. K

Agama

: Islam

Suku/bangsa

: Jawa

Pekerjaan

: Buruh Tani

Alamat

: Margasana RT 02/RW02 Jatilawang, Banyumas

Nomor CM

: 864798

Masuk RSMS

: 29 Februari 2012/ Pukul 18.00 WIB

B. Anamnesis
(Dilakukan secara auto dan alloanamnesis tanggal 29 Februari 2012/ Pukul
18.10 WIB)
1. Keluhan utama : Kenceng-kenceng
2. Keluhan Tambahan
: pengeluaran lendir darah dari jalan lahir
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan surat pengantar PKM Jatilawang dengan
keluhan kencang-kencang sejak pukul 12.00 (29/2/12), kencang-kencang
pada awalnya tidak teratur, bervariasi antara 1-2 kali kontraksi dalam 10
menit, namun dalam 2 jam terakhir sebelum masuk RSMS terasa sering,
kira-kira terasa tiga kali kontraksi selama 15-20 detik dalam waktu 10 menit.
Pasein mengaku terdapat pengeluaran lendir darah pukul 15.00 (29/2/12),
20

pengeluaran lendir darah ini terutama setelah terasa adanya kencengkenceng, pasien menyangkal pengeluaran air dari jalan lahir. Pasien tidak
mengeluhkan lemah, letih dan lesu. Pada lampiran surat pengantar terdapat
penulisan hasil USG berupa suspek IUGR (USG dilakukan pada saat ANC di
RS 2 minggu sebelum masuk RSMS 14 Februari 2012), namun pasien tidak
membawa hasil USG.
Pada anamnesis lanjutan, pasien mangaku memiliki masalah pada
mulutnya yaitu nyeri pada gigi sejak 1 tahun terakhir ini yang disertai
dengan gusi mudah berdarah terutama jika saat gosok gigi, gigi goyang dan
bau mulut. Pasien tidak pernah memeriksakan giginya ke dokter gigi. Untuk
kebiasaan menggosok gigi, pasien hanya melakukan setiap mandi saja yaitu
2 kali sehari. Pasien tidak pernah menggosok gigi setelah makan dan
sebelum tidur.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit Jantung
: disangkal
b. Penyakit Paru
: disangkal
c. Penyakit Diabetes Melitus
: disangkal
d. Penyakit Ginjal
: disangkal
e. Penyakit Hipertensi
: disangkal
f. Riwayat Alergi
: disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Penyakit Jantung
: disangkal
b. Penyakit Paru
: disangkal
c. Penyakit Diabetes Melitus
: disangkal
d. Penyakit Ginjal
: disangkal
e. Penyakit Hipertensi
: disangkal
f. Riwayat Alergi
: disangkal
6. Riwayat Menstruasi
a. Lama haid
: 7 hari
b. Siklus haid
: teratur
c. Dismenorrhe
: tidak ada
d. Jumlah darah haid
: normal (sehari ganti pembalut 2-3 kali)
7. Riwayat Menikah
Pasien menikah sebanyak satu kali selama satu tahun.
8. Riwayat Obstetri
G1P0A0: Hamil ini, HPHT 7 Mei 2011, HPL14 Maret 2012
Usia kehamilan 38 minggu
9. Riwayat Antenatal Care

21

Pasien kontrol kehamilan teratur ke bidan puskesmas. Pada


Trimester I pasien kontrol sebanyak satu kali per bulan, Trimester II pasien
kontrol dua kali per bulan, Trimester III pasien kontrol sebanyak satu kali
per minggu.
10. Riwayat KB
Pasien tidak pernah menggunakan KB dalam bentuk apapun
sebelumnya.
11. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Operasi
: tidak ada
b. Riwayat Kuret
: tidak ada
c. Riwayat Keputihan
: tidak ada
12. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai
buruh tani. Kesan sosial ekonomi keluarga adalah golongan menengah ke
bawah. Pasien menggunakan fasilitas Jaminan Persalinan (Jamkesmas)
dalam masalah kontrol kehamilan dan persalinan.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign

Tinggi Badan
Berat Badan
Status Generalis
1. Pemeriksaan kepala
a. Bentuk kepala
b. Mata

: Baik
: GCS E4M6V5 ( Compos Mentis)
: TD : 130/80 mmHg
N
: 72x/menit
RR : 20 x/menit
S
: 36,40C
: 150 cm
: 58 kg

: mesocephal, simetris
: simetris, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,

refleks pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm, edema palpebra -/c. Telinga
: discharge -/d. Hidung
: discharge -/-, nafas cuping hidung -/e. Mulut
: halitosis (+), sianosis (-), lidah kotor -/-

22

f. Gigi

: hiperemis gingiva (+), plaq (+), resesi gingival (+),

abses gingiva (-), mobilitas gigi/mudah bergoyang (+), nyeri (+)


2. Pemeriksaan leher
a. Trakea
: deviasi (-)
b. Gld Tiroid: tidak teraba pembesaran
c. Limfonodi Colli : tidak teraba pembesaran
d. JVP
: tidak terlihat
3. Pemeriksaan Toraks
a. Paru
Inspeksi : dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi intercosta (-),
pulsasi epigastrium (-), pulsasi parasternal (-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan = paru kiri, Ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
: SD vesikuler, RBH -/-, RBK -/-, Wh -/b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi : ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS, kuat angkat
(-)
Perkusi : batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi: S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)
4. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: cembung gravid membujur, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) N, Djj (+) (11-12-12)
Perkusi
: pekak (+), pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
5. Pemeriksaan ekstermitas
Superior
: edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis -/Inferior
: edema (+/+), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis -/-

Status Lokalis (Obstetri)

23

1. Abdomen
a. Inspeksi : Cembung gravid membujur
b. Palpasi : TFU 27 cm, Taksiran berat : (27-12)x155= 2325 gram
Leopold I
: teraba bagian bulat lunak kecil
Leopold II
: teraba tahanan memanjang di sisi kiri ibu
teraba bagian-bagian kecil di kanan ibu
Leopold III : teraba satu bagian bulat keras, melenting
belum masuk PAP
c. Perkusi : pekak
e. Auskultasi
: DJJ (+) 12-12-11
2. Status Genitalia
a. Inspeksi
Vulva : tidak edema tidak ada tumor, ulkus, eritema, sebaran rambut
pubik merata sampai ke tepi rambut simpisis.
Urethra : tenang
Introitus vagina : lendir darah (+)
b. Palpasi
Vulva vagina tidak ada kelainan, nyeri tekan tidak ada
c. Vaginal Toucher
Dinding vagina licin tidak ada kelainan, porsio tebal, lunak, posisi ke
posterior, pembukaan 2 cm, kulit ketuban (+), kepala janin di H1
D. Diagnosis
G1P0A0, 25 tahun, Umur Kehamilan 38 mg, Janin Tunggal Hidup Intra Uteri,
presentasi kepala punggung kiri, Inpartu kala 1 fase laten, suspek IUGR dengan
ibu menderita periodontitis

E. Plan
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Pengawasan kesejahteraan ibu dan janin dengan melakukan pemeriksaan
tanda vital, denyut jantung janin (DJJ), his, pembukaan setiap 4 jam
F. Hasil pemeriksaan penunjang
Lab 29/02/2012
Darah lengkap
Hb

: 12,1 g/dl

(12-16 g/dl)

Leukosit : 13200/ul

(4800-10800/ul)

Ht

( 37-47 %)

: 36 %

24

Eritrosit : 4,5/ul

( 4,2-5,4/ul)

Trombosit : 214.000/ul

( 150.000-450.000/ul)

MCV

: 85 fL

( 79-99 fL)

MCH

: 28,3 pg

( 27-37 pg)

MCHC

: 33,2 %

( 33-37%)

RDW

: 14,1 %

( 11,5-14,5 %)

MPV

: 9,9 fL

(7,2-11,1 fL)

Hitung jenis
Basofil

: 0,2 %

(0-1%)

Eosinofil : 0,1 %

(2-4%)

Batang

: 0,00 %

(2-5%)

Segmen

: 83,2 %

(40-70%)

Limfosit : 10,9 %

(25-40%)

Monosit : 5,6%

(2-8%)

PT

: 11,5

(11,5-15,5)

APTT

: 30

(30-40)

G. Sikap
Pukul 19.00 WIB, menerima pasien dari VK IGD. Pada pemeriksaan didapatkan :
TD : 130/80 N : 80 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36, 5 0C
TFU 27 cm, Taksiran berat : (27-12)x155= 2325 gram
Leopold I
: teraba bagian bulat lunak kecil
Leopold II
: teraba tahanan memanjang di sisi kiri ibu
teraba bagian-bagian kecil di kanan ibu
Leopold III : teraba satu bagian bulat keras dan belum masuk PAP
VT : Pembukaan 2 cm, effacement 40 %, ketuban utuh
Teraba bagian bawah janin : kepala janin, penurunan Hodge I
Tindakan selanjutnya adalah kesejahteraan ibu dan janin dengan mengamati
tanda vital, DJJ, his serta pembukaan (setiap 4 jam).
Tanggal

Vital sign

His

VT

Diagnosis

Tindakan

25

29-2-12
19.00

TD 130/80
N 80
R 20
S 36.5

3x durasi
15-20
dalam 10
menit

2
KK (+)
Kepala HI
Effacement
40 %

DJJ
11-11-11

20.00

21.00

22.00

23.00

00.30

TD 130/80
N 72
R 20
S 36.5
DJJ
11-11-11
TD 120/80
N 60
R 20
S 36.5
DJJ
12-12-12
TD 120/80
N 72
R 20
S 36.5
DJJ
12-11-12
TD 130/80
N 80
R 20
S 36.5
DJJ
11-11-12
TD 130/80
N 88
R 20
S 36.5

G1P0A0,
25
tahun,
Umur
Kehamilan
38
mg,
Janin
Tunggal
Hidup
Intra
Uteri,
presentasi kepala
punggung
kiri,
Inpartu kala 1
fase laten, suspek
IUGR dengan ibu
menderita
periodontitis

Pasang infuse RL
Dilakukan tes ampicillin,
reaksi
(-)
diberikan
Ampicillin 1gr IV
Observasi
kesejahteraan
janin dan ibu (vital sign,
DJJ) setiap jam
Pantau setiap 4 jam

3x durasi
15-20
dalam 10
menit

Observasi
kesejahteraan
janin dan ibu (vital sign,
DJJ) setiap jam

3x durasi
15 dalam
10 menit

Observasi
kesejahteraan
janin dan ibu (vital sign,
DJJ) setiap jam

2x durasi
10 dalam
10 menit

Observasi
kesejahteraan
janin dan ibu (vital sign,
DJJ) setiap jam

2x durasi
10 dalam
10 menit

5
KK (+)
Kepala HII
Effacement
60 %

Inpartu kala I fase


aktif

His kurang adekuat


Diberikan drip oksitosin
mulai 8 tpm
Pantau VS, DJJ

3x durasi
10 dalam
10 menit

Drip oksitosin dinaikkan


menjadi 12 tpm
Pantau VS, DJJ

DJJ
12-12-12
1-3-12
00.00

TD 130/80
N 88
R 20

3x durasi
15 dalam
10 menit

Drip oksitosin dinaikkan


menjadi 16 tpm

26

S 36.5

00.30

DJJ
12-11-12
TD 130/80
N 88
R 20
S 36.5

Pantau VS, , DJJ

3x durasi
15 dalam
10 menit

Drip oksitosin dinaikkan


menjadi
20 tpm
+
pertahankan hingga his
adekuat

DJJ
Pantau VS, , DJJ
11-11-12
Pada pukul 01.30 pasien merasakan terdapat pengeluaran cairan dari jalan lahir kemudian dilakukan
pemeriksaan sebagi berikut
01.30
TD 130/80
3 x durasi 8
Ketuban pecah
Observasi
kesejahteraan
N 88
20 dalam KK (-)
Inpartu kala I fase janin dan ibu (vital sign,
R 20
10 menit
Kepala
aktif
DJJ) setiap jam
S 36.5
HIII
Effacement
Mempersiapkan persalinan
DJJ
80 %
pervaginam
11-11-12
02.30
TD 130/80
3-4
x
N 88
durasi 20
R 20
dalam 10
S 36.5
menit

03.00

03.30

03.45

DJJ
11-11-12
TD 130/80
N 88
R 20
S 36.5
DJJ
11-12-12
TD 130/80
N 88
R 20
S 36.5

TD 130/80
N 88
R 20
S 36.5

4 x durasi
20 dalam
10 menit

lengkap,
H III+

Persiapan
kala II

untuk

Bayi lahir, Apgar score 6-7-8


Bayi lahir, hidup, laki-laki
BB : 2000 gr
PB : 45 cm
LK : 29 cm
LD : 30 cm
Anus +
Kelainan
Plasenta lahir spontan lengkap
Kontraksi uterus keras
Eksplorasi cavum uteri bersih
Perineum episiotomi , Perdarahan +- 200 cc

Pimpin mengejan sambil


miring ke kiri
Edukasi cara meneran

Injeksi oksitosin 10 IU
IM.
Bayi dirawat di NICU
R.melati

periksa robekan pada jalan


lahir, tindakan penjahitan
luka
episiotomy,
pengawasan 2 jam post
partum
meliputi
pemeriksaan tanda vital,
TFU dan konsistensi, serta
pengawasan
akan
terjadinya pendarahan post
partum.

27

Pengawasan 2 jam post partum


Pukul
04.00

Tekanan
darah
(mmHg)
130/80

Nadi
(kali/m
enit)
84

RR
(kali/m
enit)
24

Suhu
(derajat
celcius)
36,3

TFU dan
konsistensi

VU

PPV

Keras, 3 jari di
bawah pusat

Kosong

36,3

Keras, 3 jari di
bawah pusat

Kosong

24

36,3

Keras, 3 jari di
bawah pusat

Kosong

80

20

36,4

Keras, 3 jari di
bawah pusat

120/80

84

20

36,4

Keras, 3 jari di
bawah pusat

Kosong

120/80

84

20

36,5

Keras, 3 jari di
bawah pusat

Kosong

+ dalam
batas
normal
+ dalam
batas
normal
+ dalam
batas
normal
+ dalam
batas
normal
+ dalam
batas
normal
+ dalam
batas
normal

04.15

130/80

84

24

04.30

130/80

80

05.00

130/80

05.30
06.00

Kosong

Keterangan : RR = Respiratory Rate, TFU = Tinggi Fundus Uteri


VU = Vesika urinaria, PPV = Pendarahan pervaginam

Catatan Perkembangan Pasien di Bangsal


Tanggal
1 Maret 2012

S
Nyeri
di
daerah
jalan lahir

O
- Ku/Kes : sedang/cm
- Vital sign:
TD : 130/80mmHg
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
T : 36,3oC
Thoraks :
Pulmo : SD vesikuler,
suara ronkhi basah halus
dan ronkhi basah kasar
(-/-), wheezing (-/-)
Cor: S1>S2 reguler,
Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus +
normal
Perkusi : timpani
Palpasi :
Nyeri tekan +, tinggi
fundus uteri 3 jari dibawah
pusat .

A
P1A0, Usia
25 tahun,
Post Partus
Spontan
dengan
BBLR

P
IVFD RL 20
tpm
Amoxicilin 3 x
500 mg
As.mefenamat
3x 500 mg
SF 1x1
Pengawasan
KU,VS,PPV,
TFU,ASI,BAB/
BAK.
Diet lunak
Mobilisasi

28

BAB: BAK: +
Flatus: -

2 Maret 2012

Tidak ada
keluhan

Genetalia eksterna: PPV


(+) Normal
- Ku/Kes : sedang/cm
- Vital sign:
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
T : 36,2oC
Thoraks :
Pulmo : SD vesikuler,
suara ronkhi basah halus
dan ronkhi basah kasar
(-/-), wheezing (-/-)
Cor: S1>S2 reguler,
Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus +
normal
Perkusi : timpani
Palpasi :
Nyeri tekan + , tinggi
fundus uteri 2 jari di
bawah pusat .

P1A0, Usia
25 tahun,
Post Partus
Spontan
dengan
BBLR

Aff infus
Terapi oral
dilanjutkan
Pengawasan
KU,VS,PPV,
TFU,ASI,BAB/
BAK.
Diet lunak
Mobilisasi
Persiapan
pulang :
memberikan
edukasi kepada
pasien
mengenai
mobilisasi,
pemberian ASI,
kontrol
kehamilan

BAB: +
BAK: +
Flatus: +
Genetalia eksterna: PPV
(+) Normal

29

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

PJT/IUGR
disertai KMK
Pasien Ny.R
PERIODONTITIS

BBLR

Skema 1. Kerangka Pemikiran Kasus Ny. R


Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram
negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung

30

gigi. Penyakit periodontal mempunyai potensi bakterimia terutama pada orang yang
mempunyai

plak,

kalkulus

dan

peradangan

gingiva.

Penyakit

periodontal

memudahkan proses patogenitas dan produk-produk radang berperan dalam


mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin melalui peredaran darah serta
berpengaruh pada sistem kardiovaskuler dan jaringan plasenta (Haritha et al, 2010).
Pada kasus Ny.R, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa
pasien ini menderita periodontitis. Pasien mengalami gangguan pada mulut selama 1
tahun seperti nyeri gigi, pendarahan pada gusi, gigi goyang serta bau mulut. Temuan
ini didukung dari pemeriksaan fisik berupa halitosis, hiperemis gingival, resesi
gingival, plaq, mobilitas gigi dan nyeri.
Karena pada pasien Ny.R ini terdapat faktor predisposisi periodontits
sebelum usia kehamilan 20 minggu maka pada kasus ini cenderung IUGR tipe
simetris. IUGR tipe simetris ini yaitu ukuran badannya secara proporsional kecil,
gangguan pertumbuhan terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan sering
disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi. Penampilan klinisnya proporsional
dengan gangguan yang sama pada panjang dan beratnya sehingga indeks ponderal
normal (Haritha et al, 2010).
Pada kasus Ny.R, pasien pernah memeriksakan kandungan dan dari hasil
USG didapatkan suspek IUGR. Pada pemeriksaan taksiran berat janin didapatkan
kemungkinan berat lahir adalah 2325 gram. Berat badan lahir sebenarnya adalah 2000
gram. Perhitungan taksiran berat janin berdasarkan rumus Johnson pada kasus ini
sedikit menyimpang dari berat badan sebenarnya. Masih kemungkinan terdapat
kesalahan baik yang disebabkan oleh kesalahan dari pihak pemeriksan maupun dari
sensitivitas rumus Johnson (tingkat kesalahan sebesar 20 %) (Damanik, Slyviati,
2008).
Pertumbuhan rata-rata janin di dalam rahim tidak sama karena faktor
pertumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keturunan, penyakit ibu, nutrisi
dan sebagainya. Oleh karena itu dilakukan penggolongan menggabungkan berat
badan lahir dan usia kehamilan sebagai berikut :
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau small for gestational age (SGA)

31

Bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra-uterin dengan


berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intrauterin (Damanik, Sylviati, 2008).
b. Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau appropriate for gestational age
(AGA)
Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai berat badan untuk masa
kehamilan yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam
grafik pertumbuhan intra-uterin (Damanik, Sylviati, 2008).
c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) atau large for gestational age (LGA)
Bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan
dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan
intra-uterin (grafik) (Damanik, Sylviati, 2008).

Grafik. Pertumbuhan intra-uterin

32

Jika berdasarkan grafik, maka pada usia kehamilan 38 minggu, berat badan
lahir seharusnya berada antara persentil ke-10 hingga 90 (antara 2400 gram hingga
3300 gram). Namun pada kasus Ny.R, berada di bawah persentil 10 sehingga
menunjukkan adanya pertumbuhan janin terhambat di mana berat janin kecil untuk
masa kehamilan. Untuk memastikan adanya PJT ini, seharusnya dilakukan
pemeriksaan USG ulang, karena pada hasil pemeriksaan hanya tertulis suspek IUGR.
Diharapkan dengan dilakukan USG ulang, terdapat hasil penilaian terhadap biofisik
janin (Manning, 2011).
Saat ini infeksi dipertimbangkan sebagai suatu penyebab utama dari bayi
berberat badan lahir rendah, berperan 30 persen hingga 50 persen dari keseluruhan
kasus. Mekanisme biologisnya yaitu keberadaan bakteri memicu aktivitas imunitas
yang dimediasi oleh sel yang menyebabkan dihasilkannya sitokin seperti interleukin
(IL-1 dan IL-6) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-) dan sintesis serta pelepasan
prostaglandin (terutama prostaglandin E2 (PGE2) (Siquera et al, 2007).
Kerusakan jaringan periodonsium disebabkan oleh aktivitas sel-sel imun
oleh komponen dinding sel dari mikroorganisme, seperti lipopolisakarida (LPS) yang
berpotensi merangsang produksi derivat enzim dari host, sitokin dan mediator proinflamasi lain yang menyebabkan kerusakan jaringan pendukung. Ditemukan empat
bakteri yang berhubungan dengan pematangan plak dan periodontitis progresif yaitu
Bacteroides

forsythus,

Porphyromonas

gingivalis,

Actinobacillus

actinomycetemcomitans dan Treponema denticola. Bakteri-bakteri tersebut ditemukan


lebih banyak jumlahnya pada ibu yang melahirkan bayi BBLR dibandingkan pada ibu
yang

melahirkan

bayi

normal.

Bakteri

tersebut

mampu

menghasilkan

lipopolisakarida, protein, dan sitokin pemicu peradangan dalam aliran darah. Bakteri
tersebut merupakan bakteri genital yang terdapat pada kasus kelahiran IUGR dengan
bakteri pada penyakit periodontal (Siquera et al, 2007; Stefano et al, 2010).
Melalui penelitian yang terbaru Stefano (2010) menganalisis sampel darah
yang diambil dari tali pusat janin untuk mengetahui keberadaan antibodi
Immunoglobulin M (Ig M) yang berfungsi untuk melawan patogen periodontal.
Melalui pemeriksaan bakteri pada sejumlah bayi dengan berat badan lahir rendah

33

ternyata 33,3% memperlihatkan hasil positif adanya Ig M, sedangkan Ig M pada bayi


yang berat badan lahirnya normal hanya terdeteksi sebanyak 17,9%. Dari 13 patogen
periodontal yang diikutsertakan dalam analisis, Ig M yang paling banyak ditemukan
adalah Ig M yang berfungsi untuk melawan Campylobacter rectus, P. Gingivalis dan
Fusobacterium nucleatum.
Menurut Stefano (2010), bakteri gram negatif anaerob pada periodontitis
progresif dapat menghasilkan lipopolisakarida. Sedangkan pada periodontitis kronis
mekanisme yang ditemukan adalah :
1. Perpindahan bakteri periodontal ke bagian plasenta janin
2. Aktivitas pemicu penyakit periodontal melepaskan lipopolisakarida bakteri ke
bagian plasenta janin
3. Aktivitas pemicu penyakit periodontal melepaskan mediator pro-inflamatori (IL1, IL-6, TNF, PGE2) ke bagian plasenta janin (Stefano et al, 2010).
Pada penelitian Ulfah (2010), didapatkan bahwa peradangan jaringan
periodonsium berperan sebagai faktor risiko pertumbuhan janin terhambat. Dalam hal ini
perpindahan produk bakteri terutama lipopolisakarida atau melalui perpindahan mediator
inflamasi (IL-1, IL-6, TNF, PGE2), lebih berpengaruh dibandingkan perpindahan
bakteri itu sendiri secara langsung melalui aliran darah.

Level PGE2 dan TNF


secara fisiologis
meningkat sesuai usia
kehamilan

Bakteri peridontal

Endotoksin

Aktivasi mediator
inflamasi : IL-6, PGE2,
THF, IL-1

Translokasi endotoksin
dan mediator inflamasi
ke membrane plasenta

34

Level PGE2 dan TNF


meningkat
(PGE2 dan TNF secara
fisiologis + PGE2 dan
TNF karena infeksi)

insufisiensi uteroplasenta

bayi normal

IUGR
BBLR

Skema 2. Patofisiologi Periodontitis dan IUGR, BBLR

Sebagai pembanding, penjalaran peradangan pada saluran genital dapat


terjadi walaupun tidak langsung pada janin dan plasenta. Dalam hal ini terjadi
perpindahan produk-produk bakteri seperti endotoksin khususnya lipopolisakarida
dan aktifitas hormon kehamilan yang memicu terjadinya peradangan (Ulfah et al,
2010). Namun pada pasien Ny.R ini tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada daerah
genital. Jadi kemungkinan pengaruh infeksi genital terhadap kehamilan pada pasien
ini bisa disingkirkan.

35

BAB V
KESIMPULAN
1.

Penyakit periodontal memudahkan proses patogenitas dan produk-produk radang


berperan dalam mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin melalui
peredaran darah serta berpengaruh pada sistem kardiovaskuler dan jaringan
plasenta

2.

Pada kasus Ny.R, terdapat faktor risiko periodontitis yang menyebabkan


pertumbuhan janin terhambat dan BBLR

3.

Jika berdasarkan grafik, maka pada usia kehamilan 38 minggu, berat badan lahir
seharusnya berada antara persentil ke-10 hingga 90 (antara 2400 gram hingga
3300 gram). Namun pada kasus Ny.R, berada di bawah persentil 10 sehingga
menunjukkan adanya pertumbuhan janin terhambat di mana berat janin kecil

36

untuk masa kehamilan. Untuk memastikan adanya PJT ini, seharusnya dilakukan
pemeriksaan USG ulang.

DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Sylviati M, 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.
Dalam :Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI : 11-30
Mandruzzato, G., A. Antsaklis, F. Botet, F.A. Chervenak, F. Figueras, A. Grunebaum,
et al. 2008. Intrauterine Restriction (IUGR). Journal of Perinatology
Medicine. 36 (2008) 277281.
Manning, F.A. 2011. Sonography in Obstetrics & Gynecology Principles and
Practice: Seventh EditionFetal Biophysical Profile Score: Theoretical
Considerations and Practical Application. Arthur Fleischer, Eugene Toy,
Wesley Lee, Frank A. Manning, Roberto Romero. San Francisco: McGrawHill companies. Hal.705-13.
Oxorn H., 2003. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
Yayasan Essentia Medica.

37

Peleg, D., C.M. Kennedy, S.K. Hunter. 1998. Intrauterine Growth Restriction:
Identification and Management. American Family Physician. The American
Academy
of
Family
Physician.
Available
from:
URL:http://www.aafp.org/afp/980800ap/peleg.html
Haritha Avula, Jayakumar Avula. 2010 Periodontal Infections and Adverse Pregnancy
Outcomes: The Oral HealthFetal Connection. Journal of Gynecologic
Surgery ; 11(01) :1-9
Siqueira FM, Cota LOM, Costa JE, Haddad JP, Lana J, Oliveira Costa. 2007.
Intrauterine Growth Restriction, Low Birth Weight, and Preterm Birth:
Adverse Pregnancy Outcomes and Their Association With Maternal
Periodontitis. Journal of Peridontology ; 78(12): 2266-2276
Stefano Corbella, Silvio Taschieri, Luca Francetti, Francesca De Siena, Massimo Del
Fabbro. 2010 Periodontal disease as a risk factor for adverse pregnancy
outcomes: a systematic review and meta-analysis of casecontrol studies.
Odontology; 56(2):1-5
Ulfah, Khairiyah. 2010. Hubungan Antara Periodontitis Dengan Kelahiran Bayi
Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Ditinjau Dari Aspek Destruksi
Periodontal. Universitas Sumatera Utara. [diakses 10 Maret 2012; 2 screens].
Available from URL : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25407
Wiknojosastro, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohardjo

38

Anda mungkin juga menyukai