Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejauh menyangkut ancaman militer dari luar, tidak diragukan bahwa peningkatan kemampuan militer
(modernisasi dan profesionalisasi) merupakan sa1ah satu pilihan. Namun, selain karena pertimbangan
ekonomi, peningkatan kekuatan militer selalu mengundang kecurigaan pihak 1ain, terutama jika hal itu
dilakukan dengan lebih banyak memberikan prioritas pada modernisasi senjata-senjata ofensif. Dalam
suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa menimbulkan dilema keamanan (security
dilemma) terutama jika upaya unilateral itu berupa penggelaran jenis senjata- senjata ofensif baru.
Pengembangan kekuatan militer yang mengarah pada non-provocative defense merupakan salah satu
pilihan strategis. Selain itu, di tengah gelombang interdependensi dalam kehidupan antarbangsa, suatu
negara tidak bisa mengamankan dirinya dengan mengancam orang lain. Upaya untuk membangun
keamanan, oleh karenanya, bergeser dari konsep security against menjadi security with. Apa yang
selama ini dikenal sebagai cooperative security, confidence building measures, dan preventive diplomacy
yang dilakukan secara bilateral, regiona1, global, maupun multilateral adalah sebagian dari berbagai
upaya menjawab persoalan ini.
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam
melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang
direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni
(orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari
keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini
dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara
yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu
penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut
bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas
moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini
sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1.2 Tujuan
Mengetahui tentang sistem pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertahanan Negara


Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri. Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini
dengan sistem pertahanan negara. Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)
diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan/atau
menjaga kepentingan-kepentingannya. Pertahanan nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan.
2.2 Definisi keamanan Negara
Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana "bebas dari segala
bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan". Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering
ditafsirkan dalam konteks ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Walter Lippmann merangkum
kecenderungan ini dengan pernyataannya yang terkenal: "suatu bangsa berada dalam keadaan aman selama
bangsa itu tidak dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang diaggapnya penting (vital) ...dan jika
dapat menghindari perang atau, jika terpaksa melakukannya, dapat keluar sebagai pemenang. Karena itu,
seperti kemudian disimpulkan Arnord Wolfers, masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah
membangun kekuatan untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu serangan. Dengan
semangat yang sama, kolom keamanan nasional dalam International Encyclopaedia of the Social Science
mendefinisikan keamanan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai internalnya dari
ancaman luar". Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dilemma keamanan (security dilemma) dan
dilemma pertahanan (defence di1emma). Istilah yang pertama, dilema keamanan, menggambarkan betapa
upaya suatu negara untuk meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam suasana
anarki internasional, membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan pertama pihak lain. Istilah
kedua, dilema pertahanan, menggambarkan betapa pengembangan dan penggelaran senjata baru maupun
aplikasi doktrinal nasional mungkin saja justru tidak produktif atau bahkan bertentangan dengan tujuannya
untuk melindungi keamanan nasional. Berbeda dari dilema keamanan yang bersifat interaktif dengan apa
yang [mungkin] dilakukan pihak lain, dilema pertahanan semata-mata bersifat non-interaktif, dan hanya
terjadi dalam lingkup nasional, terlepas dari apa yang mungkin dilakukan pihak lain.

2.3

Konsepsi Mengenai Pertahanan Dan Keamanan Negara

Konsep keamanan umumnya dilihat dari dua pendekatan, yaitu pendekatan


konvensional dan pendekatan komprehensif. Pendekatan konvensional melihat keamanan
dari dimensi state actor dengan respons instrumennya adalah militer. Konsep keamanan
dalam kajian tradisional ini mendefinisikan keamanan sebagai berikut, misal menurut
Giacomo Luciani, keamanan nasional boleh didefinisikan sebagai kemampuan bertahan dari
agresi asing (national security may be defined as the ability to withstand aggression from
abroad). Menurut Ian Bellany, keamanan itu sendiri adalah suatu kemerdekaan nisbi dari
perang, yang digabungkan dengan harapan yang tinggi bahwa kekalahan bukanlah sebagai
akibat dari perang manapun (Security itself is a relative freedom from war, coupled with a
relatively high expectation that defeat will not be a consequence of any war that should
occur). Kemudian menurut Waever, secara tradisional, dengan mengatakan keamanan, suatu
perwakilan pemerintah mendeklarasikan sebuah keadaan darurat, selanjutnya mengklaim
wewenang untuk menggunakan sarana apapun yang penting untuk menghadapi
perkembangan ancaman (traditionally, by saying security, a state representative declares an
emergency condition, thus claiming a right to use whatever means are necessary to block a
threatening development). Ketiga pakar di atas mendefinisikan keamanan dari sudut pandang
tradisional dengan melihat persoalan keamanan berfokus pada soal perang, negara, ancaman
eksternal dan respons instrumennya adalah militer.
Sementara pendekatan non-tradisional mendefinisikan term keamanan dalam pengertian
yang lebih luas. Definisi Perserikatan Bangsa-Bangsa misalnya bisa mewakili pengertian
tersebut, The concept of security must change from an exclusive stress on national security
to much greater stress on people security, from security through armaments to security
through human development, from territorial to food, employment and environmental
security. Definisi PBB di atas dengan gamblang memaparkan bahwa konsep keamanan
tradisional harus diubah menjadi konsep keamanan yang lebih luas, yaitu dari pendekatan
keamanan negara menuju keamanan manusia, dari pendekatan senjata menuju pembangunan
manusia. Dengan demikian, pengertian keamanan menurut definisi PBB harus dilihat dalam
dimensi yang lebih luas (dimensi ekonomi, sosial, lingkungan hidup dan sebagainya) dan
tidak semata dalam dimensi militer per se.
Kebijakan pertahanan (defence policy) diformulasikan sejalan dengan komponenkomponen kebijakan keamanan lainnya. Kebijakan pertahanan ini diarahkan untuk
menangkal dan menghadapi bentuk ancaman yang berdimensi militer. Sementara respons
terhadap bentuk-bentuk ancaman yang berdimensi non-militer ditangani oleh aktor-aktor
keamanan nasional lainnya.

2.4 Perilaku yang Mengancam Pertahanan dan Keamanan Negara


Perilaku yang dapat mengancam pertahanan dan keamanan Negara RI disebut juga
peyimpangan. Penyimpangan identik dengan ketidaktaatan dan ketidaksetiaan dalam
melakukan sesuatu hal. Penyimpangan bukan hanya dilakukan oleh para remaja, akan tetapi
dilakukan pula oleh orang-orang dewasa. Orang yang melakukan penyimpangan haruslah
diberi hukuman karena perilaku-perilaku tersebut dapat mengakibatkan hancurnya Negara
kita. Negara kita ini sudah dijajah oleh bangsa-bangsa lain dengan waktu yang sangat lama.
Kehancuran Negara sama saja kita masih dijajah oleh Negara lain. Dan inilah perilakuperilaku yang dapat mengancam pertahanan dan keamanan Negara,yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Korupsi
Tawuran,
Hak Asasi manusia
Narkoba
Rasisme
Agresi dan terorisme

2.5 Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan Dan Keamanan Negara


Tidak banyak kasus korupsi yang terungkap dan sampai kepada putusan pengadilan yang
terungkap di media masa, namun apakah hal tersebut berarti institusi Pertahanan dan
Keamanan Indonesia, TNI dan Polri dapat dikatakan bebas dari kasus korupsi? Kesimpulan
seperti itu tidak dapat diambil begitu saja. Kasus yang sedang hangat dibicarakan akhir-akhir
ini adalah kasus Simulator SIM yang melibatkan Irjen Polisi Djoko Susilo. Diluar kasus
tersebut, kinerja kepolisian yang berhubungan langsung dengan masyarakat sipil pun secara
persepsi masih kental dengan tindakan korupsi mulai dari uang damai, penyuapan, maupun
jasa pengamanan illegal.
Lain hal nya di tubuh Tentara Nasional Indonesia, selama ini terkesan tidak terjamah
oleh aparat penegak hukum dalam hal penanganan pidana Korupsi. ICW memberitakan
dalam situsnya,telah ada bukti awal dan laporan terkait paling tidak untuk lima kasus korupsi
yang diserahkan ke pihak Kejaksaan Agung namun belum diadakan penyelidikan, yang
dijadikan alasan tentunya undang-undang yang membatasi kewenangan kejaksaan untuk
menangani kasus korupsi di TNI. Sesuai ketentuan perundang-undangan, kejaksaan harus
menggandeng Mabes TNI untuk membentuk tim penyidik koneksitas. KPK tidak turun
tangan menangani kasus-kasus seperti ini, padahal KPK adalah lembaga yang dibentuk
secara khusus dan peraturan yang mengatur kewenangannya pun diatus secara khusus (lex
spesialis).

Disini terlihat bahwa, sampai sekarang ranah Korupsi di Bidang Pertahanan dan
Keamanan belum dapat disentuh oleh agen-agen pemberantas kosupsi.Dalam bidang
Pertahanan dan Keamanan, peluang korupsi, baik uang maupun kekuasaan, muncul akibat
tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan di tubuh angkatan bersenjata dan
kepolisian serta nyaris tidakberdayanya hukum saat harus berhadapan dengan oknum
TNI/Polri yangseringkali berlindung di balik institusi Pertahanan dan Keamanan.

BAB III

PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah kesadaran bersama antara Negara,
pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan. Pertahanan Negara melingkupi bidang- bidang : 1. politik 2.
social 3. budaya 4. persatuan 5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara Persoalan
siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman keamanan tertentu menjadi rumit dan
politikal: rumit, karena perkembangan konsep dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan
politikal, karena landasan konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah perlunya ketentuan yang
mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh digunakan dalam setiap bagian dari spektrum
ancaman terhadap keamanan nasional.
3.2.Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memilih
manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar kita
tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang
intelektual

hususnya

dalam

mata

DAFTAR PUSTAKA

kuliah

anti

korupsi.

[1] Baroto, Wisnu. 2003. Ketahanan dan pertahanan negara. Jakarta: Elex Media
Komputindo. [2] Gumawang, Atang. 2010. Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:
Media Bandung.
[3] URL : http://bse.kemdikbud.go.id, 31 oktober 2014
[4] URL : http://www.deluk12.wordpress.com/makalah.htm, 01 november 2014
[5]

URL

http://www.pertahanandankeamanannegara.blogspot.com/pertahanan-dan-

keamanan-negara.htm 31 oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai