Anda di halaman 1dari 39

GULMA TANAMAN

1. 1. KERUGIAN AKIBAT GULMA


Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam
bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma.
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan
tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika
Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan
oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 %
dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi
persediaan pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma,
terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma
diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman
perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak
cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan
memperlambat

pertumbuhan

dan

masa

sebelum

panen.

Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain


(misalnya

Imperata

cyndrica),

yang

dengan

demikian

menyebabkan kerugian yang lebih besar.


Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita
usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam
tanah

dan

penerimaan

cahaya

matahari

untuk

proses

fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi

baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan


kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman
dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %;
tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8
%. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada
padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara
25-50 %.
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi
kemampuan

berproduksi,

terjadi

persaingan

dalam

pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan


ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran
benih oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma
yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak
pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya
adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di
antara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman,
misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan
tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang
tepung sarinya menyebabkan alergi.

7. Kenaikkan

ongkos-ongkos

usaha

pertanian,

misalnya

menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah,


penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat
air irigasi.
8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling
mengganggu
(Eichhornia

dan

tersebar

crssipes).

luas

Terjadi

ialah

eceng

pemborosan

air

gondok
karena

penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air


oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan
dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat
menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi
sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen
dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma
dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit.
Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina,
Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian
akibat hama.
RANGKUMAN
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan
persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi
pertanian,

menimbulkan

allelopathy,

mengganggu

kelancaran

pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan


penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkosongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air.

2. KOMPETISI
A. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan
tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi
antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam
menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas
dan kuantitas.
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung
pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang
tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik

yang

dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi


tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak
diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan
itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan
dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat
mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata
lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun
tanah dipupuk.
Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma
adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis
terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara
daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama,

gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak


daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5
kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan
magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa
gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada
tanaman yang dikelola manusia.
b. Persaingan memperebutkan air
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga
membutuhkan

banyak

air

untuk

hidupnya.

Jika

ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas,


maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari
dalam

tanah

kemudiaan

sebagian

besar

diuapkan

(transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang


dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram
bahan organik, gulma membutuhkan 330 1900 liter air.
Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat
kebutuhan pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus
membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung.
Persaingan

memperebutkan

air

terjadi

serius

pada

pertanian lahan kering atau tegalan.


c. Persaingan memperebutkan cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan
pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor
pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup
(di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut
untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang

berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang


tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih
tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan
lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya,
dinaungi

oleh

tumbuhannya

yang

terdahulu

serta

pertumbuhannya akan terhambat.


Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat
bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung.
Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma dari
familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar
rumpun-rumpun padi yang berjalur C3.
Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman
pokok didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya
matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus :
TCV = CVN + CVW + CVL
di mana TCV = total competition value, CVN = competition
value for nutrient, CVW = competition value for water dan
CVL = competition value for light. Nilai persaingan total yang
disebabkan oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan
penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai
persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya.
Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap
tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya
pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok.

Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok


di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi
rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil
tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
a. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara
gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan
tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun.

Hubungan

antara

kerapatan

gulma

dan

pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu


korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan
bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per
m2 menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman
masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
b. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing
yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman
pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga
berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan
(Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum)
terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
c. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang
terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.

Hubungan

antara

saat

kemunculan

gulma

dan

pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu


korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan Hasanuddin
(1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma
bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah
tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai
sebesar 166,22; 195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan
284,82 g/petak (2m x 3m).
d. Lama keberadaan gulma
Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman
pokok,

semakin

hebat

persaingannya,

pertumbuhan

tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin


menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma dan
pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu
korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15,
30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah tanam masing-masing
memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37; 314,34;
271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak (Erida
dan Hasanuddin, 1996).
e. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin

cepat

gulma

tumbuh,

semakin

hebat

persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin


terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
f. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta
lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki

kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih


menghambat

pertumbuhan

dan

menurunkan

hasil

tanaman pokok
g. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien,
sehingga

persaingannya

lebih

hebat,

pertumbuhan

tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin


menurun.
h. Allelopati
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan
mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya
(root exudates atau lechates) atau dari pembusukan
bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan
allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih
hebat

sehingga

pertumbuhan

tanaman

pokok

lebih

terhambat, dan hasilnya semakin menurun.


Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga
mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki
asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya
adalah yang mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh
Echinochloa crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi
jika dibandingkan dengan gulma lainnya.
2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah
sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang

serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini


sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas CO 2 dan gas
lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan
tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan
itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua
tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan
yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam
dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun
tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan
lainnya. Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus
tumbuhanlah

yang

merupakan

penyebab

terjadinya

persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan


yang sama (intra spesific competition atau kompetisi intra
spesifik) dan persaingan antara individu-individu dalam
spesies tumbuhan yang berbeda (inter spesific competition
atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap
pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih
tinggi dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam
sistem perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing
dengan gulma tersebut.
3. Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu
tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan
gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada periode
waktu tersebut dengan kepadatan tertentu yaitu tingkat

ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara


nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap
persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis
tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum dimana
setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma
selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam
periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman
harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok
sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma,
sehingga

pada

periode

tersebut

perlu

dilakukan

pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka hasil tanaman


pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma
terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 33
% pertama pada siklus hidupnya atau - 1/3 pertama dari
umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan
tanaman

akan

mengurangi

kuantitas

hasil

panenan,

sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen


berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan.
Waktu pemunculan (emergence) gulma terhadap pertanaman
merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang
muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan
dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap
pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang

berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman


sedikit pengaruhnya.
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka
saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan
atau pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis
mempunyai

beberapa

keuntungan.

Misalnya

frekuensi

pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara


periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus
hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat
ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi
meningkat.
RANGKUMAN
Gulma

dan

pertanaman

mengadakan

persaingan

memperebutkan hara, air dan cahaya, sehingga TCV = CVN +


CVW + CVL. Besar kecilnya persaingan gulma terhadap
tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya
pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok.
Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari segi
gulmanya sangat ditentukan oleh kerapatan gulma, macam
gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma,
lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis
gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan
yang mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan
normalnya.

Perbedaan

sifat

dan

habitus

tumbuhan

merupakan penyebab terjadinya kompetisi intra spesifik dan


kompetisi inter spesifik.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu
tertentu di mana tanaman sangat peka atau sensitif terhadap
persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu
dilakukan pengendalian, dan jika tidak maka hasil tanaman
akan menurun. Pada

umumnya periode kritis terjadi pada

saat 25 33 % pertama pada siklus hidupnya atau pada saat


-

/3 pertama dari umur pertanaman. Dengan diketahui

periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan yang


tepat menjadi tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada
saat periode kritis.
3. ALLELOPATI
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya
secara

interaksi

biokimiawi,

yaitu

salah

satu

tumbuhan

mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan


dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang
ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan
pertanamanan

antara

lain

menyebabkan

gangguan

perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan


memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan
lain sebagainya.
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau
lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan
yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan

lain disebut alelopati dan zat kimianya disebut alelopat.


Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.
Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun.
Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun
adalah alang-alang (Imperata cylinarica), grinting (Cynodon
dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium,
Salvia lenocophyela dan lain-lain.
Eussen

(1972)

menyatakan,

bahwa

apabila

gulma

mengeluarkan senyawa beracun maka nilai persaingan totalnya


dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV = total competition value, CVN = competition value
of nutrient, CVW = competition value of water, CVL =
competition value of light, dan AV = allelopathic value. Nilai
persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan
alelopat terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari
nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai
persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.
Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah
gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama
dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan
akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman,
dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada regenarasi
hutan.
Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan
oleh gulma antara lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam

gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus


gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma
(C3 atau C4).
1. Sumber Senyawa Alelopati
Senyawa-senyawa

kimia

yang

mempunyai

potensi

alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan


termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan
biji.

Senyawa-senyawa

alelopati

dapat

dilepaskan

dari

jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk


melalui :
a. a. Penguapan
Senyawa

alelopati

ada

yang

dilepaskan

melalui

penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan


senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia,
Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke
dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun,
dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap
akar.
b. b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan
oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan
berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
c. Pencucian

Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian


tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air
hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan
Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis
tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan
tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,
senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci
dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati
akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan
mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya
dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman
budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada
musim berikutnya.
Tumbuhan

yang

masih

hidup

dapat

mengeluarkan

senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah


maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang
sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat
organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah
tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus
rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati
lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang
berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama
dapat melepaskan senyawa alelopati.

2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati


Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam
hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui
eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan,
atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya yang
telah mati.
Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai
potensi mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati
Jenis gulma
Abutilon theoprasti
Agropyron repens
Agrostemma githago
Allium vineale
Amaranthus spinosus
Ambrosia
artemisifolia
A. trifida
Artemisia vulgaris
Asclepias syriaca
Avena fatua
Celosia argentea
Chenopodium album
Cynodon dactylon
Cyperus esculentus
C. rotundus
Euporbia esula
Holcus mollis
Imperata cylindrica
Poa spp.
Polygonum persicaria

Jenis tanaman pertanian yang


peka
beberapa jenis
berbagai jenis
gandum
oat
kopi
berbagai jenis
kacang pea, gandum
mentimun
sorgum
berbagai jenis
bajra
mentimun, oat, jagung
kopi
jagung
sorgum, kedelai
kacang pea, gandum
barli
berbagai jenis
tomat
kentang

Rumex crisparus
jagung, sorgum
Setaria faberii
jagung
Stellaria media
barli
(Sumber : Putnam, 1995)
Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan
bahwa beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif
termasuk
halepense,

Agropyron

repens,

Cyperus

rotundus

Cirsium
dan

arvense,

Imperata

Sorgum
cylindrica

mempunyai pengaruh alelopati, khususnya melalui senyawa


beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang organnya
telah mati.
3. Pengaruh Alelopati
Beberapa

pengaruh

alelopati

terhadap

aktivitas

tumbuhan antara lain :


Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu
dengan

menurunkan

kecepatan

penyerapan

ion-ion

oleh

tumbuhan.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan.
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu
dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
Beberapa

senyawa

alelopati

memberikan

pengaruh

menghambat respirasi akar.


Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis
protein.

Beberapa

senyawa

alelopati

dapat

menurunkan

daya

permeabilitas membran pada sel tumbuhan.


Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
4. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa
alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan
yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa
pada

tanah-tanah

pertumbuhan

bekas

gandum,

ditumbuhi

oat,

Agropyron

alfalfa,

dan

barli

repens,
sangat

terhambat.
Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung
dan ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan potpot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara,
air dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka
diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang
telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam
tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid
dkk.

(1994)

memperlihatkan

bahwa

semakin

tinggi

konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, semakin besar


pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah padi
gogo.
Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan
misalnya pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki
terhadap pertumbuhan jagung, kedelai dan kacang tanah

juga telah dipelajari dengan metode tidak langsung. Ekstrak


umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah digunakan
dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa
tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air
menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi
kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.
RANGKUMAN
Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan
mengeluarkan
mengeluarkan
mengeluarkan

senyawa

beracun.

senyawa
senyawa

beracun.
beracun

Tidak

semua

Apabila
maka

gulma

gulmanya

rumusan

nilai

persaingan totalnya adalah TCV = CVN + CVW + CVL + AV. Di


mana TCV = total competition value, CVN = competition
value of nutrient, CVW = competition value of water, CVL =
competition value of light, dan AV = allelopathic value.
Kuantitas

dan

kualitas

senyawa

alelopati

yang

dikeluarkan oleh gulma dipengaruhi oleh kerapatan gulma,


macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan
gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma dan jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4).
Senyawa-senyawa

kimia

yang

mempunyai

potensi

alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan


termasuk daun, batang, akar rizoma, umbi, bunga, buah dan
biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari
jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk

melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan


organ tumbuhan. Beberapa gulma yang berpotensi alelopati
baik yang masih hidup atau yang sudah mati sama-sama
dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang
berada dia atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Beberapa jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan
senyawa

alelopati ialah Abutilon theoprasti, Agropyron

repens, Agrostemma githago, Allium vineale, Amaranthus


spinosus, Ambrosia artemisifolia, A. trifidia, Artemisia
vulgaris, Asclepias syriaca, Avena fatua, Celosia argentea,
Chenopodium album, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus,
C. rotundus, Euphorbia esula, Holcus mollis, Imperata
cylindrica, Poa spp. , Polygonum persicaria, Rumex crispus,
Setaria faberii, Stellaria media.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara,
pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, fotosintesis,
respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas
membran sel dan menghambat aktivitas enzim.
Alelopati

menghambat

pertumbuhan

tanaman.

Agropyron repens menghambat pertumbuhan gandum, oat,


alfalfa dan barli. Alang-alang dan teki baik yang masih hidup
maupun yang sudah mati menghambat pertumbuhan dan
menurunkan hasil tanaman budidaya.
4. KLASIFIKASI GULMA

Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan


(artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan
pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat
atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan
bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat
satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan
sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit
persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok.
Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari
kalsifikasi

sistem

buatan.

Pada

klasifikasi

sistem

alami

pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat


morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju
daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut
hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis
saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem
buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita
dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau
golongan-golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok
memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat
dikelompokan seperti berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan
menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu
gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari

berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati).


Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim,
maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim.
Walaupun

sebenarnya

mudah

dikendalikan,

tetapi

kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma


tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya
pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan
masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih
bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis
gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa
colonum,

Monochoria

vaginalis,

Limnocharis

flava,

Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.


b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi
tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan
untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan
pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian
mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap
herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus
sylvestris,

Echium

vulgare,

Circium

vulgare,

Circium

altissimum dan Artemisia biennis.


c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang
dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak
terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak
dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak
secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim

kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang


berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air
yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.
Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan
dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya
berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian
tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat
tumbuh

menjadi

individu

baru.

Sebagai

contoh

Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong


menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan
tumbuh menjadi individu baru.
2).

Creeping

perennial,

yaitu

gulma

yang

dapat

berkembang biak dengan akar yang menjalar (root


creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon)
atau batang yang menjalar di dalam tanah (rhizioma).
Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon
dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium
vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang
biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus
dan

Helianthus

tuberosus.

Contoh

gulma

tahunan

populair yang perkembangbiakan utamanya dengan


rhizoma

adalah

alang-alang

(Imperata

cylindrica).

Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif,


maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas.
Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman

pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu


perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya
rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru
akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak
dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama
apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan
frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik
secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat
laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara
pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah
dengan

membunuh

kecambah-kecambah

yang

baru

muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.


2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh
pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus,
Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus,
Mimosa sp. , dan lain sebagainya.
b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di
habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu
gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal
di

hutan-hutan

bakau.

Sebagai

acoroides dan Acrosticum aureum.

contoh

Enchalus

2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma


yang tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi
ke dalam:
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds),
contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata,
Pistia stratiotes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds),
dibedakan ke dalam :
Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored
weeds), contoh Ultricularia gibba.
Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged
anchored

weeds),

contoh

Hydrilla

verticillata,

Ottelia

alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.


c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan
sebagian mengapung (emerged weeds), contoh
Nymphae spp. , Nymphoides indica.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds),
contoh

Panicum

repens,

Scleria

poaeformis,

Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia


sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.
3.

Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan

menjadi :
a. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli,
Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis
flava, Marsilea crenata.

b. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus


rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
c. Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata
cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang
daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga
tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya
Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon,
Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang
daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4
atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya
Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.
c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan
spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. a. Golongan rumput (grasses)
Gulma

golongan

rumput

termasuk

dalam

familia

Gramineae/Poaceae.
Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.
Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret,
umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu
pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis

(linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas


pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang
dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir
tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiaptiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun
pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar
disebut lemna dan yang kecil disebut palea.
Buah disebut caryopsis atau grain.
Contohnya

Imperata

cyliindrica,

Echinochloa

crusgalli,

Cynodon dactylon, Panicum repens.


b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.
Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga
bulat dan biasanya tidak berongga.
Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah
daun (ligula).
Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering
dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu
daun pelindung.
Buahnya tidak membuka.
Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus
juncoides.
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan
Pteridophyta.

Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.


Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia
crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak
pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh
pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh
Convolvulus arvensis, Monochoria

vaginalis, Limnocharis

flava.
b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang
tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempattempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata
cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
1. 7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a.

Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica,

Cyperus rotundus.
b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1) Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai
klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri,
kebutuhan

akan

makannya

diambil

langsung dari

tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium)


memasuki sampai ke jaringan floem.
2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air

dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya


dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air
dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan
akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
RANGKUMAN
Klasifikasi gulma dapat didasarkan pada siklus hidup, habitat,
tempat tumbuh, sistematika, morfologi, asal atau parasit
tidaknya.
Berdasarkan siklus hidup gulma dibedakan menjadi gulma
setahun, gulma dua tahun dan gulma tahunan. Berdasarkan
habitatnya dibedakan menjadi gulma darat dan gulma air.
Berdasarkan tempat tumbuhnya dibedakan menjadi gulma yang
terdapat di tanah sawah, gulma yang terdapat di tanah
kering/tegalan, gulma yang terdapat di tanah perkebunan besar
dan gulma yang terdapat di rawa-rawa atau waduk. Berdasarkan
sistematikanya dibedakan menjadi gulma Monocotyledoneae,
gulma Dicotyledoneae dan gulma Pteridophyta. Berdasarkan
morfologinya dibedakan menjadi gulma golongan rumput, gulma
golongan teki dan gulma golongan berdaun lebar. Berdasarkan
asalnya dibedakan menjadi gulma obligat dan gulma fakultatif.
Sedang berdasarkan parasit atau tidaknya dibedakan menjadi
gulma non parasit dan gulma parasit.

5. CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA


Pengendalian

dapat

berbentuk

pencegahan

dan

pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak


selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun
kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah
pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan
cara-cara :
1. Preventif (pencegahan)
Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species
gulma yang sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh di
lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di
tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat
(eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di AsiaAfrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma
baru antara lain adalah :
a.

Dengan

pembersihan

bibit-bibit

pertanaman

dari

kontaminasi biji-biji gulma


b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumputrumput makanan ternak
d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran
pengairan
e. Pembersihan ternak yang akan diangkut
f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan
lain sebagainya.

Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan


dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan sampai
gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah
gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berbiak
terutama dengan cara vegetatif.
2. Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan
dengan jalan :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat
seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada
umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma.
Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas
gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari
gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan
ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan
topografi tanah dan iklim.
b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)
Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan
gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma
tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu
pemangkasan,
Pembabatan

interval
biasanya

(ulangan)
dilakukan

di

dan

sebagainya.

perkebunan

yang

mempunyai krop berupa pohon, pada halaman-halaman,


tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang rumput dan
sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu

gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya


sedang tumbuh dengan hebat.
c. Penggenangan
Penggenangan

efektif

untuk

memberantas

gulma

tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm


selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup
terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air
maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.
d. Pembakaran
Suhu

kritis

yang

menyebabkan

kematian

pada

kebanyakan sel adalah 45 - 55 0 C, tetapi biji-biji yang


kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.
Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas
disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.
Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan
untuk

membersihkan

tempat-tempat

dari

sisa-sisa

tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di


luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk
setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada
tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir
jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma
dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah
pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah
dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah
insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti

cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah


bahaya

kebakaran

bagi

sekelilingnya,

mengurangi

kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat


memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati,
asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
e. Mulsa (mulching, penutup seresah)
Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar
cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma
tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan
pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah.
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara lain
jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan
plastik.
1. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara
ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi
yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga
mendukung

dan

menguntungkan

pertanaman

tetapi

merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma


dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan
menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak
membahayakan. Coontoh : padi tebu kedelai, padi
tembakau

padi.

Tanaman

tertentu

biasanya

mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya


jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi
yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh
gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan
baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang
berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat,
dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan
(Monochoria

vaginalis)

di

sawah-sawah.

Dengan

pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat


berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman
sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu
daerah merupakan tindakan yang sangat membantu
mengatasi masalah gulma.
Penanaman

rapat

agar

tajuk

tanaman

segera

menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang


efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan
mempercepat

yang

tepat

pertumbuhan

merupakan
tanaman

cara

untuk

sehingga

mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.


Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma
tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan
tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam
pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati
terberantas.

c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)


Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma,
sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk
nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.
2. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah
pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain,
seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya.
Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau
fungi biasanya hanya ditujukan

terhadap suatu species

gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus
melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan
ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang
akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut
tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang
mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta
yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di
Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan
pengendalian

Salvinia

sp.

dengan

menggunakan

Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok


(Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis
dengan

kumbang

penggerek

Neochetina

bruchi

dan

Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang


berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis

ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium


roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu
apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu
spesifik

terhadap

species-species

tertentu

seperti

penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada


perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan
sebagainya.
3. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian

gulma

secara

kimiawi

adalah

pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang


dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang
dapat

digunakan

untuk

mematikan

atau

menekan

pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non


selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun
sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam,
pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian
gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama
untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah
bahaya

keracunan

tanaman,

mempunyai

efek

residu

terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan


sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini
harus

merupakan

pengendalian

pilihan

gulma

terakhir

lainnya

tidak

apabila

cara-cara

berhasil.

Untuk

berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan

yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih


lanjut.
4. Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara
terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan
beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian
gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan
kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara
tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk
dapat

mengendalikan

suatu

species

gulma

yang

menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu


cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam
cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada
situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya
diarahkan

agar

misalnya

paduan

mendapatkan
antara

interaksi

pengolahan

yang

positif,

tanah

dengan

pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan,


pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping
cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.
RANGKUMAN
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Secara

preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit

pertanaman

dari

kontaminasi

biji-biji

gulma,

pencegahan

pemakaian pupuk kandang yang belum matang, pencegahan


pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumputan makanan
ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluransaluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut,
pencegahan

pengangkutan

tanaman

berikut

tanahnya

dan

sebagainya.
Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah, pembabatan,
penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa.
Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman,
budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup
(cover crops).
Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain
seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya.
Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau
senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau
menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non
selektif,

kontak

atau

sistemik,

digunakan

saat

pratanam,

pratumbuh atau pasca tumbuh.


Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara
secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai