Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menghasilkan insan terdidik, itulah yang menjadi tujuan pendidikan. Dalam
hal ini, insan terdidik bukanlah berarti siswa-siswa yang lulus dengan nilai yang baik
di rapor atau di ijazah. Walau memang, insan terdidik biasanya akan lulus dengan
nilai yang baik. Pendidikan tidak sebatas hanya angka-angka. Tidak pula identik
dengan gelar atau tamatan dari mana.
Insan terdidik adalah orang yang sadar lingkungan dan bertanggung jawab
atas lingkungannya. Insan terdidik juga akan sadar atas keterbatasannya, tahu dimana
harus menemukan informasi yang dibutuhkannya. Insan terdidik itu juga akan
menghargai peradaban zamannya maupun keluhuran peradaban zaman yang telah
lampau; mendalami suatu bidang studi dan mampu menempatkan bidang studinya
dalam suatu peta pengetahuan yang lebih luas, namun tidak sampai terjebak ke
dalam spesialisme; memiliki kemampuan belajar seumur hidup; peka dan perduli
terhadap masalah yang terjadi dalam masyarakat, dan kemudian dengan kreatif, dapat
mengatasi masalah-masalah masyarakat tersebut. Insan terdidik juga akan berusaha
untuk produktif dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya.
Dengan melihat kenyataan yang ada, dewasa ini, lembaga pendidikan tengah
menghadapi tantangan yang berat dan pelik. Generasi yang diperkirakan memegang
peranan penting di tahun 20451, peserta didik yang saat ini sedang duduk di SD, SMP
1 Tahun 2045 merupakan tonggak bersejarah seratus (100) tahun Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Diharapkan Indonesia telah dewasa, dan akan semakin
mampu menjawab permasalahan yang ada. Dan apabila dikaitkan dengan visi kabinet
pemimpin sekarang yang mengadopsi konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung
Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya: Indonesia yang berdaulat
secara politik, Indonesia yang mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang
berkepribadian secara sosial-budaya. (Tulisan Joko Widodo dalam:
politik.kompas.com dengan Judul: Revolusi Mental).
1

dan SLTA, termasuk juga mahasiswa yang sedang duduk di perguruan tinggi, justru
cukup rentan dengan budaya konsumerisme sebagai akibat dari kurangnya kreativitas
atau inovasi, dan rendahnya produktivitas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia miskin akan inovasi.
Produk-produk teknologi yang beredar di pasaran adalah barang-barang impor.
Bangsa Indonesia sekedar hanya penonton di dunia yang gemerlap akan inovasiinovasi teknologi. Bukan pemain, yang diharapkan atau ditunggu kehadirannya.
Meski tingkat kemiskinan di Indonesia bukan tergolong rendah, namun untuk
konsumerisme tergolong tinggi di dunia. Indonesia peringkat kedua di dunia dalam
hal konsumerisme2. Melihat gejala-gejala yang justru melemahkan remaja, seperti
konsumerisme, visi mandiri secara ekonomi hanya sebatas visi yang jauh di awangawang; visi yang hanya sebatas angan-angan yang tak akan pernah menjadi
kenyataan.
Remaja di Indonesia juga begitu mudahnya terkesima dengan produk budaya luar.
Masih jelas di depan mata, remaja bangsa Indonesia ini yang begitu latahnya dengan
produk kebudayaan Korea Selatan. Mulai dari musik, pakaian, kosmetik a la Korea,
sampai dengan model rambut, menjadi model tiruan bagi remaja di negeri ini.
Dunia pendidikan Indonesia juga jatuh pada latah yang sama. Ramai di
Indonesia mengadopsi kurikulum luar negeri oleh sekolah-sekolah yang katanya,
bertaraf internasional, yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Dengan fenomena yang seperti ini, visi berkepribadian secara bersosial-budaya,
kembali hanya sebagai visi dalam angan-angan yang tak mungkin menjadi kenyataan.
Bidang pendidikan, bidang yang diharapkan melakukan tranformasi budaya
menuju bangsa yang lebih beradab, justru silau dengan desain pendidikan asing. Alihalih melakukan refleksi atas praksis pendidikan selama ini mulai bangsa Indonesia
2 http://jurnal123.com/2015/01/konsumerisme-di-indonesia-peringkat-ke-2-dunia/

berdiri, Indonesia justru latah melakukan tambal sulam pada kurikulum setelah
melirik model pendidikan asing yang keadaan demografi penduduk dan geografisnya
negaranya berbeda dengan Indonesia.
Perlu kiranya dipikirkan bagaimana langkah mendidik generasi Indonesia
supaya nantinya visi: Indonesia yang berdaulat secara politik, Indonesia yang
mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya
itu, bisa digapai. Bila perlu, tidak harus menunggu sampai Indonesia genap 100 tahun
dulu; tidak perlu sampai menunggu tahun 2045.
Penulis berusaha memikirkan suatu alternatif menjawab tantangan di atas.
Perlu kiranya usaha sadar untuk mendidik peserta didik, generasi yang menjadi
tumpuan harapan bangsa Indonesia, dalam bidang kreativitas. Dalam hal ini, penulis
akan menuangkannya pada suatu karya tulis yang diberi judul: Upaya
Mengembangkan Insan Kreatif di Sekolah.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal di atas, dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah, yaitu:

Budaya konsumerisme dan meniru di kalangan masyarakat, khususnya


remaja, sebagai akibat ketidakmampuan untuk melakukan inovasi secara
mandiri.

Kurangnya kreativitas pada bangsa Indonesia.

Lemahnya produktivitas pada bangsa Indonesia.

1.3. Pembatasan Masalah


Dengan adanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas, dan
dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan pembatasan

masalah supaya pembahasan lebih terarah. Karya tulis ini akan hanya akan menelaah
cara mengembangkan kreativitas peserta didik di sekolah.
1.4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam karya tulis ini adalah: bagaimanakah mengembangkan kreativitas


peserta didik?
1.5.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini, adalah untuk menghasilkan suatu

gagasan tertulis tentang cara dan pedoman mengembangkan peserta didik di sekolah.
1.6.

Manfaat Penulisan Karya Tulis


Karya tulis ini diharapkan dapat memberi manfaat, seperti:

Bahan rujukan atau literatur yang memperkaya khasanah keilmuwan dalam bidang
pendidikan.

Sebagai bahan rujukan bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan pengambil


kebijakan yang mempengaruhi dunia pendidikan.

Salah satu referensi untuk melakukan penelitian.

Melatih penulis sendiri untuk lebih terampil dalam berpikir dan menyampaikan
gagasan secara tertulis.

BAB II
ISI
2.1. Pengertian Kreativitas
Dibagian berikut akan dipaparkan arti kata kreativitas dan perihal kreativitas
itu sendiri. Kreativitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu: create, yang artinya
mencipta, dan sebagai kata kerja, disebut dengan kreatif. Berikut ini akan
ditunjukkan arti kata kreatif dan kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) digital:
kreatif/kreatif/ /kratif/ a 1 memiliki daya cipta; memiliki kemampuan
untuk menciptakan; 2 bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yg -menghendaki kecerdasan dan imajinasi;3
...
kekreatifan/kekreatifan/ n perihal kreatif
kreativitas/kreativitas/ /krativitas/ n 1 kemampuan untuk mencipta;
daya cipta; 2 perihal berkreasi; kekreatifan. 4
Dan oleh para ahli, demikian arti kreativitas:

Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru,


apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan
yang baru (Hurlock 1978).

Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk


membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan
pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang
semakin baik (Alvian, 1983).

Kretaivitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran,


kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfiir (Utami Munandar,
1977).

3 http://kbbi.web.id/kreatif
4 http://kbbi.web.id/kreativitas

Kretivitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya


terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu :
berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking,
feelings, sensing and intuiting) (Jung 1961, Clark 1986).

Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan


merupakan sifat social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin
dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
(Selo Soemardjan 1983).5

Dari pengertian yang diungkapkan para ahli diatas yang menjelaskan apakah
kreativitas itu, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang
untuk mampu berpikir dengan berbeda sehingga dapat menciptakan sesuatu yang
baru ataupun memperbaharui sesuatu yang lama supaya menjadi lebih baik, yang
memiliki manfaat baik bagi orang tersebut, maupun bagi orang lain.
2.2. Pentingnya Kreativitas
Menurut Prof. Dr. Winardi, kreativitas merupakan sifat yang sangat penting dimiliki
oleh setiap orang agar dapat survive (bertahan) dan mampu memperbarui dalam
kondisi zaman yang sangat kompetitif saat ini. Kreativitas bermanfaat untuk
membantu manusia dalam memecahkan masalah secara lebih efisien dan efektif,
membuat manusia mampu menghasilkan produk yang inovatif sesuai dengan
perkembangan jaman, serta membuat hidup menjadi lebih bergairah dan tidak
membosankan.
Hidup akan selalu berhadapan dengan masalah, maka manusia perlu ide-ide
untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga manusia perlu kreatif untuk mencari ideide. Kreatif akan menjadi salah satu strategi pribadi dan bisnis terpenting dalam
5 http://gagadribowo.blogspot.com/2012/01/mengembangkan-kreativitas-peserta-didik.html

menunjang kelangsungan hidup dan mencapai sukses. Kebutuhan akan pemikiran


kreatif jadi semakin penting seiring dengan fakta bahwa metode operasi yang
tradisional sedang menuai kegagalan. Banyak upaya tidak memiliki sifat unik atau
orisinal dan mereka membutuhkan kreativitas pada tiap pribadi agar dapat terus
bersaing dan berkembang.
2.3. Pengajaran Kreativitas
Pendidik dapat secara efektif menerapkan strategi dalam mengajar seharihari untuk membantu siswa menggali kreativitasnya. Anak-anak dapat menjadi kreatif
dalam banyak cara, namun sebagian pendidik belum mampu mengembangkan
kretivitas yang dimiliki anak tersebut. Guru yang seharusnya menjadi pendidik yang
professional pun banyak yang masih belum bisa menggali ataupun mengembangkan
kreativitas anak dan malah ada sebagian guru yang menggembok kreativitas peserta
didiknya.
Psikolog Prof. Dr. Conny Semiawan memberi contoh sikap guru yang
mengunci kreativitas dan imajinasi anak; guru memberi soal yang punya lebih dari
satu jawaban, tetapi ketika siswa memberi jawaban tak sama dengan keinginan guru,
jawaban itu dianggap salah. Padahal, fungsi belahan otak kanan adalah berpikir
divergen yang menuntut lebih dari satu jawaban benar terhadap masalah
multidimensial. Sementara belahan otak kiri lebih banyak merespons hal bersifat
linear, logis dan teratur. Conny menjelaskan bahwa pola mengajar dan mendidik
seperti itu harus berubah dengan lebih banyak mengajak anak mengamati untuk
membuat perbandingan, interpretasi untuk menemukan maksud dan hubungannya,
serta menyarankan kemungkinan alternatif penemuan jawaban serta kesimpulan.
Kegiatan lain, ramalan untuk melatih penalaran dari pengamatan dan menyimpulan
dari pengamatan dan interpretasi, sedangkan eksperimen untuk melatih perencanaan
pengamatan dari penerapan teori sampai menguraikan kesimpulannya.

Ungkapan Conny Semiawan tersebut menuntut agar pendidik tidak terlalu


terpaku pada jawabaan yang telah dianggapnya benar, tapi juga berfikir secara
divergen atau berbeda, sehingga ketika anak menjawab pertanyaan yang berbeda
namun memiliki makna atau kebenaran yang sama, maka pendidik harus
membenarkan jawaban tersebut. Anak seharusnya diajak berinterpretasi untuk
menentukan maksud serta hubungan, serta dilatih untuk menentukan alternative
jawaban lain. Anak juga diajak untuk melakukan pengamatan dan penelitian
kemudian anak diberi keleluasaan untuk melakukan ramalan, atau membuat sebuah
laporan tentang apa yang terjadi pada objek yang diamati, setelah melakukan
pengamatan tersebut, namun pendidik juga harus membimbing peserta didik agar
hasil pengamatan itu dapat sesuai.
Belajar kreatif telah menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan
mutu pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi
yang melekat pada proses dan hasil belajar. Inti kreativitas adalah menghasilkan
sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang baru.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jeff DeGraff& dan Khaterine (2002)
menyatakan bahwa Creativity is core of all the competencies of your organization
because creativity is what makes something better or new. (Terjemahan: Kreativitas
adalah inti dari semua kompetensi dari organisasimu karena kreativitas adalah apa
yang membuat lebih baik atau baru).
Produk

baru

bersifat

relatif.

Baru

bisa

bermakna

sebagai

hasil

menyempurnakan, menambahkan, mengubah, mereposisi dari sesuatu yang ada


sebelumnya sehingga sesuatu berubah menjadi lebih baik atau tampil beda. Baru juga
bisa berarti tidak ada sebelumnya di dalam kelas atau di sekolah sendiri, di sini. Tidak
peduli bahwa sesuatu itu sebenarnya sudah pernah ada di tempat lain. Jika kebaruan
itu mencakup batas beberapa sekolah atau bahkan lebih dari itu, maka nilai
kreativitasnya meningkat.
8

Apabila guru menggunakan konsep tersebut sebagai dasar pengembangan


pembelajaran, maka masalah yang dihadapinya adalah bagaimana siswa dapat
berkegiatan dengan menggunakan cara yang berbeda dari sebelumnya. Memilih cara
melakukan sesuatu sehingga menghasilkan model berbeda dari yang sebelumnya.
Konsekuensi dari guru memerlukan data atau fakta mengenai proses dan
hasil belajar sebagai bahan perbandingan. Selanjutnya data digunakan untuk
menentukan indikator pembeda.
Proses dan hasil belajar yang dijadikan bahan perbandingan pada prinsipnya
dapat berasal dari produk siswa yang sama, internal sekolah, maupun dari sekolah
lain, misalnya, dari sekolah yang mampu menghasilkan produk lebih unggul.
Membandingkan proses belajar dan hasil belajar dengan produk internal disebut
benchmarking internal, sedangkan membandingkan dengan proses dan hasil belajar
dari luar sekolah disebut benchmarking eksternal.
2.4. Strategi Pengajaran Kreativitas

Strategi pengajaran juga diungkapkan oleh Horng dkk. (2005), yang


mengemukakan berbagai strategi pengajaran kreatif yang telah terbukti berhasil
meningkatkan kreatifitas para siswa. Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan
sebagai aktivitas yang terintegrasi. Berbagai strategi tersebut ialah :
a.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa


Strategi ini menuntut guru berperan sebagai fasilitator yang menolong para

siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan
presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga
berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi
pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan

digunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat
para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan
kemampuannya, dan co-learner. Guru hendaknya juga memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk memilih topik dalam berbagai tugas proyek individu atau
kelompok. Melalui metode ini, kreatifitas ditimbulkan untuk mengeksplorasi berbagai
ide yang dipandang menarik oleh para siswa.
b. Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran
Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan
dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para
siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia untuk menggairahkan para
siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih
mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan bahwa video terbukti
efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa. Pelajaran yang difasilitasi oleh
penggunaan video akan menjadi lebih atraktif, menarik, dan lebih mudah diingat oleh
para siswa. Mata pelajaran juga akan lebih atraktif dan menstimulasi pada saat
menggunakan komputer, transparansi, slide show, dan berbagai peralatan multimedia
lainnya.
c.

Strategi manajemen kelas


Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang

bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan


individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh
yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi
atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ideidenya. Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang
lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi. Humor

10

yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru
dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.

d. Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata


Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata
kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan
menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi, dan berfikir
dalam tingkat tinggi.
Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa untuk
mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan merealisasikannya dalam
kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh dalam kehidupan nyata untuk
membuktikan apa yang telah dipelajari, dan menghubungkan apa yang dipelajari
dengan berbagai pengalaman kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
seharusnya memusatkan pada peningkatan keterampilan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan dengan membebaskan kreatifitas para siswa.
e.

Menggunakan pertanyaan terbuka


Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir

kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan
terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu
mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok.
Berbagai hasil penelitian (dalam Horng dkk., 2005) menunjukkan bahwa para guru
dapat memberikan pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para siswa agar
menjadi kreatif.

11

2.5. Mengembangkan Kreativitas


Apabila kreativitas telah tumbuh dalam diri anak, maka kepekaan anak
terhadap sesuatu akan bertambah. Hal ini diakibatkan karena adanya keaktifan dalam
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik maupun pendidik. Selanjutnya setelah
anak mampu berfikir kreatif , ada beberapa tindakan nyata yang bisa dilakukan untuk
mempertajam kreativitas seseorang. Mengasah ketajaman daya kreasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain aktif berapresiasi, gemar merenung, responsive
terhadap kejadian sekeliling, sering berinisiatif, mendinamiskan otak, banyak
membaca dan menulis.
a. Aktif berapresiasi
S. Efendi (1975), mengatakan bahwa berapresiasi berarti menggauli karya
dengan sungguh-sungguh sehingga timbul penghargaan dan penghayataan yang
mendalam terhadap suatu nilai seni. Dengan batasan yang sederhana maka dapat
disimpulkan

bahwa

berapresiasi

pengamatan

sebuah

karya

sehinga

dapat

menimbulkan penghayatan terhadap karya tersebut, hal ini dimaksudkan agar anak
mampu mengamati dengan sungguh-sungguh sebuah objek, kegiatan ataupun sebuah
karya sehingga anak akan melakukan penghayatan yang mendalam terhadap sebuah
objek pengamatan, jadi anak akan tertarik dan mengetahui secara langsung
bagaimana objek tersebut.
Apresiasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung, apresisi langsung adalah apresiasi yang membawa manusia berhadapan
secara langsung untuk menggeluti sebuah karya, sedangkan apresiasi tidak langsung
adalah berwujud sebuah kegiatan, antara lain mendokumentasi sebuah kegiatan,
membaca teori tentang sebuah karya atau kegiatan, ataupun dapat juga dengan
membaca kritik terhadap sebuah karya. Dengan demikian apresiasi langsung ialah

12

melakukan secara langsung sebuah kegiatan, sedangkan yang tidak langsung berarti
mempelajari sebuah karya atau kegiatan.
b. Gemar merenung
Merenung adalah memikirkan dengan sungguh-sungguh tentang sesuatu
sambil mencari dan akhirnya menemukan banyak hubungan yang terkait dengan
masalah yang direnungkan. Perenung adalah insan yang mempunyai keterpanggilan
jiwa untuk turut serta berfikir dan mencari pemecahan. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa merenung ialah seuatu proses berfikir untuk mencari solusi
sebagai pemecahan-pemecahan sebuah masalah, sehingga merenung itu sangatlah
besar manfaatnya. Merenung juga akan bisa menyumbangkan hasilan renungan demi
masarakat luas, misalnya pemikiran ataupun renungsn untuk mencari pemecahan
masalah yang sedang dihadapi oleh masarakat.
c. Responsif terhadap kejadian sekeliling
Responsif bararti tidak merasa acuh terahadap lingkungan semanusiar.
Responsif bermakna aktif, yaitu mau mengambil bagian terhadap sesuatu yang terjadi
di semanusiarnya, responsif juga mermakna positif dalam arti tanggap apa yang
terjadi di semanusiar seseorang. Dengan demikian responsif memberikan sikap cepat
tanggap terhadap suatu kejadian, dan menuntut untuk cepat berfikir dalam
memutuskan sesuatu, sehinga sikap kreativitas dapat terasah karena seseorang akan
cepat tanggap terhadap suatu kejadian.
d. Senang berinisiatif
Inisiatif adalah pemkiran-pemikiran awal atau lebih sering dikenal sebagai
prakarsa. Prakarsa dapat berperan untuk mempertajam kreativitas sebab prakarsa
merupakan sebuah karya dan sebuah potensi yang sangat besar manfaatnya, karena
lewat inisiatif itulah sebuah pemikiran yang kretif akan muncul. Oleh karena itu

13

sangat penting dalam diri guru atau siswa dapat menciptakan inisiatif dalam
menghadapi kehidupan, yaitu berupa pemikiran-pemikiran yang kreatif dan terarah
kedepan.
e. Mendinamiskan otak
Lemahnya daya kreasi seseorang antara lain dipengaruhi oleh terbelenggunya
seseorang dalam kebiasaan yang monoton, agar terhindar dari kondisi itu, perlu
diciptakannya dinamika gerak dan kebiasaan kerja otak yang dinamis. Dapat
diasumsikan bahwa rendahnya tingkat kreativitas guru dan siswa juga berawal dari
rendahnya kemampuan untuk berkreasi dan melakukan sesuatu yang baru. Sehingga
agar kreativitas meningkat perlu diupayakannya kelincahan kerja otak, atau berfikir
sesuatu yang baru dan selalu dinamis.
f. Banyak membaca dan menulis
Membaca akan menambah wawasan kepada anak, sedangkan wawasan adalah
pemerkaya jaringan pengetahuan sehingga akan dapat menghadirkan rangkaian
wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan yang sudah tersimpat terlebih dulu. Hal
tersebut akan dapat memunculkan ide-ide kreatif lebih banyak seiring dengan
pengalaman serta pengetahuan yang meningkat dari anak sehingga akan member
keleluasaan kepada anak untuk berkreasi.
Menulis akan mempertajam kreativitas seseorang, karena menulis adalah
memunculkan kembali sebagian materi atau pengetahuan yang tlah didapat. Menulis
dapat memperdayakan potensi berkreativitas sebab aktivitas ini sekaligus
menghadirkan pengorganisasian. Dalam menulis, seseorang menghimpun sejumlah
potensi pada dirinya, seperti kemampuan menggagas, mengulas, mengkritik, dan
mengomentari tentang sesuatu.
2.6. Karakteristik Siswa yang Kreatif

14

Seperti dijelaskan Jeff DeGraff dan Khaterine dapat dikembangkan ihtisar


ringkas profil kreativitas individu sebagai berikut:6

Imajinatif

(imagine)

mementingkan

pertumbuhan. Karakter :

generalis,

pencapain

tujuan

inovasi

senang bereksplorasi,

dan

menyukai

perubahan, dan menyukai keragaman.

Penanam Modal (Invest) mementingkan kecepatan dan keuntungan.


Karakter : berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan
menyukai tantangan.

Pembaharu (improve) mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter


sistematik, menyukai teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.

Penggagas (Incubate) mementingkan peran minat dan kelapangan ide-ide.


Karakter: menyukai curah ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi,
bersifat komunikatif dan menyukai belajar.

Adapun peta peta profil kreativitas menurut Jeff DeGraff dan Khaterine adalah
sebagai berikut:

6 http://gurupembaharu.com/home/mengembangkan-kreativitas-siswa-dalampembelajaran/

15

Gambar 3.1. Peta Profil Kreativitas Jeff DeGraff-Khaterine


Profil

individu

imajinif

(imagine)

memiliki

kompetensi

dalam

mengembangkan kreativitas bersumber dari daya imajinasinya. Sesungguhnya setiap


individu memiliki kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu
mewujudkan hayalannya dalam ide dan karya yang unik. Ujung dari hayalnya adalah
berkarya.
Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik
baru, mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru, memecahkan masalah
dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika didukung dengan kultur
lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan, melakukan langkah-langkah
spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak
dapat dilakukan orang sebelumnya.

16

Profil individu penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang


kuat, memiliki kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan
keunggulan. Tipe pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung
resiko. Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor
dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada
kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat untuk
mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan merespon
dengan cepat tiap perubahan.
Berbagai bentuk penemuan baru dalam bidang teknologi lahir dari tipe orang
yang memiliki karakter seperti ini, kemauannya kuat dan tidak pernah puas dengan
hasil kerja yang diraihnya.
Profil individu pembaharu (improve) ditandai dengan karakter yang
kreativitasnya yang tak pernah surut. Aktivitas meniru sesuatu yang ada,
memodifikasi, dan menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau
lebih baik, hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu
pembaharu, seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah
kehabisan ide, pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal.
Keunggulannya bemodalkan keunggulan berpikir yang sistematik, berhatihati, dan selalu memperbaharui idenya dengan cepat serta dapat menapilkannya
sebagai ide dan karya nyata. Orang seperti ini akan bekembang optimal jika tumbuh
pada kultur yang berorientasi pada masa depan, fokus pada rencana, mengkreasi
sistem dan proses, Lebih dari itu, konsisten terhadap standar dan peraturan yang
dijadikan dasar pijakan.
Karakter seperti ini mendukung proses kerjanya berdisiplin tinggi,
menjujung tingkat kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Lebih dari itu, kepatuhannya
pada standar terhindar dari kesalahan.
17

Profil pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau


mengeram ide-ide inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Profil
memiliki karakter bekerja dengan penuh keyakinan dan sepenuh hati. Jika ia seorang
pembisnis maka keyakinan terhadap pekerjaannya lebih daripada bisnis itu sendiri. Ia
menghayati kedalamannya. Ia meyakini dengan dilandasi dengan nilai-nilai hidup
yang menjadi dasar hidupnya. Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam
kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya.
Profil penggagas memiliki komitmen yang kuat terhadap komunitasnya,
fokus membangun kekuatan yang menghargai ide bersama, menjunjung kebersamaan
dan efektif berkomunikasi. Kekuatannya didukung pula dengan kebiasaannya tak
pernah berhenti belajar, tumbuh kuat dalam kebersamaan, kompeten dalam
membangun dukungan, memahami bagaimana belajar dan membangun kekuatan,
memahami baik situasi dan kondisi, dan memilih tindakan yang tepat tanpa harus
menunggu keputusan yang terlalu lama.
Profil penggagas ini tumbuh dalam interaksi kelompok, menyadari
pentingnya meningkatkan kekuatan individu melalui kelompok, menghargai sumber
daya manusia, melakukan pelatihan, dan meningkatkan efektivitas fungsi organisasi.
Dengan demikian setiap tahap kegiatannya teroganisasi dengan baik.
2.7. Desain Kreatif dalam Perencanaan Belajar
Pembelajaran

kreatif

adalah

pembelajaran

yang

membuat

siswa

mengembangkan kreativitasnya. Itu berarti bahwa bahwa pembelajaran kreatif itu


membuat siswa aktif membangkitkan kreativitasnya sendiri. Mengembangkan
kreativitas siswa dalam pembelajaran berarti mengembangkan kompetensi memenuhi
standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan. Di sini diperlukan strategi
agar siswa mampu menghasilkan gagasan yang baru, cara baru, desain baru, model
baru atau sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya.
18

Segala sesuatu yang baru muncul dengan pemicu, di antaranya, karena


tumbuh dari informasi yang baru, penemuan baru, teknologi baru, strategi belajar
yang baru yang lebih variatif, sistem kolaborasi dan kompetisi yang baru, eksplorasi
ke

wilayah sumber

informasi

baru, menjelajah forum komunikasi

baru,

mengembangkan stategi penilaian yang baru yang lebih variatif.


Yang lebih penting dari itu adalah melaksanakan perencanaan belajar dalam
implementasi belajar kegiatan sebagai proses kreatif dan menetapkan target mutu
produk belajar sebagai produk kreatif yang inovatif.
Indikator kreativitas dalam perencanaan belajar jika guru menetapkan targettarget berikut:

proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang


baru bagi siswa.

proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru.

proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau


ide-ide baru.

proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk
sebelumnya.

produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif.


Memperhatikan harapan-harapan itu, maka mempersiapkan perangkat

rencana pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas siswa merupakan sebuah


keniscayaan baru dalam sistem pengajaran kita.
2.8. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengembangkan Kreativitas dalam
Pembelajaran
Secara umum, mengembangkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai

pengkondisian atau membangun iklim yang memicu


19

berkembangnya kemampuan berpikir dan berkarya. Landasannya adalah menguasai


pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam bentuk keterampilan terbaik.
Kreativitas itu merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Itu sebabnya,
teori Bloom yang baru menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian
penting penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi,
melainkan kreasi.
Untuk mengembangkan siswa yang kreatif diperlukan guru-guru yang
memiliki kompetensi sebagai berikut:

berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif.

terampil mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

terampil mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah.

mampu mengembangkan bahan ajar untuk sehingga menantang siswa lebih


kreratif.

mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif.

memberi toleransi dan memberi kebebasan sekali pun hal itu tidak
dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk
belajar yang lebih kreatif.
Di samping kebutuhan kompetensi guru, pengembangan kreativitas siswa

melalui pembelajaran memerlukan iklim atau kultur yang menunjang. Ada kebiasaankebiasaan yang baik yang guru tumbuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prilaku siswa kreatif tidak selalu seperti prilaku yang guru harapkan sehingga sering
terjadi guru tidak menunjang tumbuhnya kreativitas siswa.
Menurut hasil studi Utami Munandar (1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah;

terbuka terhadap pengalaman baru.

20

kelenturan dalam sikap

kebebasan dalam ungkapan diri

menghargai fantasi

minat dalam kegiatan kreatif.

memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri.

mandiri dan menunjukkan inisiatif.

kemandirian dalam memberi pertimbangan.


Di samping sifat tersebut dilihat dari pengalaman penulis mengajar, siswa

kreatif memiliki sifat-sifat yang berani sehingga kadang-kadang berprilaku berani


menentang pendapat, menunjukkan ego yang kuat, bertindak semau gue, menunjukan
minat yang sangat kuat terhadap yang menjadi perhatiannya namun pada saat yang
berbeda mengabaikannya, memerlukan kebanggaan atas karyanya. Sifat-sifat tersebut
sering bertentangan dengan yang guru harapkan.
Guru mengharapkan siswa sopan, rajin, ulet, menyelesaikan tugas sesuai
dengan yang guru targetkan, bersikap kompromis, tidak selalu bertentangan pendapat
dengan guru, percaya diri, penuh energi, dan mengingat dengan baik.
Karena ciri anak berbakat dengan sifat-sifat siswa yang guru kehendaki
berbeda, maka sering terjadi prakarsa kreatif siswa tidak mendapat dukungan guru.
Salah satu model pengembangan kreativitas adalah menggunakan pertanyaan
untuk

menantang

mengembangkan

proses
ide-ide

berpikir
kreatif

level
dan

tertinggi

karya

kreatif

sesuai
dan

dengan

konsep

inovatif.

Untuk

mengembangkan kecakapan ini guru dapat menggunakan berbagai pertanyaan,


seperti:

Ada ide baru?

21

Setelah memahami konsep ini apakah Anda memiliki ide baru?

Setelah memperhatikan cara kerja untuk menyelesaikan tugas itu, adakah


proses yang dapat kita sempurnakan sehingga prosesnya menjadi lebih baik?

Memperhatikan contoh-contoh itu, apakah ada yang dapat kita sempurnakan


sehingga akan menjadi lebih baik?
Pertanyaan itu akan lebih variatif manakala disesuaikan profil kreatifitas

siswa. Sementara itu, profil individu imajinif (imagine) dapat dikembangkan dengan
menggunakan model pertanyaan berikut:

Setelah membaca itu, adakah sesuatu yang hidup dalam hayalanmu?

Setelah melihat percobaan yang unik itu, adakah ide baru yang hendak kamu
wujudkan?

Bisakah kalian rumuskan gagasan baru yang menurut kalian berbeda dengan
yang telah kalian pelajari.
Profil individu penanam modal (invest) dapat dipicu dengan model

pertanyaan berikut:

Itulah yang dilakukan oleh temanmu dari sekolah lain. Selanjutnya,


keunggulan seperti apa yang harus dapat kita wujudkan? Bagaimana
prosesnya dan seperti apa hasil yang ingin kita buat?

Bisakah kita menghasilkan yang lebih baik daripada yang dapat dilakukan
oleh kelas lain?

Apa yang dapat kita lakukan agar kita bisa selesai lebih cepat dan lebih baik,
kalian punya ide?

Profil individu pembaharu (improve) dapat dipicu dengan model-model pertanyaan


berikut:

22

Perhatikan hasil karya itu, apa yang masih dapat kita kembangkan agar karya
itu menjadi lebih baik.

Apakah kamu punya cara untuk mengkomunikasikan karya itu supaya jauh
lebih menarik perhatian orang-orang?

Dapatkan kamu sempurnakan alat itu lebih kuat dan orang lebih mudah
menggunakannya?

Bisakah kamu menyelesaikan tantangan itu lebih cepat daripada yang


dilakukan orang-orang?

Bisakan kita jamin bahwa usaha itu tidak akan gagal, bagaimana rencananya?

Profil pengeram ide (incubate) dapat dipicu dengan model pertanyaan berikut:

Apakah kamu yakin bahwa kegiatan itu akan lebih efektif, apa kelebihan ide
yang akan kamu terapkan?

Siapakah sebaiknnya yang akan kamu libatkan?

Bagaimana mereka haru bekerja?

Keunggugulan apa yang akan benar-benar kalian wujudkan?


Beberapa model pertanyaan itu dapat terus ditingkatkan kesulitannya sejalan

dengan berkembangnya kebiasaan baik siswa yang selalu berusaha untuk


mendapatkan proses yang lebih baik dengan hasil yang lebih baik lagi.

23

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kreativitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini.
Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu
dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena

24

individu dan organisasi tersebut mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang


terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam
kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Pendidik dapat secara efektif menerapkan strategi dalam mengajar seharihari untuk membantu siswa menggali kreativitas siswa tersebut. Anak-anak dapat
menjadi kreatif dalam banyak cara, misalnya mengajak anak mengamati untuk
membuat perbandingan, interpretasi untuk menemukan maksud dan hubungannya,
serta menyarankan kemungkinan alternatif penemuan jawaban serta kesimpulan.
Kegiatan lain, ramalan untuk melatih penalaran dari pengamatan dan menyimpulan
dari pengamatan dan interpretasi, sedangkan eksperimen untuk melatih perencanaan
pengamatan dari penerapan teori sampai menguraikan kesimpulannya.

Setelah anak mampu berfikir kreatif, ada beberapa tindakan nyata yang bisa
dilakukan untuk mempertajam kreativitas seseorang. Mengasah ketajaman daya
kreasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain aktif berapresiasi, gemar
merenung, responsif terhadap kejadian sekeliling, sering berinisiatif, mendinamiskan
otak, banyak membaca dan menulis.

3.2. Saran
Adapun yang menjadi saran dari gagasan tertulis ini adalah:

Ditingkatkannya kreativitas pada peserta didik.

Diadakannya pelatihan guru tentang pengajaran kreativitas.

25

Hendaknya guru selalu mecoba sesuatu yang baru, agar pembelajaran tidak
membosankan.

Sekolah mengadakan kegiatan yang bisa mengembangkan kreativitas anak.

Sumber Bacaan
26

http://kbbi.web.id/kreatif
http://kbbi.web.id/kreativitas
http://gagadribowo.blogspot.com/2012/01/mengembangkan-kreativitas-pesertadidik.html
http://gurupembaharu.com/home/mengembangkan-kreativitas-siswa-dalampembelajaran/

27

Anda mungkin juga menyukai