PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menghasilkan insan terdidik, itulah yang menjadi tujuan pendidikan. Dalam
hal ini, insan terdidik bukanlah berarti siswa-siswa yang lulus dengan nilai yang baik
di rapor atau di ijazah. Walau memang, insan terdidik biasanya akan lulus dengan
nilai yang baik. Pendidikan tidak sebatas hanya angka-angka. Tidak pula identik
dengan gelar atau tamatan dari mana.
Insan terdidik adalah orang yang sadar lingkungan dan bertanggung jawab
atas lingkungannya. Insan terdidik juga akan sadar atas keterbatasannya, tahu dimana
harus menemukan informasi yang dibutuhkannya. Insan terdidik itu juga akan
menghargai peradaban zamannya maupun keluhuran peradaban zaman yang telah
lampau; mendalami suatu bidang studi dan mampu menempatkan bidang studinya
dalam suatu peta pengetahuan yang lebih luas, namun tidak sampai terjebak ke
dalam spesialisme; memiliki kemampuan belajar seumur hidup; peka dan perduli
terhadap masalah yang terjadi dalam masyarakat, dan kemudian dengan kreatif, dapat
mengatasi masalah-masalah masyarakat tersebut. Insan terdidik juga akan berusaha
untuk produktif dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya.
Dengan melihat kenyataan yang ada, dewasa ini, lembaga pendidikan tengah
menghadapi tantangan yang berat dan pelik. Generasi yang diperkirakan memegang
peranan penting di tahun 20451, peserta didik yang saat ini sedang duduk di SD, SMP
1 Tahun 2045 merupakan tonggak bersejarah seratus (100) tahun Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Diharapkan Indonesia telah dewasa, dan akan semakin
mampu menjawab permasalahan yang ada. Dan apabila dikaitkan dengan visi kabinet
pemimpin sekarang yang mengadopsi konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung
Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya: Indonesia yang berdaulat
secara politik, Indonesia yang mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang
berkepribadian secara sosial-budaya. (Tulisan Joko Widodo dalam:
politik.kompas.com dengan Judul: Revolusi Mental).
1
dan SLTA, termasuk juga mahasiswa yang sedang duduk di perguruan tinggi, justru
cukup rentan dengan budaya konsumerisme sebagai akibat dari kurangnya kreativitas
atau inovasi, dan rendahnya produktivitas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia miskin akan inovasi.
Produk-produk teknologi yang beredar di pasaran adalah barang-barang impor.
Bangsa Indonesia sekedar hanya penonton di dunia yang gemerlap akan inovasiinovasi teknologi. Bukan pemain, yang diharapkan atau ditunggu kehadirannya.
Meski tingkat kemiskinan di Indonesia bukan tergolong rendah, namun untuk
konsumerisme tergolong tinggi di dunia. Indonesia peringkat kedua di dunia dalam
hal konsumerisme2. Melihat gejala-gejala yang justru melemahkan remaja, seperti
konsumerisme, visi mandiri secara ekonomi hanya sebatas visi yang jauh di awangawang; visi yang hanya sebatas angan-angan yang tak akan pernah menjadi
kenyataan.
Remaja di Indonesia juga begitu mudahnya terkesima dengan produk budaya luar.
Masih jelas di depan mata, remaja bangsa Indonesia ini yang begitu latahnya dengan
produk kebudayaan Korea Selatan. Mulai dari musik, pakaian, kosmetik a la Korea,
sampai dengan model rambut, menjadi model tiruan bagi remaja di negeri ini.
Dunia pendidikan Indonesia juga jatuh pada latah yang sama. Ramai di
Indonesia mengadopsi kurikulum luar negeri oleh sekolah-sekolah yang katanya,
bertaraf internasional, yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Dengan fenomena yang seperti ini, visi berkepribadian secara bersosial-budaya,
kembali hanya sebagai visi dalam angan-angan yang tak mungkin menjadi kenyataan.
Bidang pendidikan, bidang yang diharapkan melakukan tranformasi budaya
menuju bangsa yang lebih beradab, justru silau dengan desain pendidikan asing. Alihalih melakukan refleksi atas praksis pendidikan selama ini mulai bangsa Indonesia
2 http://jurnal123.com/2015/01/konsumerisme-di-indonesia-peringkat-ke-2-dunia/
berdiri, Indonesia justru latah melakukan tambal sulam pada kurikulum setelah
melirik model pendidikan asing yang keadaan demografi penduduk dan geografisnya
negaranya berbeda dengan Indonesia.
Perlu kiranya dipikirkan bagaimana langkah mendidik generasi Indonesia
supaya nantinya visi: Indonesia yang berdaulat secara politik, Indonesia yang
mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya
itu, bisa digapai. Bila perlu, tidak harus menunggu sampai Indonesia genap 100 tahun
dulu; tidak perlu sampai menunggu tahun 2045.
Penulis berusaha memikirkan suatu alternatif menjawab tantangan di atas.
Perlu kiranya usaha sadar untuk mendidik peserta didik, generasi yang menjadi
tumpuan harapan bangsa Indonesia, dalam bidang kreativitas. Dalam hal ini, penulis
akan menuangkannya pada suatu karya tulis yang diberi judul: Upaya
Mengembangkan Insan Kreatif di Sekolah.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal di atas, dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah, yaitu:
masalah supaya pembahasan lebih terarah. Karya tulis ini akan hanya akan menelaah
cara mengembangkan kreativitas peserta didik di sekolah.
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini, adalah untuk menghasilkan suatu
gagasan tertulis tentang cara dan pedoman mengembangkan peserta didik di sekolah.
1.6.
Bahan rujukan atau literatur yang memperkaya khasanah keilmuwan dalam bidang
pendidikan.
Melatih penulis sendiri untuk lebih terampil dalam berpikir dan menyampaikan
gagasan secara tertulis.
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Kreativitas
Dibagian berikut akan dipaparkan arti kata kreativitas dan perihal kreativitas
itu sendiri. Kreativitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu: create, yang artinya
mencipta, dan sebagai kata kerja, disebut dengan kreatif. Berikut ini akan
ditunjukkan arti kata kreatif dan kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) digital:
kreatif/kreatif/ /kratif/ a 1 memiliki daya cipta; memiliki kemampuan
untuk menciptakan; 2 bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yg -menghendaki kecerdasan dan imajinasi;3
...
kekreatifan/kekreatifan/ n perihal kreatif
kreativitas/kreativitas/ /krativitas/ n 1 kemampuan untuk mencipta;
daya cipta; 2 perihal berkreasi; kekreatifan. 4
Dan oleh para ahli, demikian arti kreativitas:
3 http://kbbi.web.id/kreatif
4 http://kbbi.web.id/kreativitas
Dari pengertian yang diungkapkan para ahli diatas yang menjelaskan apakah
kreativitas itu, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang
untuk mampu berpikir dengan berbeda sehingga dapat menciptakan sesuatu yang
baru ataupun memperbaharui sesuatu yang lama supaya menjadi lebih baik, yang
memiliki manfaat baik bagi orang tersebut, maupun bagi orang lain.
2.2. Pentingnya Kreativitas
Menurut Prof. Dr. Winardi, kreativitas merupakan sifat yang sangat penting dimiliki
oleh setiap orang agar dapat survive (bertahan) dan mampu memperbarui dalam
kondisi zaman yang sangat kompetitif saat ini. Kreativitas bermanfaat untuk
membantu manusia dalam memecahkan masalah secara lebih efisien dan efektif,
membuat manusia mampu menghasilkan produk yang inovatif sesuai dengan
perkembangan jaman, serta membuat hidup menjadi lebih bergairah dan tidak
membosankan.
Hidup akan selalu berhadapan dengan masalah, maka manusia perlu ide-ide
untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga manusia perlu kreatif untuk mencari ideide. Kreatif akan menjadi salah satu strategi pribadi dan bisnis terpenting dalam
5 http://gagadribowo.blogspot.com/2012/01/mengembangkan-kreativitas-peserta-didik.html
baru
bersifat
relatif.
Baru
bisa
bermakna
sebagai
hasil
siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan
presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga
berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi
pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan
digunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat
para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan
kemampuannya, dan co-learner. Guru hendaknya juga memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk memilih topik dalam berbagai tugas proyek individu atau
kelompok. Melalui metode ini, kreatifitas ditimbulkan untuk mengeksplorasi berbagai
ide yang dipandang menarik oleh para siswa.
b. Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran
Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan
dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para
siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia untuk menggairahkan para
siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih
mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan bahwa video terbukti
efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa. Pelajaran yang difasilitasi oleh
penggunaan video akan menjadi lebih atraktif, menarik, dan lebih mudah diingat oleh
para siswa. Mata pelajaran juga akan lebih atraktif dan menstimulasi pada saat
menggunakan komputer, transparansi, slide show, dan berbagai peralatan multimedia
lainnya.
c.
10
yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru
dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.
kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan
terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu
mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok.
Berbagai hasil penelitian (dalam Horng dkk., 2005) menunjukkan bahwa para guru
dapat memberikan pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para siswa agar
menjadi kreatif.
11
bahwa
berapresiasi
pengamatan
sebuah
karya
sehinga
dapat
menimbulkan penghayatan terhadap karya tersebut, hal ini dimaksudkan agar anak
mampu mengamati dengan sungguh-sungguh sebuah objek, kegiatan ataupun sebuah
karya sehingga anak akan melakukan penghayatan yang mendalam terhadap sebuah
objek pengamatan, jadi anak akan tertarik dan mengetahui secara langsung
bagaimana objek tersebut.
Apresiasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung, apresisi langsung adalah apresiasi yang membawa manusia berhadapan
secara langsung untuk menggeluti sebuah karya, sedangkan apresiasi tidak langsung
adalah berwujud sebuah kegiatan, antara lain mendokumentasi sebuah kegiatan,
membaca teori tentang sebuah karya atau kegiatan, ataupun dapat juga dengan
membaca kritik terhadap sebuah karya. Dengan demikian apresiasi langsung ialah
12
melakukan secara langsung sebuah kegiatan, sedangkan yang tidak langsung berarti
mempelajari sebuah karya atau kegiatan.
b. Gemar merenung
Merenung adalah memikirkan dengan sungguh-sungguh tentang sesuatu
sambil mencari dan akhirnya menemukan banyak hubungan yang terkait dengan
masalah yang direnungkan. Perenung adalah insan yang mempunyai keterpanggilan
jiwa untuk turut serta berfikir dan mencari pemecahan. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa merenung ialah seuatu proses berfikir untuk mencari solusi
sebagai pemecahan-pemecahan sebuah masalah, sehingga merenung itu sangatlah
besar manfaatnya. Merenung juga akan bisa menyumbangkan hasilan renungan demi
masarakat luas, misalnya pemikiran ataupun renungsn untuk mencari pemecahan
masalah yang sedang dihadapi oleh masarakat.
c. Responsif terhadap kejadian sekeliling
Responsif bararti tidak merasa acuh terahadap lingkungan semanusiar.
Responsif bermakna aktif, yaitu mau mengambil bagian terhadap sesuatu yang terjadi
di semanusiarnya, responsif juga mermakna positif dalam arti tanggap apa yang
terjadi di semanusiar seseorang. Dengan demikian responsif memberikan sikap cepat
tanggap terhadap suatu kejadian, dan menuntut untuk cepat berfikir dalam
memutuskan sesuatu, sehinga sikap kreativitas dapat terasah karena seseorang akan
cepat tanggap terhadap suatu kejadian.
d. Senang berinisiatif
Inisiatif adalah pemkiran-pemikiran awal atau lebih sering dikenal sebagai
prakarsa. Prakarsa dapat berperan untuk mempertajam kreativitas sebab prakarsa
merupakan sebuah karya dan sebuah potensi yang sangat besar manfaatnya, karena
lewat inisiatif itulah sebuah pemikiran yang kretif akan muncul. Oleh karena itu
13
sangat penting dalam diri guru atau siswa dapat menciptakan inisiatif dalam
menghadapi kehidupan, yaitu berupa pemikiran-pemikiran yang kreatif dan terarah
kedepan.
e. Mendinamiskan otak
Lemahnya daya kreasi seseorang antara lain dipengaruhi oleh terbelenggunya
seseorang dalam kebiasaan yang monoton, agar terhindar dari kondisi itu, perlu
diciptakannya dinamika gerak dan kebiasaan kerja otak yang dinamis. Dapat
diasumsikan bahwa rendahnya tingkat kreativitas guru dan siswa juga berawal dari
rendahnya kemampuan untuk berkreasi dan melakukan sesuatu yang baru. Sehingga
agar kreativitas meningkat perlu diupayakannya kelincahan kerja otak, atau berfikir
sesuatu yang baru dan selalu dinamis.
f. Banyak membaca dan menulis
Membaca akan menambah wawasan kepada anak, sedangkan wawasan adalah
pemerkaya jaringan pengetahuan sehingga akan dapat menghadirkan rangkaian
wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan yang sudah tersimpat terlebih dulu. Hal
tersebut akan dapat memunculkan ide-ide kreatif lebih banyak seiring dengan
pengalaman serta pengetahuan yang meningkat dari anak sehingga akan member
keleluasaan kepada anak untuk berkreasi.
Menulis akan mempertajam kreativitas seseorang, karena menulis adalah
memunculkan kembali sebagian materi atau pengetahuan yang tlah didapat. Menulis
dapat memperdayakan potensi berkreativitas sebab aktivitas ini sekaligus
menghadirkan pengorganisasian. Dalam menulis, seseorang menghimpun sejumlah
potensi pada dirinya, seperti kemampuan menggagas, mengulas, mengkritik, dan
mengomentari tentang sesuatu.
2.6. Karakteristik Siswa yang Kreatif
14
Imajinatif
(imagine)
mementingkan
pertumbuhan. Karakter :
generalis,
pencapain
tujuan
inovasi
senang bereksplorasi,
dan
menyukai
Adapun peta peta profil kreativitas menurut Jeff DeGraff dan Khaterine adalah
sebagai berikut:
6 http://gurupembaharu.com/home/mengembangkan-kreativitas-siswa-dalampembelajaran/
15
individu
imajinif
(imagine)
memiliki
kompetensi
dalam
16
kreatif
adalah
pembelajaran
yang
membuat
siswa
wilayah sumber
informasi
baru,
proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk
sebelumnya.
memberi toleransi dan memberi kebebasan sekali pun hal itu tidak
dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk
belajar yang lebih kreatif.
Di samping kebutuhan kompetensi guru, pengembangan kreativitas siswa
melalui pembelajaran memerlukan iklim atau kultur yang menunjang. Ada kebiasaankebiasaan yang baik yang guru tumbuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prilaku siswa kreatif tidak selalu seperti prilaku yang guru harapkan sehingga sering
terjadi guru tidak menunjang tumbuhnya kreativitas siswa.
Menurut hasil studi Utami Munandar (1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah;
20
menghargai fantasi
menantang
mengembangkan
proses
ide-ide
berpikir
kreatif
level
dan
tertinggi
karya
kreatif
sesuai
dan
dengan
konsep
inovatif.
Untuk
21
siswa. Sementara itu, profil individu imajinif (imagine) dapat dikembangkan dengan
menggunakan model pertanyaan berikut:
Setelah melihat percobaan yang unik itu, adakah ide baru yang hendak kamu
wujudkan?
Bisakah kalian rumuskan gagasan baru yang menurut kalian berbeda dengan
yang telah kalian pelajari.
Profil individu penanam modal (invest) dapat dipicu dengan model
pertanyaan berikut:
Bisakah kita menghasilkan yang lebih baik daripada yang dapat dilakukan
oleh kelas lain?
Apa yang dapat kita lakukan agar kita bisa selesai lebih cepat dan lebih baik,
kalian punya ide?
22
Perhatikan hasil karya itu, apa yang masih dapat kita kembangkan agar karya
itu menjadi lebih baik.
Apakah kamu punya cara untuk mengkomunikasikan karya itu supaya jauh
lebih menarik perhatian orang-orang?
Dapatkan kamu sempurnakan alat itu lebih kuat dan orang lebih mudah
menggunakannya?
Bisakan kita jamin bahwa usaha itu tidak akan gagal, bagaimana rencananya?
Profil pengeram ide (incubate) dapat dipicu dengan model pertanyaan berikut:
Apakah kamu yakin bahwa kegiatan itu akan lebih efektif, apa kelebihan ide
yang akan kamu terapkan?
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kreativitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini.
Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu
dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena
24
Setelah anak mampu berfikir kreatif, ada beberapa tindakan nyata yang bisa
dilakukan untuk mempertajam kreativitas seseorang. Mengasah ketajaman daya
kreasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain aktif berapresiasi, gemar
merenung, responsif terhadap kejadian sekeliling, sering berinisiatif, mendinamiskan
otak, banyak membaca dan menulis.
3.2. Saran
Adapun yang menjadi saran dari gagasan tertulis ini adalah:
25
Hendaknya guru selalu mecoba sesuatu yang baru, agar pembelajaran tidak
membosankan.
Sumber Bacaan
26
http://kbbi.web.id/kreatif
http://kbbi.web.id/kreativitas
http://gagadribowo.blogspot.com/2012/01/mengembangkan-kreativitas-pesertadidik.html
http://gurupembaharu.com/home/mengembangkan-kreativitas-siswa-dalampembelajaran/
27