Departemen Ilmu Penyakit Dalam Status Pasien Untuk Ujian Untuk Dokter Muda
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Status Pasien Untuk Ujian Untuk Dokter Muda
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda
NIM
Tanggal Ujian
Rumah sakit
Tanda Tangan
Gelombang Periode
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. W
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 74 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Mondok di bangsal
: Flamboyan
Pekerjaan
: Pensiunan
Tanggal masuk
: 24 Februari 2015
Nomor CM
: 602698
II. ANAMNESIS
(Anamnesis dilakukan pada tanggal : 25 Februari 2015 pukul : 12.00 WIB)
Keluhan Utama
: Sesak
Riwayat DM (-).
Riwayat DM (-)
Sistem Saraf
Sistem Respirasi
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Digestive
Sistem Urogenital
Sistem Integumentum
Tekanan darah
: 130/100 mmHg
Suhu tubuh
: 36,3 oC
: 105 x/m
Frekuensi nafas
: 26 x/m
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Tinggi badan
: 165 cm
Berat badan
: 72 kg
BMI
: 26,5
Kesan
: overweight
Skema manusia
Gambarkan pada skema di atas jika ada kelainan lokal dan berikan keterangan
secukupnya
B. PEMERIKSAAN KEPALA :
1. Mata
Manajemen Kasus I-Interna
: Konjungtiva anemis
: -/-
Sklera Ikterik
2. Hidung
3. Telinga
: Discharge
:-
Deviasi
:-
:-
:-
4. Mulut
: -/-
:-
Discharge
:-
Epistaksis
:-
Benjolan
:-
:-
Nyeri tekan
:-
: Bentuk bibir
Pucat
:-
C. PEMERIKSAAN LEHER :
Inspeksi :
Benjolan/Massa
:-
:-
Vena Jugularis
: Tidak meningkat
Palpasi :
Benjolan/Masa
:-
Nyeri tekan
:-
Pemeriksaan trakea :
Deviasi trakea
:-
:-
: TDL
Konsistensi
: Normal
Nyeri Tekan
:-
Bruit
: TDL
Jantung
Inspeksi
: Sianosis sentral
:-
Perkusi
Interpretasi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Barrel chest
:-
:-
:-
Ketinggalan gerak
:-
Spatium intercosta
: normal
: simetris, normal
:-
Perkusi
Auskultasi
E. PEMERIKSAAN ABDOMEN :
Inspeksi
: Pelebaran vena
:-
Caput medusa
:-
Umbilikus
Simetrisitas
: simetris
Benjolan
:-
Peristaltik
: Tidak terlihat
Pulsasi aorta
: Tidak terlihat
Auskultasi
: Peristaltik
: (+) normal
Perkusi
:Dominan timpani
:+
Palpasi
Lien
: Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Masa abdomen
:-
Nyeri tekan
Spasme otot
:-
PEMERIKSAAN REN :
Pemeriksaan nyeri ketok ginjal
: -/-
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS :
Lengan
Tangan
Kaki
epigatrium. Nyeri ketok ginjal (-/-). Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan terdapat
piting oedem pada kedua kaki.
VI.
VII.
EKG
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI
NORMAL
Hematologi
Darah rutin
Hb
13,9
g/dl
11,7-15,5
Leukosit
5,9
103/ul
3,6-11
Hematokrit
42
35-47
Eritrosit
4,5
106/ul
3.8-5,2
Trombosit
158
103/ul
150-440
MCV
92
fL
80-100
MCH
31
Pg
26-34
MCHC
33
g/dL
32-36
DIFF COUNT
Eosinofil
1-3
Basofil
0-1
Netrofil Segmen
46
50-70
Limfosit
34
25-40
Monosit
15
2-8
113,3
mg/dL
100-150
Asam Urat
9,62
mg/dL
<6,8
SGOT
48,1
U/L
<=37
SGPT
39,2
U/L
<=42
Ureum
33,7
mg/dL
10-50
Creatinin
1,4
mg/dL
0,6-1,1
VIII.
Rontgen thoraks
DIAGNOSIS
-
Dyspepsia
Hiperurisemia
IX.
Tindakan/ terapi
-
Non farmakologis :
Pemasangan DC
Edukasi diet rendah garam, rendah lemak, tinggi serat, tinggi protein.
Tidak merokok, minuman beralkohol, tidak minum minuman dengan
kandungan kafein seperti kopi.
Farmakologis
ARB Diovan 80 mg 1 x1
O
KU : Cukup
A
CHFNYHA
P
Non Farmakologis :
Pasang DC
Sesak (+)
TD : 130/100
III
Batuk (+)
N : 105x/menit
Dyspepsia
Berdebar-debar (+)
S : 36,3 oC
hiperurisemia
Mual (+)
Muntah (+-
Thoraks
Cor : S1S2
reguler, bising
BAB (+) N
Bisoprolol 1 x tab
Pulmo : SDV
Miniaspi 1 x 1 tab
(+/+)
Omeprazol 1-0-1
Farmakologis :
Oksigen 3-4 lpm
RR : 26 x/m
BAK (+) N
Inj Furosemid 1 x 1 A
Inj ondansentron 2x1
ISDN 2 x 1 tab
Sukralfat 3 x1
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Hasil lab :
Eosinofil : 5
Asam urat :
9,62
SGOT : 48,1
Creatinin : 1,4
26 Februari 2015
TD : 130/90
Sesak
berkurang
Batuk (+)
N : 90 x/m
o
S : 36.3 C
RR : 20 x/m
Hiperuisemia
Inj Furosemid 1 x 1 A
Kaki bengkak
berkurang
ISDN 2 x 1 tab
Mual (+)
Bisoprolol 1 x tab
Miniaspi 1 x 1 tab
Omeprazol 1-0-1
Sukralfat 3 x1
Allopurinol 2x1 tab
27 Februari 2015
TD : 140/80
Keluhan (-)
N : 88 x/m
o
S : 36.8 C
RR : 20 x/m
BLPL
Dyspepsia
ISDN 2 x 1 tab
Hiperuisemia
Bisoprolol 1 x tab
Miniaspi 1 x 1 tab
Omeprazol 1-0-1
Sukralfat 3 x1
Allopurinol 2x1 tab
Dasar Teori
CONGESTIVE HEART FAILURE
DEFINISI
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak nafas dan fatik
(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
jantung (Panggabean M, 2009). Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk
memompa darah dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, atau
kemampuan itu dicapai hanya jika tekanan pengisian jantung tinggi, atau keduanya
(Sudoyo, 2011).
KLASIFIKASI
Terdapat berbagai klasifikasi pada gagal jantung, diantaranya sebagai berikut.
a. Klasifikasi kelas fungsional menurut New York Heart Association
(NYHA) :
o Kelas I : tidak ada batasan dengan aktivitas fisik biasa.
o Kelas II : gejala ringan, sedikit terbatasi dengan aktivitas biasa
o Kelas III : gejala Fatigue, dispneu, palpitasi, atau angina pada aktivitas
minimal.
o Kelas IV : gejala muncul saat istirahat, gejala meningkat, pada segala
aktivitas.
b. Klasifikasi stadium perkembangan gagal jantung menurut American Heart
Assosiacion (AHA) :
o Stadium A : resiko tinggi, tanpa perubahan struktur jantung, tanpa gejala.
o Stadium B : perubahan struktur jantung, tanpa gejala.
o Stadium C : perubahan struktur jantung dengan gejala.
o Stadium D : gagal jantung refrakter yang membutuhkan intervensi dan
strategi tata laksana khusus.
c. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan onset :
o Gagal jantung akut : serangan cepat /rapid / onset / adanya perubahan
pada gejala-gejala atau tanda-tanda dari gagal jantung yang berakibat
diperlukanya tindakan atau terapi secara urgent.
o Gagal jantung kronik : sindrom klinik yang kompleks yang disertai
keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat
atau latihan.
d. Klasifikasi berdasarkan Anatomi:
o Right Atrium Hyperthrophy (RAH).
o Left Atrium Hyperthrophy (LAH).
Manajemen Kasus I-Interna
Infark miokard
Iskemik miokard
Dilatasi kardiomipati
Regurgitasi mitral
Regurgitasi aorta
Stenosisaortik
Hipertensi yang tak terkendali
Pada keadaan yang disebutkan diatas dapat menurunkan volume sekuncup sehingga
jantung tidak dapat memompa darah untuk melakukan sirkulasi darah yang adekuat.
Contohnya Penurunan volume sekuncup pada kasus infarct, pada keadaan ini terjadi
kerusakan miosit karena miosit tidak mendapatkan asupan oksigen sehingga miosit
mengalami disfungsi dan menurunkan efektivitas dari kontraksi otot jantung. Pada
keadaan lain seperti hipertensi yang tidak terkontrol, pada keadaan ini beban akhir yang
harus dihadapi ventrikel kiri sangat berat sehingga kekuatan ventrikel dan beban tidak
seimbang. Beban yang diberikan kepada ventrikel lebih besar dibandingkan kapasitas
kekuatan pompa ventrikel (Rilantono,1999). Pada kasus ini didapatkan tanda infarct
anterior dari hasil EKG, dan hipertensi yang tidak terkendali dari keterangan hasil
anamnesis pasien. Kedua mekanisme ini yang mungkin mendasari CHF pada pasien ini.
b. Disfungsi diastolik.
Iskemik miocard
Hipertrophy ventrikel
Kardiomiopati restriktif
Pada keadaan diatas, mungkin saja terdapat kondisi fungsi sistolik yang
baik, namun letak gangguan yang menjadi pemicu gagal jantung terdapat pada
proses repolarisasi atau relaksasi diastolik dini (Rilantono,1999). Contohnya
pada kasus iskemik miocard terjadi gangguan hantaran energi , energi yang tidak
dapat disalurkan ini akan diikuti oleh hambatan pada reaksi diastolik. Contoh
mekanisme lainya pada kasus hipertrophy ventrikel, pada keadaan ini elastisitas
ventrikel menurun dan ventrikel menjadi kaku, akibatnya proses relaksasi
ventrikel menjadi tidak sempurna. Pada pasien ini ditemukan kardiomegali
setelah melakukan hasil rontgen, pada keadaan kardiomegali bisa saja terdapat
hipertophy ventrikel namun perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan
lebih lanjut.
PATOGENESIS
Pada penjelasan diatas dimana terjadi gangguan sistolik dan diastolik, tubuh
akanmemberikan respons adaptif local dalam upaya mempertahankan curah jantung.
Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada awal perjalanan gagal jantung, dan pada keadaan
istirahat. Namun, kelainan kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya
tampak saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, kompensasi menjadi
semakin kurang efektif.
1
dan
frekuensi
jantung.
Katekolamin
juga
menyebabkan
Hipertrofi ventrikel :
Respon kompensatorik terakhir adalah hipertrofi miokardium yang
berfungsi untuk meingkatkan kekuatan kontraksi ventrikel. Hipertrofi ini
dicetuskan oleh sistem renin angiotensin aldosteron, sistem simpatis, dan
polipeptida proinflamasi lainnya. Awalnya mekanisme ini menguntungkan
namun
ternyata
juga
meningkatkan
kebutuhan
oksigen
miokardium
Dipsnu (PND)
Nyeri dada
Penurunan aktivitas
berat badan
Tanda :
Tanda :
Kulit lembab
TD
Peningkatan JVP
normal
Edema
Denyutnadi (takikardi/aritmia)
Pergeseran apeks
Efusi pleura
S3 atau S4 RV
Efusi pleura
meningkat,
rendahatau
Pada anamnesis dalam kasus ini hasil dari anamnesis dan pemeriksaan yang
ditemukan dansesuai dengan kriteria framingham yaitu berupa kriteria mayor : Distensi
vena pada leher, Ronkhi paru, Kardiomegali, Edema paru akut. Sedangkan kriteria
minor : Edem ektremitas, Batuk malam hari, Dispnea deffort (sesak saat aktivitas).
Pada gagal jantung kiri : Letargi atau kelelahan, Kulit lembab, Pergeseran apeks. Pada
gagal jantung kanan : Pembengkakan pergelangan kaki, Penurunan aktivitas, Edema,
asites. Maka dapat disimpulkan pada kasus ini pasien mengalami gagal jantung
kongestif.
b. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan laboraturium awal pada pasien dengan Gagal Jantung sebaiknya
meliputi darah rutin, urinalisis, elektrolit serum, BUN, dan serum kreatinin, GDS, profil
lipid, tes fungsi hepar dan fungsi hormon tiroid (Yancy et al, 2013). Pada hasil
dan
non-farmakologi.
Menurut
ACCF/AHA
direkomendasikan
Non Farmakalogi :
Edukasi: edukasi yang perlu diberikan baik bagi pasien maupun individu
B. Farmakologi :
Manajemen Kasus I-Interna
diastolik.
HF rEF (Heart Failure with Reduce Ejection Fraction) atau
dikenal dengan gagal jantung yang disesabkan gangguan sitolik.
ini
menggunakan
terapi
farmakologi
stadium
yang
Menentukan target :
Goal pada teapi farmakologi stadium C adalah :
sakit.
Mencegah kematian.
Menentukan strategi :
Strategi ditentukan faktor resiko yang terdapat pada pasien yang
dapat berupa :
Hipertensi
Diabetes Mellitus
Sindrom Metabolik
Penyakit Atherosclerotic
Penggunaan obat rutin :
Diuretic
:Furosemid 3x 20-40 mg
ARB : Valsartan 2x 40-160 mg, ACEI seperti Captopril tidak
Daftar pustaka
Guntur A (2006). Bed Side Teaching Ilmu Penyakit dalam. Solo :Sebelas Maret
University Press
Longmore M, et al (2012). Oxford Handbook of Clinical Medicine 8th. New York :
Oxford Press.
Rilantono (1999). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokterna Universitas
Indonesia.
Sudoyo AW, et al (2011). Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed. Jakarta :
Interna Publishing.
Sudoyo AW, et al (2011). Indonesian Doctors Compendium. Jakarta : Luthfan-the
Partner.
Yancy CW, et al (2013). 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart
Failure : A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines. Dallas : American Heart
Association,inc.