Anda di halaman 1dari 1

Tumor intrakranial, aneurisma dan malformasi arterivena

Pasien dengan tumor/massa intrakranial dan lesi vaskular berpotensi meningkatkan resiko
kelainan neurologis paska spinal atau epidural anestesi. Peningkatan tekanan intrakranial dan
mean arterial preasure (MAP), bila dilakukan blok neuroaksial dapat berakibat terjadinya
perdarahan subaraknoid, infark cerebral, atau herniasi cerebral. Pungsi spinal tidak
dianjurkan untuk pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial, karena pungsi spinal
menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal dan penurunan tekanan intrakranial yang
mendadak yang berakibat herniasi cerebral. Anestesi spinal dan dural juga tidak dianjurkan
pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial karena obat anestesi yang disuntikan
dapat lebih meningkatkan tekanan intrakranial.

Epilepsi
Kejang pada usia dewasa menunjukan adanya kondisi patologis pada intrakranial seperti
neoplasma, trauma, infeksi atau stroke. Kejang diakibatkan oleh ketidakseimbangan kerja
neuron di cortex cerebral. Efek obat regional anestesi berdasarkan jumlah dosis yang
diberikan. Dalam jumlah kecil, obat anestesi dapat berperan sebagain antikonvulsan. Tetapi
dalam jumlah besar, dapat bekerja sebagai konvulsan. Perangsangan central nervous system
(CNS) oleh agen anestesi dihasilkan dari blok selektif dari jalur penghambatan di korteks
cerebral. Aktifitas dari neuron eksitatori dapat mengakibatkan kejang.
Banyak teknik anestesi regional dapat dilakukan dengan aman pada pasien dengan riwayat
kejang. Manajemen pasien dengan epilepsi termasuk penyebab dan pengobatan anti kejang
juga faktor fisiologi yang menyebabkan toksisitas anestesi regional. Pemilihan obat anestesi
yang tingkat toksisitas nya rendah sangat dianjurkan. Pasien harus dipantau untuk mencari
tanda awal keracunan obat anestesi sampai puncak konsentrasi plasma tercapai.

Manajemen anestesi dari kelainan neurologis


Kelainan neurologis dikategorikan sebagai kontraindikasi pada regional anestesi karena sulit
memprediksi kelainan neurologis baru yang ditimbulkan. Sampai saat ini belum ada studi
klinis yang mengidentifikasi anestesi regional sebagai faktor signifikan penyebab
peningkatan resiko kelainan neurologis. Bila pasien diindikasikan untuk dilakukan anestesi
regional tetapi memiliki kondisi medis berupa kelainan neurologis, pasien harus diberikan
inform konsent tentang komplikasi yang mungkin terjadi.
Pasien dengan defisit neurologis preoperatif dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang lebih
buruk. Meskipun teknik parestesia bukan kontraindikasi, tetapi teknik yang dilakukan harus
dapat meminimalisir trauma akibar jarum spinal dan akibat injeksi intraneuronal. Selanjutnya,
pasien harus dimonitor secara terus menerus untuk mendeteksi adanya kelainan neurologis.
Bila ditemukan kelainan neurologis baru, maka pasien harus kontrol ke dokter spesialis saraf.

Anda mungkin juga menyukai