Disusun Oleh
MUTIARA DEWI POLANDA*
*Alumni S1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro
Jl. Prof Soedarto, SH., Semarang, Jawa Tengah Indonesia
2009
Artikel ini berisi sekilas tentang failure modes and effects analysis yang
berhubungan pada suatu kualitas produk.
2.1
Produk
Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti "sesuatu yang
diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya". Pada tahun 1575, kata "produk" merujuk
pada apapun yang diproduksi ("anything produced"). Namun sejak 1695, definisi kata
product lebih merujuk pada sesuatu yang diproduksi ("thing or things produced").
Produk dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi
Adam Smith. Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan.
Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa
memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. ( www.wikipedia.com )
Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang. Variabel
pertama dari pemasaran yang cukup penting dan yang mempengaruhi kepuasan
konsumen adalah produk, karena produk merupakan sesuatu yang ditawarkan ke pasar
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. (Ahmar, 2002)
Menurut Gitosudarmo (1994:177) produk adalah segala sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Produk dapat mencakup benda fisik, jasa, prestise,
tempat, organisasi maupun idea. Produk yang berujud biasa disebut sebagai barang,
sedangkan yang tidak berujud disebut jasa.
2009
3. Produk Jasa
Produk yang bersifat intangible. (Ahmar, 2002)
tanggung jawab itu dapat pula diletakkan di atas pundak pelaku usaha lainnya,
seperi importir produk, distributor atau pedagang pengecernya. (Perlindungan
Konsumen Dengan Product Liability, 2003)
2.2
Kualitas
Kualitas atau mutu suatu produk atau jasa adalah derajat atau tingkatan dimana
produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari konsumen. Ada dua segi
umum tentang kualitas yaitu kualitas desain atau rancangan (quality of design) dan
kualitas kecocokan/kesesuaian/kesamaan (quality of conformance).
2009
2009
2.3
Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah suatu sistem verifikasi dan penjagaan atau perawatan
dari suatu tingkatan atau derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan
cara perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus
menerus, serta tindakan korektif bilamana diperlukan. Dengan demikian hasil yang
diperoleh dari kegiatan pengendalian kualitas ini benar-benar bisa memenuhi standarstandar yang telah direncanakan atau ditetapkan.
Aktivitas pengendalian kualitas umumnya meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Pengamatan terhadap performance produk atau proses.
2. Membandingkan performance yang ditampilkan tadi dengan standar-standar yang
berlaku.
3. Mengambil tindakan apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup
signifikan (accept or reject) dan apabila perlu dibuat tindakan untuk
mengkoreksinya.
Pengertian pengendalian kualitas tidaklah berarti sama dengan kegiatan
inspeksi. Dengan inspeksi kegiatan ini sendiri sebenarnya justru merupakan bagian
dari kegiatan untuk mengendalikan kualitas produk atau proses, maka yang
dimaksudkan adalah sekedar menentukan apakah produk atau proses baik (accept) atau
rusak (reject). Sedangkan kegiatan pengendalian kualitas selain berkepentingan dengan
upaya untuk menmukan kesalahan, kerusakan atau ketidaksesuaian suatu produk atau
proses dalam memenuhi fungsi yang diharapkan juga mencoba menemukan sebab
musabab terjadinya kesalahan tersebut dan kemudian memberikan alternatif-alternatif
menyelesaikan masalah yang timbul.
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya akan merupakan keseluruhan
kumpulan aktivitas dimana kita berusaha untuk mencapai kondisi fitness for use tidak
peduli dimana aktivitas tersebut akan dilaksanakan yaitu mulai pada saat produk
2009
2.4
2009
mencakup
design
dan
proses
FMEA,
dan
mengembangkan
control
plan.
(www.Elsmar.com)
2009
3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain produk, dan
proses. (Quality Engineering, 2008)
e. FMEA adalah singkatan dari Failure Mode and Effect Analysis. Ini merupakan
suatu metode yang berfungsi untuk menunjukkan masalah (failure mode) yang
mungkin timbul pada suatu sistem yang dapat menyebabkan sistem tersebut tidak
mampu menghasilkan output yang diinginkan dan kemudian menetapkan tindakan
penanggulangannya sebelum masalah itu terjadi. Dengan demikian masalahmasalah pada proses produksi yang mempengaruhi kualitas produk dapat
dikurangi dan akhirnya dieliminasi. (Rizal, 2004)
f. FMEA artinya kita harus menganalisa model-model kegagalan yang bisa terjadi
dalam suatu proses dan apa pengaruh dari kegagalan tersebut. Seringkali FMEA
disebut sebagai suatu frase, yaitu Potential FMEA. Dengan adanya kata
potential, maka sudah jelas bahwa FMEA adalah menganalisa segala model
kegagalan atau defect atau cacat yang mungkin terjadi dalam suatu proses atau
produk. Jadi sebelum kegagalan atau catat itu sendiri terjadi, kita sudah melakukan
analisa pengaruhnya. Tentu tujuannya jelas, yaitu supaya kita bisa melakukan
pencegahan sedini mungkin sebelum kegagalan itu benar-benar terjadi.
(www.Bestsimplesytem.com)
g. FMEA tersusun dari kata Failure (Kegagalan) Mode (Bentuk) Effect (Akibat) and
Analysis (Analisa). Definisi FMEA sebagaimana disebutkan dalam QS : 9000
ialah merupakan suatu pendekatan sistematis untuk:
1. Mengenal dan mengevaluasi potensi-potensi kegagalan dari suatu produk
(proses) dan akibat dari kegagalan yang ditimbulkannya.
2. Mengidentifikasi
tindakan-tindakan
yang
dapat
dilakukan
untuk
2009
2009
4. Failure over time, yaitu degradasi kegagalan seiring dengan pertambahan usia
pakai obyek (lifetime)
5. Over performance of function, ada kalanya obyek sebelum mengalami salah satu
dari keempat modus di atas memiliki kemampuan melebihi fungsi dan kinerja
yang ditetapkan (biasanya sering terjadi sebelum mengalami complete failure.
(Wenda, K.R., 2008)
2009
pada metode untuk meningkatkan deteksi pada produk yang tidak sesuai
tersebut.
d. Menetapkan prioritas untuk tindakan perbaikan pada proses.
e. Menyediakan dokumen yang lengkap tentang perubahan proses untuk
memandu pengembangan proses manufaktur atau perakitan di masa
datang.
Output dari Process FMEA adalah:
a. Daftar mode kegagalan yang potensial pada proses.
b. Daftar critical characteristic dan significant characteristic.
c. Daftar tindakan yang direkomendasikan untuk menghilangkan penyebab
munculnya mode kegagalan atau untuk mengurangi tingkat kejadiannya
dan untuk meningkatkan deteksi terhadap produk cacat bila kapabilitas
proses tidak dapat ditingkatkan. (Ford Motor Company, 1992)
4. Service, berfokus pada fungsi jasa.
5. Software, berfokus pada fungsi software. (Quality Engineering, 2008)
6. Machinery FMEA (MFMEA) : digunakan untuk menganalisa potential failure dan
effect dari desain mesin, tooling dan equipment. (www.Bestsimplesytem.com)
2009
9. Identifikasi penyebab dan variabel suatu proses agar fokus pada process control.
10. Membuat peringkat potential failure untuk menentukan prioritas preventive /
corrective action.
11. Identifikasi penyimpangan sehingga engineer dapat fokus ke pengontrolan proses
untuk menghindari proses menghasilkan produk yang unacceptable.
12. Membantu pembuatan control plan. (www.Bestsimplesytem.com)
2009
2009
2.5
yang
mengidentifikasi dan
mengevaluasi tingkat kegagalan (failure) potensial yang ada pada sistem, produk, atau
proses terutama pada bagian akar-akar fungsi produk atau proses pada faktor-faktor
2009
yang mempengaruhi produk atau proses. Sebagai perangkat kerja metode kualitas,
PFMEA berfungsi sebagai pengilustrasi dan implementasi metode-metode kualitas yang
sesuai, yaitu sebagai media pengeliminasi dan pereduksi adanya perubahan-perubahan
nilai yang terjadi karena adanya failure occuring. Tujuan PFMEA adalah
mengembangkan, meningkatkan, dan mengendalikan nilai atau harga probabilitas dari
failure yang terdeteksi dari sumber (input), dan juga mereduksi efek-efek yang
ditimbulkan oleh kejadian failure tersebut. Fokus PFMEA adalah strategi preventif
terhadap meningkatnya nilai faktor-faktor non-conformance, dan merupakan salah
satu perangkat kerja dalam menganalisis risiko-risiko dalam sistem, produk, maupun
proses.
tujuan
atau
fungsi
masing-masing
operasi.
(Ford
Motor
2009
Suatu mode kegagalan yang terkait dengan proses adalah setiap penyimpangan
dari spesifikasi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam variabel-variabel
yang mempengaruhi proses. (Gaspersz, 2002)
2009
Tabel 2.1 Rating Keparahan (severity) untuk PFMEA (Ford Motor Company,1992)
Efek
Rating
Kriteria
Tanpa efek
Efek ang sangat
ringan
Efek Ringan
Efek Minor
Efek Menengah
Efek Signifikan
Efek Mayor
Efek Ekstrim
Efek Serius
Efek Berbahaya
10
2009
tidak
sering,
dan
10
menunjukkan
tingkat
kejadian
sering.
(www.Bestsimplesytem.com)
Rating kejadian (occurrence) adalah rating yang berhubungan dengan estimasi
jumlah kegagalan kumulatif yang muncul akibat suatu penyebab tertentu pada elemen
dengan jumlah yang ditentukan yang diproduksi dengan metode pengendalian yang
digunakan saat ini. Rating kejadian ini diestimasikan dengan jumlah kegagalan
kumulatif yang muncul pada setiap 1000 komponen atau CNF (cumulative number of
failure)/1000. Rating tingkat kejadian yang dipilih pada tabel 2.3 dapat ditentukan
berdasarkan kriteria pada tabel 2.2 berikut. (Ford Motor Company,1992)
Jika
Proses dikendalikan dengan
Statistical Process Control
(SPC)
Proses mirip dengan proses
terdahulu atau yang
mewakili
Terdapat sejarah kegagalan
pada komponen yang mirip
atau mewakili
Proses baru dan/atau tidak
tersedia data statistik
2009
Maka digunakan
Cpk
Cpk
CNF/1000-Cumulative
Number of Failure
Penilaian keteknikan
Kriteria subyektif
Tabel 2.3 Rating Kejadian (Occurence) untuk PFMEA (Ford Motor Company,1992)
Kejadian
Rating
Cpk
CNF/1000
Kriteria
Tidak ada kemungkinan kegagalan. Sejarah
proses yang mirip tidak menunjukkan adanya
kegagalan
Hampir
tidak ada
1,67
Jarang
1,50
0,0068 ( 1 in
150.000)
1,33
4
5
6
1,17
1,00
0,83
0,46 ( 1 in 2.000)
2,7 ( 1 in 400)
12,4 ( 1 in 80)
0,67
46 ( 1 in 20)
0,51
134 ( 1 in 8)
0,33
316 ( 1 in 3)
Sangat
Kecil
Kecil
Rendah
Medium
Agak
Tinggi
Tinggi
Sangat
Tinggi
Hampir
Selalu
10
< 0,33
2009
Tabel 2.4 Rating Deteksi (Detection) untuk PFMEA (Ford Motor Company,1992)
Deteksi
Rating
Hampir Pasti
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Menengah
Rendah
Kecil
Sangat Kecil
Sedikit
Hampir tidak
terdeteksi
10
2.5.1.9
Kriteria
Metode deteksi pencegahan hampir pasti dapat untuk
mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang sangat
tinggi untuk dapat mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang tinggi
untuk dapat mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang cukup
tinggi untuk dapat mendeteksi mode kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang sedang
untuk mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang rendah
untuk mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang kecil
untuk mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang sangat
kecil untuk mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Metode deteksi pencegahan memiliki kemungkinan yang sedikit
untuk mendeteksi mode dan penyebab kegagalan
Tidak diketahui metode deteksi untuk mendeteksi mode dan
penyebab kegagalan
detection. RPN diperoleh dengan mengalikan rating severity, occurrence, dan detection.
Rating dan RPN hanya digunakan untuk merangking kelemahan proses untuk
mempertimbangkan tindakan yang mungkin untuk mengurangi kekritisan dan membuat
proses lebih baik. (Ford Motor Company,1992)
2.5.1.10 Rekomendasi
Merupakan proses tindakan yang akan diambil untuk mengurangi satu atau lebih
rating severity, occurrence, dan detection. Tindakan perbaikan dapat dipertimbangkan
bilamana:
1. Efek dari mode kegagalan memiliki rating severity 9 atau 10.
2. Produk dari rating severity dan occurrence dari penyebab mode kegagalan
mempunyai kombinasi yang tinggi.
2009
2.6
yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua
keputusan dan tindakan serta penggunaan fasilitasfasilitas proses yang dilakukan oleh
orangorang di dalam organisasi yaitu anggotaanggota organisasi secara efektif,
efisien, standar, konsisten dan sistematis (merupakan syarat SOP). Efektif dalam hal ini
berarti melakukan sesuatu dengan tepat sedangkan efisiensi merupakan pencapaian
tujuan, konsisten berarti SOP harus diterapkan secara standar dan sama untuk semua
prosedur yang sama untuk semua bagian organisasi (menitikberatkan pada
pelaksanaannya).
Standar
erat
hubungannya
dengan
konsisten
tetapi
lebih
menitiberatkan pada prosedur itu sendiri. Sitematis bermakna pada tampilan dan
kejelasan dalam SOP. (Tambunan, Rudi M.2008)
2009
2009
2. Pengembangan sebagian
Metode yang digunakan untuk memperbaiki manual atau pedoman SOP yang
sudah ada yang sudah dijalankan oleh organisasi.
3. Pengembangan keseluruhan
Metode yang digunakan untuk memperbaiki manual atau pedoman yang sudah ada
yang sudah dijalankan organisasi ,dimana buku pedoman diperbaiki secara
keseluruhan.
4. Pengembangan berkala
Metode yang diterapkan untuk memperbaiki pedoman yang menekankan pada
rutinitas pengembangan dan pemeliharaan SOP yang sifatnya terjadwal ,misalnya
setiap tiga atau lima tahun.
Dalam prakteknya tidak menutup kemungkinan metodemetode diatas dapat
digunakan secara bersama-saman untuk saling melengkapi. Keempat metode tersebut
dibedakan berdasarkan posisi awal penyusunan. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam penyusuan SOP antara lain :
1. Teknik naratif
Teknik yang menggunakan kekuatan narasi dan penjelasan dengan kalimat
sesuai kaidah bahasa yang benaruntuk menjelaskan langkah langkah kegiatan
dalam organisasi baik kegiatan operasional maupun administrasi. Teknik ini cocok
digunakan untuk menjelaskan kebijakan bersifat peraturan dan terdiri dari cakupan
langkah-langkah sederhana dan tidak bervariasi.
Keunggulan :
a. Lebih fleksibel dalam menggambarkan langkah langkah dalam prosedur
b. Tidak terikat pada simbol simbol tertentu
c. Lebih bebas untuk dimodifikasi
d. Tingkat pemahaman lebih tinggi.
Kelemahan :
a. Lebih sulit disajikan secara standar karena masing-masing penyusun
menggunakan bahasa yang berbeda.
b. Cenderung berbelit-belit terurama untuk prosedur yang terdiri dari banyak
langkah.
2009
c. Tidak praktis
2. Teknik bagan arus
Teknik ini disebut juga dengan flowchart, yang menggunakan simbolsimbol khas dimana tiap simbol merepresentasikan makna tertentu. Ada beberapa
macam teknik bagan arus tetapi yang sering digunakan adalah teknik bagan arus
analitis, yaitu penggunaan simbol-simbol dalam bagan yang menggambarkan
aliran dokumen dan proses yang terjadi antara unit yang berbeda dalam organisasi.
Teknik ini cocok digunakan untuk prosedur dengan langkah langkah yang
banyak, yang melibatkan banyak unit dalam organisasi , yang mempunyai kaitan
proses dengan prosedur lainnya.
Keunggulan :
a. Lebih ringkas dalam menjelaskan langkah
b. Lebih konsisten dalam menjelaskan langkah
c. Lebih praktis digunakan
d. Lebih mudah dikontrol
Kelemahan :
a. Tidak mudah dalam menyajikan bagan arus yang konsisten
b. Tidak mudah mensosialisasikan bagan arus pada pelaksananya.
3. Teknik Tabular
Teknik ini biasa digunakan untuk melakukan analisis kegiatan dalam
penyusunan SOP, untuk menghitung efektivitas dan efisiensi proses kerja dengan
menyajikan dalam bentuk tabel. Teknik ini memang belum terlalu populer dalam
penyusunan prosedur standar. Penggunaan teknik ini misalnya untuk pengaturan
jadwal kegiatan yang berulang.
4. Teknik Campuran
Teknik inimerupakan gabungan dari ketiga teknik diatas, karena
penggunaan salah satu teknik dirasa kurang efektif. Penggabungan teknik tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Digunakan bersamaan untuk semua prosedur standar dalam SOP
b. Digunakan sesuai kebutuhan masing-masing prosedur, ada prosedur yang
menggunakan satu teknik dan ada pula yang menggunakan dua teknik.
2009
2009
DAFTAR PUSTAKA
2009
Wignjosoebroto, S., Pengantar Teknik & Manajemen Industri, Edisi Pertama, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2006
Wemda, K. R., Analisis Data Kecelakaan Dan Kegagalan Sistem Rudder Boeing 737,
Teknik Mesin Dan Dirgantara ITB, Bandung, 2008.
www.wikipedia.com. Acces : 21 Juli 2008
2009
2009