NERISSA ARVIANA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul
Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam
Pengentasan Kemiskinan benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum
pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang
diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2015
Nerissa Arviana
NIM. I34110013
ABSTRAK
NERISSA ARVIANA Efektivitas Program Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan. Di bawah bimbingan MURDIANTO
Corporate Social Responsibility merupakan wujud kepedulian dan tanggung
jawab sosial perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat. Penerapan program
CSR merupakan salah satu upaya dari perusahaan untuk membantu mengatasi
permasalahan kemiskinan yang terjadi khususnya di wilayah sekitar perusahaan
beroperasi. Tulisan ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan topik yang diangkat untuk menganalisis efektivitas CSR
dalam pengentasan kemiskinan. Metode yang digunakan dalam penyusunan studi
pustaka ini yaitu dengan mengumpulkan data sekunder hasil-hasil penelitian
sebelumnya. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa dengan penerapan
tahapan-tahapan implementasi CSR dapat mempengaruhi efektivitas program
CSR. Semakin efektif program CSR, maka akan semakin efektif menurunkan
tingkat kemiskinan di masyarakat.
Kata kunci: efektivitas, CSR, tingkat kemiskinan
ABSTRACT
NERISSA ARVIANA The effectiveness of the corporate social responsibility
(CSR) in the alleviation of poverty. Supervised by MURDIANTO
Corporate social responsibility is a form of paying attention and social
responsibility a company to its environment and community. The application of
CSR is one effort of the company to help solving the poverty problems that
occurred particularly in the area around operating company. This paper aims to
collect information relating to the topic that is lifted to analyze the effectiveness of
CSR for reducing poverty. Method used in the preparation of the literature study
is collecting preivious secondary data research results. The results of literature
studies showed that the application of the CSR implementation stages can affect
the effectiveness of this program, So that It will be more effective to reduce the
level of poverty in the community.
Keywords: effectiveness, CSR, level of poverty
Oleh :
NERISSA ARVIANA
I34110013
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Nerissa Arviana
Nomor Pokok
: I34110013
Judul
: Efektivitas Program Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan
dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Diketahui oleh
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka yang bejudul Efektivitas Program CSR dalam
Pengentasan Kemiskinan ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan
untuk memenuhi syarat kelulusan pada MK Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Murdianto, MSi selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar membimbing dan memberi masukan serta kritik kepada penulis
selama penulisan laporan studi pustaka ini,
2. Ayahanda Arsyam dan Ibunda Asnimar serta kakak-kakakku (Mega Putri
Armanesa, Ricky Putra Armando, Wastu Ayu Diamahesa dan Mardian
Putri) yang telah menjadi sumber inspirasi dan telah memberikan
dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis,
3. Teman satu kelompok bimbingan Rielisa AP. Hutagaol dan Fitri Andriani
Sidik yang selalu memberi semangat dan menjadi teman diskusi dalam
penulisan studi pustaka ini,
4. Sahabat-sahabatku Dudu, Rina, Nanda, Yunita, Nisa, Kurnia, dan Oja serta
seluruh keluarga SKPM 48 yang telah memberikan semangat kepada
penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Studi Pustaka ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015
Nerissa Arviana
NIM. I34110013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
PENDAHULUAN....................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Tujuan...................................................................................................................2
Metode Penulisan.................................................................................................2
viii
SIMPULAN...........................................................................................................31
Hasil Rangkuman dan Pembahasan...................................................................31
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi.....................................32
Usulan Kerangka Analisis Baru.........................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
LAMPIRAN...........................................................................................................36
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas-Perusahaan..........................................27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran.............................................................................33
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Sintesis dari Berbagai Sumber Data Sekunder ..............................36
Riwayat Hidup.......................................................................................................41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki kekayaan sumberdaya
alam yang berlimpah. Kekayaan sumberdaya alam ini membuat semakin banyak
perusahaan atau perseroan terbatas yang dibangun untuk memanfaatkan sumberdaya
alam yang ada di Indonesia. Banyaknya perusahaan yang dibangun tidak terlepas dari
kondisi masyarakat sekitar perusahaan dan kondisi lingkungan. Hal ini mengakibatkan
perusahaan memiliki tanggung jawab dan peranan dalam peningkatan perekonomian
daerah maupun negara. Saat ini mulai banyak perusahaan yang mulai menjalankan
tanggung jawab sosial terhadap sosial dan lingkungan. Program tanggung jawab sosial
perusahaan atau biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR)
yang
dilaksanakan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya berbeda-beda,
tergantung kebijakan perusahaan dan kebutuhan serta permasalahan yang dialami
masyarakat sekitar perusahaan beroperasi. Beberapa program yang paling umum dan
sering dilaksanakan perusahaan adalah program di bidang kesehatan, lingkungan dan
peningkatan perekonomian masyarakat dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu masalah yang
cukup serius hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dari data BPS 1 pada Maret 2014 yang
menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia baik di desa maupun kota
berjumlah 28,29 juta atau 11,25% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 238
juta jiwa. Sebanyak 14,37% penduduk miskin berada di daerah pedesaan sedangkan
8,34% penduduk miskin berada di perkotaan. Jumlah penduduk miskin yang masih
banyak ini seharusnya dapat diatasi dengan semakin banyaknya perusahaan yang
didirikan dan beroperasi di wilayah pedesaan sehingga dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja lokal. Hal ini sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
yang menyebutkan bahwa pembangunan industri di Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, mendorong adanya teknologi tepat guna, meningkatkan kemampuan
masyarakat golongan ekonomi lemah, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja,
serta meningkatkan pembangunan daerah. Namun sayangnya, banyaknya perusahaan
yang didirikan ini tidak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar perusahaan ini
didirikan. Sehingga tetap saja masih banyak penduduk miskin disekitar perusahaan
berdiri.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan jika dilaksanakan secara tepat. Penerapan CSR yang tepat
dapat menaikkan citra perusahaan dan menarik simpati masyarakat. Selain itu,
pelaksanaan CSR secara tepat juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar
perusahaan itu berdiri atau bagi masyarakat luas. Namun sayangnya, saat ini tidak
sedikit perusahaan yang melaksanakan kegiatan CSR hanya sebagai formalitas untuk
menggugurkan tanggung jawab dan kewajiban perusahaan terhadap undang-undang
yang sudah dibuat oleh pemerintah. Pemerintah sudah menetapkan UU No. 40 Tahun
2007 Bab V Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa tanggung
jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya. Agar pelaksanaan CSR tidak hanya sebagai formalitas
1
bps.go.id
perusahaan saja, maka sebuah perusahaan harus dapat melaksanakan CSR dengan
maksimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan agar pelaksanaan CSR
berjalan maksimal adalah dengan melibatkan partispasi aktif masyarakat secara
langsung. Menurut Wibisono (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR pada umumnya menggunakan
tahapan implementasi CSR sebagai berikut: mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pemantapan dan evaluasi. Hal ini dibutuhkan agar program CSR yang diterapkan dapat
berjalan efektif dan berhasil. Keberhasilan program CSR khususnya di bidang ekonomi
tentunya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini
juga berdampak pada menurunnya tingkat kemiskinan di wilayah sekitar perusahaan
beroperasi. Oleh karena itu, CSR merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan
untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di pedesaan khususnya di wilayah sekitar
suatu perusahaan beroperasi.
Tujuan
Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis sejumlah data sekunder terkait efektivitas program CSR yang
dilaksanakan suatu perusahaan dalam upaya pengentasan kemiskinan
2. Mengumpulkan informasi mengenai bahan yang sesuai dengan topik yang
diangkat oleh penulis sebagai upaya untuk menggambarkan fenomena faktual
3. Menemukan suatu kerangka pemikiran baru guna diajukan pada proposal
penelitian.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah studi literatur
dengan menggunakan data sekunder. Bahan pustaka yang digunakan berasal dari hasil
penelitian terdahulu berupa jurnal dan didukung dengan buku, skripsi dan juga tesis.
Bahan pustaka yang terkumpul kemudian dipelajari dan diringkas sesuai dengan topik
yang diangkat kemudian disusun menjadi tulisan ilmiah yang utuh dan sesuai dengan
sistematika penulisan yang terdiri dari pendahuluan, ringkasan, rangkuman dan
pembahasan serta simpulan.
1.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Saat ini sektor bisnis turut berperan aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan
di Indonesia. Salah satu peran yang dijalankan perusahaan untuk membantu pemerintah
dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah dengan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility. Dahulu kajian mengenai CSR selalu berhubungan dengan konflik dan
pelanggaran hak-hak masyarakat lokal. Padahal sejumlah hasil kajian menunjukan
bahwa konflik dan permasalahan dalam hubungan antara korporasi dengan masyarakat
lokal salah satunya merupakan wujud dari adanya kemiskinan masyarakat/komunitas di
sekitar kegiatan tambang serta adanya ketimpangan kesejahteraan antara warga
masyarakat dengan warga korporasi.
Dalam Handbook on Poverty and Inequality (Haughton and Khandker 2009)
yang dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012) dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat
dalam tiga cara pandang. Pertama, cara paling konvensional dalam mengukur
kemiskinan dengan membandingkan tingkat pemasukan dan konsumsi setiap individu.
Kedua, cara paling tradisional dalam mengukur kemiskinan adalah dengan membaginya
ke dalam setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan berkaitan dengan berapa
banyak orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau kemiskinan dalam
pendidikan dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata lulusan pendidikan
formal. Ketiga, menurut Amartya Sen (1981) dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012),
kemiskinan didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun
kelompok untuk berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau
pendidikan, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk
berpendapat. Lebih jauh Sen mendefinisikan individu yang dianggap miskin sebagai
individu yang standar konsumsinya berada di bawah orang kebanyakan ataupun
individu yang pendapatannya berada di bawah garis rata-rata. Dari sana, Sen kemudian
memberikan dua pendekatan dalam memahami kemiskinan. Pertama, pendekatan
biologis yaitu yang memahami bahwa keluarga berada pada primary poverty jika total
pendapatannya tidak memenuhi untuk mendapatkan kebutuhan minimum dari
pemeliharaan kondisi fisik. Dalam pendekatan ini digunakan beberapa variasi yang
mempunyai hubungan kuat dengan kondisi fisik, kebiasaan dalam bekerja, kebutuhan
nutrisi, kebutuhan makanan dan non-makanan. Pendekatan kedua adalah pendekatan
ketidakseimbangan yang memahami kemiskinan sebagai ketidakseimbangan antara
kelompok paling miskin dengan keseluruhan komunitas dalam setiap dimensi
stratifikasi.
langsung dalam perencanaan dan pengambilan keputusan program. Selain itu, program
ini juga masih menimbulkan ketergantungan atau belum menciptakan kemandirian bagi
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang masih sangat tergantung dengan
pendanaan yang diberikan oleh perusahaan.jika pendanaan dihentikan, bisa saja
masyarakat juga berhenti melaksanakan kegiatan CSR yang sudah diberikan
perusahaan.
2.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya dalam bentuk kegiatan ekonomi
tapi juga harus memperhatikan aspek lainnya, seperti yang dikemukakan oleh John
Elkington seperti dikutip oleh Swasembada (2010) memperkenalkan konsep Triple
Bottom Line (3P) People, Planet, Profit. Pertamina merupakan salah satu perusahaan
energi nasional yang senantiasa menjunjung tinggi etika pengolahan bisnis yang
bertanggung jawab baik secara fisik maupun sosial. Sepanjang tahun 2011 tidak kurang
473.000 penerima manfaat telah terlibat dalam program CSR Pertamina. Sebagian besar
penerima manfaat tersebut adalah warga masyarakat yang berada di lokasi terdekat
dengan setiap wilayah operasional Pertamina di seluruh Indonesia.
Kegiatan CSR TBBM Depot Ende dibagi ke dalam beberapa pilar. Pilar Pertama
adalah Peningkatan Kualitas Pendidikan dengan Program Beasiswa yang diberikan
kepada siswa/siswi SD, SMP, SMA yang berprestasi dan kurang mampu. Pilar Kedua
adalah Pemberdayaan Kesehatan dengan program diantaranya Sehati Pertamina dengan
kegiatan pembangunan dan perbaikan posyandu, pemberian imunisasi dan
pendampingan posyandu. Program lainnya adalah pemberdayaan posyandu berupa
pemberian alat dan kesehatan posyandu dan pemberian sarana bermain anak. Pilar
inisiatif yang ketiga adalah Peningkatan Kualitas Hidup dengan program Penanaman
10.000 bibit Pohon Cacao. Pilar inisiatif keempat terdiri dari dua program yaitu Air
bersih dan Pengembangan hubungan dan peningkatan kepercayaan. Bentuk kegiatan air
bersih yaitu pembangunan tiga titik air bersih di daerah yang kesulitan air bersih dan
program yang kedua adalah pengembangan hubungan dan peningkatan kepercayaan
dengan kegiatan penerimaan tenaga Outsourcing, renovasi masjid dan gereja, kegiatan
keagamaan, bantuan jaring ikan dan perbaikan jalan. Pertamina Peduli yang merupakan
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat korban bencana alam di tanah air.
Tujuannya dibentuk empat pilar inisiatif ini agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh
setiap lokasi tidak melenceng dari tujuan utama.
Berdasarkan analisis lapangan dan analisis berdasarkan kriteria yang juga
dijadikan dasar oleh badan usaha bidang pertambangan, TBBM Depot Ende telah
merencanakan serta mengimplementasikan program kegiatan CSR dengan memberikan
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab sosial perusahaan
kepada lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V Pasal 74. Dalam pasal tersebut dijelaskan
tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan atas eksistensinya terhadap
kegiatan bisnis. Selain terhadap sosial dan lingkungan, CSR juga berperan dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan. Namun sayangnya, saat ini belum semua
perusahaan benar-benar menjalankan CSR dengan baik. Masih banyak perusahaan yang
menjadikan CSR menjadi bagian lain dari manajemen perusahaan sehingga
10
4.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Tanggung jawab sosial perusahaan memandang perusahaan sebagai agen moral,
dengan atau tanpa adanya aturan hukum maka sebuah perusahaan harus menjunjung
tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan di dalam sudut pandang
tanggung jawab sosial perusahaan adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni
menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah
satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar
seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka
inginkan. Dalam pelaksanaan CSR perusahaaan terdapat kriteria yang sebaiknya ada
dalam pelaksanaan program diantaranya adalah: program tanggung jawab sosial
perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga memberikan manfaat
yang lebih luas. Inovasi dan spesifik, program ditujukan sesuai dengan isu sosial yang
spesifik dan dilakukan pendekatan yang inovatif.
Giarci
(2008:89) seperti dikutip oleh Kumalasari (2012) memandang
community development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam
membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang
melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan,
merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan
lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan
dukungan collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat. Tahapan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimulai dari proses seleksi lokasi sampai
dengan pemandirian masyarakat. Secara rinci masing-masing tahap tersebut adalah
sebagai berikut: tahap pertama adalah seleksi lokasi, tahap kedua adalah sosialisasi
pemberdayaan masyarakat, tahap ketiga adalah proses pemberdayaan masyarakat yang
meliputi kajian keadaan pedesaan partisipatif, pengembangan kelompok, penyusunan
rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi partisipatif. Tahap empat
adalah pemandirian masyarakat. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan
masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab
kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan masyarakat miskin dan kelompok
yang terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumber daya lokal, sensitif terhadap nilainilai budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan
ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat (Instansi Pemerintah, Lembaga
Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta dan pihak
lainnya) serta dilaksanakan secara berkelanjutan.
11
12
13
5.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Wacana tentang kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan
terus berkembang dalam kemasan philanthropy serta community development (CD).
Menurut Achwan (2006) seperti dikutip oleh Yulianti (2013), corporate social
responsibility (CSR) yang kini semakin diimplementasikan berbagai macam
perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup
lama. Aktivitas CSR yang timbul sejak era timbulnya kesadaran akan sustainability
perusahaan jangka panjang adalah lebih penting dari pada sekedar profitability.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharuskan pemerintah untuk berpartisipasi
dalam kegiatan tanggung jawab sosial. Aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan
PTPN VII Persero dapat berbentuk program kemitraan dengan usaha kecil dan program
bina lingkungan. Program CSR dengan nama PTPN 7 Peduli yang mengedepankan
pemberdayaan masyarakat yang mempunyai fokus pada kegiatan pendidikan, kesehatan
dan pelesatarian alam. Tujuh program utama yang terangkum dalam PTPN 7 Peduli
adalah a). Peduli kemitraan; b) Peduli bencana alam; c) Peduli pendidikan; d) Peduli
kesehatan; e) Peduli pembangunan; f) Peduli keagamaan; g) Peduli pelestarian
lingkungan. Program yang telah berjalan tersebut tentunya perlu untuk dievaluasi untuk
dapat melihat kinerjanya dan mengetahui hambatan-hambatan dalam proses
pelaksanaan program ini apabila ada tujuan dan sasaran program yang belum dapat
dicapai. Untuk mengetahui keberhasilan program maka diperlukan kajian evaluasi
program yang bertujuan untuk menilai seberapa besar berbagai program sosial dapat
meningkatkan kesejahteraan, bagaimana program sosial berlangsung dan bagaimana
program dapat menjadi lebih efektif sesuai yang dikemukakan oleh Sadish (1991:18)
seperti dikutip oleh Yulianti (2013). Evaluasi program dapat diartikan sebagai kegiatan
mengukur untuk mengetahui seberapa besar suatu program sosial meningkatkan
kesejahteraan rakyat (efek program), bagaimana program sosial berlangsung
(operasional program) dan bagaimana agar program dapat berjalan lebih efektif.
Efektivitas menurut Hadayaningrat (1995:16) seperti dikutip oleh Yulianti
(2013) merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Kriteria-kriteria dalam pengukuran efektivitas menurut
Dunn (2003:610) seperti dikutip oleh Yulianti (2013) diantaranya : efektivitas untuk
mengukur hasil yang diinginkan, efisiensi untuk mengetahui seberapa banyak usaha
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, kecukupan untuk mengetahui
seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah, perataan untuk
mengetahui apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-
14
15
6.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Corporate Social Responsibility merupakan suatu konsep bahwa organisasi
khususnya perusahaan wajib memiliki tanggung jawab terhadap pemegang saham,
karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungan yang berkaitan dengan operasional
perusahaan. Dalam menjalankan bisnisnya, tidak jarang perusahaan mengalami bentrok
kepentingan dengan masyarakat sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Oleh karena itu,
perusahaan diwajibkan melakukan kegiatan CSR untuk dapat mewujudkan
kesejahteraan masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Dalam
Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas tidak disebutkan secara rinci besaran biaya
yang harus dikeluarkan oleh Perusahaan untuk CSR dan sanksi bagi yang melanggar.
Untuk itu perlu dikaji ulang agar besarnya biaya dan penetapan sanksi bagi yang
melanggar lebih diperjelas.
CSR merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan yang tidak hanya berupa
sumbangan financial kepada masyarakat yang bersifat sesaat melainkan terhadap semua
stakeholders termasuk lingkungan dan masyarakat disekitarnya, dengan cara perusahaan
menyisihkan sebagian keuntungannya yang digunakan untuk kepentingan pembangunan
manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan
profesional sehingga tercipta keseimbangan dan kesejahteraan bersama. Program aksi
CSR menurut Edi Suharto meliputi beberapa bidang yaitu, bidang pendidikan, bidang
kesehatan bidang lingkungan, bidang modal sosial dan bidang ekonomi dan
kewirausahaan. PT Pertamina Gas akan melaksanakan program CSR dalam empat
bidang yaitu Lingkungan, Kesehatan, Pendidikan, dan Infrastruktur. Pelaksanaan
program yang diterapkan ada yang bersifat berkelanjutan, insidental yang disesuaikan
dengan kebutuhan, per tiga bulan dan program yang diadakan rutin setiap tahunnya.
Pengukuran keefektivitasan program dapat dilihat dari beberapa kriteria yang
ditetapkan oleh perusahaan yaitu, bermanfaat, berkelanjutan, dekat wilayah operasi,
serta publikasi dan mendukung Proper. Program CSR diselaraskan dengan kebutuhan
komunitas di sekitar operasi PT Pertamina, sebagai salah satu stakeholder penting,
sekaligus untuk mendukung keberhasilan bisnis Pertamina secara berkelanjutan. Untuk
memaksimalkan program CSR dapat berlangsung PT Pertamina akan membentuk Tim
16
Pelaksana harian Program CSR. Pembentukan tim ini dimaksudkan untuk melakukan
pengawasan terhadap keberlangsungan program CSR dan melakukan evaluasi terhadap
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan.
Analisis
Tanggung jawab sosial perusahaan yang dipaparkan dalam jurnal ini tidak hanya
bagi masyarakat dan lingkungan tetapi juga tanggung jawab terhadap karyawan,
tanggung jawab terhadap pelanggan, dan juga tanggung jawab terhadap investor.
Kriteria yang ditetapkan untuk mengukur efektivitas program yaitu bermanfaat,
berkelanjutan, dekat wilayah operasi, serta publikasi dan mendukung proper. Dekat
wilayah operasi yang dimaksud di sini masih belum terlalu jelas karena pada beberapa
jurnal yang lain menyebutkan bahwa wilayah operasi Perusahaan biasanya dibagi
menjadi tiga Ring, yaitu Ring 1 yang paling dekat dengan wilayah operasi perusahaan,
Ring 2 dan Ring 3. Selain itu, belum terdapat divisi khusus yang menangani CSR
sehingga pelaksanaan CSR masih belum dapat optimal dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Hal ini dikarenakan pelaksanaan CSR masih dilakukan oleh pekerja di
bagian fungsi operasi.
17
7.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Kemiskinan di Indonesia saat ini telah menjadi masalah global yang harus
ditanggulangi secara tuntas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan di Indonesia adalah melalui program pemberdayaan.
Berdasarkan visi misi Gubernur Jawa Timur terhadap Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Provinsi Jawa Timur 2009-2014 yang mengedepankan 4 (empat)
strategi pokok pembangunan yang meliputi: Pertama, pembangunan berkelanjutan
berpusat pada rakyat yang mengedepankan partisipasi rakyat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup
mereka sendiri. Kedua, keberpihakan kepada masyarakat miskin. Ketiga,
pengarusutamaan gender. Keempat, keseimbangan pemerataan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan agro-industri atau agrobisnis.
Langkah awal untuk melaksanakan program pemberdayaan yang berkaitan
dengan pengentasan kemiskinan adalah dengan melakukan pengelompokkan atau
klasifikasi rumah tangga miskin (RTM). Menurut BPS, penggolongan rumah tangga
miskin di Kabupaten Malang berdasarkan keadaan miskinnya yaitu Sangat Miskin,
Miskin, dan Mendekati Miskin. Tujuan pengelompokan kategori RTM didasarkan
dengan tujuan agar dana Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM)
teralokasikan secara tepat sasaran, tepat tujuan, tepat perlakuan, dan juga tepat waktu
sehingga memiliki dampak positif dan optimal sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
dan kemandirian RTM.
Fokus dalam penelitian ini adalah : (1) Implementasi Kebijakan Program
Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) Berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM)
Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang (2) Faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
mengenai Program Peningkatan Keber-dayaan Masyarakat (PPKM) tersebut.
Implementasi kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM)
berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM) Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Desa
Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Kemiskinan merupakan suatu
fenomena hidup yang cukup sulit diatasi karena berhubungan dengan ketidakmampuan
18
19
8.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara
sadar, terencana dan berkelanjutan. Saat ini pembangunan bukan hanya tanggung jawab
pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab sektor swasta dan masyarakat.
Perusahaan tidak hanya boleh memikirkan kepentingan ekonomis bagi perusahaan itu
saja, tetapi juga harus memiliki tanggung jawab pada aspek sosial dan lingkungan, atau
yang biasa disebut Triple Bottom Line. PT. Amerta Indah Otsuka merupakan
perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi dan telah melaksanakan kegiatan
CSR sejak tahun 2010. Fokus utama dari perusahaan ini adalah meningkatkan
pemberdayaan masyarakat melalui bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan pada PT Amerta Indah Otsuka merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode survei
dengan teknik pengumpulan data menggunakan simple random sampling, yaitu
pengambilan sampel dari anggota populasi, yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan skala pengukuran yang
digunakan adalah skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Metode pengujian instrumen
penelitian digunakan uji validitas untuk menguji tingkat kevalidan suatu instrumen,
serta uji realibilitas yaitu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis regresi linear berganda yang merupakan analisis pengaruh setiap variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel tersebut.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner penelitian dapat diketahui bahwa
konsep Corporate Social Responsibility yang terdiri dari variabel sosial (x1), variabel
ekonomi (x2) dan variabel lingkungan (x3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan
masyarakat. Selain itu pembangunan berkelanjutan memperhatikan batas-batas
lingkungan dalam konsumsi materi dan memperkuat pembangunan kualitatif pada
20
tingkat masyarakat dan individu dengan distribusi yang adil, serta perlunya campur
tangan pemerintah, dukungan dan kerjasama dunia usaha dalam upaya konservasi dan
pemanfaatan yang berbasis sumber daya.
Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur signifikansi pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat. Dari jurnal ini
juga terlihat terdapat pengaruh kegiatan CSR terhadap pemberdayaan masyarakat.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilihat dari adanya hubungan
antara variabel sosial (x1), variabel ekonomi (x2) dan variabel lingkungan (x3)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari
tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat.
21
9.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Di era Desentralisasi, realisasi program CSR dimaknai sebagai wujud
keterlibatan sektor privat dalam memberdayakan masyarakat miskin sehingga mereka
terlepas dari permasalahan sosial yang mereka hadapi. Namun sayangnya hingga saat
ini belum ada standar baku untuk implementasi, mekanisme pelaporan, dan proses
verifikasi CSR yang dapat berguna sebagai panduan di Indonesia. Salah satu perusahaan
yang menerapkan CSR adalah PT. Telkom. PT. Telkom melaksanakan CSR sebagai
bagian dari strategi bisnis perusahaan yang dalam pelaksanaannya mencakup ke dalam
tiga aspek keberlanjutan yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam penelitian ini
bertujuan untuk meninjau sustainability program CSR PT. Telkom dari sisi kapasitas
masyarakat dalam mengakses sumber daya.
Bentuk kegiatan Pengembangan Masyarakat dilakukan berdasarkan beberapa
indikator yang menunjukkan terjadinya upaya pengembangan masyarakat menurut
Chaskin (2001) seperti dikutip oleh Saputro (2010) yaitu rasa memiliki terhadap
komunitas, tingkat komitmen, kemampuan untuk memecahkan masalah dan akses
kepada sumber daya, pada pemelitian ini lebih ditekankan pada indikator yang terakhir
yaitu akses terhadap sumber daya. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan wawancara dengan metode purposive sampling. Sumber data yang digunakan
tidak sebagai sumber yang mewakili populasinya, akan tetapi lebih cenderung mewakili
informasinya. Strategi pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah snowball
atau chain sampling, yaitu strategi yang digunakan bila peneliti ingin mengumpulkan
data yang berupa informasi dari informan dalam satu lokasi, tetapi peneliti tidak
mengatahui siapa yang tepat untuk dipilih sebagai narasumber.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian CDC Telkom Drive III, program di
Bagian Community Development Center PT Telkom secara umum dibagi menjadi dua
bidang besar, yaitu (1) Program Kemitraan dan (2) Bina Lingkungan, dana yang
dikeluarkan berasal dari penyisihan laba bersih BUMN. PT Telkom mempunyai
mekanisme-mekanisme tertentu dalam menilai layak atau tidaknya usulan kegiatan pada
suatu daerah, baik pertama kali maupun kegiatan lanjutan, yaitu sebagai berikut: melihat
jenis kegiatan yang akan dijalankan, apakah masih tergolong dalam lingkup bidang
yang ditangani oleh Bagian CDC PT Telkom; melihat ketersediaan anggaran di bulan
22
berjalan; adanya disposisi dari atasan atau rekomendasi dari bagian lain; dan melihat
kelayakan program.
Penggunaan Sumber daya Milik Masyarakat sebelum dan sesudah CSR PT.
Telkom tidak begitu mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan masih
dilakukan di tiap kelompok tani yang ada, selain itu pencatatannya juga masih belum
begitu baik, terstruktur, dan detail. Dalam aspek ekonomi, pengembangan ekonomi oleh
masyarakat dilakukan dengan mengembangkan warung-warung makan yang
dikembangkan secara sendiri-sendiri dan penjualan hasil panen yang dikembangkan
secara sendiri-sendiri dan berkelompok dalam penjualannya. Sebelum adanya program
CSR PT. Telkom masyarakat sudah memiliki proses untuk membicarakan suatu masalah
atau isu, yang terkadang dibicarakan dalam masing-masing kelompok tani dan
terkadang juga dibicarakan secara terpusat. Salah satu rapat yang pernah dilaksanakan
adalah rapat dengan Dinas Pertanian. Pada rapat tersebut masyarakat terlibat langsung
dalam pembuatan perencanaan, namun sayangnya dalam implementasi belum ada yang
terlaksana. Sedangkan ketika PT. Telkom masuk untuk melaksanakan CSR, masyarakat
kembali antusias walau dalam perencanaan program PT. Telkom tidak melibatkan
masyarakat. Walaupun demikian, efektivitas yang dirasakan justru lebih baik dengan
program yang berasal dari PT. Telkom. PT. Telkom melakukan pengecekan secara
berkala kepada petani untuk melihat secara langsung dan mendengarkan baik
perkembangan tanaman, usulan, hingga keluhan-keluhan yang dirasakan langsung oleh
petani.
Penggunaan Sumber daya dari luar masyarakat dilihat dalam tiga indikator
yakni: identifikasi sumber daya/akses terhadap sumber daya, mobilisasi sumber daya
dan kemitraan sumber daya. PT. Telkom dalam pelaksanaannya meyerahkan
sepenuhnya kepada masyarakat untuk membahas dan mengalokasikan dana yang
dikucurkan oleh PT. Telkom. Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh PT. Telkom sesuai
dengan apa yang dimaksud oleh Community Empowering, yaitu mencapai kemandirian
masyarakat, selain untuk membantu memperbaiki kondisi kritis yang ada di kawasan
Punclut. Unsur berikutnya, ialah self-development and coordination, yaitu kemampuan
untuk melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain
secara lebih luas. Begitu juga dengan unsur berikutnya, yaitu self-selection. Setelah
masyarakat bekerjasama dengan berbagai pihak, mendapatkan pengalaman dan
pembelajaran dari kegiatan-kegiatan tersebut, ketika PT Telkom masuk dan bermaksud
melaksanakan program serupa di Punclut, masyarakat bisa menerima dengan baik.
Unsur self-decision juga masyarakat dan petani dapatkan dari rangkaian proses
pembelajaran ini. Ketika ada kegiatan penghijauan, masyarakat menilai program
tersebut, terkadang jika tidak disertai dengan program pemeliharaannya, seperti disertai
pupuk atau obat-obatan, masyarakat tidak mau menerima pohon atau bibit yang
ditawarkan.
Dalam jangka pendek, kemandirian masyarakat sudah mulai terbentuk dari
pengalaman dan pembelajaran yang dialami masyarakat, baik sebelum dan sesudah
bekerjasama dengan PT Telkom. Nilai tambah dari yang didapatkan masyarakat dari PT
Telkom ialah akses masyarakat, terutama petani untuk belajar dan menambah informasi
mengenai sumber-sumber daya lain yang bermanfaat bagi pertaniannya semakin
bertambah. Para petani kini mulai berinisiatif untuk membentuk paguyuban sendiri
dengan anggota sekitar 5-7 orang petani. Hanya saja, dalam perkembangannya
dirasakan ada satu sumber daya yang belum bisa dimiliki masyarakat, yaitu sumber
daya dana (uang). Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kapasitas masyarakat Kawasan
Punclut terlihat ada perbedaan atau terjadi peningkatan kapasitas masyarakat dalam aspek
sumber daya setelah adanya program CSR dari PT Telkom. Apabila membandingkan kondisi
23
masyarakat sebelum dan sesudah program CSR dari PT Telkom, tidak terlalu banyak perubahan
yang terjadi. Perubahan hanya terjadi dalam bidang mobilisasi sumber daya baik sumber daya
internal maupun external, serta sedikit peningkatan pada identifikasi sumber daya masyarakat
(Akses).
Analisis
PT. Telkom dengan program CSR nya membantu masyarakat untuk memperoleh
kemudahan dalam mengakases sumberdaya. CSR yang berlangsung dinilai sudah cukup
efektif, namun yang disayangkan adalah masyarakat tidak terlibat secara langsung
dalam perencanaan pembuatan program. Hal ini dibutuhkan karena bisa saja program
yang direncanakan oleh PT. Telkom kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Seperti perubahan yang terjadi di masyarakat Punclut sebelum dan sesudah adanya
program CSR dari PT. Telkom tidak terlalu signifikan. Namun dalam jurnal ini
dipaparkan bahwa untuk pembuatan program CSR tidak harus melibatkan masyarakat
karena masyarakat pun belum terlalu paham dengan apa yang mereka butuhkan,
sehingga PT. Telkom menetapkan program yang akan dilaksanakan dalam perencanaan
namun dalam pelaksanaan lanjutannya melibatkan partisipasi aktif masyarakat. selain
itu PT. Telkom juga melakukan pengecekan langsung secara berkala kepada petani dan
mendengarkan keluhan-keluhan langsung dari petani mengenai permasalahan yang
terjadi selama pelaksanaan program.
10.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
Tanggal Unduh
Ringkasan
Aktivitas perusahaan tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan, aktivitas yang dilakukan akan bersinggungan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, perusahaan wajib memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan perusahaan adalah dengan melaksanakan Corporate Social responsibility
(CSR). Salah satu perusahaan yang sudah melaksanakan CSR adalah Perusahaan
Geothermal di Gunung Salak yang merupakan perusahaan di bidang energi panas bumi
dan merupakan yang terbesar di dunia. Perusahaan Geothermal menyelenggarakan
24
program CSR yang mencakup tiga area kritis yaitu kebutuhan dasar, pendidikan dan
pelatihan, serta pengembangan usaha kecil mikro. CSR ini merupakan bagian dari
strategic plan perusahaan dengan fokus pada penciptaan pertumbuhan ekonomi melalui
capacity building dan investasi masyarakat. Pada dasarnya keberhasilan suatu program
CSR salah satunya berkaitan dengan bagaimana program CSR tersebut dapat
berpengaruh secara signifikan dan pada akhirnya membawa dampak positif terhadap
komunitas di sekitar wilayah perusahaan.
Perusahaan Geothermal Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor merupakan
bagian dari Perusahaan Geothermal Indonesia. Perusahaan ini mengelola panas bumi
menjadi energi listrik. Perusahaan Geothermal memiliki komitmen untuk membangun
dan membuka hubungan positif dengan masyarakat setempat. Kebijakan sosial yang
ditetapkan oleh perusahaan ini adalah dengan menyediakan peluang di bidang
pengembangan sosial, pendidikan , ekonomi, pelatihan, dan memperkerjakan warga
setempat di sekitar perusahaan melalui penyelenggaraan Corporate Social
responsibility. Departemen yang menangani CSR perusahaan ini adalah Departemen
PGPA (Policy, Government, and Public Affair) dengan tujuan kerja adalah membangun
image dan reputasi perusahaan, memiliki hubungan saling pengertian, suara yaang
sama, dan penerimaan dari stakeholder. Salah satu fokus dari program CSR Perusahaan
Geothermal adalah pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini
yang bergerak dalam bidang Jasa Keuangan Syariah. LKMS Kartini dikelola oleh
masyarakat yang memiliki inisiasi awal dengan dibantu oleh beberapa staff yang
direkrut langsung dari masyarakat, mewakili masing-masing desa yang memiliki
keanggotaan di LKMS Kartini.
Pengukuran tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan anggota
kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program
yang dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi,
maupun tahap pelaporan. Peningkatan partisipasi anggota kelompok simpan pinjam
diiringi peningkatan kekuatan modal sosial dan taraf hidup anggota. Namun, dapat
dilihat bahwasanya aspek tingkat pengeluaran tidak secara penuh berhubungan dengan
sejauhmana tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam. Meskipun tingkat
partisipasi anggota kelompok LKMS Kartini di Desa Cihamerang bergradasi, namun
kecenderungannya partisipasi anggota LKMS belum dapat dikategorikan memiliki
tingkatan yang tinggi karena jumlah tertinggi masih berada pada tingkat sedang dan
rendah. Berdasarkan tingkatan partisipasi Arnstein (1969), dapat dilihat bahwa sebagian
besar anggota kelompok simpan pinjam tergolong berpartisipasi pada tipe
pemberitahuan dan kosultasi. Itu artinya, dalam penyelenggaraan program CSR
tersebut, anggota kelompok simpan pinjam masih berposisi sebagai objek dari program
pemberdayaan. Anggota kelompok simpan pinjam belum sepenuhnya memiliki
kebebasan untuk menyampaikan saran dan aspirasi, terlebih dalam pengambilan
keputusan. Saran dan pendapat cenderung dapat disampaikan, namun belum tentu
dipenuhi dan dilaksanakan. Dalam penyelenggaraan LKMS Kartini tersebut, melibatkan
berbagai pihak (stakeholder), yakni pemerintah desa dan kecamatan, dinas koperasi,
mitra perusahaan, dan masyarakat. Dalam pelaksanaan community development terdapat
prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas,
adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan perasaan
solidaritas. Pemberdayaan memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan
partisipasi.
Dampak sosial dan ekonomi dari penyelenggaraan program yang dilihat dari
variabel tingkat pendapatan Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur
dampak ekonomi yang digunakan, diantaranya adalah variabel tingkat pendapatan,
25
tingkat pengeluaran, tingkat tabungan, dan tingkat taraf hidup yang mencakup jenis
lantai bangunan terluas tempat tinggal, jenis dinding rumah terluas, fasilitas tempat
buang air besar/wc, sumber penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk
memasak, dan alat transportasi yang dimiliki. Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan
ekonomi melalui pembiayaan kelompok simpan pinjam belum tentu menentukan
peningkatan taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam. Dampak yang dirasakan
oleh masyarakat juga berbeda-beda, misalnya keterlibatan dalam program ini tidak
memberikan dampak bagi pendapatan anggota kelompok dari kategori sosial
farm/pengusaha dan non-farm/pengusaha, sedangkan anggota kelompok dari kategori
sosial farm/buruh dan non-farm/buruh memperoleh dampak bagi pendapatannya.
Analisis
Pelaksanaan program CSR dari Perusahaan Geothermal ini belum dapat
dikatakan maksimal. Masyarakat masih menjadi objek dari program dan belum
menentukan sendiri permasalahan dan kebutuhan mereka. Sehingga hal ini
mengakibatkan pelaksanaan program CSR belum terasa tepat sasaran dan efektif.
Dalam jurnal ini dipaparkan bahwa komponen terpenting dalam pemberdayaan adalah
kemandirian dan partisipasi. Namun sayangnya, anggota kelompok simpan pinjam
belum sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya, terlebih
dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat partisipasi belum sepenuhnya berjalan
sebagai partisipasi atau bisa juga disebut partisipasi semu karena masyarakat hanya
seolah-olah berpartisipasi.
11.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi) Halaman
Alamat Url
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
2005
Jurnal
Elektronik
Chriswardani Suryawati
JMPK
Vol 08 No 03: 121-129
http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jmpk/art
icle/viewFile/2927/2646
: 14 Desember 2014
Ringkasan
Saat ini, kemiskinan selalu diidentikkan dengan masalah perekonomian. Dalam
jurnal ini dijelaskan bahwa kemiskinan tidak hanya menyangkut aspek ekonomi saja.
Kemiskinan merupakan suatu hal yang dapat dilihat secara multidimensional yang erat
kaitannya dengan dimensi lain seperti dimensi sosial, budaya, sosial politik, lingkungan
(alam dan geografis), kesehatan, pendidikan, agama, dan budi pekerti. Chambers (dalam
Nasikun) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang
memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless),
3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan
(dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Nasikun (2001) dalam Suryawati (2005) membagi kemiskinan ke dalam empat
tipe yaitu:
26
27
Jurnal ini menjelaskan beragam konsep dan teori mengenai kemiskinan dari
berbagai ahli. Selain itu jurnal ini juga memaparkan bahwa kemiskinan merupakan
suatu permasalahan yang bersifat multidimensional yang dapat dilihat dari beberapa
dimensi yaitu: kemiskinan, ketidakberdayaan, kerentanan menghadapi situasi darurat,
ketergantungan dan keterasingan. Namun sayangnya dalam jurnal ini tidak dilengkapi
dengan berbagai contoh studi kasus untuk memperkuat konsep dan teori yang
digunakan. Selain itu, jurnal ini juga memudahkan penulis untuk mengaitkan konsep
kemiskinan yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya. Fokus dimensi
kemiskinan yang akan penulis gunakan untuk studi pustaka ini adalah dimensi ekonomi.
24
25
26
4.
5.
6.
7.
8.
27
Kemiskinan
Peran sektor bisnis dalam turut mengentaskan kemiskinan di Indonesia sangat
kuat alasannya, baik dilihat dari aspek moral, legal, sosial bahkan secara bisnis untuk
28
29
e. Social assets: berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini
kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.
Konsep kemiskinan yang akan penulis gunakan dalam studi pustaka ini adalah
konsep kemiskinan struktural. Hal ini dikarenakan minimnya akses yang dimiliki oleh
warga di sekitar perusahaan. Selain itu, penggunaan konsep ini juga disesuaikan dengan
penyebab kemiskinan yang terjadi yaitu Physical Assets dan Financial Assets dimana
warga sekitar perusahaan menjadi miskin dikarenakan minimnya perolehan akses yang
dimiliki oleh warga. Klasifikasi rumah tangga miskin (RTM) di pedesaan juga menjadi
hal yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan program CSR
nya. Hal ini dibutuhkan karena dengan adanya klasifikasi RTM ini membuat rencana
program pengentasan kemiskinan lebih tepat sasaran. Adapun klasifikasi RTM
berdasarkan keadaan kemiskinan yang dikemukakan oleh Melina et,al (tidak ada tahun)
adalah Sangat Miskin, Miskin, dan Mendekati Miskin. Penilaian yang dilakukan untuk
mengklasifikasikan RTM ini adalah melalui 14 variabel sesuai dengan PPLS 08
(Program Perlindungan Sosial tahun 2008) dengan keterangan jika dari 14 variabel
tersebut terdapat 14 variabel yang memenuhi, maka kategorinya sangat miskin dan jika
11-13 kategorinya miskin dan jika hanya 9-10 variabel maka kategorinya hampir
miskin.
Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Huraerah (2008, h.175) seperti dikutip
oleh Melina et,al (2014) mengungkapkan beberapa strategi yang harus dilakukan untuk
menanggulangi kemiskinan, diantaranya sebagai berikut:
1. Karena kemiskinan bersifat multi-dimensional, program pengentasan kemiskinan
seyogyanya juga tidak hanya memperioritaskan aspek ekonomi tetapi
memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok
memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi
kemiskinan non-ekonomik. Oleh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan
hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti
apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba-gainya. Apabila budaya ini
tidak dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain
itu, langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi
hambatan-hambatan yang sifatnya struktural dan politis.
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang
dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk
meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan,
peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja
(networking) serta informasi pasar.
3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi,
bahkan pada proses pengambilan keputusan.
4. Strategi Pemberdayaan yakni memberdayakan masyarakat itu sendiri.
30
digunakan untuk mengukur efektivitas program CSR. Enam aspek ini (kesesuaian,
manfaat, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan, dan partisipasi) merupakan indikator
pengentasan kemiskinan dalam kerangka CSR/CD yang dilakukan oleh perusahaan.
Artinya, seberapa besar manfaat dapat dirasakan oleh pemanfaat, maka tingkat
kemiskinan akan semakin berkurang (arah hubungan negatif ). Hal ini tentunya juga
berhubungan dengan aspek-aspek di dalam definisi kemiskinan (dalam hal ini aspek
yang dimaksud adalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur) dan berbagai
program yang dilakukan oleh CSR/CD korporasi. Pengukuran efektivitas CSR/CD
terhadap pengurangan kemiskinan dapat dilihat melalui indeksasi terhadap program
yang sudah dilaksanakan korporasi tersebut kepada pemanfaat dan juga penilaian oleh
pihak ketiga (penulis). Implementasi program CSR/CD menggunakan beragam variabel
untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program. Pada konteks ini,
program CSR/CD korporasi harus dilihat sebagai sebuah proses dalam pengertian
bagaimana korporasi berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel-variabel proses
dalam implementasi program lebih banyak digunakan selain variabel output. Variabel
proses yang digunakan dalam penelitian Prayogo dan Hilarius (2012) adalah: (1)
efectivity (manfaat), (2) relevance (kesesuaian), (3) sustainability (keberlanjutan), (4)
impact (dampak), dan (5) empowerment (pemberdayaan). Kelima variabel ini digunakan
sebagai model peran korporasi dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui program
CSR/CD. Selanjutnya, model variabel pengentasan kemiskinan ini akan
diimplementasikan ke dalam cakupan substansi menurut definisi kemiskinan, yakni
ekonomi, kesehatan, pendidikan, atau infrastruktur sebagaimana telah dikerjakan
melalui program CSR/CD.
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Kemiskinan masih menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan di
Indonesia. Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan
dan pendidikan. Perusahaan memiliki peranan penting dalam upaya pembangunan
berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan
oleh perusahaan adalah dengan menerapkan program CSR. Terdapat beberapa teori
yang dapat digunakan untuk menganalisis fenomena kemiskinan yang terjadi, namun
dalam penulisan studi pustaka ini penulis memfokuskan pada penggunaan teori
kemiskinan struktural. Hal ini dikarenakan kondisi kemiskinan yang terjadi di sekitar
wilayah suatu perusahaan beroperasi disebabkan karena minimnya akses masyarakat
untuk memperoleh sumber daya.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab sosial
perusahaan yang mencakup tanggung jawab kepada karyawan, pemegang saham,
masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah perusahaan tersebut beroperasi.
Perusahaan sebaiknya tidak hanya mementingkan kepentingan ekonomi saja tetapi juga
harus memiliki kepedulian kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Saat ini CSR
sedang menjadi sorotan bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan
sudah ada peraturan perundang-undangan yang mewajibkan perusahaan memiliki
program CSR dalam rangka mewujudkan kepedulian sosial perusahaan kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan. Namun
sayangnya, saat ini belum banyak perusahaan yang menjalankan program CSR dengan
efektif. Tidak sedikit ditemui perusahaan yang menjalankan kegiatan CSR hanya untuk
menggugurkan kewajiban perusahaan terhadap Undang-undang yang sudah ditetapkan.
Perusahaan memang turut berperan aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan
namun bukan sebagai aktor utama yang harus mengentaskan kemiskinan dalam skala
nasional. Oleh karena itu pelaksanaan program CSR dibagi menjadi beberapa wilayah
atau Ring, yaitu Ring 1 adalah wilayah yang terdekat dengan perusahaan beroperasi.
Ring 2 adalah wilayah yang berada di luar ring 1 dan Ring 3 adalah wilayah di luar
Ring 1 dan Ring 2. Penetapan Ring ini juga menjadi batasan tanggung jawab
perusahaan dalam menajalankan program CSR. Agar pelaksanaan CSR tidak hanya
sebagai upaya untuk menggugurkan kewajiban, maka diperlukan tahapan-tahapan yang
dapat dilakukan agar pelaksanaan program CSR dapat berjalan lebih efektif. Tahapantahapan implementasi CSR adalah Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap
Pemantauan dan evaluasi, serta Tahap Pelaporan. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya, dengan penerapan tahapan ini dapat membantu perusahaan melaksanakan
program CSR secara lebih efektif.
Efektivitas program CSR dalam pengentasan kemiskinan setiap perusahaan
berbeda-beda. Efektivitas program CSR dapat dinilai melalui beberapa aspek yaitu
aspek manfaat, keberlanjutan, dampak, kesesuaian, pemberdayaan dan partisipasi.
Artinya, seberapa besar manfaat dapat dirasakan oleh pemanfaat, maka tingkat kemiskinan
akan semakin berkurang (arah hubungan negatif). Hal ini tentunya juga berhubungan
dengan aspek-aspek di dalam definisi kemiskinan (dalam hal ini aspek yang dimaksud
adalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur) dan berbagai program yang
dilakukan oleh CSR.
32
33
Tingkat Partisipasi
Tingkat Manfaat
Tingkat Efektivitas CSR:
- Kesesuian Program dengan
kebutuhan masyrakat
- Keberlanjutan program
- Dampak pelaksanaan CSR
- Upaya pemberdayaan masyarakat
Tingkat Kemiskinan:
Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendidikan
Tingkat kesempatan memperoleh
kerja dan berusaha
: Mempengaruhi
DAFTAR PUSTAKA
Arnstein SR.1969. A ladder of citizenparticipation. JAPA. [Internet]. [Diunduh 2014
Desember
14].
Dapat
diunduh
di
https://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah Penduduk Indonesia. [Internet]. [diakses
pada 2015 Januari 05]. Dapat diakses di http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&id_subyek=12
Jamasy O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta
[ID]: Belantika
Kumalasari I. 2012. Efektivitas CSR Job Pertamina-Petrochina East Java dan Mobile
Cepu Limited di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Politik Indonesia. [Internet].
[Diunduh
2014
September
25];
1
(1).
Dapat
diunduh
di
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/17-25%20Iva%20kumalasari.pdf
Mahyuningrum Y, Noor I, dan Wachid A. 2011. Pengaruh Program Corporate Social
Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat. Studi pada
Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan
Kejayan Kabupaten Pasuruan. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [Diunduh
2014
September
28];
5(1):
109-115.
Dapat
diunduh
di
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/340
Mapisangka A.2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat.
JESP. [Internet]. [Diunduh 2014 September 2014]; 1(1). Dapat diunduh di
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf
Melina ES, Pratiwi RN, dan Hadi M. 2014. Implementasi Kebijakan Program
Peningkatan Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM)
di Kabupaten Malang. Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [Diunduh 2014
September
28];
1(5):
872-880.
Dapat
diunduh
di
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/155/
138
Mulyadi D, Hersona S, dan May LD. 2012. Analisis Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi
Masyarakat. Jurnal Manajemen. [Internet]. [Diunduh 2014 September 28]; 9(4).
Dapat
diunduh
di
http://jurnal.feunsika.ac.id/wpcontent/uploads/2013/05/ANALISIS-PELAKSANAAN-CORPORATESOCIAL-RESPONSIBILITY-CSR.pdf
Prayogo D, Hilarius Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan
Kemiskinan, Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi
Masyarakat. [Internet]. [Diunduh 2014 September 11]; 17(1): 1-22. Dapat
diunduh di http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf
Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipsi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin
Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. [Internet]. [Diunduh 2014
35
September
28];
05(01):
51-70.
Dapat
diunduh
di
http://202.124.205.111/index.php/sodality/article/viewArticle/5832
Saputro NS. 20110. Dampak Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT.
Telkom Terhadap Kemampuan Masyarakat Dalam Mengakses Sumber Daya Di
Kawasan Punclut Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. [Internet].
[Diunduh 2014 September 28]; 21(02): 129-146. Dapat diunduh di
http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/01/06-jurnal-9nurantono.pdf
Supriadinata W. 2013. Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan. Studi kasus PT
Pertamina (Persero) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. [Internet]. [Diunduh 2014 September 14];
2(1). Dapat diunduh di http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=119337&val=5455
Suryawati C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. JMPK.
[Internet]. [Diunduh 2014 Desember 14]; 08(03): 121-129. Dapat diunduh di
http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/2927/2646
Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. [Internet]. [diakses pada
Desember 2014]. Dapat diunduh di http://prokum.esdm.go.id/uu/2007/uu-402007.pdf
Undang-Undang no 5 Tahun 1985. [Internet]. [diakses pada Desember 2014]. Dapat
diakses di http://gaikindo.or.id/download/industry-policies/a-kebijakan-depperindustrian/01-UU-No5-tahun-1984.pdf
Yulianti D. 2013. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung.
Suatu Evaluasi atas Program CSR. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan
Pembangunan. [Internet]. [Diunduh 2014 September 25]; 2 (1). Dapat diunduh
di http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/administratio/article/view/112
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Sintesis berbagai Sumber Data Sekunder
No
1.
Penulis
(tahun)
Dody Prayogo
dan
Yosef
Hilarius
(2012)
Program CSR
Tidak
disebutkan
Metode dan
Responden
Metode
kuantitatif
(positivistik
dedukatif)
Perusahaan
:
dan
Perusahaan
Geotermal
Lokasi :
Jawa Barat
Konsep/ Teori
Efektivitas CSR dan
Pengembangan
Masyarakat
Efektivitas: Manfaat,
Kesesuaian,
Keberlanjutan,
Dampak
dan
Pemberdayaan
Responden : 400
orang penerima
program CSR
Konsep/Teori
Kemiskinan
Hasil Penelitian
Kurangnya
akses
pelayanan masyarakat
pada aspek ekonomi,
pendidikan
dan
kesehatan serta secara
sosial
kegiatan
bermasyarakat
2.
Wahyu
Supriadinata
(2013)
Peningkatan
kualitas
pendidikan,
pemberdayaan
kesehatan,
peningkatan
kualitas hidup,
air bersih dan
pengembangan
hubungan dan
peningkatan
kepercayaan
Metode
:
Deskriptif
Pendekatan:
Kualitatif
Responden: tidak
disebutkan
PT. Pertamina
Unit
Pemasaran
TBBM Depot
Ende
Tidak disebutkan
3.
Andi
Mapisangka
(2009)
Layanan publik
di
bidang
kesehatan,
keagamaan dan
pendidikan,
serta ekonomi
Metode :
deskriptif analitik
Pendekatan: cross
sectional
PT. Batamindo
Investement
Cakrawala
(PT. BIC),
Batam
Kepulauan
Riau
Tidak disebutkan
Program
Kemitraan dan
Bina
Lingkungan
Tidak disebutkan
Variabel
untuk
menjelaskan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat:
Corporate
Social
Responsibility
Goal,
Corporate
Social
Responsibility Issue,
dan Corporate Social
Relation Program
Tahapan pelaksanaan
pemberdayaan
masyarakat: Tahap
Seleksi lokasi, tahap
sosialisasi
pemberdayaan
masyarakat, tahap
pemberdayaan
masyarakat (kajian
pedesaan partisipatif,
pengembangan
4.
Iva
Kumalasari
(2012)
Responden : 222
orang
PertaminaPetrochina
East Java dan
Mobile Cepu
Limited
di
Kabupaten
Bojonegoro
Terbatasnya:
- kecukupan
dan
mutu pangan
- akses dan lemahnya
mutu
layanan
kesehatan
dan
pendidikan
- kesempatan
kerja
dan berusaha
- perumahan, sanitasi
dan air bersih
37
41
Riwayat Hidup
Nerissa Arviana lahir di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 07 November 1993.
Penulis lahir dari pasangan Arsyam dan Asnimar. Pendidikan formal yang pernah
dijalani penulis yaitu SDN Bahagia 06 Bekasi pada tahun 1999-2005. Kemudian pada
tahun 2005-2008, penulis bersekolah di SMPN 19 Bekasi dan pada tahun 2008-2011
penulis bersekolah di SMAN 10 Bekasi. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima
menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekologi Manusia dengan
Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan. Selama duduk
di bangku kuliah hingga saat ini, selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga
pernah aktif pada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA
2012-2013) pada Divisi Sosial dan Lingkungan, pernah menjabat sebagai ketua Desa
Mitra Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (SAMISAENA) pada tahun 2012-2013.
Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegitan kepanitiaan dan pengabdian masyarakat
baik di dalam IPB maupun luar IPB.