Koas Anak Diare Baruuu
Koas Anak Diare Baruuu
PENDAHULUAN
Latar belakang
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali per hari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
dari satu minggu.Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.1Diaremasih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari
masyarakat di indonesia. Kasus diare merupakan daftar urutan penyebab kunjungan
puskesmas, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang
berkunjung ke puskesmas. Angka kesakitannnya adalah sekitar 200-400 kejadian diare
diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar
60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak
dibawah 5 tahun,sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak
segera ditangani 50-60% diantaranya dapat meninggal.1
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta.Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,
efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional.Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi.Pemberian cairan intravena diperlukan jika
terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika
yang spesifik dan antiparasit.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diareakut adalah buang air besar lebih dari 3 kali per hari, disertai perubahan konsistensi
tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu.Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat.1Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari
3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna.3 Untuk bayi yang minum ASI nya secara ekslusif definisi diare yang praktis adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.3,4 Kadang-kadang pada seorang anak buang air
besarnya kurang dari 3 kali per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat
disebut diare.3,4,5
2.2 Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari Pada anak yang lebih besar. Kejadian
diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. 1dewasa ini kejadian
diare di indonesia masih terdapat kira-kira 60 juta episode setiap tahunnya, dimana 1-5 %
dari padanya akan menjadi diare kronik. Data dari 27 propinsi di indonesia tahun 1985
menunjukkan bahwa jumlah kasus diare pada anak balita adalah 44,6 juta dengan angka
kematian 34,6%.
Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 2001yang diselenggarakan Depkes
RI diare menempati urutan ketiga (10%) dari 10 penyebab kematian Balita setelah gangguan
perinaal (26%) dan penyakit saluran nafas (16%).3
2.3 Etiologi
70-90 % penyebab diare saat ini sudah dapat diketahui dengan pasti. Penyebab dari diare ini
dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang dapat
mempermudah atau mempercepat terjadinya diare. Ditinjau dari sudut patofisiologi penyebab
diare akut dibagi menjadi 2:1
a. Diare sekresi, disebabkan oleh:
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen
Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya
Defisiensi imun terutama SigA (secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri / flora usus dan jamur,
terutama candida.
b. Diare osmotik, disebabkan oleh:
Malabsorpsi makanan
KKP (kurang kalori protein)
BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas empat penyebab:5,6
Bakteri
Clostridium
Virus
Parasit
Stafilokokus
aureus,
Campylobacter
aeromonas.
:Rotavirus, Adenovirus, Nowalk virus, Coronavirus, Astrovirus
:Protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides
stercoralis
Non infeksi
2.4Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:2,3,7
Gangguan osmotik
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 3
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kerongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus, akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya akan
timbul diare.
Gangguan motilitas
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika motilitas usus lambat maka akan
menimbulkan diare karena pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Berdasarkan lamanya waktu diare, dibagi menjadi diare akut dan kronis:4,5
a. Patogenesis diare akut
Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah melewati
asam lambung
Jasad renik tersebut bermultiplikasi didalam usus halus
Jasad renik tersebut mengeluarkan toksin (toksin diaregenik)
Toksin tersebut menyebabkan hipersekresi dan akan menimbulkan diare
b. Patogenesis Diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkan ialah infeksi bakteri, parasit,
Virus, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
Patogenesis diare berdasarkan infeksi bakteri/parasit terdiri dari diare karena bakteri non
invasive dan bakteri/parasit invasive.3,5,7
1. Diare karena virus
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan
villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum
matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan
dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan
motilitasnya sehingga timbul diare.
2. Diare karena bakteri non-invasive (Enterotoksigenik)
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 4
Bakteri yang tidak merusak mukosa misalnya V. cholera dan enterotoksik E. coli
(ETEC).Bakteri ini mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30
menit setelah diproduksi. Enterotoksin menyebabkan meningkatnya kegiatan
nikotinamid adenine dinekleotid pada dinding usus sehingga meningkatkan
kadaradenosi 35- siklik monofosfat (cAMP) dalam sel sehingga menyebabkan
sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus diikuti air, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.
3. Diare karena bakteri/ parasit Invasive (Enterovasive)
Diare ini disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.Sifat
diarenya sekretorik eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.Bakteri
yang merusak diantaranya enterovasive E.coli (EIEC), salmonella, Shigella dan
Yersinia.
2.5 Manifestasi klinis8,9
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic.Gejala gastrointestinal
bisa berupa diare, kram perut dan muntah.Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat.Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah
dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas.Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,
asidosis metabolik, dan hipokalemia.Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat.Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik pathogen antara lain:
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia,
hepatitis, peritonitis dan septic trombophlebitis. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa
berupa paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat) hipotoni dan
kelemahan otot (C. botulinum).
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.Nyeri perut yang lebih
hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rectum menunjukkan
terkenanya usus besar.
Mual muntah adalah symptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organism yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enteric
virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada inflammatory diare.Biasanya penderita tidak panas
atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa
saluran cerna bagian atas yang terkena.Oleh karena pasien immunocompromise memerlukan
perhatian khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat
penting.
2.6 Diagnosis9,10,11,12,13
1.
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah:
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8
jam terakhir. Makanan dan minuman yang dibeikan selama diare. Adakah panas atau
penyakit lain yang menyetai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang
telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, membawa berobat ke Puskesmas
atau ke Rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.9
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak
adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis mmetabolik.Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.Pemeriksaan eksremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan
a. Kehilangan berat badan
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 %
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 6
Sehat
Gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/menit
Jika mendapat nilai
Normal
Sedikit cekung
Normal
Kering
Kuat <120
Sedang 120-140
0-2 dehidrasi ringan, jika mendapat nilai
Sangat cekung
Kering dan sianosis
Lemah >140
3-6 dehidrasi sedang, jika
Ringan
Sedang
Berat
Baik (CM)
Gelisah
Apatiskoma
++
+++
Normal
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
kuszmaul
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Agak cekung
Cekung
Cekung sekali
Biasa
Agak kurang
Kurang sekali
Normal
Oliguri
Anuri
normal
Agak kering
Kering/asidosis
Sirkulasi
1. Nadi
Respiratori
1. Pernapasan
Kulit
1.
2.
3.
4.
5.
Ubun-ubun besar
Mata
Turgor kulit
Diuresis
Selaput lendir
3. Pemeriksaan penunjang12,13
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urune dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih.
Pemeriksan laboratorium yang kadag-kadag diperlukan pada diare akut ;
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika.
Urine:urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja
Pemeriksaan makroskopik:
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare
meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.Tinja yang watery dan tanpa mucus
atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebebkan oleh
infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mucus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa
atau parasit usus seperti; E. histolytica, B. coli dan T. trichiura.Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering
terdapat pada permukaan tinja pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja.
Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella,Giardia,
Cryptosporidium dan strogyloides.
Pemeriksaan mikroskopik:
2.7 Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama
pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara
mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui
feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.1,8
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular
Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini
dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai
rehidrasi yang optimal.8
2.8 Penatalaksanaan 9,15,16
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat dirumah
sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Oralit baru ini adalah dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama
dengan oralit selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit
formula lama. Oralit baru denga low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan
suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hinga 20% serta
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 9
megurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah
direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non kolera pada anak.
Tabel3: Komposisi oralit baru
Oralit baru Osmolaritas Rendah
Natrium
Klorida
Glucose, anhydrous
Kalium
Sitrat
Total Osmolaritas
Mmol/Liter
75
65
75
20
10
245
berikut:
Untuk anak < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare
karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
5. Nasihat kepada orang tua
Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
< 1 tahun 30 cc/KgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 cc/KgBB dalam 5 jam
berikutnya.
> 1 tahun : 30 cc/ KgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 cc/KgBB dalam 2
jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/KgBB selama proses rehidrasi.
Gambar 2: Rencana terapi untuk diare dengan dehidrasi ringan sedang 8,9
Penyebab
Kolera
Antibiotik Pilihan
Doxycycline
Erythromycin
Alternatif
atau
Tetracycline
Dewasa : 250 mg
Pivmecillinam
Anak: 15 mg/kg
Anak-anak: 20 mg/kg
Dewasa: 500 mg
Dewasa: 400 mg
Amobiasis
Metronidazole
Anak-anak: 10 mg/kg
3 kali per hari x 5 hari
(10
hari pada kasus berat)
Dewasa: 750 mg
3 kali per hari x 5 hari
(10
Giardiasis
2.11 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits
berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan
mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.9,10,11
2.12 Pencegahan17
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare.
Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a.
b.
c.
d.
BAB III
KESIMPULAN
Diare adalah pengeluaran tinja cair dengan frekuensi 3x/ hari disertai perubahan
konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja, disertai atau
tanpa muntah. Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut dan bila
berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare persisten.
Diare pada anak masih merupakan problem kesehatan dengan angka kematian yang
masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang
tepat dan memadai.Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mengobati, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan
mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit
penyerta.Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rational.
STATUS PASIEN
A. Identitas pasien :
No rekam medik
:107392
Nama Anak
: An. H
Umur
:1 tahun 3 buln
Jenis kelamin
:Laki-laki
Nama Ayah
: Bp. W
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nama ibu
:Ny. R
Pekerjaan
: IRT
Alamat
:Ganting Damai
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
:8september 2014
Riwayat Kelahiran
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B
DPT
Polio
BCG
Campak
Kesan
Perkembangan anak
Motorik kasar
Mangangkat kepala
: 2,5 bulan
: 3,5 bulan
Duduk sendiri
: 6 bulan
Berdiri sendiri
: 9 bulan
Berjalan
: 13 bulan
Bahasa
Bersuara aah/ooh
: 3bulan
Berkata spesifik
:-
Motorik halus
Memegang benda
Personal social
: 3,5 bulan
:-
Tersenyum
: 1 bulan
Mulai makan
:-
Tepuk tangan
:-
Kesan
C. Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 19
Keadaan umum
Kesadaran
: Komposmentis kooperatif
Berat badan
: 7,5 kg
BB Sebelum sakit
: 8,1 kg
Vital sign
Kepala
Ubun-ubun
besartidak
cekung,
matacekung,
air
mata
Thoraks
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali lambat
Eksremitas
: akral hangat, oedem tidak ada ,waktu pengisian kapiler < 3 detik, tonus otot
baik
Pemeriksaan penunjang:
Mikroskopis
Eritrosit
Leukosit
Amoeba
Sisa makanan
Telur cacing
Jamur
Diagnosis kerja
: 0-2 LPB
: 2-5 LPB
: negatif
: positif
: negatif
: positif
Penatalaksanaan :
Infus: RL 105tpm/mikro (selama 5 jam, evaluasi tanda-tanda dehidrasi)
Inj Ceftriaxone 2 x 200 mg
Sanmol infus 3x75 mg
Lacto B 2 x 1 sach
Zink 1 x 20 mg selama 10 hari
Edukasi
: beri cairan oralit setiap kali anak buang air besar/ muntah (100 ml)
Prognosis
:Ad vitam
: baik
Ad sanam
: baik
Ad fungsionam : baik
: 100x/i
Nafas : 32x/i
suhu
: 36,90C
BB: 8 kg
Pemeriksaan fisik
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 22
Kepala: ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidakcekung , air mata </<, mukosa bibir kering,
faring hiperemis
Abdomen : turgor kulit baik
A: diare akut tanpa dehidrasi + faringitis
P: Infus: RL 33tpm/mikro
Follow up:
Tanggal
9/9/2014
S
Berak-berak
A
P
Diare akut tanpa Infus: RL
encer
N: 102x/menit
dehidrasi
2x/hari
Ada Lendir
Muntah (+)
S: 36,50C
(perbaikan)
P: 32 x/menit
faringitis
33
tpm (mikro)
+ Inj Ceftriaxone
2 x 200 mg
Pemeriksaan
Sanmol
3x75 mg (k/p)
cekung , mukosa
Lacto B 2 x 1
bibir
sach
kering,
tidak
faring
infus
Zink 1 x 20
hiperemis,
mg selama 10
hari
Oralit 100 ml
setiap kali berak
10/9/2014
Berak-berak
encer
N: 100x/menit
0
1x S: 36,7 C
33
tpm/ mikro
sudah
P: 32 x/menit
Inj ceftriaxone 2
disertai
Pemeriksaan
x 200 mg
Lacto B 2 x 1
tidak hiperemis,
sach
Zink 1 x 20 mg
Oralit 100 ml
11/9/2014
berak-berak
N: 98x/menit
S: 36,50C
dehidrasi
encer 1x
tidak
ada P: 30 x/menit
lendir
Pemeriksaan
tidak
ada
fisik: mata tidak
muntah
cekung , mukosa
bibir
kering,
tidak
turgor
kulit baik
Pulang atas
permintaan
sendiri
33
tpm/ mikro
Lacto B 2 x 1
sach
Zink 1 x 20 mg
Oralit 100 ml
setiap kali berak
ANALISIS KASUS
Diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang dan faringitispada pasien ini ditegakkan
berdasarkan
1. Anamnesis :
Pasien berak-berak encer sejak2 hari yang lalu (akut <2 mgg), Frekuensi mencret >5
kali sehari (>3 kali dalam 24 jam), Terdapat perubahan konsistensi tinja yakni cair.
Berdasarkan definisi Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali per hari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu1
2. Pemeriksaan fisik
Menurut skor maurice king jika terdapat skor 0-2 dikategorikan dehidrasi ringan, 3-6
dehidrasi sedang, dan 3-6 dehidrasi berat. Pada pasien ini memiliki 4 skor dari skor
maurice king yaitu kekenyalan kulit sedikit berkurang, mata cekung, mulut kering,
denyut nadi 140 x/i.
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah didapatkan leukosit 15.830 mm3, pemeriksaan
feces rutin
didapatkan hasil konsistensi cair, terdapat lendir, secara mikroskopis, didapatkan hasil jamur
positif .
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 25
Daftar Pustaka
1. Noerasid H, Suratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam: Suharyono,
Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-4. Jakarta
FK-UI; 2003. Hal 51-76
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika
Jakarta; 2007
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM
dan PL; 2005
4. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo. 2005.
Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3.
Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN
SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278
5. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, jenson eds. Nelson
Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders.2004:1272-6
6. Widayana IW, Gandi. Konsistensi pelaksanaan program serta morbiditas dan mortalitas
diare di era otonomi dan krisis. Kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAAI
Bandung. 2003: 45-54.
7. Kandun IN. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat
8. Hans S et al. Reduced osmolarrity oral rehydration solution for treating dehydration due
to diarrhea in children : systematic review. MBJ. 2001: 325 : 81-5.
9. WHO, UNICEF. Oral rehydration salt Production of The new ORS. Geneva. 2006.
10. Rhoads JM, powel DW. Diarrhea. Dalam: walker WA, Durie PR, Hamilton JR, Smith JA
eds. Pediatric gastrointestinal disease and pathophysiology, diagnosis and management.
BC Decker Inc.1991:65-73
KKS BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
BY FITRIA NINGSIH
Page 27
11. Hoekstra JH. Acute Gastroenteritis in industriliazed countries: compliance with guidelines
for treatment. J Pediatr GGastroenterol Nutr.2001:33:531-5
12. Baqui AH et al. effect of zinc supplementation started during diarrhea on morbidity and
mortality in Bangladeshi Cildren : Community randomized trial. BMJ. 2002;325:17Agostoni C et al. medical position paper. Probiotic bacteria in dietetic product for infants
: A commentary by ESPGHAN committee on nutrition. J pediatr Gastroenerol Nutr 2004 :
38: 365-74
13. Dwiprahasto, I. penggunaan Antidiare ditinjau dari Apek Terapi rasional. Urnal
manajemen pelayanan kesehatan. 2003; 9 (2): 94-101
14. Sunoto. Penyakit radang usus: infeksi. Dalam: Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak. Balai
Penerbit FKUI.1991;I:448-66
15. Burke V.Mechanisms of intestinal digestion and absorption. Dalam: Gracey M, Burke V
eds. Gastroenterology and hepatology 3 rd. Blackwell scientific publication Inc.1993:
150-6
16. Field M. intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. Didapat dari:
http://www.jci.orig.
17. Soenarto,y.Rotavirus Disease Burden in Indonesia. Grand Round: Melbourne.2007.