Disusun oleh
Hersinta
Sherly Haristya
Olivia Hutagaol
Fiona Suwana
Agnes Amelia
STIKOM The London School of Public Relations Jakarta, 2010
I. Latar Belakang
Fenomena penggunaan situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, Twitter, Plurk dan lain-
lain semakin meluas dan mendunia, terutama sejak 3 (tiga) tahun belakangan. Awalnya, pada
1997 mulai muncul cikal-bakal media jejaring sosial dengan SixDegrees.com, yang kemudian
disusul dengan generasi-generasi penerusnya, seperti LiveJournal, Friendster, LinkedIn hingga
kemunculan MySpace, Facebook dan Hi5 di kurun waktu 2003-2005 (Boyd & Ellison, 2007).
Situs-situs jejaring sosial ini dikenal dengan teknologi web 2.0, yang menurut istilah salah satu
praktisi internet, Tim O’Reilly, merupakan generasi terbaru teknologi web interaktif seperti situs
jejaring sosial, blog, RSS, dan lain-lain (Kompas, 8 Juni 2009)
http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/06/08/09092245/kasus.prita.dan.tek
nologi.marketing.2.0
Kepopuleran media baru ini meningkat dengan cepat berkat kelebihannya yang memungkinkan
individu-individu menampilkan diri sesuai dengan keinginan mereka, membangun jaringan
sosial yang terdiri dari lingkaran pertemanan, serta berfungsi pula untuk memperkuat dan
memelihara hubungan pertemanan. Menurut Ellison, Steinfeld dan Lampe dalam Journal of
Computer Mediated Communication (2007), situs-situs jaringan sosial ini memiliki orientasi
yang bervariasi, mulai dari konteks pekerjaan (LinkedIn.com), penjajakan hubungan romantis
(tujuan awal didirikannya Friendster.com), berbagi kesamaan minat di bidang musik atau politik
(MySpace.com), maupun populasi mahasiswa kampus (awal terbentuknya Facebook.com).
(http://jcmc.indiana.edu/vol12/issue4/ellison.html)
Merebaknya fenomena penggunaan situs jejaring sosial ini didukung oleh Data Nielsen NetView
(April 2009) Menurut riset mereka, waktu yang dibutuhkan untuk bersosialisasi di situs jejaring
sosial nomor satu, Facebook, naik 700 persen dibandingkan dengan April tahun sebelumnya
(2008). Menurut www.checkfacebook.com (11 Maret 2009) total jumlah pengguna
Facebook di Indonesia adalah 11.746.760 berjenis kelamin wanita di Indonesia tercatat sebanyak
4,922,240 orang dan jumlah pria sebanyak 6,824,520 orang. Rentang usia pengguna bervariasi,
mulai di bawah 13 tahun sebanyak 228,240 (1,9%), kategori 14-17 tahun sebanyak 2,486,380
(21,0%), 18 -24 tahun sebanyak 4,749,580 (40%), 25-34 tahun sebanyak 3,000,200 (25,3%), 35-
44 tahun sebanyak 1,009,920 (8,5 %), 45-54 tahun sebanyak 252,800 (2,1%), serta 55-64 tahun
sebanyak (0,7%)
Namun, meluasnya fenomena situs jejaring sosial belakangan ini ternyata juga diikuti oleh
munculnya kasus-kasus akibat dari penggunaan media komunikasi ini, khususnya facebook. Dari
kejadian remaja yang melarikan diri dari rumah karena berkenalan dengan pacarnya dari
facebook, penculikan hingga kasus pencabulan dan pemerkosaan, bahkan pembunuhan yang
dilakukan oleh pelaku yang dikenal korban dari situs jejaring sosial Facebook. Berikut adalah
data-data sebagian kasus akibat penyalahgunaan Facebook di Indonesia dalam kurun waktu
2009-2010, berdasarkan pantauan di beberapa media.
Tabel 1.1
Dilihat dari data-data seputar kasus penyalahgunaan Facebook yang dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang selama 3 (tiga) bulan terakhir (Januari-Maret 2010) yang terbanyak
adalah kasus menghilangnya perempuan (remaja/mahasiswi) sebanyak 4 (empat) kasus, disusul
oleh penipuan sejumlah 3 (tiga) kasus, pemerkosaan serta penghinaan melalui situs jejaring
sosial sebanyak 2 (dua) kasus. Sementara yang lainnya (pembunuhan, prostitusi, penyebaran foto
porno masing-masing hanya satu kasus.
Dari data di atas juga dapat kita lihat bahwa sebanyak 5 (lima) kasus dampak Facebook terjadi di
Jakarta, sementara 8 (delapan) lainnya terjadi di daerah, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi. Ini menandakan bahwa penggunaan media
jejaring sosial tersebut sudah tersebar hingga ke daerah-daerah di Indonesia, tidak hanya di
Jakarta maupun kota-kota besar saja.
Selain itu, dari data tersebut di atas dapat dilihat pula bahwa yang terbanyak menjadi korban
adalah perempuan (sebanyak 10 kasus) dan berusia 14 -20 tahun, sebagian merupakan pelajar
SMP, SMU dan mahasiswi. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok tersebut merupakan
golongan yang rentan terhadap dampak negatif penyalahgunaan media jejaring sosial ini,
walaupun sebagian korban kasus penipuan adalah pria (kasus Selly dan penipuan dengan
pembajakan akun, lihat lampiran).
Sementara menurut informasi dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak)
dilaporkan telah memperoleh sebanyak 36 laporan terkait kasus anak dan remaja yang menjadi
korban kejahatan lewat situs jejaring Facebook sepanjang Januari hingga Februari 2010, tujuh
diantaranya terkait dengan kasus penculikan (detikinet, 23 Februari 2010).
Hal ini diperkuat oleh jajak pendapat yang dilakukan oleh harian Kompas terhadap 838
responden di Indonesia (Kompas, 21 Februari 2010, hal 23), sebesar 25,5% dari responden yang
memiliki anak ber-akun facebook menjawab mereka tidak mengetahui teman-teman facebook
anak-anak mereka. Padahal, pengawasan orangtua merupakan hal yang penting dibutuhkan
dalam membimbing anak-anak dan remaja ketika menggunakan media internet, termasuk situs
jejaring sosial seperti facebook, mengingat mereka termasuk golongan yang masih rentan dan tak
dapat dilepaskan begitu saja di tengah kebebasan informasi dalam dunia internet.
Maraknya dampak negatif yang terjadi seputar penggunaan facebook ini akhirnya
melatarbelakangi timbulnya sikap kontra berbagai kalangan, baik masyarakat, lembaga maupun
pemerintah terhadap media jejaring sosial ini. Departemen Komunikasi dan informasi
(Depkominfo) sempat mengusulkan dibuatnya Rancangan Peraturan Menteri (RPM) Komunikasi
dan Informatika mengenai pengaturan konten multimedia, yang timbul akibat kasus-kasus
penyalahgunaan facebook ini muncul. Langkah pemerintah ini mendapat tentangan keras dari
berbagai lapisan masyarakat, diantaranya adalah dari kalangan jurnalis, seperti AJI (Aliansi
Jurnalis Independen) dan juga masyarakat luas pengguna jejaring sosial seperti facebook dan
twitter.
Menarik untuk diketahui, faktor-faktor apa yang menyebabkan kasus-kasus ini terjadi. Salah satu
faktor yang diasumsikan menjadi pemicunya diantaranya adalah rendahnya tingkat kesadaran
pengguna internet terhadap rambu-rambu dan aturan dalam berkomunikasi dengan menggunakan
media ini. Sebuah penelitian di tahun 2008 dari Ofcom, lembaga regulator komunikasi
independen di Inggris (http://www.ofcom.org.uk/what-is-ofcom/) menyebutkan bahwa
sejumlah 27% dari anak-anak usia 8-11 tahun di Inggris memiliki profil pribadi di situs jejaring
sosial, padahal sebagian besar situs jejaring sosial diperuntukkan untuk mereka yang berusia 13-
17 tahun ke atas. (http://www. ofcom.org.uk/media/news/2008/04/nr_20080402. )
Penelitian yang dilakukan Ofcom ini juga menggambarkan, bahwa sebesar 34% dari pengguna
berusia 16-24 tahun bersedia membuka informasi pribadi yang sifatnya sensitif seperti alamat e-
mail dan nomor telepon di situs jejaring sosial. Lebih jauh lagi, sejumlah 17% dari kalangan
pengguna dewasa (adult) mengaku bahwa mereka mengobrol dengan orang-orang yang tidak
mereka kenal di situs jejaring sosial. Serta 41% pengguna anak-anak dan 44% dari pengguna
dewasa membiarkan profil pribadi mereka terbuka terhadap publik
(http://www.ofcom.org.uk/media/news/2008/04/nr_20080402).
Dari paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa banyak pengguna situs jejaring sosial yang belum
menyadari rambu-rambu atau aturan yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi dengan
media jejaring sosial. Padahal, banyak kasus-kasus terjadi seputar dampak negatif penggunaan
media jejaring sosial ini diakibatkan oleh faktor ketidakpahaman akan keamanan diri pengguna
ketika berinternet dan mengakses situs jaringan sosial. Sehingga mereka termasuk kelompok
rawan untuk menjadi target kejahatan di dunia maya (online) yang dapat berlanjut di dunia nyata
(offline) seperti beberapa contoh kasus yang telah dipaparkan di awal.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kesadaran (awareness) pengguna situs
jejaring sosial di kalangan remaja dan mahasiswa dalam menggunakan media tersebut.
Pengguna yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah kelompok remaja dan
mahasiswa, mereka yang berusia 15-25 tahun, mengingat data para pengguna Facebook
terbanyak ada di kelompok usia tersebut. Penelitian akan dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner di SMU, universitas serta warnet di area Jakarta, Sukabumi serta Cilegon. Pemilihan
SMU dan universitas dimaksudkan untuk membidik responden yang menggunakan situs jejaring
sosial dengan akses di luar warnet. Dan pemilihan area Jakarta, Sukabumi serta Cilegon dipilih
dengan maksud membandingkan responden yang berlokasi di perkotaan (urban) dengan di
daerah (rural).
Signifikansi Penelitian
Signifikansi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan hasil bagi kajian penggunaan dan
konsumsi media baru, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan situs jejaring sosial.
Lebih khususnya lagi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pola
penggunaan dan kesadaran akan keamanan diri dalam menggunakan media baru, dalam hal ini
adalah situs jejaring sosial.
Signifikansi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa masukan bagi pemerintah (khususnya
Depkominfo), lembaga-lembaga yang terkait dengan penggunaan media internet dan kalangan
remaja, serta masyarakat luas, khususnya orangtua untuk menjadi pijakan dalam merancang dan
merumuskan solusi bagaimana menyikapi dampak negatif yang bisa dari penggunaan situs
jejaring sosial ini.
Keunikan situs jejaring sosial adalah bukan karena semata-mata media ini mampu membuat
individu bertemu orang tak dikenal (strangers), namun karena media ini dapat membuat para
penggunanya terhubung dan memperlihatkan jaringan sosial mereka. Pada sebagian situs jejaring
sosial besar, para anggotanya tidak menggunakan jaringan untuk bertemu dengan orang baru,
namun lebih untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang memang telah menjadi bagian dari
perpanjangan jejaring sosial mereka (Boyd & Ellison, 2007).
Media jejaring sosial sendiri termasuk kategori media baru (new media). Media baru, secara
umum mengacu pada panggunaan teknologi Internet, terutama pengunaan publik seperti berita
online, iklan, penyiaran, aplikasi broadcasting (misalnya mengunduh musik), forum dan
aktivitas diskusi, world wide web, pencarian informasi, dan potensi pembentukan komunitas
tertentu (McQuail,2005:136). Lebih lanjut lagi, McQuail (2005:138) menyatakan bahwa
karakteristik media baru menembus keterbatasan model media cetak dan penyiaran dengan (1)
kemampuan many-to-many conversations; (2) kemampuan penerimaan, perubahan dan re-
distribusi obyek cultural, (3) dislokasi tindakan komunikatif (4) menyediakan kontak global
secara instan, dan (5) memasukkan subyek modern ke dalam seperangkat mesin berjaringan.
Situs jejaring sosial memiliki beragam fitur teknis, namun pada umumnya mereka memuat dan
memperlihatkan profil penggunanya serta daftar teman yang juga merupakan pengguna dalam
sistem tersebut (Boyd & Ellison, 2007). Profil merupakan halaman yang unik, dimana pengguna
dapat “menampilkan sosok mereka” (Sundén, 2003, p. 3). Umumnya, profil disusun berdasarkan
pertanyaan yang mengacu ada usia, lokasi, minat serta bagian “tentang saya”. Beberapa situs
juga mengizinkan penggunanya meng-upload foto profil, konten multimedia (mis. video) serta
memodifikasi tampilan profil, status serta aplikasi (seperti Facebook) untuk membuat profil
profil mereka tampil semakin menarik.
Beberapa konsep awal dari pendekatan ini adalah apa yang dikemukakan oleh Blumler (1979)
dalam mengidentifikasi makna konsep “aktivitas” dalam konsep uses and gratifications dapat
dilihat dari sejumlah faktor, yaitu: (1) utility (kegunaan), (2) intentionality (motivasi/tujuan
penggunaan, (3) selectivity (pemilihan dan minat), (4) imperviousness to influence (penolakan
terhadap pengaruh.
McQuail, Blumler dan Brown (1972) mengemukakan bahwa beberapa kategori “uses of the
media” adalah: (1) sexual arousal (membangkitkan seks), (2) emotional release (pelepasan
emosi), (3) filling time (pengisi waktu), (4) getting intrinsic culture/aesthetic enjoyment
(menikmati budaya), (5) relaxing (relaksasi), (6) escaping from problems (pelepasan diri dari
masalah) dan (7) having a substitute for real-life companinionship (pengganti/substitusi
pertemanan di dunia nyata) (Baran, 2000:255).
Berangkat dari studi mengenai motif komunikasi interpersonal dan media, para peneliti telah
mengembangkan tipologi untuk berbagai motif dalam penggunaan Internet. Papacharissi dan
Rubin (2000) mengidentifikasi 5 (lima) motif dalam penggunaan Internet, yaitu: (1) kegunaan
interpersonal, (2) mengisi waktu luang, (3) pencarian informasi, ($)
kemudahan/kenyamanan, dan (5) hiburan (Nabi dan Oliver, 2009:153).
Facebook merupakan aplikasi jejaring sosial online yang membuat penggunanya dapat
menampilkan diri mereka dalam profil online, menambah “teman” yang dapat mem-posting
komentar serta saling melihat profil satu sama lain (Ellison, Steinfeld, et al, 2007). Para
anggotanya juga dapat bergabung dengan grup virtual berbasis kesamaan minat, seperti kelas,
hobi, minat, selera musik dan status hubungan romantis melalui profil mereka.
Di Facebook, tingkat visibilitas untuk melihat profil pengguna lainnya cukup tinggi. Para
pengguna yang merupakan bagian dari jaringan yang sama dapat bebas melihat profil satu sama
lain, kecuali jika si pemilik profil memutuskan untuk menutup profil mereka, membatasi hanya
dapat dilihat oleh lingkaran teman terdekat saja.
Seperti yang dikutip dalam Ellison, Steinfeld & Lampe (2007), sebagian besar riset awal
mengenai komunitas online berasumsi bahwa individu menggunakan situs jejaring sosial untuk
berhubungan dengan orang lain di luar kelompok sosial dan lokasi tempat mereka berada. Media
jejaring sosial membebaskan penggunanya untuk membentuk komunitas dalam berbagi
kesamaan minat, berbagi lokasi geografis (Wellman, Salaff, Dimitrova, Garton, Gulia, &
Haythornthwaite, 1996)
Pengukuran mengenai penggunaan Internet yang diadaptasi dari LaRose, Lai, Lange, Love, dan
Wu (2005) dalam Ellison, Steinfeld & Lampe (2007) yang diaplikasikan dalam penelitian ini
diantaranya meliputi: (1) intensitas penggunaan, seperti durasi/frekuensi, jumlah waktu yang
dihabiskan serta berapa jumlah teman yang dimiliki, (2) alasan/motivasi penggunaan (mis.
apakah untuk bertemu orang baru, atau memperkuat hubungan), serta (3) preferensi dan fungsi
dari situs jejaring sosial tersebut.
Riset-riset sebelumnya mengenai Facebook menyatakan, pengguna media ini lebih memilih
untuk mencari orang-orang yang mereka telah kenal sebelumnya di dunia nyata dibanding
mereka browsing untuk berkenalan dengan orang asing yang belum dikenal (Lampe, Ellison, &
Steinfield, 2006).
Namun dari kasus-kasus yang terjadi di Indonesia mengungkapkan bahwa sebagian kasus seperti
penculikan dan pelecehan seksual terjadi karena pengguna berkenalan dan bertemu dengan
orang yang baru dikenal (stranger) . Temuan dari riset sebelumnya mungkin dapat menjelaskan
hal ini, bahwa ternyata hubungan online yang dibangun cenderung mengarah ke pertemuan
offline (pertemuan tatap muka di dunia nyata). Parks and Floyd (1996) menyatakan bahwa
sepertiga dari responden mereka pada akhirnya bertemu dengan koresponden yang awalnya
mereka kenal secara online (Ellison, Steinfeld & Lampe, 2007).
Sebagian riset akademik yang telah dilakukan mengenai Facebook memfokuskan pada
bagaimana pengguna menampilkan identitas diri dan terkait dengan isu privasi (e.g., Gross &
Acquisti, 2005; Stutzman, 2006). Melihat banyaknya jumlah informasi yang ditampilkan oleh
pengguna Facebook, kecenderungan terbukanya informasi yang mereka tampilkan serta
kurangnya kontrol pengguna akan privasi, Gross and Acquisti (2005) dalam (Ellison, Steinfeld &
Lampe, 2007) mengemukakan bahwa kemungkinan besar pengguna mempertaruhkan keamanan
diri mereka di dunia nyata (offline) (mis. dibuntuti/stalking) sekaligus di dunia maya (online)
(mis. pencurian identitas).
Selain cyberstalking, dampak lainnya dari bahaya penggunaan internet, termasuk situs jejaring
sosial adalah ancaman eksploitasi dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan
(cybersexploitation), ancaman terhadap anak-anak untuk menjadi target kaum penyimpangan
seksual (cyberpaedophilia) serta pengungkapan rasa kebencian terhadap suatu isu atau fenomena
tertentu (cyberhate) (Carter & Weaver, 2003).
Isu privasi dan keamanan diri dalam penggunaan stus jejaring sosial umumnya tidak
terdefinisikan atau tidak disadari secara luas (Dwyer, 2007 dalam Dwyer, et.al, 2007). Kita bisa
melihat sendiri dalam berbagai jenis interaksi, seringkali transaksi serta data-data pengguna
tersebar secara eksplisit dalam situs jejaring sosial. Selain itu, terdapat salah satu karakteristik
dalam komunikasi bermediasi komputer (CMC) yang dianggap rentan menyebabkan dampak
negatif di internet, yaitu anonimitas (Thurlow, Lengel & Tomic, 2007:99). Anonimitas ini
mendorong ke arah timbulnya disembodiment- sebuah identitas yang tidak tergantung atau
dibatasi oleh tampilan fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Turkle (1995): “Anda dapat menjadi
siapa saja di internet. Anda dapat sepenuhnya menciptakan identitas baru sesuai keinginan.”
(Thurlow, Lengel & Tomic, 2007:99)
Pada umumnya, pengguna situs jejaring sosial tidak menyadari akan bahaya yang tersembunyi
di balik karakteristik anonimitas ini. Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
(Acquisti and Gross, 2006, Lampe, Ellison, and Steinfield, 2007, Stutzman, 2006) menunjukkan
bahwa para pengguna Facebook membuka lebar informasi tentang diri mereka, dan tidak sadar
dengan opsi privasi mengenai siapa yang dapat menyaksikan profil mereka (Acquisti and Gross,
2006 dalam Dwyer, et.al, 2007).
Dalam penelitian ini, yang akan dilihat adalah kesadaran (awareness) akan keamanan diri yang
terkait dengan privacy concern (data-data pribadi) terhadap dampak penggunaan situs jejaring
sosial seperti yang terkait dalam kasus-kasus yang terjadi di Indonesia, seperti cyberstalking,
cybersexploitation serta cyberpaedophilia.
Dari paparan di atas, yang menjadi dimensi dari variabel kesadaran diri (awareness) terhadap
keamanan diri saat menggunakan situs jejaring sosial adalah kesadaran mengenai isu privasi,
perilaku pengungkapan diri (self-disclosure) saat berbagi informasi, serta kesediaan pengguna
dalam menjalin pertemanan. Dimensi-dimensi ini kemudian diaplikasikan ke dalam bentuk
pertanyaan, seperti: informasi pribadi apa saja yang pengguna tampilkan di profil mereka,
seberapa besar kemungkinan/kesediaan mereka dalam menjalin pertemanan dan membuka
hubungan dengan orang yang tidak dikenal, serta bagaimana pemahaman mereka mengenai
setting privasi di situs jejaring sosial Facebook.
Kerangka Pemikiran
1. Akses dan cara penggunaan
Sementara sampel untuk dibagikan kuesioner adalah remaja dan mahasiswa usia 15-25
tahun pemilik akun facebook yang akan diambil secara acak dari satu sekolah (satu SMU
dan satu universitas) dan satu warnet dari wilayah Jakarta dan luar Jakarta. Untuk tiap
wilayah, akan diambil sampel sejumlah 180 tiap wilayah, dengan perincian 60 untuk tiap
tingkat populasi (SMU, universitas dan warnet). Dari jumlah 60 tiap kategori tersebut, 30
sampel diambil untuk keperluan uji validitas serta 30 sisanya untuk penelitian.
a. Data sekunder:
3.4.Metode Analisa
b. Distribusi Frekuensi
Adalah susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan menurut kategori
tertentu (Prasetyo & Jannah 2005:185)
c. Ukuran Pemusatan
Adalah suatu ukuran yang digunakan untuk melihat seberapa besar kecenderungan
data memusat pada nilai tertentu. Ukuran pemusatan yang akan dipakai adalah rata-
rata atau mean. (Prasetyo & Jannah 2005:186)
3.5 Operasional Konsep
Tabel 2
Operasional Konsep
3. Fungsi penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Carter, Cynthia & C. Kay Weaver. Violence and The Media. Philadelphia: Open University
Press, 2003.
Daymon, Christine and Immy Holloway. Qualitative Research Methods in Public Relations and
Marketing Communications. London: Routledge, 2002.
Denzin, Norman K. Yvonna S.Lincoln. Handbook of Qualitative Research. USA: Sage
Publications, 1994.
Lister, Martin. et al. New Media A Critical Introduction . New York: Routledge. 2009.
McQuail, Dennis. McQuail’s Mass Communication Theory Fifth Edition. London: Sage
Publication Ltd, 2005.
Nabi, Robin L & Mary Beth Oliver. Media Processes and Effects. London: Sage Publication
Ltd, 2009
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
Safko, Lon & David Brake. The Social Media Bible. Wiley & Sons, 2009
Thurlow, Crispin, Laura Engel and Alice Tomic. Computer Mediated Communication: Sosial
Interaction and the Internet. London: Sage Publication Ltd, 2007
Williams, Frederick. Reasoning with Statistics. USA: Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers, 1992.
Sumber Lain
Jurnal Online
Boyd, d. m., & Ellison, N. B. (2007). Social network sites: Definition, history, and scholarship.
Journal of Computer-Mediated Communication, 13(1), article 11.
http://jcmc.indiana.edu/vol13/issue1/boyd.ellison.html
Lampe, C., Ellison, N. and Steinfield, C. (2007). The Benefits of Facebook "Friends:" Social
Capital and College Students' Use of Online Social Network Sites . Journal of Computer-
Mediated Communication, 12 (4). Retrieved January 14, 2009 from
http://jcmc.indiana.edu/vol12/issue4/ellison.html
Penelitian
Dwyer, C., Roxanne Hiltz, S and Passerini (2007) Trust and Privacy Concern within Social
Networking Sites: A Comparison of Facebook and MySpace. Proceedings of the Thirteenth
Americas Conference on Information Systems, Keystone, Colorado August 9th – 12th
Lampe, C., Ellison, N. and Steinfield, C. (2007) A Face(book) in the Crowd: Social Searching
Versus Social Browsing. Proceedings of the 20th Anniversary Conference on Computer
Supported Cooperative Work, Banff, Alberta, Canada, 2007, pp. 167-170.
OfCom (2008) Social Networking: Quantitative and Qualitative Research Report into Attitudes,
Behaviours and Use. Available at http://www.ofcom.org.uk
Young, Alyson L., Anabel Quan-Haase. Information Revelation and Internet Privacy Concerns
on Social Network Sites: A Case Study of Facebook. C&T’09, June 25-27, 2009,
University Park, Pennsylvania, USA
Situs Internet
http://www.antaranews.com/berita/1266227063/guru-takutkan-ancaman-
pembunuhan-via-facebook
http://asia.cnet.com/blogs/toekangit/post.htm?id=63008431
http://www.checkfacebook.com/
http://www.detiknews.com/read/2010/03/09/092949/1314145/10/penipuan-korban-
di-kemayoran-kasus-pertama-dalam-bahasa-indonesia
http://www.detikinet.com/read/2010/03/09/072554/1314067/323/waspadai-
penipuan-di-facebook-menggunakan-akun-milik-teman
http://www.detiknews.com/read/2010/02/16/171514/1300805/10/4-siswa-
yang-dipecat-akhirnya-diterima-di-sekolah-lain
http://www.detiknews.com/read/2010/02/16/134623/1300580/10/terbukti-
menghina-lewat-facebook-farah-divonis-2-bulan-bui
http://www.detiknews.com/read/2010/02/15/173921/1300034/10/nurhayati-
hilang-diduga-pergi-dengan-kenalan-di-facebook
http://www.detiknews.com/read/2010/02/11/233854/1297989/10/setubuhi-anak-di-bawah-umur-
gara-gara-fb-pemuda-ditangkap
http://www.detiknews.com/read/2010/02/11/181047/1297869/10/abelina-tak-alami-
perlakuan-senonoh-cuma-hp-dicuri
http://www.detiknews.com/read/2010/02/11/131500/1297559/10/mahasiswi-
kedokteran-undip-hilang-diduga-diculik-kenalan-di-facebook
http://www.detiknews.com/read/2010/02/04/170559/1293244/10/diancam-putus-
pria-sebar-foto-bugil-pacar-di-facebook
http://www.ictwatch.com/internetsehat
http://www.insidefacebook.com/2008/12/31/facebook-indonesia-outpaces-
southeast-asian-counterparts-in-2008/
http://nasional.vivanews.com/news/read/126311-polisi_lacak_akun__tiduri_aku__di_facebook
http://nasional.vivanews.com/news/read/125793-
membedah_prostitusi_di_kalangan_abg
http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/06/08/09092245/kasus.prita.dan.teknologi.marketing.2.0
http://www.tribun-
timur.com/read/artikel/77242/Kenalan_di_Facebook_Gadis_Palopo_Diperkosa
http://video.liputan6.com/videodetail/201002/263460/Lagi.Facebook.Memakan.Korb
an