Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA

DI DESA GLAGAHWANGI KECAMATAN POLANHARJO


KABUPATEN KLATEN
Prastiwi Putri Basuki
tiwi.basuki@yahoo.com

ABSTRACT
The growth of children is one important indicator of the nutritional status of the
community. Stunting is the best indicator for the growth of children. The indicators
describe the impact of malnutrition and recurrent infections. Stunting is the impact
of inadequate child care, poverty, and social and cultural conditions. It is closely
related to morbidity and mortality, impaired mental development, reduced
intellectual ability, and is a powerful predictor of the development of human
resources. This study is observational with cross sectional design. The total sample
of 106 people using the exhaustive sampling techniques . The data was collected
through interviews and direct observation. The results showed wald test p value
(significance) maternal employment status, mother's education, father education,
number of family members of> 0.05, meaning that each variable has no significant
partial effect on the incidence of stunting. Results for mothers occupation OR 1.429,
mother's education SLTP 1.849, fathers education SLTP 2,031, and the number
of family members> 4 .598

ABSTRAK
Pertumbuhan balita merupakan salah satu indikator penting dalam status gizi
masyarakat. Stunting merupakan indikator yang paling baik untuk pertumbuhan
anak. Indikator tersebut menggambarkan dampak kurang gizi dan infeksi yang
berulang. Stunting merupakan dampak dari perawatan anak yang tidak
memadai,kemiskinan, dan kondisi sosial budaya. Hal tersebut berhubungan erat
dengan tingkat kesakitan dan kematian, terhambatnya perkembangan mental,
menurunnya kemampuan intelektual, dan merupakan prediktor yang kuat dalam
perkembangan sumber daya manusia. Penelitian ini merupakan observasional
dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebesar 106 orang dengan
menggunakan teknik exhaustive sampling.. Pengumpulan data melalui wawancara
dan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan nilai p value uji wald
(signifikansi) status pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pendidikan bapak, jumlah
anggota keluarga >0,05, artinya masing-masing variabel tidak mempunyai
pengaruh parsial yang signifikan terhadap kejadian stunting. Hasil OR untuk ibu
bekerja 1,429, pendidikan ibu SLTP 1,849, pendidikan bapak SLTP 2,031, dan
jumlah anggota keluarga >4 0,598
Kata kunci: faktor risiko, stunting, balita

Analisis Faktor Risiko Stunting pada Balita di Desa Glagahwangi Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten

Berdasarkan Riskesdas 2013 (4),

PENDAHULUAN
Permasalahan

gizi

telah

lama

prevalensi

gizi

kurang

pada

menjadi perhatian dunia. Di dalam tujuan

(BB/U<-2SD)

pembangunan

yang fluktuatif dari 18,4% (tahun 2007)

perbaikan
indikator

millennium

gizi

menjadi

dari

mengatasi

(MDGs),

tujuan

kemiskinan

salah

satu

pertama

yaitu

dan

kelaparan.

memberikan

balita

menurun menjadi

gambaran

17,9% (tahun 2010)

kemudian meningkat lagi menjadi 19,6%


(tahun 2013). Perubahan terutama

pada

Pada tujuan pertama MDGs, terdapat 3

prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4%

(tiga)

yaitu

tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan

peningkatan

5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi

konsumsi energi, dan peningkatan status

gizi kurang naik sebesar 0,9% dari 2007

gizi.

dan 2013.

indikator

peningkatan

keberhasilan,

pendapatan,

Ketiga

indikator

ini

memiliki

keterkaitan yang sangat kuat, perbaikan

Prevalensi pendek (stunting) pada

pendapatan akan memperbaiki asupan

balita secara nasional tahun 2013 sebesar

gizi, dan selanjutnya akan memperbaiki

37,2% yang berarti terjadi peningkatan

status gizi. Selain itu gizi yang baik akan

dibandingkan

menjadi dasar yang sangat kuat untuk

2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar

mencapai MDGs lainnya

(1). Di

37,2& terdiri dari 18,0% sangat pendek

Indonesia, persoalan gizi juga merupakan

dan 19,2% pendek. Prevalensi pendek

salah

meningkat dari 18,0% pada tahun 2007

satu

persoalan

utama

dalam

pembangunan manusia. Sebagai salah satu


negara

dengan

kependudukan

menjadi 19,2% pada tahun 2013.

kompleksitas

nasional di Indonesia sebesar 11,9%.

ragam, Indonesia dihadapi oleh dinamika

Prevalensi sangat kurus secara nasional

persoalan gizi buruk (2). Walaupun proses

tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu

pembangunan di Indonesia telah mampu

5,3%.

mengatasi persoalan ini, tetapi dilihat dari

sudah dianggap serius bila prevalensi

kecenderungan

masih

kurus antara 10,0 14,0%. Pada tahun

banyak persoalan yang perlu diselesaikan

2013, secara nasional prevalensi kurus

terutama

pada anak balita sebesar 12,1%, yang

data

sangat

Prevalensi gemuk pada balita secara

beraneka

yang

yang

tahun 2010 (35,6%) dan

statistik,

menyangkut

balita gizi kurang (3)

persoalan

Masalah

kesehatan

masyarakat

artinya masalah kurus di Indonesia masih

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016

merupakan masalah kesehatan masyarakat

bapaknya buta huruf, sedangkan 38,46%

yang serius.

anak

Malnutrisi berpengaruh pada kurang

wasting

bapaknya

hanya

pada

keluarga

bisa

yang

membaca dan

gizi dan gizi lebih, yang merupakan

menulis (6). Disparitas antar kelompok

masalah di semua negara di dunia.

sosial ekonomi menjaddi fokus utama

Konsekuensi malnutrisi akan berimplikasi

dalam persoalan gizi buruk di Indonesia

dalam daur kehidupan yaitu menurunkan

dimana

angka harapan hidup, meningkatnya risiko

pekerjaan

penyakit

perbandingan prevalensi gizi buruk.

akut

dan

penyakit

kronis,

pendapatan,
orang

pendidikan,

tua

dan

mempengaruhi

kecerdasan menurun, dan menurunkan

Berdasarkan hasil penelitian Basuki

produktivitas (5). Faktor utama yang

(7), yang dilakukan di Desa Glagahwangi,

mempengaruhi malnutrisi adalah kurang

Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten

seimbangnya

dan

terdapat 20,83% balita dengan anemia.

yang rendah akibat

Anemia merupakan salah satu malnutrisi

konsumsi

status kesehatan
kemiskinan,

makanan

kurangnya

beli

dalam bentuk spesific deficiency. Anemia

makanan, parktik pemberian makanan,

adalah salah satu indikator kurang gizi dan

dan jumlah anggota keluarga. Tingkat

perhatian kesehatan.

pendidikan

dapat

mikro merupakan fenomena gunung es.

yaitu

Jika yang terdeteksi anemia di suatu

rendahnya kesadaran untuk berperilaku

daerah sebesar 20%, status gizi kurang

sehat

Tingkat

diperkirakan akan lebih besar. Hasil

pendidikan bapak merupakan determinan

penelitian juga memperlihatkan bahwa

lain yang mempunyai dampak positip

pengetahuan ibu tentang pola makan pada

pada kesehatan dan status gizi anak.

balita juga masih kurang baik, misalnya

Biasanya bapak sebagai sumber utama

balita tidak minum susu tapi diberi minum

penghasilan

keputusan

teh. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

dalam keluarga. Tingkat pendidikan bapak

recall 1 x 24 jam. Jika hal tersebut tidak

mempunyai peran penting terhadap status

diperhatikan, dalam jangka waktu lama

gizi anak. Berdasarkan hasil penelitian di

dampak pola makan yang kurang baik

Malir,

ditemukan

pada balita akan memberikan dampak

62,63% anak status gizi kurang, 48,99%

yang kurang baik untuk pertumbuhan

anak

balita. Salah satu kegiatan Puskesmas

ibu

mengakibatkan

dan

yang

Karachi,

stunting

rendah

malnutrisi,

praktik

dan

daya

sanitasi.

pembuat

Pakistan

pada

keluarga

yang

Kekurangan

gizi

Analisis Faktor Risiko Stunting pada Balita di Desa Glagahwangi Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten

Polahnharjo telah melakukan kegiatan

METODE PENELITIAN

untuk menurunkan kasus masalah gizi

Pengumpulan data primer dilakukan

balita antara lain adalah kegiatan pelatihan

survey dengan pendekatan cross sectional.

Pemberian Makan pada Bayi dan Anak

Sampel dalam penelitian dipilih dengan

(PMBA) untuk petugas kesehatan tingkat

kriteria inklusi: anak usia 6-55 bulan dan

masyarakat desa (bidan desa) dan kader

orang tua atau wali anak setuju dan

kesehatan agar dapat membantu orang tua

bersedia ikut serta dalam penelitian yang

dan pengasuh dalam pemberian makanan

dinyatakan dengan menandatangani surat

pada anak dengan optimal.

persetujuan

(informed

consent).

merupakan

Sedangkan kriteria eksklusi : 1) menderita

salah satu indikator penting dalam status

kelainan bawaan ataupun infeksi kronis

gizi

seperti TB paru, kelainan jantung bawaan,

Pertumbuhan

balita

masyarakat.

indikator

yang

Stunting
paling

merupakan
baik

untuk

2)

mengalami

kelainan

metabolisme

pertumbuhan anak (8). Indikator tersebut

misalnya malabsorbsi terhadap zat gizi

menggambarkan dampak kurang gizi dan

tertentu misalnya : laktosa, 3) Berat Badan

infeksi

Stunting

Lahir Rendah dan lahir prematur. Teknik

merupakan dampak dari perawatan anak

pengambilan sampel menggunakan teknik

yang

exhaustive sampling.

yang

tidak

kondisi

memadai,kemiskinan,

sosial

berhubungan

berulang.

budaya.
erat

dan

Hal

tersebut

dengan

tingkat

Untuk menilai status gizi balita


digunakan

indeks

antropometri,

yaitu

kesakitan dan kematian, terhambatnya

berdasarkan

perkembangan

menurunnya

(TB/U) dengan baku rujukan WHO 2005.

kemampuan intelektual, dan merupakan

Status gizi dikatakan stunting jika TB/U

prediktor yang kuat dalam perkembangan

<-2 SD, sedangkan status gizi normal jika

sumber daya manusia.

-2 SD TB/U +2 SD.

mental,

Berdasarkan latar belakang tersebut,

Analisis

tinggi badan menurut umur

faktor

risiko

stunting

maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

dilakukan untuk melihat

faktor yang

lanjut tentang Analisis faktor risiko

mempengaruhi munculnya risiko stunting.

stunting pada Balita di Desa Glagahwangi

Variabel terikat yang digunakan variabel

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

dikotomi, yaitu anak balita stunting dan


anak balita normal, maka digunakan
model regresi logistik. Model regresi

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016

logistik

digunakan

probabilitas
dengan

terjadinya

untuk

melihat

suatu

keadaan

Karakteristik responden meliputi umur

faktor-faktor

ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,, umur

memperhitungkan

lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

bapak,

pendidikan

bapak,

pekerjaan

bapak, umur anak, jenis kelamin anak,


status gizi anak.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua dan Balita


Karakteristik responden
Karakteristik Ibu
Umur (Tahun)
19-24
25-29
30-34
35-39
40-44

Frekuensi

Persentase (%)

Jumlah

17
37
32
12
8
106

16
34,9
30,2
11,3
7,5
100

Jumlah

2
8
31
56
9
106

1,9
7,5
29,2
52,8
8,5
100

Jumlah

1
23
34
48
106

0,9
21,7
32,1
45,3
100

Jumlah

5
27
43
13
12
5
1
106

4,7
25,5
40,6
12,3
11,3
4,7
0,9
100

Jumlah

5
9
41
46
5
106

4,7
8,5
38,7
43,4
4,7
100

Pendidikan Ibu
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi/PT
Pekerjaan Ibu
PNS
Swasta/Dagang/Karyawan
Buruh
Ibu Rumah Tangga (IRT)
Karakteristik Bapak
Umur (Tahun)
19-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
Pendidikan Bapak
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi/PT

Analisis Faktor Risiko Stunting pada Balita di Desa Glagahwangi Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten
Karakteristik responden
Frekuensi
Persentase (%)
Pekerjaan Bapak
Swasta/Dagang/Karyawan
33
31,1
Buruh
73
68,9
Jumlah
106
100
Karakteristik Anak
Umur (Bulan)
<24
35
33
24
71
67
Jumlah
106
100
Jenis Kelamin
62
58,5
Laki-laki
Perempuan
44
41,5
Jumlah
106
100
Status Gizi (TB/U)
Stunting
13
12,3
Normal
93
87,7
Jumlah
106
100
Jumlah Anggota Keluarga
>4
21
19,8
4
85
80,2
Jumlah
106
100

Umur orang tua Balita

Penilaian Status Gizi Balita

Umur ibu paling banyak berumur

Berdasarkan penilaian status gizi

2529 tahun (34,9%) dengan rata-rata

balita, ditemukan 13 orang (12,3%) balita

umur ibu 30,02 tahun. Pendidikan ibu

stunting. Dari sejumlah balita stunting,

paling banyak tamat SLTA sebanyak 56

sebanyak 7 orang (53,8%) laki-laki dan 6

orang (52,8%),

pekerjaan ibu paling

orang (46,2%) perempuan. Sedangkan

banyak

ibu

tangga

berdasarkan umur, sebanyak 4 orang

sebanyak 47 orang (44,3%). Umur bapak

(30,7%) berumur <24 bulan dan 9 orang

paling banyak umur 30-34 tahun sebanyak

(69,3%) berumur 24 bulan.

43 orang (40,6%) dengan rata-rata umur

Jika dilihat dari jumlah anggota keluarga

bapak 32,83 tahun. Rata-rata umur ibu dan

sebagian besar 4 orang (80,2%) dengan

bapak masuk dalam

rata-rata jumlah anggota keluarga 3,89

sebagai

rumah

kategori dewasa

awal. Pendidikan bapak paling banyak


tamat SLTA sebanyak 46 orang (43,4%).
Sedangkan pekerjaan bapak sebanyak 73
orang (68,9%) sebagai buruh.

orang.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016


Tabel 2. Hasil Estimasi Model Status Gizi Balita, Uji Wald, Signifikansi, dan Odd Ratio
Variabel
Status Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu
Pendidikan Bapak
Jumlah Anggota keluarga
Konstanta
-2 log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square

B
0,357
0,614
0,709
-0,515
0,452
75,561
0,031
0,059

Wald
0,322
0,929
1,124
0,380
0,046

Signifikansi
0,571
0,335
0,289
0,537
0,830

Exp (B) atau Odd Ratio


1,429
1,849
2,031
0,598
1,571

Signifikansi pada level 5%


Tabel 2 menunjukkan hasil nilai -2 Faktor Risiko Stunting Balita
log likelihood sebesar 75,561, nilai Cox &
Snell

Square

bernilai

0,031

Hasil penelitian menunjukkan ibu

dan yang bekerja lebih beresiko balita stunting

Nagelkerke R Square bernilai 0,059. Data sebanyak 1,429 kali lipat dibandingkan
ini hanya menerangkan 5,9% variabel

ibu yang tidak bekerja. Ibu bekerja

bebas (status pekerjaan ibu, pendidikan sebagai buruh akan menyita waktu dalam
ibu, pendidikan bapak, jumlah anggota

memberikan

perhatian

pada

keluarga

keluarga) terhadap variabel terikat (status

terutama anak balita. Hasil penelitian

gizi balita/stunting), sisanya diterangkan

menunjukkan sebesar 69,3% anak stunting

oleh variabel lain. Hal ini dapat diabaikan berumur 24 bulan. Anak umur 24 bulan
karena analisis lebih diarahkan untuk

merupakan masa

melihat odd ratio.

masalah

gizi

yang paling rentan

karena

masa

transisi

Nilai p value uji wald (signifikansi)

penyapihan, maka pada masa tersebut

status pekerjaan ibu, pendidikan ibu,

balita membutuhkan perhatian yang lebih

pendidikan

anggota

terutama pemenuhan kebutuhan pangan.

keluarga >0,05, artinya masing-masing

Ibu bekerja kurang memberikan perhatian

variabel

dan

bapak,

tidak

jumlah

mempunyai

pengaruh

perawatan

rumah.

Pola

karena

kegiatan

balita

melihat

memberikan kontribusi terhadap status

probabilitas munculnya balita stunting

gizi anak, salah satu pola asuh yang

dilihat dari nilai Exp (B) atau disebut juga

berhubungan dengan status gizi adalah

odd ratio (OR).

pola asuh makan. Selain pola asuh makan,

Untuk

luar

intensif

parsial yang signifikan terhadap status gizi


(stunting).

di

yang

asuh

pola asuh kesehatan yang dimiliki ibu juga

Analisis Faktor Risiko Stunting pada Balita di Desa Glagahwangi Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten

mempengaruhi

anak

beresiko balita stunting sebanyak 0,598

akhirnyaakan

kali lipat dibandingkan jumlah anggota

mempengaruhi status gizi anak balita

keluarga 4. Sebagian besar (68,9%)

secara

pekerjaan

balita

status kesehatan

dan

pada

tidak

langsung.

Dalam

bapak

sebagai

buruh.

pertumbuhan dan perkembangan anak,

Penghasilan sebagai buruh yang tidak

peran ibu dominan untuk mengasuh dan

pasti akan berpengaruh pada pemenuhan

mendidik

dan

kualitas dan kuantitas makanan dalam

yang

keluarga. Selain itu jika kualitas dan

ibu

bekerja

kuantitas makanan tidak terpenuhi selama

terbatas

dalam

masa awal kehidupan (masa balita) juga

mengasuh dan mendidik anaknya. Mereka

akan meningkatkan frekuensi infeksi yang

harus

juga merupakan risiko tinggi stunting.

anak

berkembang

agar

tumbuh

menjadi

berkualitas.

Seorang

mempunyai

waktu

berbagi

anak

waktu

untuk

bekerja,

pekerjaan rumah tangga dan mengasuh


serta mendidik anak.

Pendidikan

bapak

merupakan

salah satu determinan yang mempunyai

Sedangkan pendidikan ibu SLTP

dampak

positif

terhadap

gizi

dan

lebih beresiko balita stunting sebanyak

kesehatan anak. Bapak merupakan sumber

1,849 kali lipat dibandingkan pendidikan

pokok

ibu >SLTP. Ibu bekerja paling banyak

keputusan pencarian pengobatan di dalam

sebagai buruh sebesar 32,1%. Pendidikan

keluarga

ibu akan dapat meningkatkan kesadaran

mempunyai

untuk berperilaku sehat (9). Kepercayaan

mencapai status gizi anak yang lebih baik

dan

(10).

sikap

tradisional

ibu

dapat

penghasilan

maka

tingkat

peran

Penelitian

dan

di

pembuat

pendidikan

penting

dalam

Pakistan

yang

et

(11)

mempengaruhi status kesehatan anak,

dilakukan

Mushtaq,

dimana hal tersebut akan mengarahkan

menunjukkan bahwa anak (5-12 tahun)

pada kemauan menerima perkembangan

stunting pada orang tua buta huruf

dan pemanfaatan pelayanan kesehatan

signifikan

modern.

dibandingkan pada anak

lebih

al

tinggi

(14%)

yang orang

menunjukkan

tuanya memiliki pendidikan lebih tinggi

pendidikan bapak SLTP lebih beresiko

(4,5%). Berdasarkan penelitian Jesmin, et

balita stunting sebanyak 2,031 kali lipat

al (12)

dibandingkan pendidikan bapak >SLTP.

meningkatnya tingkat pendidikan bapak

Jumlah

dapat menurunkan 11% balita stunting.

Hasil

penelitian

anggota

keluarga

>4

lebih

di

Bangladesh

menunjukkan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016

Rendahnya

tingkat

pendidikan

jawab yang lebih besar bagi pasangan

bapak dan ibu meski tidak berpengaruh

suami istri karena mereka tidak hanya

secara signifikan, tetapi pendidikan yang

memikirkan

semakin

rendah mempunyai risiko yang

sendiri, tetapi juga belajar memenuhi

semakin besar balita stunting. Pendidikan

kebutuhan anak sehingga anak mencapai

berpengaruh terhadap pengetahuan gizi

pertumbuhan dan perkembangan secara

dan kesehatan. Jika pengetahuan rendah

optimal.

lagi

kehidupan

mereka

maka pola asuh orang tua terhadap balita

Berdasarkan data hasil penelitian

menjadi kurang baik. Pola asuh kurang

dan penjelasannya, faktor yang menjadi

baik akan berpengaruh terhadap tumbuh

penyebab munculnya stunting memiliki

kembang balita.

multidimensi faktor. Dua faktor yang

Hasil

penelitian

menunjukkan

langsung

mempengaruhi

masalah gizi

hubungan yang negatif, yaitu semakin

adalah asupan makanan dan pengaruh dari

banyak jumlah anggota keluarga semakin

infeksi penyakit. Kedua faktor tersebut

rendah risiko balita stunting. Sebanyak 11

saling timbal balik. Dari faktor tersebut,

orang (84,7%) jumlah anggota keluarga

sebenarnya

4 dan sebanyak 2

orang (15,3%) >4.

sebuah implikasi dari masih lemahnya

Jika

beban

tanggungan

sistem pelayanan kesehatan, pola asuh

keluarga semakin sedikit. Hal tersebut

orang tua terhadap anak yang kurang

bisa saja terjadi karena rata-rata umur

memberikan

bapak dan ibu merupakan masa dewasa

kembang anak dan stok asupan makanan

awal. Masa dewasa awal cenderung giat

dalam rumah tangga. Hal ini merupakan

mengikuti

persoalan klasik yang berpangkal pada

dilihat

dari

organisasi-organisasi

masalah

gizi

perhatian

merupakan

dalam

tumbuh

masyarakat sehingga jika dilihat dari

persoalan

kemiskinan,

aspek perkembangan kognitif, dapat lebih

pendidikan

masyarakat

besar

memperoleh

ketrampilan dalam kehidupan (life skill).

informasi yang baru, berubah dari mencari

Faktor kemiskinan dan rendahnya tingkat

pengetahuan

pendidikan orang tua merupakan faktor

peluangnya

untuk

menuju

menerapkan

pengetahuan. Salah satu tugas pada masa


dewasa

awal

diantaranya

adalah

memelihara anak, dimana hadirnya anak


menjadikan tugas, peran dan tanggung

rendahnya
dan

utama dalam risiko balita stunting.

kurang

Analisis Faktor Risiko Stunting pada Balita di Desa Glagahwangi Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten

Jurnal

KESIMPULAN

lipat dibandingkan ibu yang tidak


bekerja.

dan

Pangan.

2006;1(2):26-33

1. Ibu yang bekerja lebih beresiko


balita stunting sebanyak 1,429 kali

Gizi

Babar

NF,

Rizwana

Muzaffar,

Muhammad AK, Seema Imdad.


Impact of sosioeconomic factors

2. Pendidikan

ibu

lebih

on nutritional status in primary

beresiko balita stunting sebanyak

school children. J Ayub Med Coll

1,849

Abbottabad, 2010;22(4)

kali

SLTP

lipat

dibandingkan

pendidikan ibu >SLTP.


3. Pendidikan bapak

SLTP lebih

beresiko balita stunting sebanyak


2,031

kali

lipat

dibandingkan

Laporan

pembangunan

manusia Indonesia tahun 2007.


Jakarta:

Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional; 2007

pendidikan bapak >SLTP.


4. Jumlah anggota keluarga

Bappenas.

>4 lebih

Basuki, Prastiwi Putri. 2013. Pengaruh

beresiko balita stunting sebanyak

Multiple

0,598 kali lipat dibandingkan jumlah

Terhadap Pertumbuhan, Kejadian

anggota keluarga 4.

ISPA dan Diare Pada Anak Umur


6-59

Micronutrient

Bulan

Huada
Ali SS, Karim N, Haider SS. Association
literacy

Dengan

Anemia,

Program Studi IKM STIKES Wira

DAFTAR PUSTAKA

of

Powder

of

fathers

with

Yogyakarta,

tidak

dipublikasikan
Haddad, Lawrence, et.all. 2015, The

malnutrition among children under

Global

three years of age in rural area of

Actions

distric

Accelerate the Worlds Progress on

Malir,Karachi.

Med

Channel 2005; 11(1):26-9

kerugian ekonomi akibat status


buruk

dan

and

2014:

Accountability to

Nutrition. American Society for

Aries M, Martianto D. 2006, Estimasi

gizi

Nutrition Report

biaya

Nutrition, The Journal of Nutrition


Jesmin A, Shelby SY, Ahmad AM,
Aminul

H.

penanggulangannya pada balita di

determinant

berbagai provinsi di Indonesia,

malnutrition

Prevalence
of
among

and

chronic
preschool

children: A cross sectional study in

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016

Dhaka City, Bangladesh. Health

of anthropometry. Report of a

Popul Nutr, 2011;Oct29(5);494-

WHO Expert Committee Geneva;

499

1995, (Technical Report Series No.

Mushtaq MU., Sibgha Gull., Usman


Khurshid., Mushtaq Ahmad Shad,
Arif

Mahmood

Siddiqui.,

Prevalence and Socio-demographic


Correlates

of

Stunting

Thinness

Among

and

Pakistani

Primary School Children. BMC


Public Health, 2011, 11:790
Rahman M, Mostofa G, Nasrin SO.
Nutritional status among children
aged

24-59

month

Bangladesh;

in

An

rural

assessment

measured by BMI index. Internet J


Biol Antropol, 2009;3(1)
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan

Kesehatan,

Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia
Stalker,

P.

2008.

Millennium

Development Goals. [On line].


Tersedia:
http://www.undp.or.id/pubs/docs/L
et%20Speak%20Out%20for%20M
DGs%20-%20ID.pdf

diakses 24

Maret 2015
World Health Organization:

Physical

Status: the use and interpretation

854)

Anda mungkin juga menyukai