Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Setengah dari penduduk dunia adalah wanita, dan menurut data statistik
hampir 90% dari mereka melewati umur 65 tahun. Hal tersebut bisa disebutkan
bahwa satu pertiga dari usia mereka dihabiskan pada saat menopause.
(Khalbari, 2011). Menurut angka sensus penduduk Indonesia

tahun 2000,

angka harapan hidup wanita Indonesia yang berusia 50 tahun yang diasumsikan
telah memasuki usia menopause adalah 15.5 juta dan pada tahun 2020 jumlah
wanita menopause diperkirakan mencapai 30.3 juta sekitar 11,5 % dari total
populasi indonesia. (Wratsangka, 2010). Sedangkan menurut Badan Pusat
Statistik, wanita yang memasuki usia menopause pada tahun 2010 adalaha
sebanyak 226.141.010 jiwa dan di perkirakan akan bertambah banyak pada
tahun 2020 menjadi 365.529.000 jiwa. Meningkatnya jumlah angka harapan
hidup tersebut

tentunya disertai pula dengan berbagai macam

masalah

kesehatan pada wanita menopause (Wijayanti, 2011).


Menopause adalah berasal dari bahasa Yunani names yang artinya
perempuan, dan Pauses yang berarti berhenti. Menopause diartikan sebagai
berhentinya ovulasi dan pada umumnya terjadi rata-rata pada usis 47-53 tahun
(Khalatbari, 2011). Menopause adalah salah satu fase dari kehidupan normal
seorang wanita. Pada masa menopause jumlah folikel
1

pada ovarium mengalami penurunan setiap bulannya hingga terhentinya


siklus ovarium. Terhentinya siklus ovarium inilah yang disebut sebagai masa
menopause. Ketika menopause terjadi

penurunan konsentrasi estrogen dan

progesteron bersikulasi dalam darah dan terjadi peningkatan yang tajam


terhadap sekresi hormon Gonadotropin Releasing Hormon GnRH, folicel
stimulating hormon (FSH) Luteininzing Hormone (LH) secara terus menerus.
Penurunan kadar estrogen tersebut mengakibatkan pengecilan uterus dan
payudara diseratai dengan atropi pada vagina (Martinin, 2001).
Penurunan kadar hormon Estrogen tersebut mengakibatkan hot flashes,
gangguan tidur, atropi berbagai organ, vagina kering, gangguan emosional dan
kognitif. Penyakit Osteoporosis, demensia, dan penyakit kardiovaskuler
meningkat pada wanita menopause. Penurunan kadar hormon ini juga akan
menimbulkan gangguan psikologis. Gangguan-gangguan ini seperti, mudah
tersinggung, perasaan nafas dangkal, gangguan neurologis seperti kecemasan,
depresi, kelelahan dan kemarahan pernah dilaporkan dalam periode menopause.
(Khalatbari 2011).
Perubahan-perubahan fisik yang dialami juga salah satu yang
mempengaruhi perubahan kondisi psikis yang dialami oleh seorang wanita
dalam menjalankan perannya sebagai istri. (Wijayanti, 2011). Gejala-gejala
yang ditimbulkan selama periode menopause ini akan menurunkan kualitas
hidup wanita menopause. Lebih dari 80% wanita melaporkan gejala fisik dan
psikologis ini ada selama menopause. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Grenblum et al pada 150 wanita tahun 2012 di salah satu klinik Kebidanan di
2

Florida timur laut dengan usia 45 sampai 60 tahun , gejala yang paling umum
muncul pada wanita menopause adalah hot fllashes 73,2%, kelelahan 58,0%,
gangguan tidur 56,3%, mengalami ansietas 53,6%, iritabilitas %1,8, mengalami
peningkatan berat badan 51,8%, kekeringan pada vagina dan inkontenensia
urin 32,1%.
Menurut Kuntjoro (2002), dalam Nurdono (2013) ada beberapa gangguan
psikologis yang dialami pada wanita menopause yaitu, ingatan menurun,
ansietas, mudah tersinggung, stress hingga depresi. Dari beberapa penelitan
yang telah dilakukan pada wanita menopause, ansietas adalah masalah yang
paling sering ditemukan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
menopause dan perasaan khawatir, takut, dan cemas inilah yang membawa
seorang wanita kemasa yang sulit dalam kehidupan mereka. Tidak jarang
mereka merasa tidak menarik lagi sehingga mereka lebih sensitif dan mudah
cemburu dengan suaminya, karena ia merasa takut dan khawatir suaminya tidak
tertarik lagi padanya dan akan mencari wanita lain sebagai penggantinya.
Apabila dihadapkan pada suatu masalah maka wanita tersebut tidak dapat
menyingkapinya dengan bijaksana dan akan menimbulkan konflik terutama
dengan pasangannya (Wijayanit, 2011).
Menurut Videbeck (2011), ansietas adalah suatu perasaan takut atau
kehawatiran yang tidak jelas atas respon stimulus internal dan eksternal yang
dapat menimbulkan gejala perubahan prilaku, emosional, kognitif, dan fisik
pada seseorang. Stuart (2013) menyatakan bahwa ansietas adalah sebagai
perasaan

khawatir

yang

bersamaan
3

dengan

perasaan

keragu-raguan,

ketidakberdayaan, terisolasi, dan perasaan ketidaknyamanan. Ansietas juga


didefiniskan sebagai perasaan takut terhadap satu objek yang tidak jelas (Stuart,
2013).
Menurut teori Peplau (1963) dalam Stuart (2013) ansietas dibagi kedalam
empat tingkatan yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat dan
panik,. Setiap tahapan ansietas mempunyai tanda dan gejala yang berbeda,
ansietas ringan ditandai dengan, tanda-tanda vital normal, tekanan otot
minimum, pupil normal, gelisah, susash tidur, hipersensitif terhadap suara,
lapangan persepsi tidak menyempit, sadar terhadap stimulus internal dan
lingkungan yang lain, perhatian berkurang tetapi masih terkontrol, penyelesaian
masalah efektif, dan merasa relatif nyaman, tenang dan motivasi meningkat.
Ansietas sedang ditandai dengan tanda-tanda vital normal dan sedikit
meningkat, adanya ketegangan, merasa kurang nyaman, diaporesis, sakit
kpeala, mulut kering sering berkemih, persepsi menyempit, penuh perhatian,
perasaan siaga dan menantang, dan ekspresi wajah perhatian. Ansietas berat
terlihat dengan tanda-tanda vital meningkat, keringat berlebihan, sering buang
air kemih, diare, mulut kering, nafsu makan menurun, pupil berdilatasi, sakit
kepala berat, mual, vertigo, taki kardi, nyeri dada, gemetar , lapangan persepsi
sangat menurun, sulit memecahkan maslah, tidak dapat menyelesaikan tugas,
merasa terancam, mudah terkejut, aktifitas meningkat atau menururn, tampak
dan merasa depresi, lekas marah, dan Panik ditandai dengan wajah pucat,
hipotensi, koordinasi otot buruk, merasakan nyeri, pupil berdilatasi, persepsi

menyebar atau tertutup, tidak mampu menerima stimulus, tidak mampu


menyelesaikan masalah, tidak mampu berpikir logis, kehilangan cara berpikir
yang normal, mudah marah, menakutkan, menarik diri , menangis, atau lari dari
maslah, tidak mampu berkomunikasi secara verbal hingga berupaya bunuh diri.
Berdasarkan model Stres Adaptasi Stuart, (2013) beberapa faktor yang
menyebabkan seorang menjadi ansietas adalah adanya faktor predisopsisi yang
menyebabakan ansietas yaitu faktor biologi, keluarga, psikologis, pandangan
prilaku, pandangan interpersonal, sosial budaya. Faktor pencetus ansietas dibagi
menjadi 2 yaitu, ancaman terhadap integritas fisik yang dialami wanita
menopause seperti penurunan fungsi organ reproduksi dan ancaman terhadap
sistem diri, yaitu seorang wanita menopause merasakan kehilangan perannya
sebagai istri. Penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan mekanisme koping
yang adaptif atau maladaptif sehingga secara keseluruhan sangat berperan
penting terhadap munculnya ansietas pada wanita menopause.
Dalam Permenkes No.279 tahun 2006 disebutkan bahwa Keperawatan
kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah suatu bidang dalam keperawatan
kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat

dengan

dukungan

peran

serta

aktif

masyarakat,

serta

mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara berkesinambungan tanpa


mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagi
suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan

fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya


kesehatannya. Dan salah satu fungsi keperawatan jiwa di masyarakat adalah
melakukan asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat diberbagai fasilitas kesehatan (Kemenkes No.
406/Menkes/SK/VI/2009).
Asuhan keperawatan jiwa di masyarakat dilaksanakan pada kelompok
sehat jiwa, resiko maupun gangguan jiwa. Untuk kelompok resiko masalah
keperawatan yang sering ditemukan adalah ansietas. Salah satu penatalaksanaan
ansietas dapat dilakukan dengan pemberian medikasi dan pemberian terapi
tambahan (Videbeck, 2011). Dengan pemberian terapi secara kombinasi lebih
baik dibandingkan hanya dengan pemberian obat saja (Charney, 2005).
Benzodiazepin dan antidepresan adalah golongan obat yang efektif sebagai
terapi psikofarmaka pada gangguan ansietas dan Post Traumatic Syndrom
Disorder (PTSD), selective serotonin reuptake inhibitors adalah golongan obat
paling sering digunakan, adapun beberapa nama obat untuk gangguan ansietas
yaitu: alprazholam, diphenhidramine, fuloxatin dan lain-lain. (Stuart, 2013).
Selain itu pusat pengobatan alternatif dan pelengkap pengobatan nasional di
Amerika Serikat menyebutkan ada beberapa terapi komplementer untuk
penatalaksanaan ansietas yaitu, terapi energi, yoga dan meditasi, akupuntur,
penggunaan produk herbal, dan PMR (Progressive Muscle Relaxatio) yaitu
gerakan relaksasi otot.
PMR (Progressive Muscle Relxation) adalah terapi tambahan yang paling
efektif pada penatlaksanaan ansietas menurut (CAM) Complementary and
6

alternative medicine dan dibuktikan beberapa penelitian. Terapi PMR sangat


efektif karena PMR dapat dilakukan secara mandiri. Gerakan relaksasi otot
(PMR) adalah salah satu cara meregangkan otot dan merelaksasikan otot.
Relaksasi otot sangat efektif dalam mengurangi ketegangan dan kecemasan.
Pelaksanaan relaksasi otot diikuti dengan musik dan isyarat visual dan sambil
rilek di sebuah tempat duduk agar tubuh dapat terasa santai. Relaksasi otot
terdiri dari 14 gerakan yang dilakukan secara berurutan mulai dari kaki atas
atau dari kepala ke arah bawah. Shalini et al (2011) telah melakukan penelitian
keefektifan PMR terhadap 30 orang pasien yang mengidap penyakit HIV yang
mengalami depresi dan gangguan ansietas di rumah sakit India dengan hasil
yang sangat berbeda setelah dilakukan pretest dan postest ansietas (t=8.471,
df=29, p=0.001) dan dikatakan bahwa PMR adalah terapi alternatif yang sangat
efektif pada gangguan ansietas dan depresi.
Pada survei prapenelitian yang dilakukan pada wanita menopause di
posbindu (Pos pembinaan terpadu) Mawar tanggal 30 januari 2015, diberikan
Angket sekala pengukuran ansietas menggunakan Geriatric Anxiety Scale
(GAS) didapatkan hasil 10 orang tidak mengalami ansietas, 8 orang mengalami
ansietas ringan dan 12 orang mengalami ansietas sedang dan berat. Dari data
yang diperoleh tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap ansietas pada wanita
menopause di Posbindu Mawar Tambah Rejo Pringsewu Tahun 2015

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latarbelakang , maka penulis membuat rumusan
masalah, bagaimana pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap
Ansietas wanita menopause di posbindu mawar Tambahrejo Pringseu pada
tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR)
terhadap ansietas pada wanita menopause di Posbindu Mawar Tambah Rejo
Pringsewu Lampung tahun 2015.
2.

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan wanita menopause sebelum
diberikan tindakan PMR di posbindu Mawar Tambah rejo Pringsewu .
b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan wanita menopause di posbindu
Mawar Tambahrejo Pringsewu setelah di lakukan PMR
c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara wanita
menopause yang memiliki suami dengan yang tidak memiliki suami

D.

Manfaat Penelitian
1

Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu keperawatan kesehatan jiwa lansia (Psikogereontologi).

Manfaat Aplikatif.

Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan lansia di komunitas.


3

Manfaat Praktis
Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

C.

Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti
sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian

: Survey analitik pendekatan Pretest-Postest Without


Control.

2. Subjek Penelitian

: Anggota Posbindu Mawar Tambah Rejo Pringsewu


usia Menopause 47 tahun sampai 53 Tahun yang
mengalami ansietas

3. Objek Penelitian

: Pelaksanaan Progressive Muscle Relaxation dalam


PengukuranTingkat ansietas pada wanita
menopause.

4. Tempat Penelitian

: Posbindu Mawar Tambah Rejo Pringsewu

5. Waktu Penelitian

: April 2015 sampai dengan Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai