Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan mendeskripsikan secara lengkap hasil penelitian pengaruh


pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap ansietas wanita menopause di
Posbindu Mawar Pringsewu tahun 2015.
A.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Posbindu Mawar didirikan pada bulan.... tahun 20... Posbindu Mawar
mempunyai 3 kader dan beranggotakan 35 orang wanita lansia mulai dari
umur 43 tahun samapai umur 75 Tahun, Wilayah kerja Posbindu Mawar
mencakup........ . Setiap hari jumat lansia berkumpul di gedung (Aisyah
Medical Center) dan dilakukan pemeriksaan status kesehatannya. Setiap
anggota mendapatkan Kartu Menuju Sehat Lansia (KMS).
Pelaksanaan Terapi Progressive Muscle Relaxation
Pelaksanaan terapi Progressive Muscle Relaxation diawali dengan
pemilihan sempel secara Purvosip sampling yaitu pengambilan sampel
yang didasarkan suatu ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Penelitian dilakukan terhadap 14 orang responden pada
tanggal 31 Juli sampai dengan 1 Agustus 2015 dan penelitian ini tidak
menggunakan

kelompok

kontrol

sebagai

pembanding.

Penelitian

dilakukan dengan memberikan terapi Progressive Muscle Relaxation

terhadap responden yang telah terpilih sesuai dengan krateria inklusi yang
dibuat oleh peneiti.
Pelaksanaan terapi Progressive Muscle Relaxation dilakukan selama 2
kali sehari pagi dan sore hari selama 2 hari berturut-turut dan total
pelaksanaan Progressive Muscle Relaxation ini dilakukan sebanyak 4 kali.
Setiap

pelaksanaan

Progressive

Muscle

Relaxation

ini

peserta

dikumpulkan dalam satu ruangan yang tenang. Peserta disediakan tempat


duduk dan digunakan laptop untuk memutar musik sebagai alat bantu
dalam pelaksanaan Progressive Muscle Relaxation
B.

Karakteristik Responden
Responden adalah anggota Posbindu Mawar yang telah memasuki
usia menopause sampai dengan usia post menopause.
a.

Skor ansietas

Distribusi karakteristik ansietas pada wanita menopause Posbindu Mawar


Pringsewu.
Tabel 4.1
Distribusi Ansietas Responden Wanita Menopaus Posbindu Mawar
Juli 2015
Variabel

Rerata

Median

Ansietas

22,93

23,00

Simpangan
Minimum Maksimum
Baku
2,369
20
27

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi ansietas semua populasi wanita


menopause di Posbindu Mawar di dapatkan bahwa median ansietas
reponden adalah 23,00 (SD 2,369) dengan skor ansietas terendah 20 dan
skor ansietas tertinggi 27.

b.

Status Pernikahan.
Berikut

ini

tabel

yang

menyajikan

karakteristik

responden

berdasarkan status pernikah.


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden Juli 2015
Status
Pernikahan
Janda
Menikah
Total

Frekuensi

Persentase

5
9
14

35,7 %
64.3 %
100 %

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah Wanita


dengan status menikah dengan jumlah 9 orang (64,3%) sedangkan janda
sebanyak 5 orang (35,7%).
C. Analisa Data
Setiap variabel sebelum dilakukan analisa secara nivariat maupun
bivariat terlebih dilakukan pengujian kenormalan data. Pengujian penting
karena normal tidaknya data memengaruhi penyajian data dan jenis uji yang
dipakai dalam uji hipotesis (Dahlan, 2010). Uji kenormalan distribusi pada
penelitian ini menggunakan metode analisis

karena lebih objektif

dibandingkan dengan metode plot dan histogram. Metode analitis juga lebih
sensitif dibandingkan metode plot dan histogram. Metode analitis yang dipilih
adalah dengan menggunakan uji shapiro Wilk karena jumlah responden 50
yaitu 14 responden. Distribusi data dinyatakan normal jika nilai kemaknaan
(p) >0,05 (Dahlan, 2010).

Tabel 4.3
Distribusi Hasil Uji Normalitas Data.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova

Pretest
post

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

.221
.148

14
14

.063
.200*

.894
.908

14
14

.093
.146

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 4.1 Menunjukkan variabel score ansietas pada wanita menopause


pada pretest dan posttest memilki data yang berdistribusi normal sehingga
memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik (uji t berpasangan).
a. Analisa Uni Variat
Berdasarkan pengumpulan data dengan menggunakan lembar
kuesioner tingkat ansietas, maka diperoleh hasil darta sebagai berikut :
1. Variabel tingkat ansietas sebelum diberikan terapi Progressive Muscle
Relaxation
Hasil analisis mengenai tingkat ansietas sebelum diberikan terapi
Progressive Muscle Relaxation, distribusi frekuensi variabel dapat dilihat
pada tabel berikut

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Ansietas sebelum terapi PROGRESSIVE


MUSCLE RELAXATION dilakukan Pada Wanita Menopaus di
Posbindu Mawar Tambah Rejo Pringsewu Tahun 2015
Variabel

Rerata

Media
n

Simpangan
Baku

Minimum

Maksimum

Ansietas sebelum
Progressive Muscle
Relaxation

22,93

23,00

2,369

20

27

Hasil analisis didapatkan rata-rata sebelum dilakukan terapi Progressive


Muscle Relaxatiom adalah 22,93, dengan standar deviasi 2,369, nilai
maksimal 27 dan nilai minimal 20.
2. Variabel tingkat ansietas sesudah terapi Progressive Muscle
Relaxation
Hasil analisis mengenai tingkat ansietas sesudah diberikan terapi
Progressive Muscle Relaxation, distribusi variabel dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Ansietas setelah terapi PROGRESSIVE
MUSCLE RELAXATION dilakukan Pada Wanita Menopaus di
Posbindu Mawar Tambah Rejo Pringsewu Tahun 2015
Variabel

Rerat
a

Median

Simpangan
Baku

Minimu
m

Maksimum

Ansietas setelah
Progressive Muscle
Relaxation

12,79

11,00

3,683

19

b. Analisa Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel dapat diteruskan


analisis lebih lanjut, apabila diinginkan analisis pengaruh diantara dua
variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui
pengaruh dua variabel tersebut digunakan pengujian statistik. Jenis uji
statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah paired t-test karena
distribusi data normal, kedua kelompok data dependen dan jenis variabel
numerik (Dahlan, 2010).
Tabel 4.6
Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Rerata Skor
Ansietas Wanita Menopause sebelum dan sesudah terapi diberikan
tahun 2015
Variabel
Skor ansietas sebelum
dilakukan Terapi PMR
Skor ansietas setelah
dilakukan Terapi PMR
Uji t berpasangan

Reratas.b

Perbedaan
Rerata s.b

IK 95%

14

22,932,36

10.143.80

12,33-7,94

0,000

14

12,793,68

Dari tabel 4.6 terlihat bahwa nilai significancy 0,000 (p<05) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor ansietas yang bermakna pad
waninta menopause sebelum dan sesudah diberikan terapi selam 2 hari berturutturut. Rerata skor ansietas saat pretest didapatkan 22,93 (SD2,36), sedangkan
setelah diberikan terapi posttest memiliki nilai skor rerata 12,79 (SD 3,68) dan
memperoleh perbedaan rerata 10,14 point. Dari faktor peluang saja mampu
menerangkan sebesar 0,00% (<5%) maka hasil ini dianggap bermakna.

C.

Pembahasan

A. Univariat
1

Variabel

sebelum

diberikan

terapi

Progressive

Muscle

Relaxation
Dari hasil penelitian di atas di dapatkan rerata skor ansietas sebelum
diberikan terapi Progressive Muscle Relaxation adalah 22,93, dengan standar
deviasi 2,369 dan nilai minimal 20 dan nilai maximal adalah 27. Dan dalam
hal ini terapi Progressive Muscle Relaxation diberikan kepada wanita
menopause dengan skor ansietas sedang.
Menurut Mulyani (2014) gangguan hormon yang menyebabkan
perubahan fisik pada wanita menopaus merupakan salah satu penyebab yang
dapat menimbulkan ansietas. Gangguan keseimbangan hormon dapat
mengakibatkan atrofi berbagai organ dan menyebabkan terganggunya protein
tubuh yang diperlukan untuk regenerasi tulang sehingga menopaus diiringi
dengan pengeroposan tulang (Osteoporosis). Gangguan hormon yang terjadi
pada wanita menopaus juga menyebabkan berkurangnya neurotransmitter
dalama otak (Mulyani, 2014).
Teori Model Stres Adaptasi yang dikembangkan oleh Stuart (2013)
menyebutkan ansitas terjadi disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
faktor predisposisi, faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stresor, sumber koping, dan mekanisme koping. Ansietas juga menyebakan
perubahan respon tubuh seseorang bergantung dari tingkatan ansietas yang
dialaminya mulai dari ansietas ringan, sedang, berat hingga kelevel panik.

Adapun perubahan respon tubuh terhadap ansietas yaitu pada sistim


kardiovaskuler menyebabkan jantung berdebar, denyut jantung meningkat,
tekanan darah meningka, nyeri uluati, pingsan, Pada sistem pernafasan
ansietas akan menyebakan seseorang menjadi nafas cepat, nafas dangkal,
dada terasa tertekan, nafas pendek. Pada sistem pencernaan, ansietas dapat
menyebabkan nafsu makan menurun, ketidaknyaman pada perut, nyeri terasa
pada perut, mual, muntah, dada terasa panas dan diare. Gejala ansietas juga
terasa pada sistim otot rangka berupa peningkatan refleks, mudah kaget,
berkedutnya klopak mata, susah tidur, tremor, kekakuan, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum.
Ansietas juga dapat mempengaruhi prilaku seperti Kegelisahan,
Ketegangan fisik, Tremor, Sering merasa kaget, Berkata dengan cepat,
Kurangnya koordinasi, Kerentanan terhadap kecelakaan, Menarik diri,
Keseganan, Penghindaran Hiperventilasi, dan pengaruh terhadap kognitif
berupa ,perhatian gangguan, konsentrasi yang burak, kelupaan, kesalahan
dalam penilaian, pemblokiran pikiran, dan bidang persepsi menurun
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiratsaka yang
meneliti tentang aspek psikososial yang mencerminkan kualitas hidup wanita
pasca menopause terhadap 176 responden yang berusia 45-49 di Puskesma
Cilandak Daerah Jakarta tahun 2010. Dan menyimpulkan bahwa 131 (74,4%)
dari responden memiliki kualitas hidaup yang abnormal yaitu 38,6% dengan
ringan sekala sedang (30,7%) dan kualitas abnormal berat (5,1%). Dan yang

paling sering keluhan yang dilaporkan oleh subyek adalah gejala urogenital
(71,6%).
Ketidaknormalan sekresi hormon estrogen dapat berefek terhadap sistem
organ dan jaringan tubuh wanita menopause. Ganguan fisik yang terjadi
mulai dari rasa terbakar di muka (hot flushes) Atropi organ yang
menyebabkan wanita merasa tidak seperti wanita yang normal sebelum
menopaus. Inilah salah satu faktor pencetus ansietas pada wanita menopaus.
Gangguan sekresi hormon estrogen juga meningkatkan neurotransmitter
seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin, di sinap saraf yang dapat
mempengaruhi

pelepasan,

reuptake

dan

inaktivasi

enzim

pada

neurotransmiter ini. Sehingga hal ini memicu timbulnya ansietas.


Adanya gangguan sekresi hormon pada wanita dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup lansia. Terbukti saat dilakukan wawancara bebas
dengan wanita menopause mengatakan merasakan tanda dan gejala ansietas
berupa jantung berdebar, mudah kaget, rasa sakit diperut, mudah tersinggung,
nafas sesak dan tekadang diare.
Selain secara teori penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan Rostiana & Kurniati (2009) dengan metode pendekatan kualitatif
terhadap wanita yang memasuki usia menopaus 45-50 tahun yang mengalami
ansietas. Dan didapatkan bahwa terdapat 4 gejala ansietas pada wanita
menopause, seperti gejala kognitif berupa sulit berkonsentrasi, gelisah,
gangguan tidur dan takut menjadi tua. Gejala motorik berupa mudah
mengalami kelelahan, merasakan getaran, melakukan gerakan tidak terarah.

Gejala somatik adalah berupa jantung berdebar, merasakan kesemutan, sering


buang air kecil dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya sedangkan gejala
afektif berupa ketidak mampuan mengambil keputusan, merasa gelisah,
mudah tersinggung, khawatir yang berlebihan dan menjadi tidak bisa sabar.
2.

Variabel tingkat ansietas sesudah Terapi Progressive Muscle

Relaxatio.
Hasil analisis didapatkan rerata sesudah dilakukan terapi Progressive
Muscle Relaxation adalah 12,79 dengan standar deviasi 3,683, nilai minimal 6
dan nilai max 19. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkam bahwa 95%
diyakini bahwa rerata ansietas reponden sesudah diberikan terapi Progressive
Muscle Relaxation berada pada tingkat ansietas ringan.
Pada hasil posttest ini, rata-rata komponen yang dinilai mengalami
perubahan yang positif. Hal ini bisa dibandingkan dengan hasil skor pretest
pada saat sebelum diberikan terapi. Walaupun perubahan skor yang didapat
tidaklah banyak tetapi rata-rata responden mengalami perubahan yang positif.
Perubahan tanda dan gejala yang lebih membaik juga faktor yang
mempengaruhi, karena hal ini berperan pada gangguan-gangguan yang bisa
mengganggu ansietas seseorang yang kemudian menyebabkan ansietas.
Penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukan oleh Stuart (2013)
tanda-tanda perilaku relaksasi seseorang apabila penurunan nadi, tekanan
darah menurun, respirasi menurun, konsumsi oksigen menurun, tingkat
metabolisme menurun, penyempitan pada pupil, vasodilatasi perifer,
peningkatan suhu perifer. Pada kognitif

terdapat perubahan kesadaran,

konsentrasi tinggi pada gambaran mental tunggal, penerimaan terhadap

sugesti positif. Pada prilaku, kurangnya perhatian dan kepedulian terhadap


rangsangan lingkungan, tidak ada interaksi verbal, tidak ada pergerakan yang
tidak disadari dan gerakan pasif mudah
Menurut Stuart (2013) pemecahan masalah terhadap ansietas latihan
relaksasi otot efektif mengurangi ketegangan dan ansietas . Ketegangan otot
berhubungan dengan ansietas, jika otot-otot yang tegang dapat dibuat rileks
maka ansietas juga akan berkurang. Semua prosedur relaksasi melibatkan
pernafasan berirama, mengurangi ketegangan dan merubah alam perasaan.
Setiap individu juga akan mengalami perasaan yang berbeda pada saat
relaksasi. Tehnik relaksasi meregangkan dan merilaksaikan otot secara teratur
dan sistematis hingga tubuh dapat berelaksasi mulai dari tangan dan berakhir
pada kaki.
Progressive Muscle Relaxation terbukti juga efektif dalam mengatasi
ansietas, mual, dan muntah. Ini dibuktikan oleh Maryani pada penelitiannya
yang berjudul Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap, Ansietas,
Mual Dan Muntah Setelah Kemotrapi Pada Pasien Kanker Payu Dara di Rs
Hasan Sadikin Bandung tahun 2009. Penelitian dilakukan terhadap 70 orang
responden dan menggunakan kelompok kontrol. Maryani memberikan latihan
Progressive Muscle Relaxation setelah dilakukan kemotrapi (dua siklus
kemotrapi) dan didapatkan hasil penurunan selisih rata-rata ansietas pada
kelompok intervensi secara bermakna dengan (p value=0,000).
Penurunan ansietas dari hasil uji statistik bermakna pada wanita
menopaus setelah dilakukan terapi Progressive Muscle Relaxation. Terapi ini

banyak direkomendasikan sebagai terapi alternatif dalam mengatasi ansietas


baik dalam sekala ringan sedang maupun berat. Selain mudah dilakukan
terapi ini dapat dilakukan sendiri. Penurunan tanda dan gejala ansietas bisa
dirasakan oleh responden setelah terapi dilakukan. Saat dilakukan wawancara
setelah terapi banyak responden merasakan penurunan ketegangan otot, nafas
lebih lega, dan perasaan lebih nyaman.
B. Bivariat
Rata-rata anasietas responden sebelum diberikan terapi Progressive
Muscle Relaxation adalah 22,93, dengan standar deviasi 2,369 dan nilai
minimal 20 dan nilai maximal adalah 27 pada pengukuran setelah diberikan
terapi adalah 12,79 dengan standar deviasi 3,683, nilai minimal 6 dan nilai
max 19. Terlihat perbedaan nilai mean antara pengukuran sebelum diberikan
terapi Progressive Muscle Relaxation dan sesudah diberikan terapi
Progressive Muscle Relaxation . Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,000
dengan p value (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang
artinya ada penurunan rata-rata ansietas responden sebelum diberikan terapi
Progressive Muscle Relaxation dan setelah diberikan terapi Progressive
Muscle Relaxation
Penelitian ini didukung oleh teori yang dijelaskan oleh Shives, (2011)
penatalaksanaan ansietas dapat dilakukan dengan Terapi pengobatan
psikofarmaka dan terapi prilaku alternatif atau tehnik alternatif. Selain
pendekatan psikofarmaka juga dapat dilakukan terapi alternatif dalam
mengatasi ansietas, Complementary and Alternative Medicine (CAM)
Pengobatan komplementer dan alternatif

menjelaskan berbagai filosofi

penyembuhan, pendekatan, dan terapi yang berfokus pada seluruh orang,


termasuk aspek-aspek biopsikososial dan spiritual. Terapi CAM sering
digunakan sendiri (disebut sebagai alternatif), dalam kombinasi dengan terapi
CAM lainnya, atau dalam kombinasi dengan terapi konvensional lainnya
(disebut sebagai pelengkap atau dan terintegrasi).
Pusat Nasional untuk Pelengkap dan Pengobatan Alternatif di Amerika
mendefinisikan pengobatan integratif sebagai "gabungan terapi medis utama
dan CAM yang ada beberapa bukti ilmiah yang berkualitas tinggi, aman dan
efektif. Meskipun sebagian besar terapi CAM dan penyembuhan diluar
peraktek pengobatan dianggap tidak konvensional di dunia barat, banyak dari
terapi ini yang diterapkan pada layanan kesehatan sebagai pilihan utama
(Stuart, 2013). Adapun beberapa pengobatan complenter dan tambahan
tersebut adalah Terapi Energi, Yoga dan Meditasi, Produk herbal, Terapi
Akupuntur, CBT (Cognitive Behaviour Therapy) dan Progressive Muscle
Relaxation atau terap relaksasi otot.
(Stuart, 2013).
Selain secara teori, penelitian ini juga didukung oleh penelitian terkait
yang telah dilakukan oleh Supriati (2010) yang berjudul pengaruh terapi
thougth stopping dan proggressive muscle relaxation terhadap ansietas pada
klien dengan gangguan fisik di RSUD Dr. Suedono Madiun dengan metode
penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Penelitian
dilakukan pada 56 klien yaitu 28 kelompok intervensi mendapatkan thougth
stopping dan Progressive Muscle Relaxation dan 28 kelompok kontrol yang

hanya mendapatkan terapi thougth stopping. Hasilnya menunjukkan yang


mendapatkan terapi thougth stopping dan Progressive Muscle Relaxation
menurun dari ansietas sedang ke ringan sedangkan yang hanya mendapat
terapi thougth stopping menurun tetap pada ansietas sedang. Thougth
stopping dan Progressive Muscle Relaxation menurunkan repon fisiologis,
kognitif, prilaku dan emosi secara bermakna (p-value < 0,05).
Penelitian lain juga oleh Duma Lumban Tobing (2012) dengan judul
pengaruh Progressive Muscle Relaxation dan logo terapi terhadap ansietas
dan depresi, kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien
kanker di RS kanker Dharmais Jakarta menggunakan desain penelitian
quasi eksperimental pre test post test with control group. Sampel
penelitian 90 orang klien kanker, 30 kelompok intervensi yang diberikan
Progressive Muscle Relaxation dan logoterapi, 30 kelompok intervensi 2
yang diberikan logoterapi dan 30 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian
diemukan penurunan ansietas dan depresi serta peningkatan kempuan
relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien kanker yang mendapatkan
Progressive Muscle Relaxation dan logoterapi lebih besar dibandingkan
kelompok yang hanya diberikan terapi logoterapi (p value <0,05).

Anda mungkin juga menyukai