Anda di halaman 1dari 37

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna
yang terdiri dari kata men dan pausis, yang berasal dari bahasa
Yunani, yang digunakan untuk menggunakan dan menjelaskan gambaran
berhentinya haid atau menstruasi. Hal ini merupakan akhir proses biologis
dari sikslus menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon
yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
Adanya penurunan hormon estrogen menyebabkan siklus menstruasi
menjadi tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk
terjadinya menopause. Menopause juga dapat diartikan sebagai haid
terakhir, Terjadinya menopause ada hubungan dengan menarche, atau
pertama haid, makin dini menarche terjadi maka makin lambat atau lama
menopause timbul (Mulyani, 2014).
b. Periode Menopause
Adapun periode menopause dibagi menjadi 4 periode yaitu :
1). Klimakterium
Klimakterium adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium. Masa ini juga dikenal dengan masa pra menopause ( sebelum
berhenti haid) yaitu 4 sampai 5 tahun sebelum menopause yang ditandai

11

dengan timbulnya keluhan-keluhan pada siklus haid yang tidak teratur,


dengan peredaran haid yang memanjang dan relatif lebih banyak. Masa ini
dimulai pada usia 40 tahun. Pada masa klimakterium terdapat penurunan
produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin, kadar
hormon ini akan terus tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setelah
menopause dan kemudian akan mulai turun. Pada permulaan klimakterium
kesuburan akan menurun.
2). Masa Perimenopause (Saat Berhentinya Haid)
Masa perimenopause yaitu masa menjelang dan setelah menopause
sampai usia 48 tahun. Biasanya keluhan yang timbul misalnya rasa panas
yang membakar pada wajah yang sering timbul pada malam hari,
kekeringan pada vagina, atau tanda perubahan lainnya.
3). Masa Menopause
Masa menopause yaitu jika tidak ada lagi menstruasi atau saat haid
terakhir, dan apabila sesudah menopause disebut pasca menopause, bila
telah terjadi menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Menopause
terjadi pada usia 49 51 tahun. Diagnosa menopause ditegakkan jika
berhentinya menstruasi sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya
menstruasi dapat didahului terjadinya siklus menstruasi yang lebih
panjang, dan peredaran yang berkurang. Umur untuk terjadinya masa
menopause dipengaruhi oleh keturunan , kesehatan umum, dan pola
kehidupan (Mulyani, 2014).

12

5). Masa Senium.


Masa senium adalah masa setelah menopause yaitu ketika seseorang
wanita telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak
mengalami gangguan fisik. Masa ini biasanya berlangsung kurang lebih 35 tahun setelah menopause antara usia 65 tahun. Pada masa ini juga telah
tercapai suatu keadaan keseimbangan hormonal yang baru, sehingga tidak
adalagi gangguan vegetatif maupun fsikis. Pada masa senium yang lebih
mencolok adalah penurunan fungsi alat-alat tubuh dan kemampuan fisik
karena adanya proses menjadi tua, dalam hal ini akan terjadi atropi alatalat genitalia yaitu ovarium mengecil dari 10 sampai 12 gram pada wanita
usia reproduksi sehat, menjadi 4 gram. Ada beberapa wanita mengalami
berbagai gejala yang terjadi karena keseimbangan hormon dalam tubuh.
Bagian- bagian tubuh mulai semakin tua dan terlihat jelas, akan tetapi
sebaiknya wanita tersebut tetap aktif baik secara fisik, mental dan seksual
seperti sebelum menopause. Setiap wanita akan mengalami masa
menopause pada usia yang berbeda, yang umumnya akan terjadi sekitar
usia 45 samapi 55 tahun beberapa kasus jarang terjadi, menopause
berlangsung paling muda yaitu 30 tahun, dan paling tua pada usia 58
tahun. Pada umumnya jika menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dapat
dikategorikan sebagi menopause dini (Mulyani, 2014).

13

c. Penyebab Menopause
Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah
yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung
telur telah kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi
hormon dalam tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks
wanita yang tidak lain adalah hormon estrogen dan progesteron.
Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya
penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan timbul dan
terasa meskipun menstruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat
adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih
singkat dan jumlah darah menstruasi menjadi tidak konsisten yaitu relatif
menjadi lebih banyak dari sebelumnya.
d. Jenis Menopause
Menopause pada wanita terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1). Menopaus Prematur
Menopaus prematur adalah menopause yang terjadi di bawah usia 40
tahun. Menopause prematur ditandai apabila terjadi penghentian masa
menstruasi sebelumnya tepat pada waktunya disertai dengan tanda hot
flushes serta peningkatan kadar hormon gonadotropin. Jika tidak
mengalami tanda-tanda yang seperti disebutkan, perlu tindak lanjut
kembali penyebab lain terganggu ovarium. Adapun penyebab menopause
prematur adalah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit
menahun yang menyebabkan kerusakan kedua ovarium.

14

2). Menopause Normal


Menopause yang alami dan apabila terjadi pada usia di akhir 40 tahun
atau di awal 50 tahun.
3). Menopause Terlambat
Umumnya batas usia terjadi menopause adalah usia 52 tahun, namun
apabila ada seorang wanita yang masih memiliki siklus menstruasi atau
dalam arti masih mengalami menstruasi di usia 52 tahun.
e. Tanda & Gejala Menopause
Pada masa menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan
yaitu;
1). Perubahan Pola Mentruasi (perdarahan)
Perdarahan yaitu keluarnya darah dari vagina. Gejala ini biasanya akan
terlihat pada awal permulaan masa menopause. Perdarahan akan terlihat
beberapa kali dalam rentan beberapa bulan dan akhirnya akan berhenti
sama sekali.
2). Rasa Panas (Hot Flush)
Gejala ini dirasakan mulai dari wajah sampai ke seluruh tubuh. Selain
terasa panas juga disertai warna kemerahan pada kulit dan berkeringat.
Rasa panas akan mengganggu pola tidur wanita sehingga wanita dengan
hot flushes akan kekurangan tidur. Hot flush berlangsung dalam 30 detik
sampai 5 menit. Keluhan hot flushes berkurang setelah tubuh
menyesuaikan diri.

15

3). Keluar Keringat di Malam Hari


Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua
wanita akan mengalami gejolak panas ini. Mungkin hanya terasa seolaholah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan
serta keringat yang mengucur di seluruh tubuh. Rasa panas ini tidak akan
membahayakan dan akan cepat berlalu.
4). Susah Tidur (Insomnia)
Masalah insomnia atau susah tidur akan dialami oleh beberapa wanita
menopause. Selain itu juga wanita menopause akan terbangun pada malam
hari dan sulit untuk bisa tidur kembali. Sekitar 65-75% dari wanita
mengalaminya. Intensitas durasi dan frekuensi bervariasi. Terjadinya
kekhawatiran-khawatiran, ketakutan, ansietas pada masa menopause dapat
menyebabkan insomnia. Insomnia meningkat pada usia 44-45 tahun.
Masalah ini akan meningkat pada saat menopause sebanyak 40% wanita
menopause mengalami kesulitan tidur.
5). Kerutan pada vagina
Pada vagina akan terlihat adanya perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Pada masa menopasue vagina akan terlihat menjadi lebih
kering dan kurang elastis. Hal ini dikarenakan adanya penurunan hormon
estrogen. Efek dari gejala ini maka akan timbul rasa sakit pada saat
melakukan hubungan seksual.

16

6). Gejala gangguan motorik


Pada masa menopause aktifitas yang akan dikerjakan semakin
berkurang, hal ini dikarenakan wanita menopause akan mudah merasa
lelah sehingga tidak mampu untuk melakukan yang terlalu berat.
7). Sembelit
Proses metabolisme dalam tubuh akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha untuk
beradaptasi dengan kadar estrogen yang baru. Adanya gejala ini akan
mengakibatkan seringkali wanita menopause mengalami sembelit. Selain
itu juga dipengaruhi oleh penambahan kalsium.
8). Gejala Gangguan Sistem Perkemihan
Kadar estrogen yang rendah akan menimbulkan penipisan pada jaringan
kandung kemih dan saluran kemih. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan kontrol dari kandung kemih sehingga sulit untuk menahan
untuk buang air kencing. Adanya efek defisiensi atau penurunan kadar
estrogen pada uretra dan kandung kemih berhubungan dengan sindrom
uretral yang terdiri dari frekuensi, urgensi dan disurea.
9). Gejala Gangguan Somatik
Pada masa menopause detak jantung akan berdebar lebih cepat pada
saat merasa gelisah, cemas, takut, khawatir, dan gerogi. Selain itu juga
wanita menopause sering kali merasa kesemutan pada bagian tangan dan
juga kaki.

17

10). Perubahan pada Mulut


Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita menopause menjadi
kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi
menjadi lebih mudah tanggal.
11). Gangguan psikis dan emosi
Beberapa wanita saat masa menopause akan mengalami rasa gelisah,
mudah tersinggung, tegang, cemas, perasaan tertekan, sedih, malas, sedih,
merasa tidak berdaya, mudah menangis, mudah lupa, dan emosi yang
meluap. Gejala itu dikarenakan adanya penurunan estrogen dan
progestron, hormon tersebut berfungsi untuk mengatur memori.
12). Penurunan Libido
Penelitian menyatakan, wanita menopause akan berkurang keinginan
seksualnya. Keringat malam dapat mengganggu tidur, dan kekurangan
tidur dapat mengurangi energi yang lain, termasuk dalam aktivitas
hubungan seksual.
13). Depresi
Depresi atau stresss sering terjadi pada wanita menopause. Hal ini
terkait dengan adanya penurunan hormon estrogen. Dengan adanya
penurunan

kadar

hormon

estrogen

menyebabkan

berkurangnya

neurotransmitter di dalam otak, di mana neurotransmitter di dalam otak


tersebut

akan

mempengaruhi

suasana

hati

sehingga

apabila

neurotransmitter kadarnya rendah, maka akan menimbulkan perasaan


cemas yang merupakan penyebab terjadinya depresi.

18

2. Ansietas
a. Pengertian
Ansietas merupakan masalah yang banyak terjadi pada wanita menopause.
Videbeck (2011) mendefinisikan ansietas adalah suatu perasaan takut atau
kehawatiran yang tidak jelas atas respon stimulus internal dan eksternal yang
dapat menimbulkan gejala perubahan perilaku, emosional, kognitif, dan fisik
pada seseorang. Stuart (2013) menyatakan bahwa ansietas adalah sebagai
perasaan khawatir yang bersamaan dengan perasaan keragu-raguan,
ketidakberdayaan, terisolasi, dan perasaan ketidaknyamanan. Ansietas juga
didefinisikan sebagai perasaan yang membuat seorang khawatir terhadap
sesuatu objek yang tidak jelas. Berdasarkan definisi di atas ansietas pada
wanita

menopause

adalah

suatu

pengalaman

subjektif

yang

tidak

menyenangkan, ketidakberdayaan, keragu-raguan, terhadap perubahan fisik


dengan persepsi bahwa hal itu merupakan sebuah penurunan kualitas hidup
tanpa diketahui objek yang jelas. Wanita menopause mengalami ansietas
berbeda pada setiap wanita yang mengalaminya, (Nuriyana, 2012). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dan Aprilia tahun 2007 di
Surabaya terhadap 100 orang responden dari usia premenopause sampai
menopause didapatkan 53% responden dengan tingkat ansietas ringan, 22%
responden dengan tingkat ansietas sedang, dan 25% responden mengalami
tingkat ansietas berat.
Berdasarkan Model Stress Adaptasi Stuart (2013), lima faktor yang
menyebabkan seorang menjadi ansietas yaitu adanya faktor predisposisi,

19

faktor presipitasi, penilaian terhadap stresssor, sumber koping, dan


mekanisme koping.
b. Rentang respon ansietas
Adapun rentang respon ansietas seperti ditunjukkan pada tabel di
bawah ini (Stuart, 2013).
Rentang respon ansietas

FAKTOR PREDISPOSISI
Psikoanalisis

interpersonal perilaku keluarga

Biologi

FAKTOR PRESIPITASI
Physical integrity

Self System

PENILAIAN TERHADAP STRESSOR

SUMBER KOPING

MEKANISME KOPING
Task oriented

Ego Oriented

Constructive

Destructive

RENTANG RESPON ANSIETAS


Respon adaptif

Antisipasi

Respon maladaptif

Ringan

sedang

Gambar 1

berat

panik

20

c. Tanda dan Gejala Ansietas


Menurut Stuart (2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan sesuai dengan
penilaian seseorang terhadap stressor. Penilaian stressor oleh setiap individu
berbeda sehingga ansietas dapat dibedakan menurut penilaian terhadap
stressornya.
Adapun tingkat ansietas menurut penilaian terhadap stressornya adalah
sebagai berikut :
1) Kecemasan ringan terjadi dengan ketegangan hidup sehari-hari. Selama
tahap ini orang yang mengalaminya waspada dan bidang persepsi
meningkat. Orang melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari
sebelumnya. Jenis kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Kecemasan sedang, di mana orang hanya berfokus pada masalah yang
menjadi prioritas, melibatkan penyempitan bidang persepsi. Orang
melihat, mendengar, dan menangkap lebih sedikit. Orang lebih berfokus
pada satu hal yang dipikirkan namun dapat mengurusi yang lebih
banyak jika diarahkan untuk melakukannya (Stuart, 2013).
3) Menurut Stuart (2013), kecemasan berat ditandai dengan penurunan
yang signifikan dalam bidang persepsi. Orang cenderung untuk fokus
pada detail tertentu dan tidak memikirkan hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi kecemasan, dan banyak arahan yang
dibutuhkan untuk fokus pada hal lain. Menurut

Videbeck (2011)

Seseorang dengan kecemasan berat mengalami kesulitan dalam berpikir

21

dan penalaran. Otot menjadi tegang dan tanda-tanda vital meningkat,


mondar-mandir, gelisah, mudah tersinggung, dan marah,

atau

mengungkapkannya dengan respon mirip emosional-psikomotor untuk


melepaskan ketegangan.
4) Panik berhubungan dengan rasa takut dan teror, sebagai orang yang
mengalami kepanikan tidak dapat melakukan semua hal dengan terarah.
Peningkatan

aktivitas

motorik,

penurunan

kemampuan

untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi terdistorsi, dan kehilangan


pemikiran rasional adalah semua gejala panik. Orang panik tidak dapat
berkomunikasi atau afektifnya tidak berjalan dengan baik. Tingkat
kecemasan ini tidak boleh berlangsung dalam jangka waktu yang lama
karena akan membahayakan kehidupan seseorang. Panik dalam waktu
lama akan mengakibatkan kelelahan dan kematian. Tapi panik dapat
diobati dengan aman dan efektif (Stuart, 2013). Dalam kepanikan, alam
emosional-psikomotor

mendominasi

dengan

disertai

melawan,

menghindar, atau tidak menanggapi. Lonjakan adrenalin sangat


meningkatkan tanda-tanda vital. Pupil membesar agar menerima cahaya
lebih banyak, dan kognitifnya hanya berfokus pada sebuah pertahan
(Videbeck, 2011).
d. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko dan faktor pelindung yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber daya orang tersebut dapat digunakan

22

untuk mengatasi stress. Diantaranya adalah faktor biologis, faktor psikologis,


dan faktor sosial budaya (Stuart 2013).
1). Faktor biologis
Faktor biologis dipengaruhi oleh ketidakpekaan GABA (gamma
aminobutyric acid) pada resptornya di sistem limbik (amigdala dan
hipokampus) yang berfungsi sebagi pusat emosi , kemarahan, gairah takut
dan memori. Sehingga membuat seseorang lebih sensitif terhadap ansietas
dan panik. Pada sistem norepineprin di lokus seruleus, ketidaknormalan
aktivitas

norepinenprin

dengan

neurotransmitter

lain

di

amigdala

hipokampus, dan korteks serebral menyebabkan ansietas. Demikian pula


pada sistem serotonin, hipersensitif serotonin pada reseptornya

diduga

menyebabkan ansietas pada seseorang karena terbukti obat penghambat


serotonin (SSRI) sangat efektif pada klien dengan gangguan ansietas. Selain
sistem GABA, norepinenprin, dan serotonin, ansietas juga dipengaruhi oleh
status kesehatan secara umum.
2). Keluarga
Gangguan ansietas pada keluarga diperkirakan dapat diwariskan oleh
keluarga sekitar 40% kepada keturunannya. Seseorang yang berasal dari
keluarga yang mengalami gangguan jiwa tiga kali lebih mungkin untuk
mengalami ansietas dan berkembang menjadi PTSD setelah mengalami
trauma (Stuart, 2013).

23

3). Psikologis
Menurut teori adaptasi Stuart dikatakan bahwa seorang yang terpapar
ansietas yang intens di awal kehidupannya akan memungkinkan ansietas
timbul dikemudian hari. Anak yang melihat orangtuanya merespon stress
ringan dengan sebuah ansietas, maka anak akan mengikuti hal yang sama,
dengan demikian pembentukan psikologis pada anak sangat dipengaruhi
oleh orangtuanya. Sifat psikologis yang paling penting adalah kemampuan
seseorang untuk bertahan dari stressor terutama di masa anak-anak (Stuart,
2013).
4). Pandangan Perilaku.
Dalam pandangan perilaku, ansietas dapat berasal dari frustasi yang
disebabkan oleh sesuatu hal yang mengganggu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ansietas juga mungkin timbul melalui konflik yang terjadi
ketika seseorang mengalami dua hal secara bersamaan dan harus memilih
salah satu diantaranya. Dua hal tersebut adalah pendekatan dan
penghindaran. Pendekatan adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan
bergerak untuk menuju hal tersebut dan penghindaran adalah keinginan
yang berlawanan yaitu sesuatu hal yang dihindarkan dan tidak ingin
melakukannya dan bergerak untuk menjauhinya (Stuart, 2013).
5). Pandangan interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan

24

tertentu. Individu dengan harga diri yang rendah terutama rentan mengalami
ansietas yang berat (Stuart, 2002).
6). Sosisal Budaya
Status sosial, ekonomi dan pekerjaan adalah merupakan salah satu
stresssor yang dapat menimbulkan ansietas. Orang dengan status ekonomi
yang kuat akan jauh lebih tahan dengan paparan stress dibandingkan dengan
orang yang ekonominya yang lemah (Tarwanto &Wartonah, 2003).
e. Faktor Presipitasi.
Faktor presipitasi atau faktor yang mencetuskan terjadinya ansietas, adalah
rangsangan yang menantang, yang mengancam, atau yang sangat menuntut
individu sehingga individu merasa tegang dan stress. (Stuart, 2013).
Adapun faktor yang mencetuskan ansietas dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu :
1). Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Ancaman terhadap integritas fisik adalah cacat fisik potensial atau
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penurunan
fisik potensial bisa terjadi karena proses degenerasi fisiologis, fatologis
ataupun terjadi karena trauma. Nyeri adalah salah satu ancaman integritas
fisik yang cenderung memicu ansietas dan memotivasi seseorang untuk
memeriksakan diri pada petugas kesehatan (Stuart, 2013). Proses ancaman
integritas fisik inilah yang dapat mencetuskan ansietas pada wanita
menopause.

25

2). Ancaman Terhadap Sistem Diri


Ancaman

terhadap

sistem

diri

adalah

stressor

yang

dapat

membahayakan identitas seseorang, harga diri, dan integritas fungsi sosial.


Sumber eksternal dan internal dapat memicu ancaman terhadap sitem diri.
Sumber eksternal meliputi hilangnya sesorang yang disayangi karena
kematian, perceraian atau relokasi, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok sosial atau budaya dan stress dalam pekerjaan.
f. Penilaian Terhadap Steresor
Dalam model stress adaptasi yang dikembangkan oleh Stuart tahun 2013,
Penilaian diartikan sebagai evaluasi tentang suatu peristiwa yang berkaitan
dengan kehidupan seseorang. Penilaian stressor merupakan cara seseorang
menentukan makna dan memahami dampak dari situasi stresss bagi individu
yang mencakup respon kognitif , afektif, fisiologis, perilaku dan tanggapan
sosial. Respon kognitif, memainkan peranan yang sangat penting dalam stress
adaptasi. Respon kognitif dapat memperkirakan dampak dari sebuah stressor,
menentukan mekanisme koping yang akan digunakan, mencakup emosional,
fisiologi, perilaku, dan reaksi sesorang dalam menghadapi stress.
Respon afektif adalah rangsangan dari perasaan. Dalam penilaian terhadap
stresssor respon afektif adalah reaksi gambaran ansietas umum, yang
diekspresikan sebagai emosi. Respon fisiologis merupakan respon tubuh yang
melibatkan beberapa hormon. Respon figh or flight juga merupakan respon
fisioliogis yang di cetuskan oleh saraf simpatis dari susunan saraf otonom
sebagai

respon

terhadap

stressor. Selain

itu

stress

telah

terbukti

26

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sesorang dalam melawan penyakit.


Respon perilaku adalah hasil dari respon fisiologis, emosional serta analisis
kognitif sesorang terhadap stimulus stress. Respon sosial merupakan respon
seseorang dalam mencari informasi tentang masalah yang mereka hadapi,
membandingkan masalah yang dihadapi hingga menyalahkan diri sendiri dan
menganggap hal itu merupakan kelalaian dan kegagalan dalam kehidupan
(Mechanic 1977 dalam Stuart, 2013). Adapun respon fisiologi, respon
perilaku, respon kognitif, dan respon afektif ansietas dapat dilihat pada tabel
2.1.

Tabel 2.1 Respon fisiologis, perilaku, kognitif, afektif terhadap ansietas


Respon fisiologis
Kardiovaskuler
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Jantung berdebar
Denyut jantung meningkat
Tekanan darah meningkat
Nyeri Uluhati
Pingsan
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi

Pernfasan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Nafas cepat
Nafas dangkal
Dada terasa tertekan
Nafas pendek
Benjolan pada tenggorokan
Perasaan tercekik
Nafas panjang dan dalam

Pencernaan
a. kehilangan nafsu makan

Perilaku
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Kegelisahan
Ketegangan fisik
Tremor
Sering merasa kaget
Berkata dengan cepat
Kurangnya koordinasi
Kerentanan terhadap kecelakaan
Menarik diri
Keseganan.
Berlari
Penghindaran
Hiperventilasi
Kognitif

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Perhatian gangguan
Konsentrasi yang buruk
Kelupaan
Kesalahan dalam penilaian
Keasyikan
Pemblokiran pikiran

27

b. Perasaan muak melihat makanan


c. Ketidaknyamanan pada perut
d. Nyeri teras pada perut
e. Mual
f. Muntah
g. Dada terasa panas
h. Diare
Neuromukular
a. Peningkatan refleks
b. Reaksi mengagetkan
c. Berkedut kelopak mata
d. Susah tidur
e. Tremor
f. Kekakuan
g. Gelisah
h. Mondar-mandir
i. Wajah tegang
j. Kelemahan umum
k. Kaki goyah
Saluran Kemih
a. Tekanan untuk buang air kecil.
b. Sering buang air kecil
Pada Kulit
a. Wajah memerah
b. Keringat terlokalisir misalnya
telapak tangan
c. Rasa gatal
d. Perasaan panas dingin
e. Wajah pucat
g.

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

Bidang persepsi menurun


Kreativitas berkurang
Produktivitas berkurang
Kebingungan
Sadar diri
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Gambar visual menakutkan
Takut cedera atau kematian
Berpikir ke masa lalu
Mimpi buruk

Afektif
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

Kegelisahan
Ketidaksabaran
Rasa gelisah
Ketegangan
Gugup
Rasa takut
Ketakutan
Frustrasi
Ketidakberdayaan
Alarm
Teror
Gelisah
Mati rasa
Perasaan bersalah
Rasa malu
Frustrasi
Ketidakberdayaan

Sumber Koping

Sumber koping adalah pilihan atau strategi yang membantu menentukan apa
yang bisa dilakukan serta apa yang dipertaruhkan. Sumber koping adalah
salah satu pilihan strategi tertentu untuk dapat mengatasi masalah secara
efektif. Sumber koping merupakan salah satu faktor pelindung. Adapun

28

sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan,


dukungan sosial, dan motivasi, dan menggabungkan semua tingkat jenjang
strata sosial. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat merupakan salah satu sumber koping paling penting. Sumber
koping lain termasuk, kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan
positif, pemecahan masalah dan keterampilan sosial, sumber daya sosial dan
material, dan kesejahteraan fisik (Stuart, 2013)
h. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah setiap upaya diarahkan pada penatalaksanaan
stress dan dapat bersifat

konstruktif atau destruktif. Pada saat ansietas

bergeser dari tingkat parah ke tingkat panik, perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang akan menjadi lebih intens dan berpotensi merugikan dan kualitas
hidup seorang yang ansietas makin parah akan menurun. Ketika mengalami
ansietas, seseorang akan menggunakan pertahanan koping dan berusaha
menghindarkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan ansietasnya. Adapun
bebrapa mekanisme koping dalam menghadapai ansietas sebagai berikut :
1) Mekanisme koping berfokus pada upaya yang dilakukan untuk
menyelesaikan

masalah,

menyelesaikan

konflik,

dan

medapatkan

kebutuhan. Reaksinya dapat berupa serangan, penarikan, dan kompromi.


a) Reaksi menyerang adalah upaya seseorang untuk menghapus atau
mengatasi hambatan untuk memenuhi harapan atau kebutuhannya
reaksi menyerang ini bisa bersifat konstruktif ataupun destruktif.
Reaksi

destruktif

biasanya

disertai

dengan

kemarahan

dan

29

menciptakan permusuhan. Perasaan ini dapat dinyatakan dengan


perilaku

negatif

atau

agresif

yang

melanggar

norma-norma,

menghancurkan benda berharga, dan tidak menghargai hak orang lain.


Sedangkan pola yang konstruktif mencerminkan pendekatan masalah.
Dan cenderung berperilaku asertiv dan menghargai hak-hak orang
lain.
b) Perilaku menarik diri dapat digambarkan dengan perilaku fisik dan
psikologis. Secara fisik, penarikan termasuk mengeluarkan diri dari
sumber yang mengancam. Reaksi ini dapat diterapkan pada stressor
biologis, seperti keluar dari kamar yang dipenuhi asap, paparan
radiasi, atau kontak dengan penyakit yang menular. Seseorang juga
bisa menarik dengan berbagai cara psikologis, seperti dengan
mengakui kekalahan, menjadi acuh tak acuh, atau menurunkan
aspirasinya. Seperti reaksi penyerangan, jenis reaksi ini dapat
konstruktif atau destruktif. Ketika hal itu dapat mengisolasi seseorang
dari orang lain dan mengganggu kemampuan produktivitas kerja, dan
dapat menciptakan masalah baru bagi individunya.
c) Kompromi melibatkan perubahan cara berpikir normal seseorang
terhadap sesuatu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan pribadinya. Hal ini diperlukan dalam situasi yang tidak
dapat diselesaikan melalui cara penyerangan atau penarikan. Reaksi
kompromi biasanya konstruktif dan sering digunakan dalam situasi
pendekatan-pendekata dan situasi penghindaran. Walaupun kadang-

30

kadang, orang menyadari dari waktu ke waktu bahwa reaksi


kompromi tidak dapat diterima, solusi kemudian harus dinegosiasi
ulang atau mekanisme koping lain digunakan. Kemungkinan
pemecahan masalah yang efektif dipengaruhi oleh harapan orang
sedikitnya separuh keberhasilan dapat tercapai. Hal ini tergantung
pada kesuksesan pengalaman seseorang dan situasi yang mirip di
masa lalu, yang memungkinkan seseorang untuk maju dan mampu
menghadapi situasi stress saat ini.
2)

Mekanisme koping emosi atau fokus terhadap ego.


Mekanisme koping ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan,

melindungi orang dari perasaan tidak mampu dan tidak berharga dan
mencegah kesadaran atas ansietas. Semua orang menggunakannya, dan
seringkali berhasil dalam membantu orang mengatasi ansietas dengan tingkat
ringan dan sedang. Namun, mekanisme ini dapat digunakan pada tingkat yang
lebih ekstrim sehingga mereka mengubah kenyataan, mengganggu hubungan
interpersonal, dan membatasi kemampuan produktivitas

kerja seseorang.

Sebagai mekanisme koping, hal ini memiliki kelemahan tertentu. Pertama,


mekanisme pertahanan ego bekerja di alam bawah sadar. Orang mempunyai
sedikit kesadaran tentang apa yang terjadi dan sedikit kontrol atas hal-hal
yang terjadi. Kedua, mereka melibatkan tingkat menipu diri sendiri dan
memutarbalikkan realita. Oleh karena itu mekanisme koping ini biasanya
tidak membantu orang mengatasi masalah secara realita.

31

i.

Patofisiologi ansietas

Menurut

Ashwani

et

al,

(2011)

Gangguan

ansietas

melibatkan

ketidaknormalan fungsi neurotransmitter dan reseptornya pada otak. 3


neurotransmitter terutama terlibat dalam kecemasan adalah GABA, serotonin
(5-HT) dan noradrenalin. Disregulasi dalam sistem noradrenergik yang
diduga terjadi pada gangguan kecemasan. Noradrenalin memodulasi
mekanisme stimulasi otonom, termasuk peningkatan denyut jantung dan
pernapasan. ini mengarah ke riam fisiologis yang mengakibatkan gejala panik
seperti parestesia, mati rasa dan sesak di dada. gangguan kecemasan umum
dikaitkan dengan aktivitas yang berlebihan noradrenergik, reseptor serotonin
(5-HT1A, 5Ht2C) disregulasi dan penurunan jumlah situs benzodiazepine
pada kompleks reseptor GABA benzodiazepine.
GABA adalah neurotransmitter penghambat utama dalam susunan saraf
pusat

(SSP).

GABAB

benzodiazepin

mengikat

kompleks

reseptor

benzodiazepin yang terletak di postsinap sel saraf. mengikat seperti


menambah efek GABA menyebabkan pembukaan saluran ion klorida,
menyebabkan masuknya ion klorida ke dalam sel sehingga membran sel saraf
stabil . GABA juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dengan mediasi
pelepasan neurotransmitter lain seperti cholecystokinin dan menekan aktivitas
sistem saraf di serotonergik dan noradrenergik. Meskipun ada kemungkinan
bahwa perbedaan patofisiologi mendasari berbagai gangguan kecemasan,

32

secara luas diyakini bahwa gamma-aminobutyric acid-(GABA) rangkaian


bukan satu-satunya dari semua sistem yang terlibat dalam gangguan
kecemasan. Studi neuroimaging telah melaporkan penurunan kadar GABA
dan reseptor GABA-benzodiazepine mengikat pada pasien dengan gangguan
kecemasan.
j.

Penatalaksanaan ansietas

Menurut Shives, (2011) penatalaksanaan ansietas dapat dilakukan dengan


terapi pengobatan psikofarmaka dan terapi perilaku alternatif atau tehnik
alternatif.
a. Penatalaksanaan Obat.
Klien dengan gangguan ansietas sering diberikan pengobatan karena
adanya komorbiditas ( adanya satu atau lebih gejala yang menyertai
gangguan jiwa) yang muncul. Untuk mencegah adanya interaksi obat
dengan obat anti ansietas harus memperhatikan parmakodinamik dan
parmakokinetik pada setiap obat atau suplemen yang diberikan kepada
klien. Hal ini termasuk pemberian obat secara bersamaan, produk obat
lain, obat herbal, obat terlarang, dan substansi diet (Ramdan, Werder,
dan Prekison, 2006 dalam Shives, (2011). Obat phisikotropik adalah
obat yang umum diberikan terhadap gangguan ansietas sedang sampai
berat terutama ketika gangguan yang dapat merubah fungsi seseorang
secara signifikan. Pendekatan parmokoterapi secara

multidimensi

mungkin sangat penting jika gejala gangguan jiwa disertai gangguan


jiwa lainnya. Umumnya agen parmakoligi diresepkan untuk mengobati
gejala klinik dari ansietas, termasuk didalamnya Benzodiazepin, anti

33

depresi (SSRIs dan SNRIs), beta bloker, antikejang tertentu, dan


golongan atypical. Anti depresi trisiklik, benzodiazepin long acting,
monoamin oksidase inhibitor(MAOIs), dan agen antihistamin juga
digunakan pada pengobatan primer pada klien dengan ansietas
komorbid dan depresi. Banyak terapis meyakini agen psikotropik harus
diresepkan untuk penggunaan jangka pendek. Adapun golongan obat
yang digunakan untuk gangguan ansitas sebagai berikut (Shives, 2011).
Tabel 2.3
Penggolongan penatalaksanaan Psikofarmaka pada gangguan ansietas
Dosis
Nama Generik

Penggunaan

Penggunaan

sehari-hari
Instruksikan pada klien selama penggunaan obat ini
Kelas

menghindari alkohol, dapat menyebabkan kantuk, atau

Benzodiazepin

0,5mg - 10mg

jangan membawa kendaraan jika pusing atau dalam

Alprazolam (Xanax

sekali dalam

keadaan mengantuk. Sampaikan kepada klien bahwa

XR) GAD, Panic

sehari

obat bisa membuat ketergantungan dan dapat

Disorder

menyebabkan sindrom putus obat jika tiba-tiba obat


dihentikan.
Pantau fungsi hati dan perhatikan perhitungan sel darah
0.5-6 mg

pada pemakaian jangka panjang. Pantau gejala-gejala

sekali dalam

yang tidak sesuai dengan efek obat selama 2 minggu

sehari atau dua

pengobatan, penurunan fungsi pernafasan, palpitasi, dan

kali sehari

instruksikan kepada klien jika obat dapat menyebabkan

dosis terbagi

kantuk dan hindari minuman beralkohol selama

Lorazepam (Ativan)

1.0-10 mg 2

penggunaan terapi
Informasikan kepada klien jika digunakan bersam

GAD, gangguan

atau 3 kali

pemakaian minuman beralkohol akan menyebabkan

ansieta

sehari dosis

peningkatan penekanan susunan saraf pusat. Untuk

Clonazepam
(Klonopin)
GAD, Panic
disordes,

34

sementara perhatikan

Golongan SSRIs
dan SNRIs dan agen
Atypical
Buspirone (BuSpar)

pemakain

terapi selama

terbagi atau

minggu , jika terjadi konstipasi, mulut kering, mual,

dosis besar

instruksikan klien untuk melaporkan hal tersebut.

dalam keadaan

Diskusikan kepada klien efek ketergantungan dan

diperlukan

sindrom putus obat jika obat diberhentikan secara tibatiba.


Siapkan permen yang megandung sedikit gula atau

7.5-60 mg 2

potongan es jika terjadi kekeringan pada mulut atau

kali sehari

perubahan rasa terjadi, pantau terjadinya pusing, nerves,

dosis terbagi

gangguan saluran cerna, mimpi, atau mimpi buruk, atau


perasaan mudah terangsang
Batasi jumlah pemberian obat pada klien yang
berpotensi (RBD). Berikan pada pagi hari bersama

Citalopram (Celaxa)
OCD

10-60 mg

makanan jika diinginkan, pantau gangguan yang timbul

dosis tunggal

pada sistem pencernaan, pusing, insomia , samnolen dan


palpitasi, sampaikan kepada klien laki-laki bahwa
mungkin saat pengobatan terjadi gangguan ejakulasi
Dikontraindikasikan dengan klien yang menggunakan
MAOIs, dan setelah 2 minggu terapi MAOIs dihentikan,

Obat kelas SSRIs,


SNRIs, dan
Atipikal
Duloxetine

atau hindarkan penggunaan terhadap klien yang


30-120mg
Dosis tunggal

(Cymlata)b

mengalami glaukoma sudut sempit yang tak terkontrol ,


gunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami
gangguan ginjal dan hati, penyakit jantung, pantau
adanya mual, rasa kantuk, gangguan pada saluran
pencernaan, tremor, mania atau hypo mania dan

Escitalopram
(lexapro)
GAD

hipernaremia.
10-20mg Dosis Dikontraindikasikan dengan klien yang menggunakan
tunggal

MAOIs, dan setelah 2 minggu terapi MAOIs dihentikan,


Hindarkan penggunaan pada wanita hamil trimester tiga,
jangan berikan bersama Citalopram (Celexa) atau
digunakan bersama alkohol , pantau jika obat digunakan
bersama litium, antikoagulan oral, NSAIDS, Aspirin,

35

pantau mual muntah, gangguan tidur, penurunan nafsu

20-50mg dosis
Fluoxetine (Prozac)
GAD, OCD, Panic
disorder

tunggal atau 2
kali sehari
dosis terbagi
tengah malam
dan siang hari

makan, perdarahan tidak normal, diaporesis.


Jangan berikan bersama atau 2 minggu minimal setelah
penghentian

obat

MAOIs,

Hindarkan

pengunaan

alkohol selama terapi, pantau dengan teliti respon klien


yang mempunyai gangguan hati dan ginjal, atau
diabetes seperti adanya pusing, kehawatiran, pola tidur
yang tidak normal, gangguan saluran pencernaan, dan

50-300mg saat

penurunan berat badan.


Jika dosis 100mg, bagi dosis dan berikan dosis lebih

keadaan

besar saat diperlukan, batasi jumlah pemberian obat

Fluvoxamine

diperlukan,

pada klien yang mempunyai resiko bunuh diri, pantau

(Luvox) OCD

100mg atau

adanya pusing, kantuk, insomnia, gangguan saluran

lebih jika

pencernaan, mania, rasa gatal pada kulit, kejang, dan

diperlukan
Kelas obat Beta

kehilangan berat badan.


Berikan bersama makanan jika terjadi ganggguan

Blocker

saluran pencernaan, pantau tanda-tanda vital dan

Atenolol
(Tenormin) pada

50-200mg

perubahan-perubahan yang timbul selama penggunaan

Dosis Tunggal

obat, pantau adanya pusing, kehilangan nafsu makan,

Ansietas dan

mimpi buruk, depresi, dan impoten

Gangguan Panik
Berikan bersama makan untuk meningkatkan absorbsi
Propanolol (Inderal)
Digunakan pada
gangguan panik

40-120 mg
dosis terbagi

obat, pantau tekanan darah, nadi pada saat penggunaan


obat, pantau adanya rasa pusing, rasa kantuk, pandangan
kabur, gangguan pada saluran pencernaan, mimpi buruk,
Impoten, dan gangguan nafas.

Selain pendekatan psikofarmaka juga dapat dilakukan terapi


alternatif dalam mengatasi ansietas, Complementary and alternative
medicine (CAM) Pengobatan komplementer dan alternatif (CAM)
menjelaskan berbagai filosofi penyembuhan, pendekatan, dan terapi

36

yang berfokus pada seluruh orang, termasuk aspek-aspek biopsikososial


dan spiritual. Terapi CAM sering digunakan sendiri (disebut sebagai
alternatif), dalam kombinasi dengan terapi CAM lainnya, atau dalam
kombinasi dengan terapi konvensional lainnya (disebut sebagai
pelengkap atau dan terintegrasi). Pusat Nasional untuk Pelengkap dan
Pengobatan

Alternatif

(NCCAM)

di

Amerika

mendefinisikan

pengobatan integratif sebagai "gabungan terapi medis utama dan CAM


yang ada beberapa bukti ilmiah yang berkualitas tinggi, aman dan
efektif." Meskipun sebagian besar terapi CAM dan penyembuhan diluar
peraktek pengobatan dianggap tidak konvensional di dunia barat,
banyak dari terapi ini yang diterapkan pada layanan kesehatan sebagai
pilihan utama (Stuart, 2013).
Adapun beberapa pengobatan complenter dan tambahan tersebut
adalah Terapi Energi, Yoga dan Meditasi, Produk herbal, Terapi
Akupuntur,

CBT

(Cognitive

Behaviour

Therapy)

dan

PMR

(Progressive Muscle Relaxation) atau terapi relaksasi otot.


b.

Progressive Muscle Relaxation

Menurut Stuart (2013) selain melakukan pemecahan masalah terhadap


ansietas latihan relaksasi otot efektif mengurangi ketegangan dan
kecemasan. Ketegangan otot berhubungan dengan kecemasan, jika otototot yang tegang dapat dibuat rileks maka kecemasan juga akan
berkurang. Semua prosedur relaksasi melibatkan pernafasan berirama,
mengurangi ketegangan dan merubah alam perasaan. Setiap individu

37

juga akan mengalami perasaan yang berbeda pada saat relaksasi.


Menurut Stuart (2013) tehnik relaksasi meregangkan dan merelaksaikan
otot secara teratur dan sistematis hingga tubuh dapat berelaksasi mulai
dari tangan dan berakhir pada kaki. Setiap gerakan penegangan otot
dilakukan selama kurang lebih 10 detik dan direlaksasikan secara
berlahan-lahan. Adapun urutan Gerakan relaksasi otot progresif adalah
dimuali dari tangan, otot bisep dan trisep, bahu, leher, otot pada mulut,
otot-otot mata, otot-otot pernafasan, otot punggung, otot-oto pantat,
paha, perut, betis, kaki, hingga jari kaki (Stuart, 2013).
1) Defenisi
Latihan relaksasi adalah salah satu cara memecahkan masalah yang
penuh stresss, latihan relaksasi juga efektif untuk menurunkan
ketegangan dan ansietas. (Stuart, 2013). Progressive muscle relaxation
adalah salah satu latihan meregangkan dan meralksasikan otot pada satu
bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi
secara fisik (Tobing, 2012). Menurut Stuart (2013) progressive muscle
relaxation adalah suatu cara yang menegangkan dan merelaksasikan
otot untuk menurunkan ansietas yang mencetuskan ketegangan otot,
ketegangan otot adalah akibat dari ansietas, jika ketegangan otot dapat
dibuat menjadi rileks maka ansietas juga dapat diturunkan.
2) Indikasi Progressive Muscle Relaxation
Menurut studi yang dilakukan oleh CAM Complementary Alternatif
Medicine atau terapi alternatif complementer di Amerika PMR adalah

38

salah satu terapi yang efektif yang dapat dilakukan untuk menurunkan
ansietas termasuk gangguan ansietas umum, sosial fobia, gangguan
panik, dan PTSD. PMR juga dikatakan bermanfaat dalam mengurangi
ansietas yang akan mempengaruhi berbagai gejala fisiologis dan
psikologis karena kondisi medis ( Jacobson, 1970 ; Condrad & Roth,
2007 dalam Tobing, 2012). PMR banyak digunakan sebagai terapi
menagemen stresss dan nyeri pada gangguan fisik seperti asma
bronkial, hipertensi, insomnia, depresi, ansietas yang ditimbulkan oleh
gangguan integritas fisik disebabkan oleh ancaman terhadapa sistem
diri.
3) Kontra Indikasi progressive muscle relaxation
PMR dikontra indikasikan pada cidera akut dan ketidaknyamanan
musculoskeletal, infeksi atau inflamasi dan penyakit jantung berat dan
akut. (Tobing, 2012). Selain itu PMR juga tidak dilakukan pada sisi otot
yang sakit ( Fritz, 2005 dalam Tobing 2014)
4) Manfaat terapi progressive muscle relaxation
Adapun bebereapa manfaat PMR adalah untuk mengurangi
konsumsi oksigen tubuh, mengurangi metabolisme tubuh, laju
pernafasan, ketegangan otot, kontraksi ventricular prematur dan tekanan
darah sistolik serta gelombang alpha otak dan dapat meningkatkan beta
endorphin dan meningkatkan imun seluler (Jacobson, 1938 dalam
synder & lindquist ; Condras & Roth, 2007; Tobing 2012).
5) Pelaksanaan terpi Progressive Muscle Relaxation

39

Pelaksanaan

PMR

dilakukan

dengan

menegangkan

dan

merelaksasikan otot secara bertahap dimulai dari tangan dan beakhir


pada bagian kaki, untuk melakukan PMR responden harus duduk di
kursi yang santai dan nyaman, bisa disertai dengan musik atau isyarat
visual untuk lebih mengoptimalkan latihan ini PMR dilakukan
menegangkan otot dan merelaksasikan mulai dari tangan, lengan, bahu,
leher, mulut, mata, punggung, paha, perut, betis, hingga kaki (Stuart,
2013).
Menurut

Berstein

dan

Borkovec,

(dalam

Tobing

2012)

menganjurkan menggunakan 10 sesi untuk latihan progressive muscle


relaxation. Namun beberapa peneliti mengatakan bahwa sediknyta 4
sesi latihan sudah menunjukkan efek positif dari terapi ( Gift, 1992;
peck 1997; Synder & lynquist, 2002 dalam Tobing 2012). Pelaksanaan
PMR untuk hasil yang maksimal dianjurkan dilakukan secara rutin 2530 menit setiap sesi dan dianjurkan untuk melakukan latihan sebanyak
2 kali dalam sehari. (Tobing 2012).
6) Langkah-langkah Progressive Muscle Relaxation
Pelaksanaan PMR dilakukan dalam 14 gerakan (Alini, 2012; supriti,
2010, dalam tobing 2012) mulai dari kepala hingga otot kaki. 14
gerakan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi yang dilakukan dengan
cara mengerutkan dahi alis sekencang-kencangnya hingga kulit

40

teras mengerut kemudian dilemaskan perlahan-lahan hingap 10


detik, kemudian dilakukan sekali lagi.
b) Gerakan kedua merupakan gerakan yang ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot mata yang diawali dengan memejamkan
mata sekuat-kuatnya, hingga ketegangan otot-otot di daerah mata
dirasakan menegang. Lemaskan perlahan-lahan hingga 10 detik dan
kembali di ulangi sekali lagi.
c) Gerakan ketiga bertujuan untuk merelaksasikan ketegangan otototot rahang dengan cara mengatupkan mulut sambil merapatkan
gigi sekuat-kuatnya sehingga ketegangan terasa di sekitar otot-otot
rahang. Lemaskan perlahan-lahan sampai 10 detik dan diulangi
sekali lagi.
d) Gerakan keempat dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Moncongkan bibir sekuat-kuatnya kedepan hingga terasa
teganagan di otot-otot daerah bibir, kemudian mulut dilepaskan
perlahan-lahan selama 10 detik kemudian lakukan sekali lagi.
e) Gerakan kelima ditujukan untuk otot-otot leher belakang.
Menegangkan otot leher dengan menekankan kepala kearah
punggung sedemikian rupa sehingga terasa tegang pada otot leher
bagian belakang. Kemudian lemaskan perlahan-lahan selama 10
detik dan ulangi sekali lagi
f) Gerakan keenam ditujukan untuk melatih otot-otot leher bagian
depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekankan atau

41

turunkan dagu hingga menyentuh dada hingga merasakan


merasakan ketegangan otot dibagian depan. Lemaskan perlahanlahan hingga 10 detik kemudian diulangi sekali lagi
g) Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot-otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat
satu kepalan. Selanjutnya klien mengepalkan sekuat-kuatnya
tangan hingga merasakan ketetgangan otot-otot daerah tangan.
Relaksasikan otot-otot tangan dengan cara membuka perlahanlahan kepalan sela,ma 10 detik. Lakukan sebanyak dua kali pada
masing-masing tangan.
h) Gerakan kedelapan adalah gerakan yang ditujukan untuk melatih
otot-otot tangan bagian belakang. Gerakan dialkukan dengan cara
menekuk kedua pergelangan tangan kebelakang secara perlahanlahan hingga teras ketegangn pada otot-otot tangan bagian belakang
dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap kelangit-langit.
Emaskan perlahan-lahan hingga 10 detik dan lakukan sekali lagi
i) Gerakan kesembilan adalah gerakan untuk melatih otot-otot lengan
atau biseps. Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua
tangan hingga menjadi kepalan dan kepalan tersebut ke pundak
sehingga otot-otot lengan bagian dalam menegang. Lemaskan
perlahan-lahan seama 10 detik dan ulangi sekali lagi.
j) Gerakan keseppuluh ditujukan untuk menlatih otot-otot bahu,
relaksasi ini dilakukan dengan mengendurkan bagian otot-otot bahu

42

dengan cara mengangkat kedua bahu kearah telinga setinggitingginya. Lemaskan atau turunkan kedua bahu secara perlahanlahan hingga 10 detik dan lakukan sekali lagi. Fokus perhatian
gerakan ini adalah kontras ketegangan terjadi di bahu, punggung
atas dan leher.
k) Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.
Gerkan ini dapat dilakukan dengna cara mengangkat tubuh dari san
daran kursi, lalu busungkan dada dan pertahankan selama 10 detik
lalu lemaskan perlahan-lahan. Lakukan gerakan sekali lagi.
l) Gerakan keduabelas bertujuan untuk melatih otot-otot dada.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik nafas dalam, sedalamdalamnya dan tahan beberapa saat sambil merasakan ketegangan
pada bagian dada dan daerah perut. Hembuskan nafas perlahanlahan melalui bibir. Lakukan gerakan ini sekali lagi.
m) Gerakan ketiga belas ditujukan untuk melatih otot-otot perut.
Gerkan ini dilakukan dengan menarik perut kearah dalam sekuatkuatnya. Tahan selama 10 detik hingga perut terasa kencang dan
tegang, kemudian lemaskan perlahan-lahan hingga 10 detik
lakukan sekali lagi.
n) Gerakan keempat belas adalah gerakan yang ditujukan untuk
merelaksasikan otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan dengan
meluruskan kedua telapak kaki selama 10 detik hingga terasa

43

tegang pada daerah paha. Lemaskan kedua kaki secara perlahanlahan hingga 10 detik, lakukan sekali lagi.

B.

Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan Agustin tentang pemberian PMR (Progressive
muscle relaxation) terhadap keluhan mual muntah pada pasien kanker
payudara yang akan menjalani kemoterapi di IRNA C RSU Sanglah Denpasar
tahun 2013 terhadap 16 orang dengan nilai P=0,097, =0,05 diperoleh nilai Pvalue=0,000 dan menyimpulkan bahwa pemberian orogressive muscle
relaxation berpengaruh terhadap penurunan keluhan mual muntah pasien
yang menjalani kemoterapi. Pada penelitian yang dilakukan Ita tahun 2010
tentang pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada
lansia di panti sosial tresna werdha kasih sayang ibu Batusangkar terdapat 29
orang (70,7%) yang kualitas tidurnya buruk, dan setelah diberikan latihan
relaksasi otot progresif terjadi penurunan menjadi 15 orang (36,6%) dengan
nilai p=0,000 (p<0,05) dan dapat disimpulkan latihan otot progresive efektif
terhadap kualitas tidur lansia.
Serta penelitan juga dilakukan oleh Ozscan dan Sezgin tentang pengaruh
progressive muscle relaxation dan EFT tahun terhadap siswa SMA sebanyak
70 orang yang mengalami ansietas menjelang ujian tahun 2009 dan didaptkan
hasil sebanyak dua pertiga dari 70 orang yang diberikan progressive muscle
relaxation dan EFT terjadi penurunan ansietas dengan (p<0.05) dan
mendapatkan nilai yang lebih baik. Studi penelitian yang dilakuakan Supriati

44

tahun (2010) menunjukkan klien dengan penyakit fisik yang mendapatakan


terap PMR dan Thought stopping mengalami penurunan tingkat ansietas yang
ditandai dengan menurunnya gejala ansietas yang meliputi gejala fisiologis,
kognitif dan emosi serta komposit ansietas bermakna (dalam Tobing, 2012).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Novrian tahun 2014 tentang
pengaruh progressive muscle relaxation terhadap aliran puncak ekspirasi
klien dengan asma bronkial di poli spesialis paru rumah saki paru kabupaten
Jember terhadap 11 orang pasien dengan (=0,05) dan p value = 0.000
(p<0,05) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan aliran puncak ekspirasi pada pasien asma bronkial.

C.

Kerangka Teori

45

Kerangka teori adalah hasil kesimpulan dan tinjauan pustaka yang berisi
tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan
penilitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini kerangka teori yang dapat
disusun adalah
PenangananAnsietas
1. Pendekatan Medis
2. Tindakan Keperawatan
a. Intervensi ansietas
generalis.
b. Keperawatan Lanjut
(salah satunya PMR
(Progressive Muscle
Relaxation

Faktor Predisposisi
1. Biologis
2. Psikologis
3. Sosial Budaya

Tingkat Ansietas :
- Ringan
- Sedang
- Berat
- Panik
Respon Ansietas :
- Fisiologis
- Kognitif
- Perilaku
- Emosional
Kemampuan mengetasi
ansietas :
- Pengetahuan
- Pelaksanaan cara
mengatasi ansietas

Faktor Presipitasi
1. Biologis :Gangguan
Fisik
2. Psikologis : Identitas
diri
3. Sosial Budaya : Status
Mekanisme Koping

Psiko Farmaka
Gambar 2

Sumber : Supriati, 2010


E. Kerangka Konsep

Tingkat Ansietas :
- Ringan
- Sedang
- Berat
- Panik
Respon Ansietas :

46

Konsep adalah adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2010). Adapun kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :

Progressive Muscle
Relaxation (PMR)

Ansietas

Gambar 3 Kerangka Konsep penelitian


F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmdjo, 2010). peneliti merumuskan hipotesisi sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap Ansietas
wanita menopause di Posbindu Mawar Tambah Rejo tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai