Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Munirah Siregar
_______________
NIM: 109103000042
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Munirah Siregar
ii
Laporan Penelitian
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Munirah Siregar
109103000042
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
LaporanPenelitianberjudulKejadian
Infeksi
Cacing
dan
Gambaran
109103000042),
telahdiujikandalamsidang
FakultasKedokterandanIlmuKesehatanpada
di
17
September2012.Laporanpenelitianinitelahditerimasebagaisalahsatusyaratmempero
lehgelarSarjanaKedokteran (S. Ked) pada Program StudiPendidikanDokter.
Jakarta, 17 September 2012
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
Pembimbing II
Minsarnawati, SKM,M.Kes
Penguji I
Penguji II
PIMPINAN FAKULTAS
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL ....................
ii
iii
PENGESAHAN .....................................
iv
ABSTRAK .......................
vii
DAFTAR ISI........................
ix
DARTAR TABEL..............
xi
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................
12
16
17
17
Transmisi Kecacingan........................................................................
2.3.2 Dampak Lingkungan Terhadap Angka Kejadian Kecacingan...............
21
23
25
25
26
27
27
27
28
29
29
29
29
31
32
32
32
33
34
35
36
33
37
37
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
38
DAFTAR LAMPIRAN
40
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar di Yayasan
Nanda Dian Nusantara.....................................................................................
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Minum Obat Cacing.........................................................
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Infeksi Cacing.......................................
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Spesies Cacing.................................................................
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban pada Anak Usia Sekolah Dasar di
Yayasan Nanda Dian Nusantara.......................................................................
Tabel 4.6 Distribusi Ketersediaan Sumber Air Bersih pada Anak Usia Sekolah di Dasar
Yayasan Nanda Dian Nusantara....................................................................
32
33
33
34
35
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
10
10
12
13
13
14
14
15
15
15
16
16
DAFTAR BAGAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
kecacingan
merupakan
salah
satu
penyakit
yang
Lingkungan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui angka kejadian infeksi cacing dan gambaran
kepemilikan jamban dan air bersih
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecacingan dan Masalahnya pada Anak Usia Sekolah Dasar di Indonesia
2.1.1 Pengertian Kecacingan dan Epidemiologi Kasus pada Anak SD
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasit berupa cacing, yang dapat menyebabkan infeksi ringan maupun
infeksi berat. Spesies penyebabnya dari kelas nematode usus khususnya
yang penularan melalui tanah, diantaranya Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura, dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) dan Strongyloides stercoralis.8
Pada kasus kecacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat
melemahkan tubuh sinangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.9
Kecacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan
baik terhadap diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Kecacingan
dapat menular melalui larva/telur yang tertelan dan masuk ke dalam tubuh.9
Dampak infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada
masyarakat perlu dipelajari umtuk dapat menentukan cara pencegahan.
Penyebaran infeksi Ascaris dan Trichuris mempunyai pola yang hampir
sama; demikian juga epidemiologi cacing tambang dan Strongyloides.2
dari lima wilayah, dua wilayah yaitu Jakarta Utara dan Jakarta
Baratpenderita askariasis masing- masing 80% dan74,70%.
Dan
2) Faktor manusia
Kesehatan pribadi (hygiene perorangan) adalah upaya dari
seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya
meliputi:
a. Memelihara kebersihan diri (mandi 2x/hari, cuci tangan sebelum
dan sesudah makan), pakaian, rumah dan lingkungannya (BAB
pada tempatnya).
b.
g. Pemeriksaan kesehatan.11
a. Ascaris lumbricoides
Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi telur cacing yang telah
berkembang. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang telah dibuahi
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3
minggu. Bentuk infektif tersebut bila tertelan manusia, menetas di usus
halus. Selanjutnya larva tadi akan menembus usus halus menembus
pembuluh darah atau limfe di usus untuk kemudian dialirkan ke jantung,
kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di dalam paru-paru ini
menembus pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga
alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari
trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada
faring. Penderita batuk karena rangsangan tersebut
b. Trichuris trichiura
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur
tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan
yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah
telur berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung
bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui
dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa
cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama
sekum. Jadi cacing ini tidak memiliki siklus paru. Masa pertumbuhan
telur mulai tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur kurang lebih
30-90 hari.2
10
c. Hookworm(Cacing Tambang)
Daur hidup sebagai berikut :
Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit
kapiler darah jantung kanan paru bronkus trakea laring
usus halus.2 Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit.
Infeksi ancylostoma duodenale juga dapat terjadi dengan menelan larva
filariform.
11
d. Strongyloides stercoralis
Parasit ini mempunyai tiga macam daur hidup :
1) Siklus langsung
Bila larva filariform menembus kulit manusia, larva
tumbuh masuk ke peredaran darah vena dan kemudian melalui
jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang sudah mulai
menjadi dewasa menembus alveolus masuk ke trakhea dan
laring.Sesudah sampai di laring terjadi refleks batuk sehingga
parasit tertelan kemudian sampai di usus halus bagian atas dan
menjadi dewasa.Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan
kira-kira 28 hari sesudah infeksi.
3) Autoinfeksi
Larva rabditiform kadang menjadi larva filariform di usus
atau daerah sekitar anus. Bila larva filariform menembus mukosa
usus atau kulit perianal maka akan terjadi suatu daur
perkembangan
dalam
hospes.
Adanya
autoinfeksi
dapat
12
13
b. Trichuris trichiura
Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan cacing cambuk
karena
secara
menyeluruh
bentuknya
seperti
cambuk.
Hospes
defenitifnya adalah manusia. Cacing ini lebih sering ditemukan bersamasama dengan cacing Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di
dalam usus besar manusia terutama di daerah sekum dan kolon. Penyakit
yang disebabkannya disebut trikuriasis. Telur Trichuris trichiura
berbentuk bulat panjang dan memiliki sumbat yang menonjol di kedua
ujungnya, dan dilengkapi dengan tutup (operkulum) dari bahan mucus
yang jernih. Telur berukuran 50-54 x 32 mikron. Kulit luar telur
berwarna kuning tengguli dan bagian dalam jernih. Cacing jantan
panjangnya 4 cm, dan cacing betina penjangnya 5 cm.17
14
c. Hookworm
Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting dalam bidang
medik,namun yang sering menginfeksi manusia ialah cacing Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale. Hospes dari kedua cacing ini
adalah
manusia.
Dan
keduacacing
ini
menyebabkan
penyakit
15
16
d. Strongyloides stercoralis
Hanya cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di vilus
duodenum, bentuknya filform, halus, tidak berwarna, dan panjangnya
kira-kira 2 mm. Cara berkembang-biaknya dengan partenogenesis, telur
bentuk parasitik diletakkan dimukosa usus kemudian telur menetas
menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus dan dikeluarkan
bersama tinja. 2
17
18
19
b. Sistem Pembuangan
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang
yang berasal darirumah tangga, industri maupun tempat-tempat
umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal
dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin ada.5 Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke
sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab
itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik.Air limbah
yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai
20
c. Jamban
Jamban adalah salah satu sarana dari pembuang tinja manusia
yang penting, karena tinja manusia merupakan sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber
pada feses dapat melalui berbagai macam jalan atau cara seperti air,
tangan, lalat, tanah, makanan dan minuman sehingga menyebakan
penyakit.10 Mardiana dkk, (2000) melaporkan hasil penelitian pada
anak prasekolah atau balita di Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung
menunjukkan yang terinfeksi cacing usus melalui tanah 5,6 %, kuku
5,0% dan tinja 5,6%.1 Jadi bila pengolahan tinja tidak baik, jelas
penyakit akan mudah tersebar. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkan oleh tinja manusia antaralain: tipus, kolera dan
bermacam-macam cacing.
Penyebaran infeksi kecacingan tergantung dari lingkungan
yang tercemar tinja yang mengandung telur cacing. Infeksi pada
anak sering terjadi karena menelan tanah yang tercemar telur cacing
atau melalui tangan yang terkontaminasi telur cacing. Maka untuk
menghindari penyebaran penyakit lewat tinja ini setiap orang
diharapkan menggunakan jamban sebagai penampung tinjanya.
Persyaratan jamban dan kamar mandi:
1) Kamar mandi selalu dalam keadaan bersih
21
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang dan mudah dibersihkan
3) Ada pembuangan air limbah dari jamban dan kamar mandi,
dilengkapi dengan penahan bau
4) Letak jamban dan kamar mandi tidak berubungan langsung
dengan tempat pengelolaan makanan (dapur, ruang makan)
5) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara
luar
6) Harus dilengkapi dengan slogan untuk memelihara kebersihan
7) Tidak terdapat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan binatang pengerat dan serangga
8) Pembuangan Sampah
d. Pembuangan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena
dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab
penyakit dan vektor. Sehingga smpah harus dikelola baik untuk
kesehatan dan keindahan lingkungan.10
2. Lingkungan Sekolah
Menurut Poespoprodjo (2002) dalam Jalaluddin (2009), di
samping lingkungan rumah, lingkungan sekolah secara tidak langsung
mempunyai sumbangan terhadap terjadinya penularan penyakit infeksi
cacing karena sebagian besar waktu anak sekolah dasar dihabiskan
dengan bermain baik di rumah maupun sekolah sehingga anak sekolah
dasar
mempunyai
potensial
untuk
terjangkit
penyakit
infeksi
kecacingan.6
sangat
berpengaruh
pada
penyebaran
cacing
22
menentukan. Di daerah rural dan kumuh pada umumnya tingkat sosial dan
ekonomi rendah, tingkat pendidikan terbatas maka ketersediaan jamban
yang memenuhi kriteria higienis juga sangat terbatas.Sebagai akibatnya
terjadi pembuangan kotoran di sembarang tempat seperti di semak-semak
sekitar tempat tinggal.Hal ini terlihat dari hasil penelitian di daerah
perkebunan karet di Kalimantan Selatan, ditemukan adanya kotoran di
sekitar rumah atau semak-semak dan pencemaran tanah yang tinggi oleh
telor Ascaris mencapai >70%.20
Pencemaran lingkungan melalui air karena adanya kebiasaan
membuang kotoran di sembarang tempat termasuk di sungai. Air sungai
yang tercemar akan memungkinkan terjadinya penyebaran yang lebih luas
ke daerah hilir maupun ke area pemukiman yang jauh dari local point. 20
Data penyebaran cacing usus yang luas atau jauh dari focal point
dapat dilihat dari laporan penelitian Sasongko dimana tidak dijumpai
perbedaan bermakna antara prevalensi kecacingan pada anak usia SD di
daerah perkotaan tidak berbeda secara bermakna dengan di daerah kumuh.
Hal ini juga dapat dijelaskan sebagai berikut: bila di luar lingkungan yang
memiliki tingkat sosial-ekonomi baik, perilaku pribadi baik dengan adanya
jamban dan tidak adanya pembuangan kotoransembarangan masih terdapat
lingkungan kumuh atau kondisi kesehatan dan kesadaran tentang kesehatan
masih buruk, maka lingkungan yang baik akan tetap tercemar tinja dari
lingkungan yang buruk. Hal ini akan diperparah dengan tejadinya banjir.
Lingkungan yang sangat berpengaruh pada penyebaran cacing usus
juga dapat dilihat dari hasil penelitian tentang pengobatan kecacingan.
Meskipun pengobatan dapat menurunkan angka prevalensi kecacingan
sampai >80%, akan tetapi reinfeksi terjadi dalam waktu kurang lebih 3
bulan. Hal tersebut karena pencemaran tanah yang masih tetap tinggi dan
ketahanan telur cacing yang cukup lama.20
Hasil penelitian Sasongko (2000), pemeriksaan angka kecacingan
pada anak sekolah dasar di daerah transmigrasi, pada 3 kabupaten di
provinsi Bengkulu dimana sarana sanitasi masih kurang, kualitas air dan
lingkungan belum seperti yang diharapkan (75,8% belum memenuhi syarat
23
metabolisme makanan.
dapat
menghambat
perkembangan
fisik,
kecerdasan,
dan
yang dapat
menyebabkan anemia.21
Untuk mencegah kerugian yang terjadi akibat kecacingan, maka
perlu dilakukan pemberantasan kecacingan dengan mempertimbangkan
faktor yang paling mempengaruhi kecacingan. Salah satu faktor yang
berperan yaitu faktor lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan
kesehatan manusia. Udara, air, tanah, hewan yang ada di dalam lingkungan
merupakan faktor yang dapat menyebabkan penyakit. Lingkungan yang
tidak baik akan memberikan dampak buruk dan merugikan kesehatan.
Untuk itu keadaan tersebut harus diperbaiki, terutama pada daerah
24
25
a.
b.
c.
d.
e.
Kebersihan pribadi:
a.
b.
c.
d.
Infeksi cacing
Spesies cacing
Siklus hidup
Patogenesis
Gejala klinis
Penatalaksanaan
Notoatmodjo
sanitasi
lingkungan
mencakup
perumahan,
penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, jamban dan pembuangan sampah.
Variabel yang diteliti adalah ketersediaan jamban dan ketersediaan air bersih.
Perumahan dan ketersediaan SPAL tidak diteliti dikarenakan hanya 2 rumah yang
memenuhi syarat rumah sehat dan memiliki SPAL. Pembuangan Sampah tidak
diteliti karena sebagian besar bekerja sebagai pemulung dimana tempat tersebut
dipenuhi sampah. Kerangka konsep pada penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Ketersediaan jamban
Infeksi cacing
Ketersediaan air bersih
26
Variabel
Definisi
Alat ukur
Hasil
Skala
ukur
1
Kepemilikan
Jamban
Kuesioner
a.tidak
dan
b.ya
Ordinal
observasi
2
Kepemilikan
Tersedianya
air
bersih
air bersih
kebutuhan sehari-hari.
untuk
memenuhi Kuesioner
dan
a.tidak
Ordinal
b.ya
observasi
3
Infeksi
a.positif
Cacing
larva golongan
b.negatif
Nominal
27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu
Penyusunan proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Penulisan laporan
September 2012
28
Keterangan :
Z
P2
(Jalaluddin, 2009)
Q2
: 1-P2
: 1-P1
: 1-P
Maka hasil hitung adalah 31. Sampel pada penelitian ini berjumlah
31siswa, kemudian ditambahkan 10% sebagai cadangan sampel sehingga jumlah
sampel seluruhnya adalah sebanyak 35 (pembulatan) sampel.
3.3.1 Kriteria Sampel
Kriteria inklusi :
a. Siswa usia SD di Yayasan Nanda Dian Nusantara yang bersedia
menjadi responden sampai akhir penelitian.
b. Bersedia diambil fesesnya.
Kriteria ekslusi :
a. Data tidak lengkap
b. Drop out di tengah penelitian
c. Minum obat cacing pada saat pengambilan sampel feses
29
laboratorium
sampel
feses
dilakukan
untuk
30
3) KOH
4) Tinja
Cara :
1) Letakkan setetes KOH di atas kaca objek
2) Dengan lididiambil sedikit tinja, kemudian dihancurkan di
dalam air di atas kaca objek
3) Sebarkan suspensi tinja di atas kaca objek sehingga terdapat
lapisan yang tipis tetapi tetap basah
4) Periksa dengan pembesaran lemah(objektif 10x)
31
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik
Populasi
Laki-laki
Perempuan
Sampel Penelitian
Laki-laki
Perempuan
Usia Responden
4-6 tahun
7-9 tahun
10-12 tahun
Jumlah
26
29
47,3
52,7
17
18
48,6
51,4
8
13
14
22,9
37,1
40,0
33
Jumlah
(% )
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah
35
35
100
100
Infeksi Cacing
Jumlah
1
2
Positif
Negatif
9
26
25,7
74,3
Jumlah
35
100
34
Jumlah
Persentase(%)
Cacing tambang
55,6
Fasciolopsis buski
11,1
Strongyloides stercolaris
11,1
Tidak teridentifikasi
22,2
100
Tingginya
infeksi
cacing
tambang
dikarenakan
tanah
35
Ketersediaan Jamban
Jumlah
1
2
28
7
80
20
Jumlah
35
100
36
Jumlah
1
2
29
6
82,9
17,1
Jumlah
35
100
merupakan
(OR=44,6).
27
faktor
yang
berhubungan
dengan
kecacingan
37
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian kejadian infeksi cacing dan gambaran
kepemilikan jamban serta kepemilikan air bersih pada anak usia SD di Sekolah
Dasar Yayasan Nanda Dian Nusantara dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Angka kejadian infeksi cacing tanah pada subyek penelitian adalah
25,7%.
2. Spesies infeksi cacing terbanyak berturut-turut yaitu 55,6% spesies cacing
tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), Fasciolopsis
buski 11,11%, Strongyloides stercoralis 11,11%, tidak teridentifikasi
22,2%.
3. Responden tidak memiliki jamban sebanyak 80% dan tidak memiliki air
bersih 82,9%.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan survei dan observasi lapangan sebelum dan saat dilakukan
penelitian guna mengoreksi validitas data yang didapat dari responden.
2. Kerjasama dengan kader kesehatan setempat sangat diperlukan untuk
membantu keberhasilan penelitian sesuai yang diharapkan.
3. Untuk kader kesehatan daerah sekolah Yayasan Nanda Dian Nusantara
diharapkan tetap meningkatkan promosi kesehatan khususnya di pada
sanitasi lingkungan dan kebersihan diri murid.
38
DAFTAR PUSTAKA
Univesitas Sumatera
Utara, Medan.
7. Abidin, Z dan Karbito. Faktor Resiko Masalah Kesehatan Untuk Penyakit
Berbasis Lingkungan di Propinsi Lampung Tahun 2008. Ruwajurai 2008;2.
8. Gandahusada, S., dkk,Parasitologi Kedokteran. Ed-2.,Jakarta: FKUI. 2003..
9. ________. Cacingan pada anak. [cited 2011 March 03]. Available from;
http://medicastore.com
10. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka
Cipta. 2003.
11. Entjang, I.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Adytia Bakti. 2001.
12. Sandjaja, B. Helminthologi Kedokteran. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi
Pustaka. 2007.
13. _______. Ascariasis. Parasit Image Library. [cited 2012 February 07]. Available
from; http://www.dpd.cdc.gov
14. _______. Trichuriasis. Parasit Image Library. [cited 2012 February 07].
Available from; http://www.dpd.cdc.gov
39
15. _______. Hookworm. Parasit Image Library. [cited 2012 February 07].
Available from; http://www.dpd.cdc.gov
16. _______. Strongyloidiasis. Parasit Image Library. [cited 2012 February 07].
Available from; http://www.dpd.cdc.gov
17. Onggowaluyo,S,J. Parasitologi Medik I (Helmintologi). Pendekatan Aspek
Identifikasi Diagnosis dan Klinik. Jakarta: EGC. 2002.
18. _______.
Lingkungan,Faktor
Utama
Yang
Mempengaruhi
Kesehatan
40
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Kepada,
Yth, Calon Responden
di Tempat.
Responden yang kami hormati,
Kami yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa pendidikan dokter
Uin Syarif Hidayatullah yang akan melakukan penelitian tentang Kejadian Infeksi
Cacing dan Gambaran Kepemilikan Jamban dan Air Bersih pada Anak Usia Sekolah
Dasar di Yayasan Nanda Dian Nusantara 2011.
Bersama dengan ini kami mohon kesediaan untuk menandatangani lembaran
persetujuan dan menjawab pertanyaan dengan keadaan sebenarnya. Data yang diperoleh
nantinya hanya akan dipergunakan untuk keperluan peneliti. Atas kesediaan dan
kerjasama, kami ucapkan terimakasih.
, 2011
Munirah Siregar
FORMAT PERSETUJUAN
, 2011
Responden
41
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN KEJADIAN INFEKSI CACING DAN GAMBARAN
KEPEMILIKAN JAMBAN DAN AIR BERSIH PADA ANAK USIA SEKOLAH
DASAR DI YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA 2011
Nomor responden :
Data Umum Responden
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Alamat
Pertanyaan
Jawaban
Kode
A1
2. Galon
3. PAM
2
1. Tidak
jamban/WC?
2. Ya
1. Tidak punya
A2
A3
2. Diluar rumah
3. Didalam rumah
5
1. Tidak bersih
A4
berwarna)
6
1. Tidak
A5
2. Ya
7
1. Belum pernah
2. Tahun lalu
3. 6 bulan yang lalu
4. Sekitar sebulan yang lalu
A6
42
Lampiran 3
Gambar lokasi penelitian
Jamban umum
Sumur umum
43
Larva S. stercoralis
Data Penelitian
Nama
Jenis
kelamin
Usia(thn)
Ketersediaan
jamban
Letak wc
agus
laki-laki
12
Tidak
ahyat
laki-laki
11
Ya
alfi
perempuan
Ya
apri
laki-laki
Ya
arif h
laki-laki
10
Tidak
dadang
laki-laki
Tidak
damar
laki-laki
Ya
devi
perempuan
11
Tidak
dian pratika
perempuan
11
tidak
dimas
laki-laki
Ya
dio
laki-laki
Ya
disca
perempuan
Ya
fahmi
laki-laki
Tidak
tidak
punya
di luar
rumah
di dalm
rumah
di dalm
rumah
di luar
rumah
tidak
punya
di luar
rumah
tidak
punya
di luar
rumah
di dalm
rumah
di dalm
rumah
di dalm
rumah
di luar
Sumber
air
minum
galon
galon
galon
sumur
sumur
sumur
galon
galon
galon
sumur
galon
galon
galon
Fisik air
rasa, bau,
warna)
tidak
bersih
Bersih
Infeksi
cacing
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
bersih
Negatif
tidak
bersih
tidak
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negative
44
iis
perempuan
tidak
ilham
laki-laki
tidak
isti sarah
perempuan
11
ya
ivan
laki-laki
ya
lala
perempuan
10
tidak
lisa
perempuan
tidak
martia
perempuan
ya
mustofa
laki-laki
10
tidak
nia agustina
perempuan
tidak
nisa
perempuan
ya
nofendy
laki-laki
tidak
novi
perempuan
10
tidak
nur
perempuan
ya
pemas
laki-laki
tidak
putri widya
perempuan
tidak
rani
perempuan
11
tidak
renaldo
laki-laki
tidak
rika fadillah
perempuan
10
tidak
rizki lianti
perempuan
11
tidak
rofik
rudianto
roni
laki-laki
11
tidak
laki-laki
10
tidak
sania
perempuan
ya
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
di dalm
rumah
di dalm
rumah
tidak
punya
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
tidak
punya
tidak
punya
di luar
rumah
tidak
punya
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
di luar
rumah
tidak
punya
di luar
rumah
galon
sumur
sumur
galon
galon
sumur
sumur
sumur
galon
galon
galon
galon
galon
galon
sumur
galon
galon
sumur
sumur
sumur
galon
galon
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
bersih
Negative
Negative
Negative
Negative
tidak
bersih
tidak
bersih
bersih
Negative
tidak
bersih
bersih
Positif
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
bersih
Negative
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
tidak
bersih
Negative
Positif
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Positif
Negative
Positif
Positif
Negative
positif