Anda di halaman 1dari 7

METODE SISTEM DINAMIS (SYSTEMS

DYNAMIC) UNTUK PERENCANAAN


PEMBANGUNAN WILAYAH
Sri Handoyo Mukti
System Dynamic adalah metode pemodelan dengan simulasi
komputer, dikembangkan di MIT pada tahun 1950an sebagai
suatu alat yang digunakan oleh para manager untuk
menganalisis permasalahan yang kompleks. System Dynamic
mampu menciptakan suatu learning environment suatu
laboratorium yang berperan seperti miniatur dari sistem.
System Dynamic adalah metodologi berfikir, metodologi untuk
mengabstaksikan suatu fenomena di dunia sebenarnya ke
model yang lebih explisit.
Suatu fenomena menyangkut dengan 2 (dua) hal yaitu
Struktur dan Perilaku. Struktur adalah unsur pembentuk
fenomena dan pola keterkaitan antar unsur tersebut, yang
dipengaruhi oleh: (1) feedback (causal loop); (2) stock (level)
dan flow (rate); (3) delay; dan (4) nonlinearity. Sedangkan
perilaku (behaviour) adalah perubahan suatu besaran/variabel
dalam suatu kurun waktu tertentu, baik kuantitatif maupun
kualitatif atau catatan tentang magnitude (besar, nilai, angka)
sesuatu dalam suatu kurun waktu tertentu (pertumbuhan,
penurunan, osilasi, stagnan, atau kombinasinya). Pemahaman
hubungan struktur dan perilaku sangat diperlukan dalam
mengenali suatu fenomena.
(1) Feedback (Causal Loop) atau Hubungan Causal.
Suatu struktur umpanbalik harus dibentuk karena adanya
hubungan kausal (sebab-akibat). Dengan perkataan lain, suatu
struktur umpan-balik adalah suatu causal loop (lingkar sebabakibat). Struktur umpan-balik ini merupakan blok pembentuk
model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran tertutup.
Lingkar umpan-balik (feedback loop) tersebut menyatakan
hubungan sebab-akibat variabel-variabel yang melingkar,
bukan manyatakan hubungan karena adanya korelasi-korelasi
statistik.
Hubungan sebab-akibat antar sepasang variabel harus
dipandang bila hubungan variabel lainnya terhadap variabel
tersebut di dalam sistem dianggap tidak ada. Sedangkan suatu
korelasi statistik antara sepasang variabel diturunkan dari data
yang ada dalam keadaan variabel variabel tersebut
mempunyai hubungan dengan variabel lainnya di dalam
sistem dan kesemuanya berubah secara simultan.

Rancangan causal-loop diagram (CLD) biasanya digunakan


dalam system thinking (berpikir sistemik) untuk
mengilustrasikan hubungan cause-effect (sebab-akibat).
Hubungan feedback (umpan-balik) bisa menghasilkan perilaku
yang bervariasi dalam sistem nyata dan dalam simulasi sistem
nyata.
(2) Stock (Level) dan Flow (Rate)
Dalam merepresentasikan aktivitas dalam suatu lingkar
umpan-balik, digunakan dua jenis variabel yang disebut
sebagai stock (level) dan flow (rate). Level menyatakan kondisi
sistem pada setiap saat. Dalam kerekayasaan (engineering)
level sistem lebih dikenal sebagai state variable system. Level
merupakan akumulasi di dalam sistem.
Persamaan suatu variabel rate merupakan suatu struktur
kebijaksanaan yang menjelaskan mengapa dan bagaimana
suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada informasi yang
tersedia di dalam sistem. Rate inilah satu-satunya variabel
dalam model yang dapat mempengaruhi level.
(3) Delay (tunda)
Delay terjadi dimanapun di dunia nyata. Adanya delay
menghasilkan sesuatu hal yang menarik pada perilaku
kompleks sistem, ketika sistem tersebut tidak memiliki
feedback dan kompleksitas cause-effect yang terbatas.
(4) nonlinearity
Pendekatan system dynamic merepresentasikan dinamika
perubahan state dari sistem dan menghasilkan isyarat-isyarat
sebagai keluarannya. Isyarat- isyarat ini diformulasikan ke
dalam model keputusan dan kemudian bersama dengan
isyarat dari lingkungannya menjadi feedback bagi dinamika
sistem itu sendiri. Model secara prinsip masih dikatakan
berbasis linear thinking dimana causalitas diasumsikan terjadi
secara serial sehingga penyebab pertama dari rangkaian
sebab-akibat ini sering bukanlah sumber masalahnya.
Dengan pendekatan system dynamic, keputusan-keputusan
dan kebijakan yang dibuat serta reaksi dari lingkungannya
akan direpresentasikan ke dalam causal-loop diagram,
menggunakan stock-flow model sehingga akhirnya dapat
disimulasikan dengan komputer.
Suatu fenomena dinamis dimunculkan oleh adanya struktur
fisik dan struktur pembuatan keputusan yang saling
berinteraksi. Struktur fisik dibentuk oleh akumulasi (stok) dan

jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan. Sedangkan


struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi (stok)
dan jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor
(manusia) dalam sistem yang menggambarkan kaidah-kaidah
proses pembuatan keputusannya. Proses pembuatan
keputusan menyangkut fenomena-fenomena yang dinamis.
Metode System Dynamic erat berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamik
sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku
yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya
waktu. Penggunaan metodologi system dynamics lebih
ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman kita
tentang bagaimana tingkah laku muncul dari struktur
kebijaksanaan dalam sistem itu. Pemahaman ini sangat
penting dalam perancangan kebijaksanaan yang efektif.
Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan menggunakan
metodologi System Dynamics adalah masalah yang
mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu); dan
struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur
umpan- balik (feedback structure).
Dalam metodologi System Dynamics yang dimodelkan adalah
struktur informasi sistem yang di dalamnya terdapat aktoraktor, sumber-sumber informasi, dan jaringan aliran informasi
yang menghubungkan keduanya. Analogi fisik dan matematik
untuk struktur informasi itu dapat dibuat dengan mudah.
Sebagai suatu analogi fisik, sumber informasi merupakan
suatu tempat penyimpanan (storage), sedangkan keputusan
merupakan aliran yang masuk ke atau keluar dari tempat
penyimpanan itu. Dalam analogi matematik, sumber informasi
dinyatakan sebagai variabel keadaan (state variable),
sedangkan keputusan merupakan turunan (derivative) variabel
keadaan tersebut.
Pemodelan Kebijakan menggunakan System Dynamic
Model yang memenuhi syarat dan mampu dijadikan sarana
analisis untuk merumuskan (merancang) kebijakan haruslah
merupakan suatu wahana untuk menemukan jalan dan cara
intervensi yang efektif dalam suatu sistem (fenomena). Melalui
jalan dan cara intervensi inilah perilaku sistem yang diinginkan
dapat diperoleh (perilaku sistem yang tidak diinginkan dapat
dihindari).
Dengan demikian, model yang dibentuk untuk tujuan seperti di

atas haruslah memenuhi syarat-syarat berikut:


Karena efek suatu intervensi (kebijakan), dalam bentuk
perilaku, merupakan suatu kejadian berikutnya, maka untuk
melacaknya unsur (elemen) waktu perlu ada (dinamik);
Mampu mensimulasikan bermacam intervensi dan dapat
memunculkan perilaku sistem karena adanya intervensi
tersebut;
Memungkinkan mensimulasikan suatu intervensi yang
efeknya dapat berbeda secara dramatik dalam jangka pendek
dan jangka panjang (kompleksitas dinamik);
Perilaku sistem di atas dapat merupakan perilaku yang
pernah dialami dan teramati (historis) ataupun perilaku yang
belum pernah teramati (pernah dialami tetapi tidak teramati
atau belum pernah dialami tetapi kemungkinan besar terjadi);
dan
Mampu menjelaskan mengapa suatu perilaku tertentu
(transisi yang sukar misalnya) dapat terjadi.
Dalam hubungannya dengan kesahihan (validity) model,
suatu model haruslah sesuai (cocok) dengan kenyataan
(realitas) empirik yang ada.
Model merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat
tiruan kenyataan tersebut (Burger, 1966).
Upaya pemodelan haruslah memenuhi (sesuai dengan)
metode ilmiah. Saeed (1984) telah melukiskan metode ilmiah
ini berdasarkan kepada konsep penyangkalan (refutation)
Popper (1969).
Metode ini menyaratkan bahwa suatu model haruslah
mempunyai banyak titik kontak (points of contact) dengan
kenyataan (reality) dan pembandingan yang berulang kali
dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak
tersebut haruslah membuat model menjadi robust.
Adapun prinsip-prinsip untuk membuat model dinamik dengan
ciri-ciri seperti yang diuraikan di atas menurut Sterman (1981)
adalah sebagai berikut:
1) Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya
terjadi harus dibedakan di dalam model;
2) Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata
harus dapat direpresentasikan di dalam model;
3) Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam
model harus dibedakan;
4) Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor
di dalam sistem yang harus digunakan dalam pemodelan
keputusannya;
5) Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model
haruslah sesuai (cocok) dengan praktek-praktek manajerial;

dan
6) Model haruslah robust dalam kondisi-kondisi ekstrim.
Simulasi dan Variabel dalam kaitannya dengan Intervensi
Kebijakan
Perilaku model sistem dinamis ditentukan oleh keunikan dari
struktur model, yang dapat dipahami dari hasil simulasi model.
Dengan simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala
atau proses yang terjadi dalam sistem, sehingga dapat
dilakukan analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses
tersebut di masa depan.
Simulasi dilakukan dengan memasukkan faktor
kebijakan/intervensi kebijakan (sesuai skenario yang
diinginkan) kedalam model yang telah dibangun. Perubahan
kebijakan akan berpengaruh terhadap variabel yang lain
sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi kinerja
sistem. Kondisi ini merupakan gambaran tentang kondisi riil
yang mungkin terjadi. Hasil dari perubahan ini akan diamati
pada tabel atau grafik variabel yang diinginkan.
Simulasi merupakan salah satu kegiatan dalam analisis sistem
yang secara garis besar meliputi tiga kegiatan:
a. Merumuskan model yang menggambarkan sistem dan
proses yang terjadi di dalamnya;
b. Melakukan eksperimen; dan
c. Menggunakan model dan data untuk memecahkan masalah.
Simulasi digunakan untuk membuat peramalan secara
terintegrasi mengenai fenomena perilaku sistem yang akan
terjadi berdasarkan nilai-nilai peubah dari model (Pramudya,
1989).
Validasi dan Verifikasi
Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil
simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model
dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil
simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi di dunia
nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut
digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta
kecenderungan di masa depan, yang dapat dijadikan sebagai
dasar bagi pengambil keputusan untuk merumuskan suatu
kebijakan di masa mendatang.
Suatu model dikatakan valid jika struktur dasarnya dan
polanya dapat menggambarkan perilaku sistem nyata, atau
dapat mewakili dengan cukup akurat, data yang dikumpulkan
sehubungan dengan sistem nyata atau asumsi yang dibuat
berdasarkan referensi sesuai cara sistem nyata bekerja.

Walaupun validasi suatu sistem sangat dibatasi oleh mental


model dari pemodel, namun demikian untuk memenuhi kaidah
keilmuan, pada suatu sistem dinamik tetap tetap harus
dilakukan uji validasi. Dalam pengujian validasi suatu model,
saat ini terdapat beberapa teknik.
Selain itu, validasi model ini dilakukan pula terhadap kinerja
atau keluaran model, yaitu membandingkan hasil keluaran
model yang dirancang dan data lapangan pada periode waktu
selama 10 tahun. Validasi kinerja ini dapat dilakukan dengan
memverifikasi grafik keluaran model dan membandingkannya
dengan grafik kecenderungan (trend) perubahan dari data
lapangan berdasarkan suatu seri data, atau dengan
memverifikasi data lapangan berdasarkan perhitungan standar
penyimpangan data (root mean square error) pada masingmasing level keluaran model dengan tingkat perbedaan
maksimal dari nilai rata-rata data empirik sebesar 10%
berdasarkan persamaan standar deviasi.
Model dinyatakan valid jika hasil pengujian (verifikasi) sesuai
dengan data lapangan. Hasilnya dianggap dapat digunakan
untuk mensimulasikan atau memproyeksikan keadaan
perubahan yang diperkirakan terjadi untuk periode selama 10
tahun ke depan.
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah uji keyakinan
yang dipaparkan oleg R.G Coyle dalam System Dinamics
Modeling: A Practical Approach (1996):
1. Causal Loop diagram harus berhubungan dengan
permasalahan,
2. Persamaan harus disesuaikan dengan causal loop diagram
khususnya tanda + atau harus konsisten diantara persamaan
dengan causal loop.
3. Dimensi dalam model harus valid,
4. Model tidak menghasilkan nilai yang tidak masuk akal,
seperti stok negatif,
5. Perilaku model harus masuk akal, artinya apabila ada
sesuatu yang seharusnya terjadi, maka harus sesuai dengan
apa yang diharapkan dari model tersebut,
6. Massa model harus balance, artinya total kuantitas yang
telah masuk dan keluar dari proses sistem tetap dapat
dijelaskan.
System Dynamic untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah
Nasional
Model merupakan absraksi (penyederhanaan) dari sistem yang

sesungguhnya. Secara umum Borshchev and A. Filippov


mengklasifikasikan model simulasi berdasarkan tingkat
abstraksinya menjadi :
Model abstraksi tinggi /high abstraction dengan ciri-ciri :
kurang detail, macro level dan strategic level),
Model abstraksi sedang dengan ciri-ciri agak detail, meso
level, tactical level
Model dengan abstraksi rendah den gan ciri-ciri lebih detail,
micro level, operation level
Model Simulasi untuk keperluan Perencanaan Wilayah dapat
digolongkan sebagai model dengan abstraksi tinggi, karena
menyangkut simulasi kebijakan publik, sedangkan model untuk
keperluan detail engineering design (DED) dapat digolongkan
sebagai model dengan abstraksi rendah.
Dalam sistem pengembangan wilayah secara nasional,
Indonesia dibagi atas 7 wilayah pulau besar yaitu: Jawa-Bali,
Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Papua. Untuk menyusun model nasional dapat dilakukan 2
pendekatan :
1. Model nasional disusun berdasarkan agragasi variabelvariabel pada level nasional, dimana dalam hal ini keterkaitan
antar pulau tidak terlihat
2. Model nasional disusun berdasarkan gabungan dari modelmodel dengan variabel pada level pulau. Dengan pendekatan
kedua ini terlihat keterkaitan antar pulau.
Baik menggunakan pendekatan pertama maupun kedua,
model pada level pulau ataupun nasional terdiri dari 4 aspek
bahasan (sub model) yaitu : ekonomi, sosial, lingkungan dan
ruang (penataan ruang).

Anda mungkin juga menyukai