Anda di halaman 1dari 4

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN SECARA TEORI

NO
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terjadinya
infeksi berhubungan
dengan gangguan
pembentukan sel darah
putih.

TUJUAN
Tidak terjadi infeksi
selama dalam masa
perawatan
kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi (tumor, ruborm
kalor, dolor dan
fungsiolaesa).
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal (tensi, suhu,
nadi dan respirasi).
- Hasil pemeriksaan lab
(DL) dalam batas normal.

INTERVENSI
a) Jelaskan kepada klien
tentang tanda-tanda
terjadinya infeksi.
terhadap tindakan
keperawatan.
b) Observasi tanda-tanda
infeksi dan TTV (tensi,
suhu, nadi dan
pernafasan).
c) Observasi jumlah
perdarahan.
d)Motivasi klien untuk
menjaga kebersihan diri.
e)Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotika.

RASIONAL
a) Pengetahuan yang
memadai
memungkinkan klien
kooperatif
b) Peningkatan TTV
dapat mencerminkan
terjadinya infeksi.
c) Perdarahan yang
banyak menyebabkan
pertahanan tubuh
melemah akibat dari
pengeluaran leukosit
yang berlebihan.
d)
Lingkungan yang
lembab merupakan
media yang baik bagi
pertumbuhan kuman
yang meningkatkan
resiko terjadinya
infeksi
e) Antibiotika yang
spesifik dapat

membantu untuk
mencegah
pertumbuhan kuman
yang lebh progresif.
2.

Resiko terjadinya anemia


berhubungan dengan
efek dari perdarahan.

Tidak terjadi anemia


selama dalam masa
perawatan
kriteria Hasil :
- Hb > 10 gr %.
- Konjungtiva tidak anemis.
- Mukosa tidak pucat.

1.Identifikasi pengetahuan
pasien tentang anemia dan
jelaskan penyebab dari
anemia.
2.Anjurkan pada pasien untuk
tirah baring.

3.Kolaborasi dalam pemberian


nutrisi yang adekuat (Diet
TKTP)
4.Kolaborasi dengan dokter
dalam:
- Pemberian koagulantia dan
roburantia.
- Pemberian transfusi.
- Pemeriksaan DL secara
berkala.
5.Observasi KU pasien,
konjungtiva dan keluhan
pasien.

1.Pengetahuan yang cukup


memudahkan pasien untuk
kooperatif terhadap tindakan
keperawatan
2.Aktivitas yang sedikit
akan mengurangi
metabolisme sehingga
beban suplai oksigen ke
jaringan akan menjadi lebih
baik.
3.Nutrisi merupakan bahan
sebagai pembentuk Hb
terutama zat besi

3.

Resiko terjadinya syock


hipovolemik berhubungan
dengan perdarahan yang
terjadi secara terus
menerus.

4.
Resiko terjadinya asidosis
metabolik berhubungan
dengan penurunan
jumlah darah dalam
kapiler.

Tidak terjadi syok selama


dalam masa perawatan
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi penurunan
kesadaran.
- TTV dalam batas
normal.
- Turgor kulit baik.
- Perfusi perifer baik
(akral hangat, kering dan
merah).
- Cairan dalam tubuh
balance

1. Anjurkan pasien untuk lebih


banyak minum..
2. Observasi TTV tiap 4 jam.
3. Observasi terhadap tandatanda dehidrasi.

4. Observasi intake cairan dan


output.
R/ Intake cairan yang adekuat
dapat mengimbangi
pengeluaran cairan yang
berlebihan.
5. Kolaborasi dalam:
- Pemberian cairan infus atau
transfusi.
- Pemberian koagulantia dan
uterotonika.
- Pemesangan CVP.
- Pemeriksaan BJ Plasma
Tujuan:
1. Observasi TTV dalam batas
Tidak terjadi asidosis
normal..
metabolik selama dalam
2. Anjurkan dan motivasi
masa perawatan dengan
pasien untuk minum yang
kriteria:
manis..
- Hasil BGA dalam batas
3. Kolaborasi dalam:
normal.
- Pemeriksaan BGA.
- TTV dalam batas normal. - Pemberian cairan intravena.

R/ Peningkatan intake cairan


dapat meningkatkan volume
intrvaskuler yang dapat
meningkatkan perfusi
jaringan
R/ Perubahan TTV dapat
merupakan indikator
terjadinya dehidrasi secara
dini.
R/ Dehidrasi merupakan
awal terjadinya syock bila
dehidrasi tidak ditangan
secara baik.

R/ Perubahan TTV
merupakan tanda awal
deteksi dari terjadinya
asidosis
R/ Mengurangi pemecahan
protein dan lemak yang
berlebihan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme

Anda mungkin juga menyukai